Anda di halaman 1dari 71

1

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN OBAT


HERBAL BIOMUNOS

PADA PT. BIOFARMAKA INDONESIA, BOGOR

PA DRS. YUDI PRAMONO

Dosen : Dra. Hefni Warnetty, MFarm, Apt.


Disusun oleh :
1. Apriliani Siallaga (19121204)
2. Armeiny Dirman (19121205)
3. Asima Sirait (19121243)
4. Astried Cintya Dewi (19121244)
5. Elyda Sitorus (19121252)
6. Ernawati (19121212)
7. Hotmida Emma Renice Silalahi (19121255)
8. Juwita Septyaningrum (19121259)
9. Mega Indah Wulandari (19121265)
10. Novita Shastri (19121224)
11. Nurrita Diany (19121267)
12. Pretty Lyartha Nainggolan (19121226)
13. Rullyta Rahmawati (19121230)
14. Siti Nurmaya Dewi (19121231)
15. Widi Damar Riyani (19121279)
2

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masyarakat Indonesia sejak dahulu telah mengenal dan memakai

tanaman obat sebagai salah satu upaya penanggulangan masalah

kesehatan, sebelum pelayanan kesehatan formal dengan pengobatan

modern menggunakan obat farmasi dikenal masyarakat. Pengetahuan

tentang tanaman obat tradisional merupakan warisan budaya bangsa

berdasarkan pengalaman, pengetahuan dan keterampilan secara turun

temurun dari nenek moyang yang diteruskan kepada generasi penerus

bangsa. Penelitian secara ilmiah juga terbukti adanya sifat penyembuhan

dalam tanaman obat yang telah digunakan dalam pengobatan tradisional.

Oleh sebab itu penggunaan tanaman obat untuk kesehatan ada

kecenderungan meningkat.

Berdasarkan letak geografis dan lingkungan alamnya, Indonesia

mempunyai potensi dan prospek yang baik untuk pengembangan

tanaman obat karena banyak daerah yang memenuhi persyaratan

lingkungan tumbuh bagi tanaman obat, seperti wilayah Sumatera,

Kalimantan, Irian Jaya, Jawa, Bali dan Sulawesi. Faktor pendukung

lainnya untuk pengembangan tanaman obat adalah adanya kekayaan

keanekaragaman hayati yang dimiliki oleh Indonesia. Indonesia memiliki

30.000 jenis tumbuhan dan sekitar 940 spesies diantaranya diketahui

berkhasiat sebagai obat dan 180 spesies telah digunakan dalam ramuan

1
3

obat tradisional oleh industri obat tradisional Indonesia (Susi, 2005) 1.

Kenyataan ini mengindikasikan bahwa dari segi ketersediaan bahan

baku, industri obat tradisional dalam negeri mempunyai persediaan

bahan baku yang melimpah.

Pembudidayaan tanaman obat sudah lama dikenal oleh petani di

Indonesia. Terdapat 10 jenis tanaman obat yang telah dibudidayakan

secara serius di Indonesia (Tabel 1). Beberapa jenis tanaman obat

memang telah lama dikenal masyarakat untuk pengobatan tradisional

seperti kunyit, kencur, lengkuas, lempuyang, temulawak dan sebagainya.

Tabel 1. Produksi Tanaman Obat Indonesia Tahun 2000-2005 (ton)

No Komoditi Tahun

2000 2001 2002 2003 2004 2005

1 Kunyit 24.813 27.195 23.933 30.707 40.467 82.107

2 Kencur 9.489 11.112 12.848 19.527 22.609 35.478

3 Lempuyang 4.484 4.794 4.530 4.684 6.025 8.896

4 Temulawak 5.674 6.089 7.173 11.761 13.666 22.582

5 Temuireng 2.853 1.662 3.040 4.490 6.174 7.724

6 Kejibeling 469 678 311 710 699 1.348

7 Kapulaga 2.490 1.928 3.538 3.563 4.218 7.179

8 Dringo 139 114 366 495 257 417

9 Sambiloto 0 0 0 231 566 2.150

10 Mengkudu 0 0 0 1.910 3.509 9.820

Total 50.414 53.574 55.742 78.081 98.193 176.357

Sumber: Deptan (2006)


4

Pada Tabel 1, terlihat bahwa secara keseluruhan total produksi 10

tanaman obat tahun 2000 hanya 50.414 ton, meningkat cukup signifikan

pada produksi tahun 2005 yaitu 176.357 ton, dengan persentase kenaikan

sebesar 71,4 persen dan rata-rata persentase kenaikan tiap tahun yaitu

25,93 persen. Kenaikan produksi tanaman obat yang cukup besar

memperlihatkan bahwa tanaman obat di Indonesia masih sangat potensial

untuk dikembangkan.

Industri pengolahan mengolah tanaman obat sehingga

mempunyai nilai tambah. Tanaman obat dijadikan komoditi komersial

yang dapat dipasarkan dalam berbagai bentuk yaitu simplisia utuh

(segar/kering), bentuk ekstrak/instant maupun bentuk produk jadi yang

biasanya disebut sebagai obat tradisional yang sekarang lebih dikenal

dengan obat herbal. Menurut Badan Pengawasan Obat dan Makanan

(BPOM) ada tiga kategori sediaan obat herbal yaitu jamu, obat herbal

terstandar dan fitofarmaka. Jamu adalah sediaan obat herbal Indonesia

yang keamanan dan khasiatnya telah diketahui secara turun temurun

berdasarkan pengalaman (empiris). Obat herbal terstandar adalah sediaan

obat herbal Indonesia yang dibuat dari bahan berupa ekstrak atau serbuk

yang telah distandarisasi.

Status keamanan dan khasiatnya telah dibuktikan secara ilmiah

yaitu melalui uji pra-klinik (uji khasiat dan toksisitas pada hewan

percobaan). Fitofarmaka adalah sediaan obat herbal Indonesia dengan

bahan baku yang telah distandarisasi, telah dilakukan uji praklinik dan uji
5

klinik (uji pada orang sakit).

Back to nature, kembali ke alam, kini menjadi semboyan

masyarakat modern. Mereka merindukan segala sesuatu yang selaras,

seimbang dan menyejukkan yang diberikan alam. Dalam industri

farmasi, misalnya, obat-obatan kimia yang banyak diproduksi perusahaan

farmasi dengan teknologi modern, diyakini menimbulkan dampak negatif

(mempunyai efek samping) bagi kesehatan. Ini terkait dengan

penggunaan unsur-unsur kimia yang ada di dalamnya. Sedangkan obat

herbal diyakini lebih aman tanpa efek samping, dapat dipakai seluruh

keluarga, sejalan dengan kebiasaan dan kepercayaan

masyarakat,kualitasnya yang baik, berkhasiat menyembuhkan penyakit

dan harga obat herbal relatif lebih murah. Karena itu, ada kecenderungan

masyarakat kini beralih ke obat-obat herbal yang alami untuk

menyembuhkan berbagai penyakit2 Dengan beralihnya preferensi

masyarakat menyebabkan industri farmasi Indonesia cukup berminat

untuk mengembangkan obat herbal. Hal ini disebabkan bahan baku yang

dibutuhkan sangat berlimpah, investasi yang tidak terlalu tinggi, proses

dan kompetensi produksi juga tersedia dan pasar yang menjanjikan baik

domestik maupun ekspor3.

Salah satu obat herbal yang banyak diminati masyarakat saat ini

adalah jenis immunomodulator yaitu obat herbal yang berfungsi untuk

menjaga daya tahan tubuh. Ada beberapa faktor yang menyebabkan

kekebalan/daya tahan tubuh terganggu, antara lain mengalami stres atau


6

tekanan kejiwaan, kurang gizi, terlalu lelah, perubahan cuaca atau iklim

serta polusi. Salah satu cara untuk meningkatkan ketahanan tubuh yaitu

dengan mengkonsumsi obat herbal jenis immunomodulator karena dapat

meningkatkan sel imun dalam tubuh yang mempercepat penyembuhan

dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh.

Setiap perusahaan mempunyai tujuan untuk dapat tetap hidup dan

berkembang di tengah persaingan pasar. Hal ini dapat dicapai dengan

mempertahankan dan meningkatkan tingkat keuntungan/laba perusahaan.

Peningkatan laba perusahaan dapat dicapai dengan meningkatkan nilai

penjualan melalui usaha mencari dan membina pelanggan serta usaha

menguasai pasar. Oleh karena itu bagian pemasaran perusahaan harus

melakukan strategi pemasaran yang mantap dan tepat untuk dapat

menggunakan kesempatan atau peluang yang ada dalam pemasaran,

sehingga posisi atau kedudukan perusahaan di pasar dapat dipertahankan

sekaligus ditingkatkan (Assauri, 2004).

I.2 Perumusan Masalah

Kecenderungan masyarakat dunia untuk back to nature, dengan

indikasi utama peningkatan kebutuhan produk-produk konsumsi untuk

kesehatan dari bahan alam, merupakan peluang besar bagi

pengembangan tanaman obat dan obat herbal di Indonesia. Banyak

masyarakat yang beralih dari obat-obatan modern yang dibuat secara

kimiawi ke obat-obatan herbal. Salah satu obat herbal yang banyak

diminati masyarakat saat ini adalah jenis immunomodulator yaitu obat


7

herbal yang berfungsi untuk menjaga daya tahan tubuh. Saat ini

masyarakat lebih memperhatikan kualitas kesehatannya dengan

mengkonsumsi obat untuk meningkatkan daya tahan tubuhnya agar tidak

mudah terserang penyakit.

PT. Biofarmaka Indonesia (Biofarindo) adalah salah satu

perusahaan yang memanfaatkan peluang ini dengan memproduksi obat

herbal jenis immunomodulator dengan merek Biomunos yang berbahan

baku tanaman obat asli Indonesia. PT. Biofarindo baru didirikan tahun

2005 sebagai pengembangan dari Divisi Produk Pusat Studi Biofarmaka

IPB. PT. Biofarindo mengembangkan produk-produk herbal dengan

konsep “back to nature” yang dilandasi oleh hasil uji dan riset.

Pengembangan produk herbal pada PT. Biofarindo mengedepankan mutu

dan kualitas serta efek efikasi dari setiap produknya sebagai jaminan

untuk meraih kepuasan konsumen.

Di tengah banyaknya pilihan produk obat herbal jenis

immunomodulator, merek, harga, kemasan dan kualitas produk, PT.

Biofarindo yang baru memasarkan produk obat herbal jenis

immunomodulator harus berusaha keras untuk bersaing di antara

perusahaan yang lebih dahulu memasarkan produknya. Hal tersebut

dilakukan untuk memenangkan persaingan dalam meraih pangsa pasar.

Permasalahan utama yang dihadapi oleh PT. Biofarindo sebagai pemain

baru dalam industri obat herbal adalah penyebaran produk obat herbal

pada wilayah pemasaran baru (potensial) yang tidak memiliki pusat


8

distribusi dan keberadaan produk yang masih belum dikenal masyarakat.

Sebagai perusahaan yang baru meluncurkan produk obat herbal

jenis immunomodulator PT. Biofarindo telah melakukan berbagai

strategi pemasaran yang meliputi strategi produk, strategi harga, strategi

distribusi, dan strategi promosi. Kegiatan tersebut diarahkan untuk

mencapai sasaran perusahaan berupa laba dan volume penjualan yang

diharapkan. Strategi pemasaran yang dilakukan PT. Biofarindo dalam hal

strategi produk masih terbatas, PT. Biofarindo hanya mengeluarkan satu

kemasan berupa botol dengan isi 30 kapsul sehingga konsumen tidak

memiliki pilihan dalam pembelian. PT. Biofarindo masih terbatas

melakukan promosi melalui pameran dan brosur sehingga kurang

mengena dalam benak konsumen. PT. Biofarindo juga belum

mempunyai agen tetap maupun kemitraan dalam memasarkan produk

obat herbalnya.

Berdasarkan uraian di atas, menarik untuk dikaji mengenai

strategi pemasaran obat herbal yang diproduksi oleh PT. Biofarindo

untuk menghadapi persaingan dalam industri obat herbal yang baru

dimasukinya. Strategi pemasaran yang ditetapkan harus ditinjau dan

dikembangkan sesuai dengan perkembangan pasar dan lingkungan pasar

serta sumberdaya yang dimiliki oleh perusahaan. Strategi pemasaran

harus dapat memberikan gambaran yang jelas dan terarah tentang apa

yang akan dilakukan perusahaan dalam menggunakan kesempatan atau

peluang pada pasar sasaran dengan menggunakan kekuatan yang ada di


9

perusahaan tersebut. Strategi pemasaran merupakan serangkaian tujuan

dan sasaran, kebijakan dan aturan yang memberi arah kepada usaha-

usaha pemasaran perusahaan dari waktu ke waktu, pada masing-masing

tingkatan dan acuan serta alokasinya, terutama sebagai tanggapan

perusahaan dalam menghadapi lingkungan dan keadaan persaingan yang

selalu berubah. Oleh karena itu, dalam menentukan strategi pemasaran

diperlukan analisis lingkungan/eksternal dan analisis internal perusahaan

melalui analisis keunggulan dan kelemahan perusahaan serta analisis

peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan dari lingkungannya

(Assauri, 2004).

Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut :

1. Faktor internal apa saja yang menjadi kekuatan serta kelemahan PT

Biofarmaka Indonesia?

2. Faktor eksternal apa saja yang menjadi peluang dan ancaman PT

Biofarmaka Indonesia?

3. Alternatif strategi pemasaran apa saja dan prioritas strategi

pemasaran apakah yang tepat bagi PT Biofarmaka Indonesia

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan


untuk :

1. Mengidentifikasi dan menganalisis faktor internal yang menjadi

kekuatan serta kelemahan PT Biofarmaka Indonesia.


10

2. Mengidentifikasi dan menganalisis faktor eksternal yang menjadi

peluang dan ancaman PT Biofarmaka Indonesia

3. Menganalisis alternatif strategi pemasaran dan menentukan prioritas

strategi pemasaran yang tepat dan dapat diterapkan bagi PT

Biofarmaka Indonesia dalam pemasaran obat herbal PT Biofarmaka

Indonesia.

1.4 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

kepada manajemen PT. Biofarindo dalam merencanakan dan

menetapkan strategi pemasaran yang tepat bagi perusahaan. Selain itu

penelitian ini berguna bagi penulis untuk mengaplikasikan konsep-

konsep yang telah diterima selama perkuliahan. Penulis juga berharap

penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan literatur untuk penelitian

selanjutnya. Kegunaan penelitian bagi pembaca adalah sebagai sumber

informasi mengenai strategi pemasaran di perusahaan obat herbal

lainnya.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Obat

Tanaman obat adalah jenis tanaman yang sebagian, seluruh atau

eksudat (sel) tanaman tersebut digunakan sebagai obat, bahan atau

ramuan obat-obatan (Rostianan dalam Surinah, 2000). Menurut BPS

(2000) tanaman obat didefinisikan sebagai tanaman yang bermanfaat

sebagai obat-obatan yang dikonsumsi dari bagian tanaman berupa daun,

bunga, buah, rimpang atau akar. Selain itu, definisi tanaman obat

menurut Departemen Kesehatan RI, tercantum dalam SK Menkes

No.149/SK/Menkes/IV/1978 adalah sebagai berikut :

a. Tanaman atau bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan obat

tradisional atau jamu.

b. Tanaman atau bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan pemula

bahan baku.

c. Tanaman atau bagian ta0naman yang diekstraksi dan ekstrak tanaman

tersebut digunakan sebagai obat.

Zuhud dalam Surinah (2000), membagi tanaman berkhasiat obat

menjadi tiga kelompok, yaitu :

a. Tumbuhan obat tradisional: merupakan spesies tumbuhan yang

diketahui atau dipercayai masyarakat memiliki khasiat obat dan telah

digunakan sebagai bahan baku obat tradisional.


12

b. Tumbuhan obat modern: merupakan spesies tumbuhan yang secara

ilmiah telah dibuktikan mengandung senyawa atau bahan bioaktif

berkhasiat obat dan penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan

secara medis.

c. Tumbuhan obat potensial: merupakan spesies tumbuhan yang diduga

mengandung atau memiliki senyawa atau bahan aktif berkhasiat obat,

tetapi belum dibuktikan penggunaannya secara farmakologis sebagai

obat.

2.2 Obat Tradisional

Obat tradisional adalah obat asli Indonesia yang berasal dari

tanaman obat, proses produksinya masih tradisional dan belum diuji

secara ilmiah. Obat tradisional ini berupa ramuan baik yang berasal dari

tumbuhan, hewan, mineral, sediaan glenik atau campuran dari bahan-

bahan tersebut secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan

berdasarkan pengalaman (Herba, 2002). Obat tradisional adalah bahan

atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan

mineral, sediaan glenik atau campuran dari bahan-bahan tersebut, yang

secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan

pengalaman (Badan POM, 2004).

Menurut Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) ada tiga

kategori sediaan obat herbal yaitu jamu, obat herbal terstandar dan
13

fitofarmaka. Jamu adalah sediaan obat herbal Indonesia yang keamanan

dan khasiatnya telah diketahui secara turun temurun berdasarkan

pengalaman (empiris). Obat herbal terstandar adalah sediaan obat herbal

Indonesia yang dibuat dari bahan berupa ekstrak atau serbuk yang telah

distandarisasi. Status keamanan dan khasiatnya telah dibuktikan secara

ilmiah yaitu uji pra-klinik (uji khasiat dan toksisitas pada hewan

percobaan). Fitofarmaka adalah sediaan obat herbal Indonesia dengan

bahan baku yang telah distandarisasi, telah dilakukan uji praklinik dan uji

klinik (uji pada orang sakit) sehingga dapat diresepkan oleh dokter.

Definisi obat tradisional yang tertuang dalam Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia No 179/Depkes/Per/VII/1976 tentang

Produksi dan Distribusi Obat telah disempurnakan lagi dalam Peraturan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 2246/1992. Pengertian obat

tradisional menurut peraturan tersebut meliputi beberapa hal, yaitu:

a. Obat tradisional mencakup juga obat jadi atau obat terbungkus, serta

bahan baku atau ramuan bahan. Definisi lama hanya mencakup bahan

jadi (ramuan) saja.

b. Obat tradisional mencakup semua ramuan yang berasal dari alam,

baik yang belum maupun yang sudah memiliki data klinis. Definisi

lama terbatas pada bahan-bahan yang belum memiliki data klinis.

c. Obat tradisional dapat digunakan dalam pengobatan formal yang

melibatkan tenaga para dokter. Hal ini dimungkinkan dengan

ditetapkannya kebijaksanaan obat tradisional yang telah


14

distandarisasi (kelompok filoterapi). Definisi lama obat tradisional

hanya ditekankan pada usaha pengobatan yang berdasarkan

pengalaman belaka.

Departemen Kesehatan membagi obat tradisional menjadi dua

kelompok yaitu:

1. Kelompok jamu, yaitu obat tradisional yang bahan bakunya adalah

simplisia yang sebagian besar belum mengalami standarisasi dan

belum pernah diteliti,bentuk sediaan masih sederhana berwujud serbuk

seduhan, rajangan untuk seduhan dan sebagainya.

2. Kelompok filoterapi yang lebih dikenal dengan kelompok

fitofarmaka, yaitu obat tradisional yang bahan bakunya adalah

simplisia yang telah mengalami standarisasi dan telah dilakukan

penelitian atas sediaannya, kegunaannya jelas dan dapat diandalkan.

Pada Tabel 3 berikut ini akan dijelaskan perbedaan antara obat

tradisional, fitofarmaka dan obat farmasi (paten).

Tabel 3. Perbedaan Jamu, Fitofarmaka dan Obat Farmasi

Jamu Fitofarmaka Obat farmasi


1. Individual 1. Berlaku umum 1. Berlaku umum
2. Belum ada standar 2. Standar ada 2. Standar ada
3. Efektifitas berdasarkan 3. Efektivitas teruji 3. Pharmacodynamic uji
tradisi 4. Stabilitas produk (+), 4. Stabilitas teruji,
4. Stabilitas produk (-) dissolution test, dosis dissolution, dosis tepat
5. Obat bebas tepat, diamati 5. Obat keras
6. Pemasaran dengan iklan 5. Obat bebas 6. Pemasaran melalui dokter
6. Pemasaran melalui dokter
dan iklan
15

Sumber: Sirait, 2001

2.3 Obat Herbal Jenis immunomodulator

Immunomodulator adalah obat yang mendukung kinerja sistem

kekebalan tubuh tetap optimal. Perannya adalah membuat sistem

kekebalan tubuh lebih aktif dalam menjalankan fungsinya sebagai

penguat sistem kekebalan tubuh atau daya tahan tubuh. Selain itu

immunomodulator juga dapat menekan sistem kekebalan yang berlebihan

(imunosupressan) sehingga kekebalan atau daya tahan tubuh selalu

optimal dalam menjaga tubuh agar tetap siaga dan kuat ketika diserang

virus, bakteri, atau mikroba lainnya.

Salah satu tanaman obat yang dapat digunakan sebagai

immunomodulator adalah meniran (Phyllantus niruri). Tanaman obat

inilah yang digunakan sebagai bahan baku obat herbal jenis

immunomodulator milik PT. Biofarindo dengan merek Biomunos. Secara

tradisional meniran telah lama dimanfaatkan untuk penyakit radang, batu

ginjal, sulit buang air, disentri, hepatitis, ayan atau epilepsi dan

rematik.Tanaman obat asli Indonesia ini dapat membantu pencegahan

berbagai infeksi yang disebabkan oleh virus dan bakteri. Ekstrak meniran

juga mampu mempercepat penurunan demam pada anak yang menderita

infeksi saluran pernapasan atas.


16

Data Fisik Meniran (Phyllanthus Niruri L)

 Meniran mudah tumbuh di tempat lembab dan berbatu. Seperti di

sepanjang saluran air, semak-semak, dan tanah terlantar di

rerumputan.

 Meniran adalah tanaman semusim, tumbuh tegak, bercabang-

cabang, tinggi sekitar 30-50 centi.

 Daun tunggal, letak berseling. Helaian daun bundar telur sampai

bundar memanjang, ujung tumpul, pangkal membulat.

 Buahnya buah kotak, bulat pipih, licin. Bijinya kecil, keras,

berbentuk ginjal, berwarna coklat.


17

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1 Pemasaran

Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang

didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka

butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan

mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain (Kotler, 2005).

Definisi yang dikemukakan oleh Stanton adalah sebagai berikut,

pemasaran adalah sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang --

ditujukan untuk merencanakan produk, menentukan harga,

mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat

memuaskan kebutuhan kepada pembeli yang ada maupun pembeli

potensial (Stanton, 1991).

Pemasaran menurut Assauri adalah kegiatan manusia yang

diarahkan untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhan dan keinginan

melalui proses pertukaran (Assauri, 2004). Proses pemasaran terjadi atau

dimulai jauh sejak sebelum barang- barang diproduksi. Keputusan

keputusan dalam pemasaran harus dibuat untuk menentukan produk dan

pasarnya, harganya dan promosinya. Kegiatan pemasaran tidak bermula

pada saat selesainya proses produksi juga tidak berakhir pada saat

penjualan dilakukan. Perusahaan harus dapat memberikan kepuasan

kepada konsumen jika mengharapkan usahanya dapat berjalan terus atau


18

konsumen mempunyai pandangan yang baik terhadap perusahaan.

3.1.2 Konsep Pemasaran

Konsep pemasaran menyatakan bahwa kunci untuk mencapai

tujuan organisasi adalah lebih efektif daripada para pesaing dalam

memadukan kegiatan pemasaran guna menetapkan dan memuaskan

kebutuhan dan keinginan pasar sasaran (Kotler, 2005). Menurut Assauri

(2004) konsep pemasaran merupakan orientasi manajemen yang

menekankan bahwa kunci pencapaian tujuan organisasi terdiri dari

kemampuan perusahaan/organisasi menentukan kebutuhan dan keinginan

pasar yang dituju (sasaran) dan kemampuan perusahaan/organisasi

tersebut memenuhinya dengan kepuasan yang diinginkan secara lebih

efektif dan efisien dari para pesaing. Konsep pemasaran adalah suatu

falsafah manajemen dalam bidang pemasaran yang berorientasi pada

kebutuhan dan keinginan konsumen dengan didukung oleh kegiatan

pemasaran yang terpadu yang diarahkan untuk memberikan kepuasan

konsumen sebagai kunci keberhasilan organisasi dalam usahanya. Pada

hakikatnya konsep pemasaran menekankan orientasi oada kebutuhan da

keinginan konsumen yang didukung oleh kegiatan pemasaran yang

etrpadu, yang ditujukan untuk keberhasilan mencapai tujuan perusahaan.

Dengan demikian ada empat unsur pokok yang terdapat dalam konsep

pemasaran, yaitu: orientasi pada konsumen (kebutuhan dan keinginan

konsumen), kegiatan pemasaran terpadu, kepuasan konsumen dan tujuan

perusahaan jangka panjang (Assauri, 2004).


19

3.1.3 Strategi Pemasaran

Strategi secara harfiah merupakan suatu siasat. Menurut David

(2006), strategi merupakan alat untuk mencapai sasaran jangka panjang.

Strategi bisa juga dikatakan sebagai sarana yang digunakan untuk

mencapai tujuan akhir. Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan

perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program

tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumber daya (Chandler dalam

Rangkuti, 2000). Strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental

(senantiasa meningkat) dan terus menerus, serta dilakukan berdasarkan

sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh pelanggan di masa

depan (Hamel dan Prahaland dalam Rangkuti, 2000).

Berdasarkan definisinya strategi pemasaran adalah strategi yang

disatukan, luas, terintegrasi dan komprehensif yang dirancang untuk

memastikan bahwa tujuan pemasaran bagi perusahaan dapat dicapai

melalui pelaksaanaan yang tepat oleh organisasi (Stanton, 1991).

Sedangkan menurut Assauri (2004) strategi pemasaran pada dasarnya

adalah rencana yang menyeluruh, terpadu dan menyatu di bidang

pemasaran, yang memberikan panduan tentang kegiatan yang akan

dijalankan untuk dapat tercapainya tujuan pemasaran suatu perusahaan.


20

3.1.4 Strategi Bauran Pemasaran (Marketing Mix)

Strategi pemasaran dapat didekati dengan konsep bauran

pemasaran atau marketing mix (Stanton, 1991). Kotler (2005)

mendefinisikan bauran pemasaran sebagai seperangkat alat pemasaran

yang digunakan perusahaan untuk mencapai tujuan pemasarannya dalam

pasar sasaran. Bauran pemasaran merupakan kumpulan strategi yang

terdiri dari 4-P yaitu produk (product), harga (price), saluran distribusi

(place), dan promosi (promotion). Gambat 1 menunjukkan ruang lingkup

bauran pemasaran.
21

3.1.4.1. Produk

Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke dalam

pasar (baik berwujud atau tidak berwujud) untuk diperhatikan, dimiliki,

dipakai atau dikonsumsi sehingga memuaskan keinginan atau kebutuhan

yang meliputi objek secara fisik, pelayanan, orang, tempat, organisasi,

gagasan atau bauran dari semua wujud tersebut (Kotler, 2005).

Produk dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok menurut

daya tahan dan wujudnya, yaitu: (Kotler, 2005)

1. Barang yang tidak tahan lama (nondurable goods) adalah barang-

barang berwujud yang biasanya dikonsumsi dalam satu atau beberapa

kali penggunaan. Karena barang ini dikonsumsi dengan cepat dan

sering dibeli,strategi yang tepat adalah menyediakannya di berbagai

lokasi, hanya mengenakan marjin yang kecil dan memasang iklan besar-

besaran guna memancing orang untuk mencoba dan membangun preferensi.

2. Barang tahan lama (durable goods) adalah barang berwujud yang

biasanya tetap bertahan walaupun sudah digunakan beberapa kali.

Produk tahan lama pada umumnya memerlukan penjualan dan

pelayanan yang lebih pribadi, mengenakan marjin yang yang lebih

tinggi, dan memerlukan lebih banyak garansi dari penjual.

3. Jasa (services) adalah produk yang tidak berwujud, tidak dapat

dipisahkan, dan mudah habis. Produk jenis ini, memerlukan

pengendalian mutu, kredibilitas pemasok, dan kemampuan

penyesuaian yang lebih tinggi.

Faktor-faktor yang terkandung dalam suatu produk adalah mutu


22

(kualitas), penampilan, pilihan (option), gaya (style), merek,

pengemasan, jenis produk (product lines) dan macam produk (items).

Mutu produk menurut Kotler (2005) berarti menunjukkan

kemampuan produk untuk melaksanakan fungsinya, meliputi keawetan,

keandalan, ketepatan, kemudahan dipergunakan dan diperbaiki serta

atribut yang lain. Dalam mengembangkan suatu produk, produsen harus

menentukan tingkat kualitas yang akan mendukung posisi produk itu

dalam pasar sasaram. Kualitas produk merupakam keseluruhan ciri serta

sifat sari suatu produk atau pelayanan yang berpengaruh pada

kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau yang

tersirat.

Kegiatan memperkenalkan dan mempopulerkan merek dagang

suatu produk merupakan syarat berhasilnya pemasaran. Merek adalah

nama, istilah,tanda, simbol atau kombinasi dari semuanya yang

dimaksudkan untuk membedakannya dari produk pesaing (Kotler, 2005).

Pengemasan adalah kegiatan merancang dan memproduksi kemasan atau

pembungkus suatu produk.

Bauran produk adalah komdinasi dari semua produk ( product

line dan product item) yang ditawarkan/dijual perusahaan kepada

konsumen (Assauri, 2004). Lini produk adalah kumpulan dari produk-

produk yang berhubungan erat k arena memiliki fungsi yang serupa, atau

karena dijual kepada kelompok konsumen yang sama atau dijual dengan

harga jual dalam suatu skala tertentu. Macam produk adalah jenis produk
23

tertentu, yang mempunyai ciri-ciri spesifik menurut ukuran, harga,

penampilan atau atribut lainnya.

3.1.4.2 Harga

Harga adalah sejumlah nilai uang yang bersedia dibayarkan oleh

konsumen untuk mendapatkan suatu produk. Harga merupakan unsur

yang menghasilkan pendapatan penjualan, sedangkan unsur lainnya

merupakan unsur yang mengakibatkan pengeluaran biaya. Strategi harga

meliputi strategi penetapan harga, strategi tingkat harga, strategi

keseragaman harga, strategi potongan harga serta strategi syarat-syarat

pembayaran.

Perusahaan dapat menetapkan harga dengan menggunakan

metode-metode penetapan harga, sebagai berikut:

1. Penetapan harga dengan orientasi biaya yaitu penetapan harga

mark up, penetapan harga dengan “cost plus”, dan penetapan

harga sasaran.

2. Penetapan harga dengan orientasi permintaan yaitu penetapan

harga berdasarkan persepsi atau penilaian konsumen terhadap

mutu dan penetapan harga diskriminasi harga.

3. Penetapan harga dengan orientasi persaingan yaitu penetapan

harga mengikuti pasar (sama dengan pesaing) dam harga dibawah

pesaing.

Dalam penetapan harga perlu diperhatikan faktor-faktor yang


24

mempengaruhinya, baik langsung maupun tidak langsung. Faktor yang

mempengaruhi secara langsung, adalah bahan baku, biaya pemasaran,

biaya produksi, adanya peraturan pemerintah dan faktor lainnya. Faktor

tidak langsung adalah harga produk sejenis yang dijual oleh para pesaing,

pengaruh harga terhadap hubungan antara produk substitusi dan produk

komplementer, serta potongan diskon untuk para penyalur dan

konsumen.

3.1.4.3 Saluran Distribusi atau Tempat

Pada umumnya perusahaan atau organisasi tidak memasarkan

produknya langsung kepada pengguna akhir, diantaranya terdapat

perantara yang menjalankan fungsi pemasaran. Perantara ini membentuk

saluran pemasaran, yang juga disebut sebagai saluran dagang atau

saluran distribusi. Saluran pemasaran adalah beberapa organisasi yang

saling bergantung dan terlibat dalam proses mengupayakan agar produk

atau jasa dapat digunakan atau dikonsumsi. Perusahaan dapat

menghadapi banyak saluran distribusi alternatif untuk menjangkau pasar

sasaran. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan

dalam memilih salurn pemasaran adalah jenis dan sifat produk, sifat

konsumen potensial, sifat persaingan dan sifat saluran pemasaran yang

ada.

Keputusan-keputusan saluran pemasaran termasuk di antara

keputusan paling penting yang dihadapi manajemen. Saluran yang dipilih


25

sangat mempengaruhi semua keputusan pemasaran lain, hal ini

disebabkan saluran distribusi merupakan faktor yang akan menjamin

ketersediaan produk di pasar. Menurut Kotler (2005) ada empat level

saluran pemasaranuntuk barang konsumen, yaitu:

1. Saluran langsung (level-nol) terdiri dari produsen yang menjual

langsung ke konsumen.

2. Saluran satu level berisi satu perantara, seperti pengecer.

3. Saluran dua level berisi dua perantara , umumnya adalah

pedagang besar dan pengecer.

4. Saluran tiga level berisi tiga perantara, umumnya adalah

pedagang besar, pemborong dan pengecer.

3.1.4.4 Promosi

Definisi promosi menurut Kotler (2005) adalah berbagai kegiatan

yang dilakukan oleh produsen untuk mengkomunikasikan manfaat dari

produknya, membujuk, dan mengingatkan para konsumen sasaran agar

membeli produk tersebut. Menurut Assauri (2004), promosi adalah usaha

perusahaan untuk mempengaruhi dengan merayu (persuasive

communication) calon pembeli, melalui pemakaian segala unsur acuan

pemasaran.

Suatu produk tidak akan dibeli bahkan dikenal apabila konsumen

tidak mengetahui kegunaannya, keunggulannya, dimana produk dapat

diperoleh, dan berapa harganya. Untuk itulah konsumen yang menjadi


26

sasaran produk atau jasa perusahaan perlu diberikan informasi yang

jelas.Efektifitas pemasaran suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh

sistem komunikasi pemasaran yang dilakukan. Semakin efektif

komunikasi yang dilakukan maka akan berbanding lurus dengan

pemasarannya. Untuk melaksanakan komunikasi pemasaran diperlukan

beberapa cara komunikasi yang disebut bauran komunikasi pemasaran

(bauran promosi) yang terdiri atas lima cara komunikasi utama yaitu,

periklanan, promosi penjualan, hubungan masyarakat, penjualan secara

pribadi, dan pemasaran langsung (Kotler, 2005).

 Iklan

Kotler (2005) mendefinisikan iklan sebagai segala bentuk

presentasi non- pribadi dan promosi gagasan, barang, atau jasa oleh

sponsor tertentu yang harus dibayar. Iklan dapat digunakan untuk

membangun citra jangka panjang bagi suatu produk atau memicu

penjualan yang cepat. Iklan dapat efisien menjangkau pembeli yang

tersebar secara geografis.

Menurut Kotler (2005), tujuan iklan dapat digolongkan menjadi

empat, diantaranya :

1. Iklan informatif dimaksudkan untuk menciptakan kesadaran dan

pengetahuan tentang produk baru atau ciri baru produk yang sudah

ada.

2. Iklan persuasif dimaksudkan untuk menciptakan kesukaan,

preferensi, keyakinan dan pembelian suatu produk atau jasa.


27

3. Iklan pengingat dimaksudkan untuk merangsang pembelian produk

dan jasa kembali.

4. Iklan penguatan dimaksudkan meyakinkan pembeli sekarang bahwa

mereka telah melakukan pilihan yang tepat.

 Promosi penjualan

Menurut Stanton (1991), promosi penjualan adalah sesuatu yang

direncanakan untuk menambah dan mengkoordinasikan kegiatan

penjualan personal dan periklanan yang meliputi kegiatan pameran di

toko, pameran dagang, membagikan contoh/kupon-kupon “cent-off”

(untuk pembulatan harga ke bawah). Promosi penjualan mencakup alat

untuk promosi konsumen, promosi perdagangan, promosi bisnis dan

tenaga penjualan (Kotler, 2005).

Promosi penjualan mempunyai sifat yang unik yaitu dapat

menarik perhatian konsumen dan memberikan informasi yang dapat

mendorong konsumen untuk membeli. Promosi penjualan memberikan

insentif untuk menarik orang- orang baru untuk mencoba, memberi

imbalan kepada pelanggan setia, dan dapat menaikkan tingkat pembelian

ulang orang yang sesekali menggunakan. Promosi penjualan sering

menarik orang-orang yang beralih merek, yang terutama mencari harga

murah, nilai yang baik, atau hadiah. Namun promosi penjualan tidak

mungkin mengubah mereka menjadi pemakai yang setia.

Kotler (2005), menjelaskan alat-alat promosi penjualan diantaranya


28

mencakup alat untuk promosi konsumen (sampel, kupon, tawaran uang

kembali, potongan harga, cinderamata, hadiah, hadiah berlangganan,

pengujian gratis, garansi, promosi bersama, promosi silang, pajangan di

tempat pembelian, dan peragaan); promosi perdagangan (potongan harga,

dana iklan dan pajangan, dan barang gratis); serta promosi bisnis dan

tenaga penjualan (pameran dan konvensi perdagangan, kontes untuk

perwakilan penjualan, dan iklan khusus).

 Hubungan masyarakat

Hubungan masyarakat atau public relation merupakan kegiatan

pemasaran yang luas sekali jangkauannya, tetapi sering diperlakukan

sebagai unsur yang sepele dalam bauran promosi. Menurut Swastha dan

Sukotjo (2000) hubungan masyarakat dapat didefinisikan sebagai fungsi

manajemen yang memberikan penilaian tentang sifat masyarakat,

identitas kebijaksanaan dan prosedur dari individu atau organisasi

dengan keinginan masyarakat dan melakukan program tindakan untuk

mendpatkan pengertian serta pengakuan masyarakat.

Hubungan masyarakat dapat membantu untuk membentuk citra

perusahaan atau produk. Hubungan masyarakat juga sangat efektif dalam

membangun kesadaran dan pengetahuan merek serta berbiaya yang jauh

lebih kecil daripada biaya iklan. Namun promosi melalui hubungan

masyarakat memiliki tantangan dalam menciptakan berita atau acara

yang dapat menarik perhatian khalayak.


29

Alat-alat utama yang digunakan dalam humas pemasaran antara lain

terbitan (brosur, artikel, berita berkala, majalah perusahaan), acara-acara

(seminar, pameran dagang, konferensi berita, kompetisi, ulang tahun),

pemberian dana sponsor, berita, ceramah, kegiatan layanan masyarakat,

dan media identitas (logo perusahaan, brosur, bangunan, aturan

berpakaian, dan lain-lain).

 Penjualan pribadi

Penjualan pribadi atau personal selling adalah alat yang paling

efektif pada tahap terakhir berupa proses pembelian, khususnya dalam

membangun preferensi, keyakinan, dan tindakan pembeli (Kotler, 2005).

Dalam operasinya personal selling lebih fleksibel dibandingkan dengan

yang lain, ini disebabkan karena tenaga-tenaga penjualan dapat secara

langsung mengetahui keinginan, motif dan perilaku konsumen, dan

sekaligus dapat melihat reaksi konsumen sehingga mereka langsung

dapat mengadakan penyesuaian seperlunya.

Tiga ciri khusus dari penjualan personal, yaitu:

1. Konfrontasi personal: mencakup hubungan yang hidup, langsung,

dan iinteraktif antara dua orang atau lebih.

2. Mempererat: memungkinkan timbulnya berbagai jenis hubungan

mulai dari hubungan penjualan hingga hubungan persahabatan.

3. Tanggapan: membuat pembeli merasa berkewajiban untuk

mendengarkan pembicaraan wiraniaga.


30

 Pemasaran langsung

Kotler (2005) menyatakan bahwa pemasaran langsung atau direct

marketing adalah penggunaan saluran-saluran langsung konsumen untuk

menjangkau dan menyerahkan barang atau jasa kepada pelanggan tanpa

menggunakan perantara pemasaran. Saluran-saluran ini mencakup surat

langsung, katalog, telemarketing, TV interaktif, kios, situs internet, dan

peralatan bergerak.

Pemasaran langsung dapat menguntungkan penjual karena

mereka dapat mengkhususkan dan menyesuaikan pesan-pesan penjualan

mereka. Pemasaran langsung dapat membina hubungan yang

berkesinambungan dengan masing-


masing pelanggan. Namun ada beberapa kerugian dari pemasaran

langsung, diantaranya kemungkinan terjadinya penipuan dan kecurangan,

serta beberapa pelanggan menganggap pemasaran langsung sebagai

gangguan (seperti telepon penjualan pada saat larut malam).

3.1.5 Analisis Lingkungan Pemasaran

Lingkungan pemasaran suatu perusahaan terdiri dari banyak

faktor dan kekuatan di luar staf bagian pemasaran yang mempengaruhi

kemampuan manajemen pemasaran untuk mengmebangkan dan

mempertahankan hubungan baik dengan pelanggan sasaran. Lingkungan

pemasaran terbagi dua yaitu lingkungan internal dan lingkungan

eksternal. Lingkungan internal terdiri dari variabel-variabel yang

merupakan kekuatan dan kelemahan dan berada dalam kontrol

manajemen perusahaan. Sedangkan lingkungan eksternal terdiri dari

variabel-variabel yang merupakan ancaman dan peluang yang berada di

luar kontrol manajemen perusahaan.

3.1.5.1 Analisis Lingkungan Internal

Lingkungan internal perusahaan adalah lingkungan yang berada di

dalam perusahaan tersebut dan secara normal memiliki implikasi

langsung dan khusus pada perusahaan serta mempengaruhi arah dan

kinerja perusahaan dalam pencapaian tujuannya. Lingkungan internal


dapat menentukan kinerja perusahaan sesuai dengan sumber daya yang

dimiliki, kapabilitas, dan kompetensi inti. Analisis lingkungan

internal dimaksudkan untuk mengembangkan daftar kekuatan yang

dimanfaatkan oleh perusahaan dan daftar kelemahan yang harus diatasi

oleh perusahaan tersebut.

Pendekatan fungsional diperlukan untuk menganalisis

lingkungan internal perusahaan. Menurut Assauri (2004), bidang

fungsional yang menjadi variabel dalam analisis internal adalah:

1. Sumber daya manusia

Kebijakan sumber daya manusia terpengaruh oleh aspek-aspek

eksternal, yaitu perkembangan pendidikan, jumlah penawaran tenaga

kerja, perkembangan sosial dan sistem nilai masyarakat lainnya.

Selain itu perlu diperhatikan keterampilan dan moral tenaga kerja

karyawan, biaya hubungan kekaryawanan dibandingkan dengan

industri dan pesaing, tingkat keluar masuk dan kemangkiran

karyawan, serta keterampilan khusus dan pengalaman.

2. Pemasaran

Pemasaran merupakan proses menetapkan, mengantisipasi,

menciptakan, dan memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan

akan produk dan jasa (David, 2004). Menurut Kotler (2005),

pemasaran adalah suatu proses dan manajerial yang di dalamnya

individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan

dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas


mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Joel Evans

dan Barry Bergman dalam David (2004) menyatakan bahwa terdapat

sembilan dasar fungsi pernasaran yaitu: (1) analisis pelanggan; (2)

membeli sediaan; (3) menjual produk atau jasa; (4) merencanakan

produk dan jasa; (5) menetapkan harga; (6) distribusi; (7) riset

pemasaran; (8) analisis peluang; dan (9) tanggung jawab sosial.

3. Keuangan

Kondisi keuangan sering dijadikan ukuran tunggal terbaik dalam

menentukan posisi persaingan. Selain itu, kondisi keuangan

perusahaan juga dapat menjadi daya tarik bagi investor. Faktor-

faktor yang perlu diperhitungkan adalah kemampuan perusahaan

memupuk modal jangka pendek dan jangka panjang, beban yang

hrus dipikul sebagai upaya memperoleh modal tambahan,

hubungn baik dengan penanam modal, pengelolaan keuangan,

struktur modal kerja, harga jual produk dan sistem akuntansi

yang handal.

4. Produksi dan Operasi

Produksi dan operasi dalam suatu perusahaan merupakan seluruh

aktivitas yang merubah input menjadi output yang berupa barang

dan jasa. Manajemen produksi dan operasi erat kaitannya dengan

input, proses, dan output. Menurut Roger Schroeder dalam David

(2004), menyarankan bahwa manajemen produksi dan operasi terdiri

dari lima fungsi atau bidang keputusan yaitu: proses, kapasitas,


sediaan, tenaga,kerja dan mutu.

5. Penelitian dan pengembangan

Penelitian dan pengembangan biasanya diarahkan pada produk–

produk baru sebelum pesaing melakukannya, hal tersebut dilakukan

untuk meningkatkan pemasaran serta mendapatkan keunggulan dari

biaya melalui efisiensi.

3.1.5.2 Analisis Lingkungan Eksternal

Analisis lingkungan eksternal menekankan pada pengenalan dan

evaluasi kecenderungan peristiwa yang berada di luar kendali sebuah

perusahaan. Tujuan analisis lingkungan eksternal adalah untuk

mengembangkan suatu daftar peluang yang dapat dimanfaatkan

perusahaan dan daftar ancaman yang harus dihindari oleh

perusahaan. Peluang adalah situasi penting yang menguntungkan

dalam lingkungan perusahaan, sedangkan ancaman adalah situasi

penting yang tidak menguntungkan bagi perusahaan.

Lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan makro, lingkungan

mikro, dan kekuatan lingkungan industri. Faktor-faktor yang mungkin

mempengaruhi situasi lingkungan eksternal perusahaan dijelaskan

sebagai berikut:

1. Lingkungan Makro

Lingkungan makro menggambarkan suatu situasi di luar

perusahaan yang dapat mepengaruhi kinerja perusahaan. Kotler (2005)


mengatakan bahwa dalam situasi global yang berubah cepat, perusahaan

harus memantau enam kekuatan utama yaitu:

a. Lingkungan demografi

Lingkungan demografi terdiri atas umur, pendidikan, pekerjaan,

ukuran keluarga, tempat tinggal dan ukuran kota. Lingkungan demografi

merupakan hal menarik bagi penyusun strtegi pemasaran karena

berhubungan dengan studi statistik tentang manusia dimana populasi

manusia dapat membentuk pasar beserta karakteristiknya.

b. Lingkungan ekonomi

Variabel dari faktor ekonomi antara lain adalah tingkat


inflasi,kecenderungan Produk Domestik Bruto, tingkat pajak, kebijakan
moneter, tingkat suku bunga, neraca pembayaran, dan pertumbuhan
ekonomi.
c. Lingkungan Alam/Ekologi

Faktor ekologi, istilah ekologi mengacu pada hubungan antara

manusia dan makhluk hidup lainnya dengan udara, tanah, dan air yang

mendukung kehidupan mereka. Ancaman terhadap ekologi pendukung

kehidupan kita terutama disebabkan oleh kegiatan manusia dalam suatu

masyarakat industrial yang biasa dikenal dengan polusi.

d. Lingkungan Teknologi

Faktor teknologi perlu diperhatikan untuk menghindari

keusangan dan mendorong adanya inovasi yang dapat mempengaruhi

industri. Adanya teknologi yang kreatif dapat membuka

kemungkinan terciptanya produk baru atau menyempurnakan produk


yang telah ada.

e. Lingkungn Politik dan hukum

Faktor-faktor politik menentukan parameter legal dan regulasi

yang membatasi operasi perusahaan. Faktor-faktor ini antara lain adalah

peraturan- peraturan, undang-undang dan kebijaksanaan pemerintah baik

pada tingkat daerah, propinsi, maupun sampai tingkat nasional yang

menentukan beroperasinya suatu perusahaan. Adanya faktor politik atau

pemerintah melalui kebijaksanaanrya dapat memberi peluang dan juga

kendala bagi perusahaan.

f. Lingkungan Sosial Budaya

Faktor sosial yang mempengaruhi suatu perusahaan adalah

kepercayaan, sikap, opini, dan gaya hidup orang-orang di lingkungan

eksternal perusahaan yang berkembang dari pengaruh kultural,

ekologi, demografi, agama, pendidikan, dan etnik. Jika sikap sosial

berubah, maka akan menyebabkan perubahan permintaan terhadap

berbagai jenis kebutuhan seseorang.

2. Lingkungan Mikro

Lingkungan mikro terdiri dari pesaing, pelanggan dan pemasok.

Pesaing merupakan perusahaan lain yang menawarkan suatu produk atau

kelas produk yang merupakan substitusi dekat satu sama lain. Persaingan

ini terjadi karena satu atau lebih pesaing melihat peluang untuk

memperbaiki posisi. Pesaing- pesaing terdekat perusahaan adalah mereka

yang berusaha memuaskan pelanggan dan kebutuhan yang sama serta


mengajukan penawaran yang sama (Kotler, 2005). Intensitas persaingan

cenderung meningkat jika jumlah pesaing bertambah karena perusahaan

yang bersaing menjadi setara dalam ukuran dan kemampuan (David,

2004).

Pelanggan adalah individu dan rumah tangga yang membeli

barang dan jasa untuk dikonsumsi. Pelanggan atau konsumen selalu

menginginkan kualitas produk yang tinggi, pelayanan yang baik, dan

harga yang terjangkau. Oleh karena itu, perusahaan harus tanggap

terhadap keinginan dan kebutuhan pelanggannya sehingga dapat

mengetahui pola permintaan dan perilaku pelanggan agar

perusahaan dapat mengembangkan strategi bersaing yang tepat untuk

menambah dan mempertahankan pelanggan.

Pemasok adalah individu maupun perusahaan bisnis yang

menyediakan, memproduksi barang dan jasa. Pemasok biasanya

menyediakan bahan baku, energi, peralatan, modal, tenaga kerja, jasa

dan sebagainya yang dibutuhkan oleh perusahaan atau pesaing.

Perusahaan yang baik adalah perusahaan yang mampu mengambil

keuntungan dari persaingan antar pemasok untuk memperoleh harga

yang lebih rendah, barang atau jasa yang lebih bermutu, dan penyerahan

yang lebih cepat diantara sesama pesaing (Kotler, 2002).

3.1.6 Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara


sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. SWOT merupakan

singkatan dari strengths (kekuatan), weakness (kelemahan),

opportunities (peluang/kesempatan), dan threats (ancaman). Analisis ini

didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan strengths dan

opportunities, namun secara bersamaan dapat meminimalkan weakness,

dan threats (Rangkuti, 2000).

Kekuatan dapat dijelaskan sebagai sisi positif organisasi yang

dapat membimbing ke arah peluang yang lebih luas, sehingga dapat

dimanfaatkan untuk pengembangan.

Kelemahan adalah setiap kekurangan di dalam hal keahlian dan

sumberdaya perusahaan. Pertimbangan perlu diberikan pada bagaimana

hal ini dapat diobati, misalnya dengan pengambilalihan, penggabungan,

atau pelatihan dan pengembangan.

Peluang/kesempatan menggambarkan peristiwa–peristiwa di

lingkungan luar yang memungkinkan organisasi mendapatkan

keuntungan. Tampaknya hal ini timbul dari perubahan–perubahan

teknologi, pasar dan produk, perundang– undangan dan sebagainya.

Ancaman adalah bahaya atau masalah yang dapat menghancurkan

kedudukan organisasi. Contohnya, peluncuran produk baru oleh pesaing,

perubahan standar keamanan, perubahan model, atau masalah-masalah

yang timbul dengan pemasok atau pelanggan.


40

5.1 Operasional Kegiatan Perusahaan

Kegiatan operasional yang dilakukan oleh PT. Biofarindo saat ini dalam

upaya mencapai visi dan misi perusahaan adalah pengadaan bahan baku dan proses

produksi.

5.1.1 Pengadaan Bahan Baku

Dalam menghasilkan produknya PT. Biofarindo memerlukan bahan baku

yang berasal dari pemasok utama dan pemasok lain. Pemasok utama adalah Pusat

Studi Biofarmaka (PSB) IPB yang mempunyai kebun budidaya tanaman obat di

kebun percobaan Cikabayan milik IPB dan di daerah Kalimantan. Sedangkan

pemasok lain berasal dari daerah Solo dan Semarang. PT. Biofarindo tidak terikat

dengan para pemasoknya. Sistem pembelian bahan baku yang dilakukan PT.

Biofarindo berdasarkan pertimbangan kualitas dan harga. Pemasok yang dipilih

oleh PT. Biofarindo pada saat melakukan pembelian bahan baku adalah pemasok

yang menawarkan kualitas sesuai dengan standar bahan baku PT. Biofarindo dan

menawarkan harga yang bersaing. Pembelian bahan baku dari pemasok dilakukan

setiap satu bulan sekali dengan sistem pembayaran tunai dan sebagian dengan

cicilan.
5.1.2 Proses Produksi

Simplisia yang diterima dari pemasok sebelum disimpan di gudang dan

digunakan dalam proses produksi diperiksa terlebih dahulu untuk mengontrol

kualitas bahan baku apakah sudah sesuai dengan standar. Sebelum menjadi produk

jadi simplisia akan melalui tahapan-tahapan dalam proses produksi yang meliputi

sortasi, pencucian, pengeringan, penggilingan, dan pencampuran.

a. Sortasi

Simplisia yang akan digunakan disortir terlebih dahulu untuk menghindari

terdapatnya benda atau bahan asing yang tidak diinginkan masuk dalam proses

produksi misalnya batu, paku, plastik dan kotoran lainnya.

b. Pencucian

Simplisia yang sudah disortir dicuci dengan air bersih, pencucian dilakukan

dengan tujuan menghilangkan pencemaran pada simplisia.

c. Pengeringan

Setelah dilakukan pencucian simplisia dikeringkan dalam dua tahap. Tahap

pertama simplisia dijemur di bawah sinar matahari dan tahap kedua

dikeringkan dalam oven pengering. Proses pengeringan dalam dua tahap ini

bertujuan untuk menjaga agar simplisia tetap berada dalam keadaan kering atau

tidak lembab sehingga terhindar dari perkembangbiakan mikroorganisme yang

dapat merusak mutu simplisia. Setelah dilakukan pengeringan, dilakukan

quality control di laboratorium PSB untuk mengetahui kadar air simplisia,


apabila kadar air masih berlebih dilakukan pengeringan di oven kembali.

Simplisia yang sudah melalui proses pengeringan dikategorikan sebagai bahan

baku bersih.

d. Penggilingan

Bahan baku bersih yang akan diolah menjadi produk jadi sebelum diracik

akanmelalui proses penggilingan dengan mesin giling. Setelah digiling bahan

baku tersebut diayak menjadi serbuk halus sesuai standar yang ditentukan

untuk digunakan dalam pembuatan obat herbal kemasan kapsul.

e. Pencampuran

Bahan baku yang sudah berupa serbuk halus akan ditimbnag dan diracik

dengan bahan lain sesuai dengan formulasi produk. Setelah diracik bahan-

bahan tersebut diaduk dengan mesin pengaduk sehingga tercampur rata.

f. Pengemasan

Serbuk simplisia sebelum diekstrak akan diayak kembali sehingga diperoleh

serbuk yang lebih halus. Setelah diektrak bahan tersebut dipanaskan untuk

mencegah kontaminasi mikroorganisme. Ektrak jamu yang sudah dipanaskan

diuji kembali di laboratorium untuk mengetahui masih adanya kontaminasi.

Setelah dinyatakan hygienis, ektrak diaduk dalam mixer dan ditimbang untuk

dimasukkan ke dalam kapsul yang sudah dicetak. Ekstrak kapsul disortasi

terlebih dahulu untuk menjaga kualitas kapsul agar tetap bersih dan bagus

bentuknya. Kapsul dimasukkan ke dalam botol sesuai dengan jumlah yang


ditentukan, kemudian botol tersebut disegel dan disterilisasi untuk menjamin

mutu produk tersebut.

5.2 Layanan dan Produk Perusahaan

5.2.1 Layanan Perusahaan

Layanan yang disediakan perusahaan untuk mendukung pengembangan

usaha perusahaan antara lain:

1. Makloon produksi sediaan tanaman obat berupa simplisia kering.

2. Konsultasi kesehatan yang berbasis tanaman obat yang dilakukan

oleh para herbalis.

3. Pemasaran produk herbal

4. Pengujian kualitas simplisia dan produk herbal

5.2.2 Jenis Usaha

Jenis-jenis usaha lain yang dilakukan oleh perusahaan, antara lain:

1. Klinik herbal tempat konsultasi dan penjualan

2. Pelatihan budidaya dan pemanfaatan tanaman obat

3. Agrowisata tanaman obat

4. Peluang usaha kemitraan di bidang biofarmaka

5.2.3 Produk

Produk-produk yang dihasikan PT. Biofarindo merupakan hasil dari uji dan

riset Pusat Studi Biofarmaka terhadap tanaman obat yang mempunyai indikasi

khasiat penyembuhan berbagai macam penyakit. Produk yang dihasilkan PT.


Biofarindo antara lain:

1. Obat-obatan herbal untuk berbagai penyakit yang aman dan tanpa efek

samping dalam bentuk kapsul (ekstrak) , teh herbal dan simplisia (tanaman

obat dalam bentuk kering). PT. Biofarindo membagi produk-produk

obatnya menjadi beberapa macam jenis. Pada Tabel 11 berikut dapat dilihat

produk-produk obat herbal yang diproduksi PT. Biofarindo.

Tabel 11. Jenis dan Khasiat Produk PT. Biofarmaka Indonesia


Jenis Produk Khasiat
Biouric Menurunkan kadar asam urat dan mengurangi nyeri pada persendian
Trosit Cap Meningkatkan kadar trombosit darah, baik digunakan pada penderita demam
berdarah
Biomunos Meningkatkan daya tahan tubuh sehingga tidak mudah terserang
penyakit dan mencegah penyakit flu
Biolangsing Mengurangi lemak dan mengencangkan otot perut sehingga badan menjadi
langsing dan sehat
Biogra Meningkatkan vitalitas, semangat dan gairah kaum pria, mengurangi letih dan
lesu serta pegal-pegal pada pinggang
Plasmin kapsul Melarutkan timbunan kolesterol di pembuluh darah sehingga baik untuk
penderita penyakit jantung, kolesterol dan stroke
Temulawak Mengobati sakit maag, sembelit, bau haid, sakit limpha. Asma, hepatitis, dan
dapat meningkatkan nafsu makan
Pegagan Meningkatkan daya ingat, baik untuk penyakit darah tinggi, wasir, tipus,
batuk, sakit tenggorok, bronchitis, sakit kepala dan sakit perut
Sambiloto Mengobati tipus, flu, radang paru, radang saluran napas, batuk rajan, kencing
manis, obat demam, kanker dan dapat meningkatkan nafsu makan
Jati Belanda Mengurangi lemak dan mengencangkan otot perut sehingga badan menjadi
langsing dan sehat
Daun dewa Mengurangi gejala penyakit tumor, mengurangi pendarahan, mengobati
stroke dan serangan jantung
Tempuyung Mengobati penyakit kandung kemih dan empedu berbatu serta mengobati
penyakit darah tinggi
Kunir putih Mengecilkan rahim, menambah nafsu makan, menghambat pertumbuhan sel
kanker, sakit maag dan nyeri lambung
Temu putih Mengurangi gejala penyakit kanker mulut rahim dan vulva dan nyeri haid
Graptophyllum pictum Peluruh kencing, pencahar ringan dan penambah darah
folium
Phaleria macrocarpa Mengurangi penyakit tumor, mengobati disentri, sakit kulit dan eksim
Tinospora crispa Mengurangi kadar gula dalam darah
Morinda citrifolia Menurunkan tekanan darah
Ganoderma lisidum Meningkatkan kekebalan tubuh
Plantago mayor Antiinflamasi, antitusif, dan antiseptik
Kaempheria rotunda Anti inflamasi dan nyeri perut

2. Aneka minuman herbal dalam bentuk instan

3. Permen herbal

Permen herbal yang diproduksi PT. Biofarindo bermerk Curcuma

Candy yang berasal dari ekstrak temulawak untuk meningkatkan nafsu

makan.

4. Bibit dan tanaman obat


46

VI. ANALISIS LINGKUNGAN EKSTERNAL DAN INTERNAL

Analisis lingkungan merupakan proses awal dalam menentukan strategi

pemasaran yang bertujuan untuk memantau lingkungan perusahaan. Lingkungan

perusahaan mencakup berbagai aspek, baik yang berada di dalam perusahaan

maupun di luar perusahaan yang dapat mempengaruhi kelangsungan pencapaian

tujuan perusahaan. Secara garis besar lingkungan dapat dibagi menjadi dua, yaitu

lingkungan eksternal dan lingkungan internal.

6.1 Analisis Lingkungan Eksternal Perusahaan

Aspek eksternal perusahaan terdiri dari lingkungan makro dan lingkungan

mikro yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan strategi pemasaran.

Lingkungan makro meliputi kondisi demografi, ekonomi, alam/ekologi, sosial dan

budaya, politik dan hukum serta teknologi. Lingkungan mikro terdiri dari pesaing,

pelanggan dan pemasok. Analisis lingkungan eksternal digunakan untuk

mengetahui faktor-faktor yang dapat menjadi peluang dan ancaman perusahaan.

6.1.1 Analisis Lingkungan Makro

Dalam analisis lingkungan makro, variabel-variabel yang perlu diamati

meliputi kondisi kondisi demografi, ekonomi, alam/ekologi, sosial dan budaya,

politik dan hukum, teknologi.

6.1.1.1 Demografi

Kekuatan ekonomi yang dipantau pertamakali oleh para pengambil


47

keputusan adalah populasi karena oranglah yang membentuk pasar. Melalui

informasi mengenai ukuran dan tingkat pertumbuhan suatu kota, wilayah, dan

negara, distribusi dan bauran etnis, level pendidikan, pola rumah tangga pengambil

keputusan dapat menentukan strategi pemasaran yang sesuai dengan keadaan

pasar. Jumlah penduduk Indonesia tahun 2006 sebesar 245.452.739 jiwa.

Populasi usia dewasa antara 15-65 tahun ke atas di Indonesia paling besar

yaitu 71,2 persen. Hal ini menyebabkan struktur penduduk Indonesia menjadi

struktur penduduk yang berciri tua. Penduduk berusia tua lebih rentan terkena

berbagai macam penyakit yang disebabkan virus dan bakteri maupun penyakit

degeneratif seperti kanker, diabetes, stroke dan lain lain karena pada usia ini daya

tahan tubuh menurun. Salah satu cara untuk meningkatkan daya tahan tubuh adalah

mengkonsumsi obat herbal jenis immunomodulator. Populasi usia ini dapat

dijadikan pasar sasaran oleh PT. Biofarindo dalam memasarkan produk Biomunos.

6.1.1.2 Ekonomi

Salah satu Indikator ekonomi adalah tingkat inflasi. Inflasi di Indonesia

cenderung berfluktuatif dapat dilihat pada Tabel 12 . Pada tahun 2002, inflasi

mencapai 9,35 persen dan mengalami penurunan menjadi 5,06 persen pada tahun

2003. Namun pada tahun 2004 inflasi kembali mengalami peningkatan menjadi

6,40 persen. Peningkatan yang cukup tajam terjadi di tahun 2005 dimana inflasi

mencapai 17,11 persen. Pada tahun 2006 perekonomian mulai kembali membaik

ditandai dengan penurunan inflasi yang cukup signifikan.


Menurut BI, pada tahun 2007 diperkirakan akan terjadi peningkatan

kegiatan perekonomian yang tidak memberikan tekanan yang berlebihan terhadap

harga-harga secara umum. Inflasi IHK 2007 dapat dikendalikan dalam kisaran

sasaran yang ditetapkan pemerintah sebesar 6,0 persen ± 1 persen. Untuk tahun

2008 diperkirakan tingkat inflasi akan mengalami peningkatan signifikan seiring

dengan kenaikan beberapa komoditas utama seperti harga minyak dunia (BBM),

harga bahan pangan dan lain-lain. Kenaikan inflasi ini menyebabkan daya beli

masyarakat pada umumnya menurun.

Tabel 12. Perkembangan Inflasi di Indonesia Periode Tahun 2002-2006

Tahun Angka Inflasi (persen)


2002 10,03
2003 5,06
2004 6,40
2005 17,11
2006 6,60
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2007 (diolah)

6.1.1.2 Alam /Ekologi

Berbagai kalangan masyarakat harus waspada terhadap dampak dari

pemanasan global. Diperkirakan pemanasan global telah menimbulkan dampak

negatif yang sangat besar bagi kesehatan masyarakat. Dampak negatif dari

pemansaan global antara lain adalah semakin menyebarnya penyakit-penyakit

infeksi akibat virus dan bakteri, gelombang panas yang semakin lama semakin

panas, dan cuaca yang ekstrem telah mengakibatkan kematian ribuan jiwa setiap

tahunnya. Menurut ketua Pengkajian Kesehatan Lingkungan Ahli Kesehatan


Masyarakat (IAKMI), iklim yang lebih hangat menciptakan kondisi ideal bagi

penyebaran penyakit-penyakit infeksi, yang menempatkan jutaan orang pada risiko

terjangkit penyakit.

Dampak langsung pemanasan global terhadap kesehatan, di antaranya

perubahan iklim seperti gelombang panas dan musim dingin yang ekstrim,

sehingga mempengaruhi suhu tubuh. Suhu nyaman bagi manusia 20-25 0C,

sehingga jantung perlu berpacu lebih keras agar bisa mendinginkan tubuh. Selain

itu, penyebaran penyakit kulit juga diperkirakan meningkat. Sedangkan dampak

tidak langsung, adanya perubahan penyakit yang ditularkan nyamuk atau hewan

lainnya (zoonosis). Musim hujan yang berkepanjangan dapat memperluas area

genangan air dan menjadi tempat ideal bagi perkembangbiakan nyamuk-nyamuk

penyebab sakit malaria dan demam berdarah. Diperkirakan, jika suhu meningkat

30C pada tahun 2100, maka akan terjadi peningkatan proses penularan penyakit

oleh nyamuk dua kali lipat. Misalnya malaria, demam berdarah dengue,

chikungunya, radang otak, filariasis, avian influenza (flu burung), SARS

(pernapasan akut), west nile virus, dan hantaman virus. Penyakit ini diduga akan

meningkat penularannya ke sejumlah negara subtropik.

Pemanasan global juga menyebabkan bencana banjir. Hal itu disebabkan

tinggi permukaan air laut terus meningkat akibat mencairnya es di kutub.

Dampaknya, sejumlah penyakit akan terbawa banjir, di antaranya kolera, diare,

typhoid, parasit, dan leptospirosis. Selain itu penyakit tidak menular yang
diakibatkan pencemaran lingkungan dan bahan toksin juga dapat terbawa oleh

banjir. Sementara, musim kemarau berkepanjangan menyebabkan menipisnya

persediaan air bersih dan dapat berakibat mudahnya terjadi penularan diare, kolera

dan penyakit-penyakit saluran cerna lainnya.

Untuk mengantisipasi masalah kesehatan dan penularan berbagai virus

penyakit, masyarakat kini mulai memperhatikan kesehatannya. Salah satunya

dengan pola hidup sehat dan mengkonsumsi obat herbal jenis immunomodulator

untuk meningkatkan daya tahan tubuhnya terhadap penyakit. Hal ini merupakan

peluang bagi PT. Biofarindo untuk meluncurkan produknya ke pasar saat ini.

6.1.1.4 Teknologi

Kemajuan teknologi dapat menciptakan pasar baru, menghasilkan

perkembangan produk baru dan lebih baik, serta mengubah posisi biaya bersaing.

Penerapan teknologi dalam proses produksi obat herbal akan mempengaruhi

kualitas dan relatif dalam suatu industri. Kemajuan teknologi yang terus

berkembang antara lain teknologi komunikasi, produksi, transportasi dan

komputer. Secara garis besar ada tiga kelompok teknologi produksi yang perlu

diterapkan dan dikembangkan dalam industri obat herbal, yaitu kelompok

teknologi untuk pengadaan bahan baku yang meliputi teknologi panen dan pasca

panen, teknologi ekstraksi dan teknik analisa mutu. Teknologi lainnya yang

dibutuhkan adalah kelompok teknologi untuk proses pembuatan sediaan meliputi


uji farmakologi dan formulasi sediaan. Teknologi yang juga penting untuk

dikembangkan adalah teknologi dalam penyajian dan pengemasan.

Proses pengembangan produk herbal baru berbahan alami Indonesia

biasanya melalui tiga tahap. Tahap pertama adalah berbentuk produk jamu, tahap

kedua berbentuk produk herbal terstandar yang telah diuji dan dinyatakan aman

pada hewan, dan tahap ketiga adalah fitofarmaka yang telah diuji klinis dan

dinyatakan aman pada manusia. Biaya uji klinis untuk fitofarmaka dapat mencapai

Rp 2-4 milyar. Biaya sebesar itu merupakan ancaman bagi PT. Biofarindo karena

sulit untuk memenuhi standar obat fitofarmaka yang dapat disamakan dengan obat

farmasi.

6.1.1.5 Politik dan Hukum

Pemerintah mempunyai peranan yang cukup besar dalam pelaksanaan

kegiatan suatu usaha. Kebijakan pemerintah dapat menjadi peluang sekaligus

ancaman bagi sektor agribisnis. Kondisi politik dan keamanan di Indonesia yang

dirasa masih kurang stabil dan adanya rasa ketidakpercayaan masyarakat industri

terhadap kinerja pemerintah dapat menjadi ancaman bagi perkembangan industri.

Peraturan pemerintah saat ini dianggap belum melindungi dan mengangkat

industri jamu tradisional. Regulasi jamu masih disamakan dengan obat-obatan

farmasi yang banyak dikembangkan oleh industri besar, padahal industri obat

herbal masih didominasi oleh Usaha Kecil Menengah (UKM). Selama ini produk

obat herbal harus mengikuti peraturan yang dirancang dengan standar obat-obatan
farmasi dari negara- negara barat, mulai dari uji klinis, tata bahasa periklanan, serta

ketentuan lain yang menyebabkan industri obat herbal tidak berkembang optimal di

pasar dalam negeri.

6.1.1.6 Sosial Budaya

Pemakaian obat-obatan dari tanaman sudah menjadi bagian dari kehidupan

masyarakat Indonesia secara umum. Masyarakat Indonesia menggunakan tanaman

obat dalam sistem pengobatan yang mereka lakukan berdasarkan pengalaman

empiris yang akhirnya menjadi kebiasaan turun temurun. Seiring dengan adanya

konsep back to nature yang memberikan kesan aman dikonsumsi seluruh keluarga,

maka obat herbal menjadi pilihan utama, selain itu minum obat tradisional sudah

menjadi kebiasaan dan masyarakat meyakini khasiat dari obat-obatan tradisional

sejak zaman nenek moyang. Hal diatas merupakan peluang bagi PT. Biofarindo

untuk terus mengembangkan produk obat herbalnya.

6.1.1 Analisis Lingkungan Mikro

Analisis lingkungan mikro merupakan lingkungan yang terkait langsung

dengan pengelolaan dan pengembangan perusahaan, yang terdiri dari pesaing,

pelanggan dan pemasok.

6.1.1.4 Pesaing

Persaingan dalam industri obat herbal jenis immunomodulator relatif masih

kecil karena industri ini masih terbilang baru. Beberapa perusahan yang sukses

mengeluarkan produk obat herbal jenis immunomodulator adalah PT. Dexa Medica
dengan merek Stimuno, PT. SOHO dengan merek Imboost dan PT. Lapi

Laboratories dengan merek Immunos. Berikut pada Tabel 13 dapat diketahui

perbandingan harga produk obat herbal jenis immunomodulator.

Tabel 13. Daftar Harga Produk Pesaing

Nama Perusahaan Kemasan produk Harga Harga perkapsul/


per 10ml
PT. Dexa Medica Kapsul isi 10 Rp 23.000 Rp 2.300
Sirup 60 ml Rp 23.000 Rp 3.833
Sirup 100 ml Rp 23.000 Rp 2.300
PT. SOHO Kapsul isi 10 Rp 30.000 Rp 3.000
Sirup 60 ml Rp 25.000 Rp 4.167
Sirup 120 ml Rp 40.000 Rp 3.333
PT.Lapi Laboratories Kapsul isi 4 Rp 22.200 Rp 5.550
PT. Biofarindo Kapsul isi 30 Rp 22.750 Rp 758
Sumber: Data primer (2007)

Terlihat dari perbandingan harga PT. Biofarindo memiliki harga yang

kompetitif dibandingkan para pesaingnya tetapi PT. Biofarindo tidak mempunyai

variasi kemasan, sehingga konsumen tidak mempunyai pilihan dalam pembelian.

Pesaing yang menawarkan berbagai variasi kemasan merupakan ancaman bagi PT.

Biofarindo dalam memperebutkan pangsa pasar industri ini.

Sebagian besar produk pesaing didstribusikan melalui dokter. Dalam

pengobatannya dokter memberikan resep produk ini untuk mempercepat

kesembuhan pasien. Selain melalui dokter, produk pesaing juga didistribusikan

sebagai obat bebas (Over The Counter/OTC). PT. Dexa Medica mengeluarkan

produk obat herbal jenis immunomodulator yang telah memiliki standar

fitofarmaka sehingga dapat meningkatkan daya saingnya.


6.1.1.5 Pelanggan

Berdasarkan data dari database pelanggan yang dimiliki oleh PT.

Biofarindo terlihat bahwa usia pelanggan rata-rata berusia 35-55 tahun. Usia ini

cukup rentan terken penyakit dan daya tahan tubuh juga mulai berkurang. Usia ini

juga biasanya merupakan konsumen yang melakukan pembelian untuk keluarga

sehingga merupakan konsumen yang potensial bagi obat herbal jenis

immunomodulator yang dapat dikonsumsi untuk seluruh keluarga. PT Biofarindo

dapat melakukan edukasi pasar terhadap pelanggannya ini untuk mengkonsumsi

obat herbal jenis immonomodulator bagi dirinya dan keluarga untuk menjaga daya

tahan tubuh.

6.1.1.6 Pemasok

Dalam pembuatan obat herbal jenis immunomodulator PT. Biofarindo

menggunakan tanaman obat asli Indonesia yaitu meniran. Tanaman obat meniran

didatangkan dari pemasok mitra yaitu Pusat Studi Biofarmaka dan pemasok

lainnya dari luar kota yaitu Solo, Semarang dan lain-lain. Pembelian bahan baku

dilakukan setiap bulan sesuai dengan target produksi. Pembelian dilakukan dengan

melihat kualitas bahan baku dan penawaran harga. Setiap melakukan pembelian,

PT. Biofarindo melakukan


negosiasi harga. PT. Biofarindo memilih pemasok yang menawarkan harga paling

rendah dengan kualitas sesuai standar PT. Biofarindo.

6.2 Analisis Lingkungan Internal Perusahaan

Analisis lingkungan internal perusahaan dilakukan untuk mengetahui

faktor- faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan perusahaan dalam bidang

fungsional. Audit internal memerlukan pengumpulan dan informasi mengenai

sumberdaya perusahaan yang meliputi bidang fungsional manajemen, pemasaran,

keuangan, produksi/operasi, penelitian dan pengembangan, dan sistem informasi

manajemen.

6.2.1 Manajemen

PT. Biofarindo merupakan perusahaan kecil yang dikelola oleh tenaga-

tenaga muda profesional dari berbagai disiplin ilmu dan lulusan berbagai

perguruan tinggi (S3 – S1). Struktur organisasi perusahaan masih terbilang

sederhana dengan pembagian kerja yang sudah terspesialisasi. Dalam menjalankan

kegiatan sehari-harinya PT. Biofarindo dipimpin oleh seorang Direktur Utama, dan

dibantu oleh seorang direktur pelaksana atau General Manager, bagian

administrasi dan keuangan, bagian pemasaran dan bagian produksi serta beberapa

karyawan di setiap bagian. Saat ini karyawan yang dimiliki oleh PT. Biofarindo

berjumlah 10 orang yang terdiri dari 3 orang di bagian produksi, 2 orang di bagian

administrasi dan keuangan serta 5 orang di bagian pemasaran. Karyawan ini


termsuk karyawan tetap dan kontrak. Karyawan yang termasuk karyawan kontrak

yaitu sales penjualan di bagian pemasaran.

Dalam melaksanakan kegiatan usahanya manajemen melakukan kerjasama

dengan instansi-instansi terkait yang mendukung pengembangan usaha obat

herbal ini.Sebagai Satuan Usaha Akademik (SUA) IPB, PT. Biofarindo didukung

oleh Pusat Studi Biofarmaka IPB dalam pengembangan produknya dan PIUP IPB

dalam memasarkan produknya. Instansi lainnya yaitu Bintang Toedjoe. Kerjasama

dengan instansi-instansi penting ini merupakan kekuatan yang dapat mendukung

pengembangan usaha PT. Biofarindo.

6.2.2 Pemasaran

Pemasaran merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam

mengembangkan usaha. Dalam struktur organisasi, perusahaan tidak memiliki

divisi khusus yang menangani kegiatan pemasaran. Kegiatan pemasaran dilakukan

oleh perusahaan di bawah tanggung jawab direktur pelaksana. Produk obat herbal

jenis immunomodulator yang dipasarkan bermerek Biomunos. Biomunos

merupakan ekstrak tanaman obat meniran (Phyllantus niruri) yang dikemas dalam

kapsul. Untuk saat ini kemasan Biomunos hanya terdiri dari satu kemasan botol isi

30 kapsul. Biomunos memiliki efek efikasi yang terjamin dengan kualitas produk

yang baik karena didukung oleh adanya Quality Control yang dilakukan oleh

perusahaan mulai dari pengadaan bahan baku sampai bahan jadi dikemas.

Biomunos memiliki harga yang kompetitif dibandingkan pesaingnya. Harga

jual satu botol Biomunos (Rp 22.750 dengan isi 30 kapsul) lebih murah
dibandingkan pesaingnya dengan rata-rata Rp 23.000 dengan isi 10 kapsul.

Promosi yang telah dilakukan oleh PT. Biofarindo yaitu melalui pameran dan

penyebaran brosur yang berisi profil perusahaan, jenis-jenis layanan perusahaan

dan jenis-jenis obat herbal unggulan perusahaan disertai khasiat dan kegunaannya.

Salah satu obat herbal unggulan PT. Biofarindo adalah Biomunos. PT. Biofarindo

masih terbatas dalam mempromosikan produknya, hal ini dikarenakan kendala

biaya promosi. PT. Biofarindo belum mempunyai distributor dalam memasarkan

produk-produknya. Biomunos masih dipasarkan terbatas di klinik pengobatan milik

PT. Biofarindo, di pameran-pameran dan minimarket agrimart milik IPB. Sebagai

Satuan Usaha Akademik (SUA) IPB, pemasaran produk PT. Biofarindo dibantu

oleh mitranya yaitu PIUP IPB dalam hal distribusi dan promosi.

6.2.3 Keuangan dan Akuntansi

Modal yang dimiliki PT Biofarindo berasal dari dua investor dengan sistem

pengembalian bunga tiap bulan sesuai dengan persentase yang telah disepakati.

Sistem pencatatan keuangan yang dilakukan perusahaan sudah menerapkan sistem

pencatatan modern dengan menggunakan komputer. Dasar penyusunan laporan

keuangan menggunakan dasar harga perolehan dan laporan keuangan yang disusun

oleh perusahaan antara lain, laporan arus kas, laporan laba rugi, dan laporan

perubahan ekuitas dengan periode akuntansi satu tahun.

6.2.4 Produksi dan Operasi

Proses produksi yang dilakukan oleh PT. Biofarindo berdasarkan

permintaan pasar. Kapasitas produksi untuk Biomunos yaitu 10 kg setiap bulan (20
botol). Kapasitas produksi PT. Biofarindo yang terbilang kecil menyebabkan biaya

operasional produksi menjadi besar. Saat ini mesin produksi yang dimiliki PT.

Biofarindo hanya untuk mengolah simplisia tanaman obat menjadi ekstrak serbuk

dan pasta sehingga PT. Biofarindo belum dapat mengembangkan produk

Biomunos dalam bentuk cair (sirup) maupun yang lainnya.Untuk menjaga kualitas

produk yang dihasilkan, perusahaan melakukan pemeriksaan terhadap kualitas

produk. Pengendalian kualitas dilakukan pada tahap berikut :

 Pemeriksaan pengadaan bahan baku sebelum proses produksi (Penyortiran).

Dalam hal ini adalah simplisia tanaman obat. Simplisia tanaman obat merupakan

salah satu faktor penentu keberhasilan produksi. Setelah simplisia diterima dari

pemasok, simplisia diperiksa kualitasnya dan disesuaikan dengan standar bahan

baku dari PT. Biofarindo. Simplisia yang tidak sesuai dengan standar akan

dikembalikan atau dibuang dan perusahaan tidak akan memakai bahan baku dari

pemasok itu lagi.

 Pemeriksaan Selama Proses Produksi.

Kegiatan pemeriksaan dilakukan pada saat kegiatan produksi sampai pengemasan,

setiap tahap produksi selesai dilakukan pemeriksaan terhadap sampel produk di

laboratorium Pusat Studi Biofarmaka. Pemerikasaan yang dilakukan meliputi kadar

air dan kadar kandungan obatnya.

 Pemeriksaan Pada Tahap Akhir

Pemeriksaan dilakukan terhadap kapsul yang akan dikemas dalam botol.


Hal ini memperlihatkan komitmen perusahaan yang begitu besar terhadap

kualitas produk untuk menjamin kepuasan konsumen.

6.2.5 Sistem Informasi Manajemen

PT SML dalam kegiatan operasionalnya sudah cukup baik dalam

menerapkan Sistem informasi Manajemen. Hal ini terlihat dari proses pengolahan

data-data produksi , penjualan dan pelanggan yang sudah menggunakan teknologi

komputer berupa adanya database.

6.3 Identifikasi Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman

Berdasarkan hasil analisis lingkungan internal yang berupa kekuatan dan

kelemahan serta lingkungan eksternal yang berupa peluang dan ancaman yang

berpengaruh terhadap bisnis obat herbal jenis immunomodulator selanjutnya

disusun matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan matriks External Factor

Evaaluation (EFE). Setelah disusun matriks IFE dan EFE selanjutnya hasil analisis

tersebut akan digunakan dalam matriks Internal-Eksternal (IE) untuk menetapkan

posisi perusahaan. Setelah posisi perusahaan diketahui dalam matriks IE,

selanjutnya digunakan untuk merumuskan alternatif strategi dengan mengunakan

matriks SWOT.

6.3.1 Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan

Identifikasi lingkungan internal dilakukan untuk mengetahui kekuatan dan

kelemahan yang dimiliki perusahaan. Berdasarkan hal tersebut, kekuatan dan

kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan adalah sebagai berikut :


 Kekuatan

a. Memiliki tenaga ahli dengan tingkat pendidikan yang tinggi.

b. Jaringan kemitraan yang kuat dengan berbagai instansi terkait.

c. Memiliki Quality Control dalam proses produksi.

d. Kelengkapan Administrasi dengan adanya database.

e. Harga jual produk yang kompetitif.

f. Kualitas dan khasiat produk yang baik.

 Kelemahan

a. Tidak ada variasi kemasan produk.

b. Kurang memanfaatkan sarana promosi.

c. Belum mempunyai distributor khusus.

d. Mesin produksi yang terbatas.

6.3.2 Identifikasi Peluang dan Ancaman

Identifikasi terhadap faktor eksternal dilakukan untuk mengetahui peluang

dan ancaman yang dihadapi oleh perusahaan. Data eksternal dikumpulkan untuk

menganalisis hal-hal eksternal dimana perusahaan beroperasi Variabel-variabel

peluang dan ancaman yang dihadapi oleh perusahaan adalah sebagai berikut :

 Peluang

a. Jumlah penduduk usia dewasa yang besar.


b. Semakin mahalnya harga obat farmasi.

c. Adanya perdagangan bebas.

d. Perubahan iklim yang mempengaruhi kesehatan.

e. Kepercayaan masyarakat terhadap khasiat obat herbal.

 Ancaman

a. Masuknya produk dari luar negeri.

b. Menurunnya daya beli masyarakat.

c. Mahalnya biaya penelitian untuk menjadi obat fitofarmaka.

d. Peraturan pemerintah yang belum mendukung industri obat herbal.

e. Pesaing yang mempunyai jalur distribusi yang luas.

f. Keragaman kemasan produk dari pesaing.


64

VII. PERUMUSAN STRATEGI PEMASARAN

7.1 Tahap Masukan

Hasil identifikasi faktor eksternal ditemukan peluang (opportunities) dan

ancaman (threats) yang dihadapi perusahaan, sedangkan dari hasil identifikasi

faktor internal ditemukan kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses)

perusahaan. Selanjutnya dilakukan pembobotan dengan metode paired comparison

(perbandingan berpasangan) dengan melihat tingkat kepentingan dan penentuan

rating atas faktor-faktor internal dan eksternal melalui proses pengisian kuisioner.

Responden dari kuisioner ini yaitu direktur utama dan direktur pelaksana atau

General Manager yang membawahi seluruh bagian perusahaan dan memiliki

wewenang dalam pengambilan keputusan untuk strategi pemasaran perusahaan.

7.2.2 Analisis SWOT

Berdasarkan posisi perusahaan yang diperoleh dari matriks IE, maka

perusahaan dapat memformulasikan alternatif strategi yang layak untuk

diimplementasikan dengan menggunakan matriks SWOT (Strength,Weakness,

Opportunities, dan Threats). Analisis SWOT ini didasarkan pada logika yang dapat

memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunity) namun secara

bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats)..

Berdasarkan hasil penelitian, matriks SWOT memberikan strategi alternatif yang


65

layak terkait dengan posisi perusahaan pada sel II (tumbuh dan kembangkan)

sebagai berikut: strategi S-O, S-T, W-O dan W-T yang diringkas dalam Tabel 16.

a. Strategi S-O

1. Membangun saluran distribusi yang merata untuk memperluas wilayah

pemasaran dengan para mitra kerja. (S2,S4, O1,O2,O3). PT. Biofarindo dapat

bekerjasama dalam menyalurkan produknya di tempat-tempat usaha milik mitra

kerja. PT. Biofarindo juga dapat membangun kemitraan untuk membuka klinik

pengobatan agar dapat lebih luas dalam melayani masalah kesehatan

pelanggannya.

2. Menggunakan saluran komunikasi tenaga ahli untuk meyakinkan

masyarakat akan kualitas dan khasiat produk. (S2,S6,O3,O4,05). Tenaga

ahli yang dimiliki PT. Biofarindo dapat melakukan edukasi untuk

meyakinkan konsumen akan kualitas dan khasiat ekstrak meniran untuk

mempercepat penyembuhan dan meningkatkan daya tahan tubuh melalui

seminar-seminar, pelatihan, talkshow dan lain-lain.

b. Strategi S-T

1. Mempertahankan harga jual produk yang lebih murah dari para pesaing.
(S5,T1

,T2,T5). Strategi harga jual produk yang lebih murah dilakukan untuk

penetrasi pasar dan pengembangan pasar. Daya beli masyarakat yang

menurun juga menjadi pertimbangan untuk tetap mempertahankan harga

jual produk.
66

2. Meningkatkan kualitas produk untuk meraih kepercayaan pelanggan.

(S1,S3,S6,T1). Produk luar negeri memiliki citra kualitas yang bagus,

dengan meningkatkan kualitas produk diharapkan kualitas produk dalam

negeri tidak kalah dengan produk luar negeri.

c. Strategi W-O

1. Mendorong promosi dari mulut ke mulut dengan membuktikan khasiat

produk yang dikonsumsi pelanggan dan melakukan promosi aktif, baik

terhadap konsumen maupun agen penjualan.(W2,W3,O2,O4,O5) Salah satu

cara yang efektif untuk meyakinkan konsumen akan khasiat obat herbal

adalah dari pengalaman pengguna obat tersebut sebelumnya. Pengalaman

sembuh setelah mengkonsumsi obat tersebut akan mendorong konsumen untuk

menceritakan kesembuhannya kepada kerabat, rekan, relasi dan lain-lain.

Melakukan promosi yang aktif, baik terhadap konsumen maupun agen penjualan.

Promosi disesuaikan dengan anggaran promosi yang dikeluarkan perusahaan.

Promosi yang dapat dilakukan antara lain iklan di media cetak yang sesuai dengan

sasaran pasar seperti di majalah kesehatan, dan majalah gizi. Perusahaan dapat

bekerjasama dengan majalah yang memiliki asosiasi dengan IPB. PT. Biofarindo

juga dapat berpromosi melalui jurnal informasi IPB. Promosi penjualan kepada

agen penjualan dan sales penjualan berupa bonus juga perlu dilakukan untuk

meningkatkan angka penjualan. Penjualan pribadi (personal selling) dapat

dilakukan di klinik pengobatan dan pameran. Publisitas dapat dilakukan di

jaringan radio IPB yaitu Agri FM untuk melakukan edukasi kepada masyarakat

agar keberadaan Biomunos sebagai obat herbal immunomodulator diketahui.


67

d. Strategi W-T

1. Membuat variasi kemasan produk berupa kemasan strip isi 10 kapsul agar

harga jual produk lebih terjangkau. (W1,T2,T6). Adanya variasi kemasan

membuat konsumen dapat memilih produk sesuai dengan kebutuhan dan

kemampuannya.

2. Menjalin kemitraan dengan balai pengobatan tradisional dan toko obat

sebagai agen penjualan. (W3,T3,T5) Balai pengobatan tradisional dapat

meresepkan Biomunos untuk mempercepat penyembuhan penyakit

pasiennya.

Tabel 16. Hasil Pemetaan Matriks SWOT pada PT. Biofarmaka Indonesia
68

STRENGTHS (S) WEAKNESSESS (W)


1. Memiliki tenaga ahli dengan 1. Tidak ada variasi
tingkat pendidikan tinggi. kemasan produk.
2. Jaringan kemitraan yang kuat 2. Kurang memanfaatkan
dengan instansi terkait. sarana promosi.
3. Memiliki quality control dalam 3. Belum mempunyai
proses produksi. distributor khusus
4. Kelengkapan adaministrasi 4. Mesin produksi terbatas.
dengan adanya database
5. Harga jual produk yang
kompetitf.
6. Kualitas dan khasiat produk
yang baik.

OPPORTUNITIES (O) 1. Membangun saluran distribusi 1. Mendorong promosi dari


1. Jumlah penduduk usia yang merata untuk memperluas mulut ke mulut dengan
dewasa yang besar. wilayah pemasaran dengan para membuktikan khasiat
2. Semakin mahalnya harga mitra kerja. (S2,S4, O1,O2,O3) produk yang dikonsumsi
obat farmasi. 2. Menggunakan saluran pelanggan dan melakukan
3. Adanya perdagangan komunikasi tenaga ahli untuk promosi aktif, baik
bebas meyakinkan masyarakat akan terhadap konsumen
4. Perubahan iklim yng kualitas dan khasiat produk. maupun agen
mempengaruhi kesehatan. (S2,S6,O3,O4,05) penjualan.(W2,W3,O2,O4,
5. Kepercayaan masyarakat O5)
terhadap obat herbal.
THREATS (T) 1. Mempertahankan harga jual 1. Membuat variasi kemasan
1. Masuknya produk dari luar produk yang lebih murah dari produk berupa kemasan
negeri para pesaing. (S5,T1,T2,T5) strip isi 10 kapsul agar
2. Menurunnya daya beli 2. Meningkatkan kualitas produk harga jual produk lebih
masyarakat. untuk meraih kepercayaan terjangkau.
3. Mahalnya biaya penelitian pelanggan. (W1,W4,T2,T6)
untuk jadi obat (S1,S3,S6,T1,T3,T4) 2. Menjalin kemitraan dengan
fitofarmaka. balai pengobatan
4. Peraturan pemerintah tradisional maupun toko
belum mendukung industri obat sebagai agen
obat herbal penjualan. (W3,T3,T5)
5. Pesaing mempunyai jalur
distribusi luas.
6. Keragaman kemasan
produk pesaing.
VIII KESIMPULAN DAN SARAN

8.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat diambil kesimpulan yang dapat menjawab

tujuan penelitian sebagai berikut :

1. Hasil identifikasi terhadap faktor-faktor internal perusahaan didapatkan

kekuatan yang saat ini dimiliki oleh perusahaan, yaitu Memiliki tenaga ahli

dengan tingkat pendidikan yang tinggi, jaringan kemitraan yang kuat

dengan berbagai instansi terkait, memiliki quality control dalam proses

produksi, kelengkapa administrasi dengan adanya database, harga jual

produk yang kompetitif, kualitas dan khasiat produk yang baik. Sedangkan

faktor-faktor internal yang menjadi kelemahan perusahaan adalah tidak ada

variasi kemasan produk, kurang memanfaatkan sarana promosi, belum

mempunyai distributor khusus dan mesin produksi yang terbatas.

2. Dari hasil identifikasi terhadap faktor-faktor eksternal perusahaan

dihasilkan peluang yang dapat dimanfaatkan perusahaan, yaitu jumlah

penduduk usia dewasa yang besar, semakin mahalnya harga obat farmasi,

adanya perdagangan bebas, perubahan iklim yang mempengaruhi kesehatan

dan kepercayaan masyarakat terhadap khasiat obat herbal. Sedangkan yang

menjadi ancaman bagi perusahaan adalah masuknya produk dari luar negeri,

menurunnya daya beli masyarakat, mahalnya biaya penelitian untuk

menjadi obat fitofarmaka, peraturan pemerintah yang belum mendukung

industri obat herbal, pesaing mempunyai jalur distribusi yang luas,


keragaman kemasan produk dari pesaing.

3. Hasil pencocokan melalui analisis SWOT diperoleh tujuh alternatif strategi

yang layak diimplementasikan. Kemudian melalui pengolahan QSPM

diperoleh prioritas alternatif strategi pemasaran berturut-turut sebagai

berikut (1) mempertahankan harga jual produk yang lebih murah dari para

pesaing, (2) membuat variasi kemasan produk berupa kemasan strip isi 10

kapsul agar harga jual produk lebih terjangkau, (3) meningkatkan kualitas

produk untuk meraih kepercayaan pelanggan, (4) mendorong promosi dari

mulut ke mulut dengan membuktikan khasiat produk yang dikonsumsi

pelanggan dan melakukan promosi aktif, baik terhadap konsumen maupun

agen penjualan, (5) menjalin kemitraan dengan balai pengobatan tradisional

dan toko obat sebagai agen penjualan, (6) membangun saluran distribusi

yang merata untuk memperluas wilayah pemasaran dengan para mitra

kerja, (7) menggunakan saluran komunikasi tenaga ahli untuk meyakinkan

masyarakat akan kualitas dan khasiat produk.

8.2 Saran

Beberapa saran yang dapat disampaikan kepada PT SML dalam rangka

pengembangan strategi pemasarannya berdasarkan penelitian ini, yaitu:

1. Strategi harga produk yang rendah perlu dipertahankan PT. Biofarindo

untuk melakukan penetrasi pasar. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar

perusahaan dapat menyusup di pasar dan dapat memasuki pasar secepat-

cepatnya. Strategi harga rendah juga diperlukan untuk mengatasi penurunan


daya beli masyarakat saat ini. PT. Biofarindo juga perlu membuat variasi

produk dengan harga produk yang lebih terjangkau. Salah satu yang dapat

dilakukan adalah membuat kemasan strip isi 10 kapsul sehingga harga per

kemasan akan jauh lebih murah.

2. Strategi produk yang memiliki kualitas tinggi dan khasiat baik untuk

kesehatan dan penyembuhan sebaiknya dikomunikasikan kepada konsumen

sehingga konsumen dapat mengetahui keunggulan produk obat herbal PT.

Biofarindo dan keberadaan produk obat herbal Biomunos diketahui

konsumen.

3. Strategi promosi yang dilakukan PT. Biofarindo perlu ditingkatkan untuk

memperkenalkan khasiat dan keberadaan produk obat herbal Biomunos.

Beberapa strategi promosi yang dapat dilakukan yaitu mendorong adanya

strategi dari mulut ke mulut mengenai khasiat produk, iklan di media cetak

yang berhubungan dengan kesehatan, pameran produk untuk

memperkenalkan produk, promosi penjualan kepada sales penjualan dan

agen penjualan dengan memberikan bonus, melakukan penjualan pribadi

kepada pelanggan yang datang ke kios herbal dan di pameran dan melakukan

publisitas melalui talkshow mengenai obat herbal, seminar-seminar dan jurnal

kesehatan.

4. Memperluas wilayah distribusi dengan meningkatkan jumlah sales

penjualan, menambah agen penjualan, bekerjasama dengan mitra kerja

untuk membuka klinik pengobatan dan melakukan kemitraan dengan balai

pengobatan tradisional.

Anda mungkin juga menyukai