LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI HASIL PERKEBUNAN
(Proses Pengolahan Kopi(Pengeringan))
Oleh:
Nama : Vani Debora Sihombing
NPM : 240110200104
Hari, Tanggal Praktikum : Kamis, 24-11-2022
Waktu/Shift : 13.00-15.00 WIB
Asisten Dosen : Muhammad Nashir Effendy
1.4 Kopi
Kopi merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang sudah lama
dibudidayakan dan memiliki nilai ekonomis tinggi. Konsumsi kopi dunia
mencapai 70% berasal dari spesies kopi arabika dan 26% berasal dari spesies kopi
robusta. Kopi berasal dari Afrika, yaitu daerah pegunungan di Etopia. Namun,
kopi sendiri baru dikenal oleh masyarakat dunia setelah tanaman tersebut
dikembangkan di luar daerah asalnya, yaitu Yaman di bagian selatan Arab,
melalui para saudagar Arab (Rahardjo, 2012). Tanaman kopi dapat tumbuh
dengan baik apabila faktor-faktor yang mempengaruhinya dapat dioptimalkan.
Beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan kopi terdiri atas, tanah, curah
hujan, ketinggian tempat, dan pemeliharaan. Untuk dapat tumbuh dengan baik
kopi harus ditanam pada tanah yang subur dan memiliki pH berkisar 5-7. Curah
hujan yang masih dapat ditolerir oleh tanaman kopi adalah 2.000-3.000
mm/tahun. Curah hujan mempengaruhi pembentukan bunga sampai menjadi buah.
Berbeda jenis kopi yang ditanam berbeda pula ketingian tempat yang
dipersyaratkan, kopi Arabika tumbuh pada ketinggian diatas 1000 meter dpl
sedangkan kopi Robusta dapat tumbuh pada ketinggian 800 meter dpl
(Ridwansyah, 2003). Pemanenan kopi dilakukan ketika buah kopi sudah berwarna
merah hingga merah tua. Kopi mulai menghasilkan buah ketika berumur empat
tahun. Proses 5 pemanenan dilakukan secara manual. Kopi dipetik satu persatu
menggunakan tangan. Kopi kering yang luluh ke tanah dipanen secara terpisah
yang disebut dengan panen lelesan. Pada akhir masa panen, semua buah dipanen
sampai habis yang disebut dengan panen rampasan untuk memutus daur hidup
hama (Panggabean, 2011).
Kopi robusta dapat tumbuh optimal pada ketinggian sekitar 100 mdpl
(Panggabean, 2011). Oleh karena itu, lebih dari 90 % areal pertanaman kopi yang
ada di Indonesia terdiri dari kopi robusta (Prastowo et al., 2010). Meskipun dalam
hal rasa tidak lebih baik dari kopi arabika tetapi kopi robusta dapat menghasilkan
biji yang lebih banyak (Kanisius, 1988), karena kopi robusta mampu beradaptasi
lebih baik dengan lingkungan serta dapat tahan terhadap penyakit karat daun
(Prastowo et al., 2010).
BAB III
METODOLOGI PENGAMATAN DAN PENGUKURAN
4.2 Perhitungan
4.2.1 Rendemen Sortasi
Massa akhir setelah sortasi
Rendemen sortasi= × 100 %
Massa awal buah kopi
2667,732 gram
Rendemen sortasi= ×100 %=53,35 %
5000 gram
4.2.2 Rendemen Fermentasi
Massa akhir setelah fermentasi
Rendemen fermentasi= × 100 %
Massa awal sebelum fermentasi
2895,847 gram
Rendemen fermentasi= ×100 %=108,55 %
2667,732 gram
4.2.3 Rendemen Pengupasan
Massa akhir setelah pengupasan
Rendemen pengupasan= ×100 %
Massa awal sebelum pengupasan
702,8 gram
Rendemen pengupasan= ×100 %=24,27 %
2895,847 gram
4.2.4 Rendemen Pengeringan
Massaakhir setelah pengeringan
Rendemen pengeringan= ×100 %
Massaawal sebelum pengeringan
469,48 gram
Rendemen pengeringan= ×100 %=66,80 %
702,8 gram
4.2.5 Rendemen Sortasi Kulit Tanduk dan Ari
Massa akhir setelah sortasi
Rendemen sortasi= × 100 %
Massa awal sebelum sortasi
390,18 gram
Rendemen sortasi= × 100 %=83,11 %
469,48 gram
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan pada praktikum kali ini adalah:
1. Faktor yang mempengaruhi proses fermentasi kopi diantaranya adalah
jumlah inokulum bakteri, lama fermentasi, substrat (medium), suhu, oksigen,
air dan tingkat keasaman (pH) ;
2. proses pemecahan gula adalah asam laktat dan asam-asam lain yaitu etanol,
asam butirat, dan propionat. Semakin lama proses fermentasi, maka
keasaman kopi dan cairan fermentasinya akan semakin meningkat;
3. Pengolahan secara basahmerupakan proses dengan melibatkan air, metode
basah memiliki proses yang lebih cepat serta mutu yang dihasilkan lebih
baik;
4. Proses fermentasi juga menyebabkan terjadinya perubahan warna medium
menjadi lebih keruh dibanding sebelum perlakuan, diikuti dengan perubahan
pH cairan hasil fermentasi; dan
5. Produk turunan kopi sendiri selain menjadi bubuk kopi dapat berupa bahan
tambahan untuk produk kesehatan, pengharum ruangan dan lainnya.
6.2 Saran
Saran untuk praktikum kali ini adalah diharapkan fermentasi yang dilakukan
menggunakan bakteri agar proses pembuatan kopi lebih baik hasilnya.
DAFTAR PUSTAKA
Dewi S.L. 2012. Isolasi Bakteri Xilanolitik Dan Selulolitik Dari Feses Luwak.
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Farida Ana, Ristanti Evi, Kumoro AC. 2013. Penurunan Kadar kafein dan asam
Total pada biji kopi robusta menggunakan teknologi fermentasi anaerob
fakultatif dengan mikroba Nopkor MZ-15. Jurnal Teknologi Kimia dan
Industri Vol.2 No.3 :70-75
Ridwansyah. 2003. Pengolahan Kopi [skripsi]. Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara, Lampung.
27:185-194. [16].
Sulistyowati dan Sumartona. 2002. Metode Uji Citarasa Kopi. Materi Pelatihan
Uji
Citarasa Kopi 19-21 Februari 2002. Jember: Pusat Penelitian Kopi dan
Kakao.
Hadipernata M, Nugraha S. 2012. Identifikasi fisik, kimia dan mikrobiologi biji
kopi luwak sebagai dasar acuan teknologi proses kopi luwak artificial. J
Kementer Pertan. 372:117-121.
Tanasupawat, S. dan K. Komagata. 1999. Lactic Acid Bacteria in Fermented
Foods
in Southeast Asia. Dalam Nga, B.H., M.H. Tan, dan K.I Suzuki, Microbial
Diversity in Asia: Technologi and Prospects. World Scientific.
LAMPIRAN