Anda di halaman 1dari 13

SISTEM PRODUKSI

AGROINDUSTRI KOPI ARABIKA

Disusun Oleh:

1. Delinda Vindia
240110180012
2. Ridha Rahmadini - 240110180016
3. Auliannissa Fitrian
240110180025
4. Mitha Muthia Fitriani
240110180018
5. Silmi Fauzan Yusup Jamaludin 240110180034
6. Devi tri lestarina 240110180026
7. Siti Solichah Rokhmatun Fitriyani
240110180005
8. Jihan Ramadhani Ande Putri 240110180019
UNIVERSITAS PADJADJARAN

SUMEDANG

2018

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ………………………………………………………….........…………. 1

I. Pendahuluan ………………………………………………………..…..........…..……. 2

I.I Latar Belakang …………………………………………………........…………3

I.II Tujuan Pembahasan ………………………………......…………………… 5

II. Pembahasan …………………………………………………………………………..........……… 7

II. I Proses hulu ke hilir produk kopi........................................................

II. II Peningkatan pemasaran kopi arabika...............................................

III. Penutup……………………………………………………...…….......…….… 42

III. I Kesimpulan…………………………………………………………….........……… 45

Daftar Pustaka ………………………………………………………........…………… 48


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang
limbah dan manfaatnya untuk masyarakat.

Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata saya berharap semoga makalah ini bermanfaat untuk kita semua dan dapat
memberikann inpirasi terhadap pembaca.
Sumedang, 17 Desember 2018
Penyusun

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Agroindustri adalah kegiatan memanfaatkan hasil pertanian sebagai bahan baku,


merancang dan menyediakan peralatan serta jasa untuk kegiatan tersebut dengan produk akhir
yang siap dikonsumsi ataupun sebagai produk bahan baku industri lainnya. Produk yang
dihasilkan harus melewati beberapa tahap proses produksi yang disebut sebagai sistem produksi.
Sistem adalah kolektivitas beberapa fungsi atau bagian yang memiliki tugas dan kewajiban
tertentu dan secara bersama-sama melakukan kerja sama untuk mewujudkan tujuan bersama.

Sistem produksi merupakan sebuah sistem yang terdapat di dalam perusahaan untuk
mengubah sebuah produk secara fisik atas sumberdaya produksi (input) menjadi keluaran
(output). Sistem produksi terdiri dari empat elemen (subsistem), yaitu subsistem masukan
(input), subsistem proses (conversion or processing subsystem), subsistem keluaran (output), dan
subsistem umpan balik (feedback).

Salah satu produk pertanian ini yaitu kopi. Kopi merupakan salah satu komoditas
perkebunan unggulan Indonesia yang memiliki peranan penting khususnya sebagai sumber
devisa, penyedia lapangan kerja, dan sebagai sumber pendapatan bagi petani ataupun pelaku
ekonomi lainnya. Pada tahun 2014 Indonesia menjadi produsen kopi keempat terbesar setelah
Brazil, Vietnam dan Kolombia. Selain sebagai produsen, pada tahun 2015, Indonesia
menempati urutan eksportir terbesar ke-5 dalam hal jumlah ekspor produk kopi dengan kode
Harmonized System (HS) 0901 setelah Brazil, Vietnam, Kolombia dan Jerman (ITC, 2016).

Tanaman kopi komoditi ekspor yang cukup menggembirakan karena mempunyai nilai
ekonomis yang relative tinggi di pasaran dunia, di samping itu tanaman kopi ini adalah salah satu
komoditas unggulan yang dikembangkan di Jawa Barat. Tanaman kopi jenis arabika saat ini
mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi dibandingkan dengan kopi Robusta yang mana
pada tahun 1990 harga kopi Arabika 1,85 U$D/Kg,sedangkan kopi Robusta 0,83 U$D/Kg

Industri pengolahan kopi pada umumnya menggunakan bahan baku biji kopi arabika dan
robusta dengan komposisi perbandingan tertentu. Teknologi pengolahan kopi pertama kali
ditemukan di wilayah timur laut Ethiopia (Talbot, 2002) dan pembudidayaan pertama kali di
wilayah selatan Arabia, sementara pertama kali menjadi minuman pada pertengahan abad ke 15
di Yaman (Sualeh dan Mekonnen, 2013).

1.2. Tujuan Pembahasan


Adapun tujuan dari makalah ini untuk mengenal dan mengetahui sistem produksi kopi
arabika. Juga sebagai bahan pertimbangan dalam membudidayakan kopi agar dapat
menghasilkan produksi yang tinggi,
BAB II

BAB III

PEMBAHASAN

2.1. Proses Hulu ke Hilir Produk Kopi

1. Proses Natural
Proses natural adalah proses pengolahan kopi yang memakan waktu paling lama
diantara proses yang lainnya. Proses natural membutuhkan waktu 25-30 hari. Berikut ini
adalah tahapan pengolahan proses natural:
a. Panen pilih
Panen pilih merupakan cara pemanenan dengan memetik buah kopi yang sudah
berwarna merah penuh atau buah yang sudah masak sempurna.
b. Perambangan
Perambangan ini bertujuan untuk memisahkan ceri kopi yang dapat diolah menjadi
kopi natural. Buah kopi yang dapat dijadikan kopi natural adalah buah kopi yang
tenggelam, sedangkan buah kopi yang terapung tidak dapat diolah menjadi kopi
natural.
c. Penjemuran
Buah kopi yang sudah dipanen selanjutnya dijemur di lapangan penjemuran dengan
menggunakan para-para yang berukuran 1 x 1,5 m dengan kapasitas 40 kg/para-para.
Penjemuran dilakukan ±25 hari hingga kadar air mencapai 12%. Pengecekan kadar
air menggunakan measure meter. Pada proses penjemuran terjadi penyusutan sebesar
75%, sehingga 7,5 kg ceri menjadi 1,875 kg gabah (Horn Skin). d. Buah kopi yang
telah dijemur selama ±25 hari dan mencapai kadar air 12%, selanjutnya di hulling
dengan mesin huller. Hulling adalah proses pengupasan kulit tanduk. Pada proses
hulling mengalami penyusutan sebesar 40%, sehingga 1,875 kg gabah (Horn Skin)
menjadi 1,125 kg green bean. Hasil dari proses hulling adalah biji kopi (green bean)
yang selanjutnya akan disortasi. Selanjutnya di-grading sesuai dengan ukurannya dan
disortir. Biji kopi di-grading dengan mesin grader sehingga diperoleh biji kopi grade
A, grade B, dan grade C. Pada proses sortasi, biji kopi mengalami penyusutan
sebesar 15%, sehingga 1,125 kg biji kopi menjadi 1 kg. Biji kopi yang telah di-
grading, selanjutnya disortir secara manual untuk memisahkan dari kotoran-kotoran
yang tidak diinginkan serta biji yang rusak akibat hama dan penyakit. f. Biji kopi
(green bean) yang telah disortir, selanjutnya dikemas dengan karung goni berukuran
60 kg. Sebelum dimasukkan ke dalam karung goni, biji kopi terlebih dahulu dikemas
dengan menggunakan plastik bening. Hal tersebut untuk menghindari dari serangan
kutu dan menjaga agar bau dari biji kopi tidak berubah karena biji kopi mudah
menyerap bau. Biji kopi yang telah dikemas tersebut disimpan di dalam gudang
penyimpanan dengan menggunakan pallet kayu sebagai alasnya. Penggunaan pallet
dilakukan agar biji kopi tidak bersentuhan langsung dengan lantai dan tidak
mengalami kerusakan.
2. Proses Honey
Proses honey merupakan proses pengolahan kopi, dimana menyisakan kulit daging yang
dapat memberikan rasa manis pada kopi. Terdapat tiga jenis proses honey, yaitu yellow
honey, redhoney, dan black honey. Perbedaan tersebut terletak pada proses pengolahan
dan rasa yang dihasilkan, rasa yang dihasilkan pada red honey lebih manis dibandingkan
dengan yellow honey dan black honey. Proses pengolahan red honey sama dengan proses
pengolahan yellow honey dan berbeda dengan proses black honey. Pada proses black
honey, ceri kopi yang telah dirambang dimasukan terlebih dahulu ke dalam karung
selama tujuh hari. Setelah tujuh hari di dalam karung, selanjutnya di-pulping, dijemur
selama tujuh hari dan di-hulling. Secara umum, proses pengolahan kopi honey sebagai
berikut:
a. Panen pilih
Panen pilih merupakan cara pemanenan dengan memetik buah kopi yang sudah
berwarna merah penuh atau buah yang sudah masak sempurna.
b. Perambangan
Perambangan ini bertujuan untuk memisahkan ceri kopi yang dapat diolah menjadi
kopi honey. Buah kopi yang dapat dijadikan kopi honey adalah buah kopi yang
tenggelam, sedangkan buah kopi yang terapung tidak dapat diolah menjadi kopi
honey.

c. Pengupasan dengan mesin pulper


Pengupasan pada buah kopi yang tenggelam pada proses perambangan, selanjutnya
dikupas kulitnya dengan mesin pulper. Pada proses pulping mengalami penyusutan
sebesar 48%, sehingga 7,5 kg ceri menjadi 3,9 kg gabah basah.
d. Penjemuran
Buah kopi yang sudah di-pulping selanjutnya dijemur selama 10 hari hingga kadar air
mencapai 12%. Proses penjemuran dilakukan secara manual dengan bantuan sinar
matahari. Pada saat penjemuran mengalami penyusutan 62%, sehingga 3,9 kg gabah
basah menjadi 1,482 kg gabah kering.
e. Pengupasan dengan mesin huller
Kopi yang telah mencapai kadar air 12%, selanjutnya pengupasan kulit tanduk
dengan menggunakan mesin huller, sehingga menjadi green bean. Pada proses hulling
terjadi penyusutan sebesar 20%, sehingga 1,482 kg gabah kering (HS) menjadi 1,186
kg biji kopi.
f. Grading
Biji kopi (green bean) yang telah di-hulling, selanjutnya adalah di-grading sesuai
dengan ukurannya dan disortir. Biji kopi di-grading dengan mesin grader sehingga
diperoleh biji kopi grade A, grade B, dan grade C. Biji kopi yang telah di-grading,
selanjutnya disortir secara manual untuk memisahkan dari kotoran-kotoran yang tidak
diinginkan serta biji yang rusak akibat hama dan penyakit. Biji kopi yang disortir
mengalami penyusutan sebesar 15%, sehingga 1,186 kg biji kopi menjadi 1 kg.
g. Pengemasan
Biji kopi (green bean) yang telah disortir, selanjutnya dikemas dengan karung goni
berukuran 60 kg. Sebelum dimasukkan ke dalam karung goni, biji kopi terlebih
dahulu dikemas dengan menggunakan plastik bening. Hal tersebut untuk menghindari
dari serangan kutu dan menjaga agar bau dari biji kopi tidak berubah karena biji kopi
mudah menyerap bau. Biji kopi yang telah dikemas tersebut disimpan di dalam
gudang penyimpanan dengan menggunakan pallet kayu sebagai alasnya. Penggunaan
pallet dilakukan agar biji kopi tidak bersentuhan langsung dengan lantai dan tidak
mengalami kerusakan.

3. Proses Full Washed


Proses full washed merupakan proses pengolahan kopi dengan cara fermentasi. Perlakuan
yang diberikan pada proses ini lebih banyak dibandingkan proses natural dan honey.
Waktu yang diperlukan pada proses full washed, yaitu 7 hari. Berikut ini adalah proses
pengolahan kopi full washed:
a. Panen pilih
Panen pilih merupakan cara pemanenan dengan memetik buah kopi yang sudah
berwarna merah penuh atau buah masak sempurna.
b. Perambangan
Perambangan ini bertujuan untuk memisahkan ceri kopi yang dapat diolah menjadi
kopi full washed. Buah kopi yang dapat dijadikan kopi full washed adalah buah kopi
yang tenggelam, sedangkan buah kopi yang terapung tidak dapat diolah menjadi kopi
full washed.
c. Pengupasan dengan mesin pulper
Buah kopi yang tenggelam pada proses perambangan, selanjutnya dikupas kulitnya
dengan mesin pulper. Pada proses pulping mengalami penyusutan sebesar 48%,
sehingga 7,5 kg ceri menjadi 3,9 kg gabah basah.
d. Proses pengolahan full washed
Buah kopi yang sudah di-pulping selanjutnya difermentasi selama 12 jam. Proses
fermentasi dilakukan dengan cara merendam buah kopi dan pergantian air dilakukan
setiap 6 jam sekali.
e. Pencucian
Pencucian ini dilakukan untuk menghilangkan lendir buah kopi. Pencucian tersebut
bertujuan untuk menghilangkan rasa manis kopi.
f. Penjemuran
Buah kopi yang sudah dicuci selanjutnya dijemur selama 7 hari hingga kadar air
mencapai 12%. Proses penjemuran dilakukan secara manual dengan bantuan sinar
matahari. Pada saat penjemuran mengalami penyusutan 62%, sehingga 3,9 kg kopi
basah menjadi 1,482 kg kopi kering.

g. Pengupasan dengan mesin huller


Kopi yang telah mencapai kadar air 12%, selanjutnya pengupasan kulit tanduk
dengan menggunakan mesin huller, sehingga menjadi green bean. Pada proses hulling
terjadi penyusutan sebesar 20%, sehingga 1,482 gabah kering (HS) menjadi 1,186 biji
kopi.
h. Grading
Biji kopi (green bean) yang telah di-hulling, selanjutnya adalah di-grading sesuai
dengan ukurannya dan disortir. Biji kopi di-grading dengan mesin grader sehingga
diperoleh biji kopi grade A, grade B, dan grade C. Biji kopi yang telah di-grading,
selanjutnya disortir secara manual untuk memisahkan dari kotoran-kotoran yang tidak
diinginkan serta biji yang rusak akibat hama dan penyakit. Biji kopi yang disortir
mengalami penyusutan sebesar 15%, sehingga 1,186 kg biji kopi menjadi 1 kg.
i. Dikemas
Biji kopi (green bean) yang telah disortir, selanjutnya dikemas dengan karung goni
berukuran 60 kg. Biji kopi yang telah dikemas tersebut disimpan di dalam gudang
penyimpanan dengan menggunakan pallet kayu sebagai alasnya. Penggunaan pallet
dilakukan agar biji kopi tidak bersentuhan langsung dengan lantai dan tidak
mengalami kerusakan. Ceri kopi yang telah diolah akan didistribusikan kepada
penjual kopi dalam bentuk green bean, roast bean, dan kopi siap saji.

2.2. Peningkatan Pemasaran Kopi Arabika

Strategi penetrasi pasar dijalankan untuk meningkatkan pangsa pasar yang ada untuk
produk tertentu melalui usaha pemasaran secara besar-besaran. Dalam era globalisasi, pemasaran
konvensional sangat tidak efisien dan efektif untuk digunakan karena memiliki banyak
kekurangan, seperti biaya promosi yang mahal atau kendala ruang dan waktu dalam proses
pemasaran.
Memperkenalkan produk kopi arabika di daerah pemasaran baru sebagai strategi
pengembangan pasar. Strategi pengembangan pasar ke pasar swalayan ini dijalankan dengan
memperluas area geografi baru, menambah segmen baru, mengubah dari bukan pemakai
menjadi pemakai. Menurut Hakim (2003) beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam strategi
pemasaran kopi menghadapi isu global adalah strategi internal (ke dalam negeri) berupa konversi
tanaman pengembangan kopi arabika, dan peningkatan konsumsi domestik, serta strategi
eksternal (ke luar negeri) dengan menjaga pangsa pasar, terobosan pasar baru, dan
pengembangan kerjasama bilateral dan multilateral.
Meningkatkan penjualan dengan cara memperbaiki atau mengembangkan produk-produk
yang sudah ada. Strategi yang dijalankan untuk menaikkan penjualan dengan memperbaiki atau
memodifikasi produk yang ada saat ini. Menjalankan strategi ini berarti melibatkan pengeluaran
biaya penelitian dan pengembangan yang besar. Misalnya dengan pengembangan kemasan
produk yang digunakan untuk pasar ekspor yang lebih menarik ataupun pengembangan cita
rasa kopi sesuai dengan permintaan konsumen seperti spesifikasi produk kopi yang diminati di
Australia adalah produk kopi hasil fermentasi 24 jam.
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Sistem produksi dalam pengolahan kopi terdiri dari input, proses, output, dan
menghasilkan umpan balik (feedback). Input dalam sistem tersebut adalah laporan hasil
penjualan green bean yang akan digunakan untuk menentukan pengadaan bahan baku. Kopi ini
diolah menjadi kopi proses natural, honey, dan full washed. Output tersebut berupa green bean.
Feed back (umpan baik) dalam sistem ini adalah hasil penjualan yang akan dijadikan sebagai
input. Penggunaan mesin pengolahan yang tidak sesuai dengan kapasitas mesin terpasang
menyebabkan sistem produksi belum optimal.

3.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Kartika, Y. D., Rifin, A., Saptono, I. T.(2018). Strategi Pengembangan Usaha Pengolahan Kopi
Arabika. Jurnal Aplikasi Manajemen dan Bisnis 4(2) : 213-218.
https://doaj.org/article/248a01dea26642eda08f20dfe40e678f

Kusmiati, A., Nusyamsiyah, D. Y., (2015). Kelayakan Finansial Usaha Tani Kopi Arabika dan
Prospek Pengembangannya di Ketinggian Sedang. Jurnal Agriekonomika 4(2) : 222-229.
https://doaj.org/article/5d4104dbdd8343d99e6cbe0c7a01549d

(gatau cara nulisnya gimana hmm)

Anda mungkin juga menyukai