Oleh
1.2 Tujuan
1. Mengetahui penerapan metode manajemen mutu yang digunakan oleh
PUSLITKOKA.
2. Memperoleh input dan output dari hasil kunjungan lapang PUSLITKOKA;
1.3 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari penulisan laporan ini bagi mahasiswa
tentunya memperoleh input dan output baik berupa pengetahuan, wawasan, serta
penerapan ilmu.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kopi
Di Indonesia, kopi mulai dikenal pada tahun 1696, yang dibawa oleh
VOC. Tanaman kopi di Indonesia mulai diproduksi di pulau Jawa dan hanya
bersifat coba-coba. Namun, hasilnya memuaskan dan dipandang oleh VOC cukup
menguntungkan sebagai komoditi perdagangan, sehingga VOC menyebarkannya
ke berbagai daerah agar para penduduk menanamnya (Najiyanti dan Danarti,
2004).
Menurut Rahardjo (2012), kopi merupakan salah satu jenis tanaman
perkebunan yang sudah lama dibudidayakan dan memiliki nilai ekonomis yang
lumayan tinggi. Konsumsi kopi dunia mencapai 70% berasal dari spesies kopi
arabika dan 26% berasal dari spesies kopi robusta. Asal kopi pertama kali berasal
dari Afrika, yaitu daerah pegunungan di Etopia. Namun, kopi sendiri baru dikenal
oleh masyarakat dunia setelah tanaman tersebut dikembangkan di luar daerah
asalnya, yaitu Yaman di bagian selatan Arab, melalui para saudagar Arab.
Menurut Ed (2014), kopi dapat tumbuh dengan baik di wilayah sekitar
garis khatulistiwa. Indonesia merupakan salah satu wilayah yang sesuai untuk
ditumbuhi tanaman kopi. Perkebunan kopi di Indonesia diperoleh dari 96,1%
perkebunan rakyat, 1,9% perkebunan besar Negara, dan 2% perkebunan besar
Swasta.
2.2 Kakao
Menurut Prastowo et al. (2010), biji kakao merupakan bahan baku produk
pangan dan non pangan (obat-obatan dan kosmetik). Biji kakao yang akan
dijadikan bahan baku pangan berbeda dalam hal penanganan pasca panennya
dengan bahan baku non pangan. Pada bahan baku pangan, diperlukan proses
fermentasi agar dapat diperoleh cita rasa yang baik, sedangkan Biji kakao yang
digunakan sebagai bahan baku non pangan tidak memerlukan proses fermentasi.
a. ISO 9000: Standar manajemen dan jaminan mutu pemandu untuk pemilihan
dan penggunaan standar.
b. ISO 9001: Sistem mutu-model untuk jaminan mutu dalam perancangan
produksi, instalasi, dan pelayanan jasa.
c. ISO 9002: Sistem mutu model untuk jaminan mutu dalam sistem produksi
dan instalasi.
d. ISO 9003: Sistem mutu model untuk jaminan mutu dalam inspeksi akhir dan
pengujian.
e. ISO 9004: Elemen-elemen manajemen mutu dan sistem mutu pedoman.
2.6.2 Tujuan dan Manfaat ISO
Menurut Tunggal (1998:107) ISO 9000 memilki tiga tujuan mutu, yaitu:
a. Organisasi harus mencapai dan mempertahankan mutu produk atau jasa yang
dihasilkan, sehingga secara berkesinambungan dapat memenuhi kebutuhan
para konsumen.
b. Organisasi harus memberikan keyakinan kepada pihak manajemennya sendiri,
bahwa mutu tersebut telah tercapai dan dapat dipertahankan.
c. Organisasi harus memberikan keyakinan kepada konsumen akan mutu yang
dituju atau yang akan dicapai dalam produk atau jasa yang dijual.
2.6.3 Perkembangan ISO 9000
Bersamaan dengan popularitas isu tentang TQM maka kehadiran ISO
9001/2/3:1994 memiliki peran mengisi kekurangan dan menyempurnakan praktek
TQM seperti pengendalian continuous improvement, customer focus,
employeeinvolvement dan empowerment melalui sistem dokumentasi dan
recording/rekaman. ISO 9000:1994 dinilai lemah dalam pengendalian continous
improvement dan belum mampu mendukung keunggulan daya saing. Fakta
menunjukkan bahwa pelaksanaan ISO 9000:1994 dinilai belum efektif, maka
panitia teknis (technical committee) melakukan revisi dan mempublikasikan
kedua kalinya menjadi ISO 9000:2000. Hingga kini, standarisasi lingkungan
menjadi isu penting untuk diterapkan pada usaha manufaktur, walaupun demikian
perusahaan mengadobsi ISO 9000:2000 untuk tujuan kepuasan pelanggan.
ISO 9000 meliputi elemen yang berbeda / bertolak belakang dengan
prinsip TQM seperti :
a. Terlalu banyak birokrasi; Birokrasi ini menjadikan demotivasi dan
ketidakmudahan diantara para pekerja.
b. Kurangnya fleksibilitas, pelaksanaan yang benar dari norma mungkin dapat
mengahalangi perubahan yang dianggap penting dari sebuah proses yang
membutuhkan pengembangan yang berkelanjutan.
c. ISO 9000 bisa menjadi kekuatan perusahaan pada pengawasan produk-produk
yang diterrima dari suplier, kalau TQM membenarkan pengendalian ini dan
mengolah hubungan dengan suplier atas dasar kepercayaan.
d. ISO 9000 bisa menjadi kekuatan perusahaan untuk melakukan pengendalian
pada intermediate dan produk akhir. TQM menekankan pada pencegahan dari
pada pengawasan, bagaimanapun ISO 9000 memberikan pentingnya
pengawasan (Respati, 2007).
2.6.4 Tahapan Sertifikasi Manajemen Mutu ISO:9000
Sertifikasi sistem manajemen kualitas ISO-9000 tidak dapat diperoleh
dengan sekali jadi tapi dilakukan tahapan-tahapan sebagai berikut :
a. Adopsi
Sebelum manajemen mengadopsi sistem manajemen kualitas ISO-9000, maka
pihak manajemen harus mengetahui dan memahami terlebih dahulu apa itu sistem
manajemen kualitas ISO-9000. Dari mengetahui dan memahami akan timbul
keyakinan akan manfaat sistem manajemen kualitas ISO-9000. Keyakinan akan
menimbulkan niat dan motivasi yang akhirnya timbul komitmen untuk
mengadopsinya.
b. Persiapan
Tahap persiapan ini berisikan segala bentuk persiapan yang perlu dilakukan
mulai dari seleksi konsultan untuk mendiagnostik sistem organisasi hingga
menyusun program kerja.
c. Pengembangan
Tahap pengembangan ini adalah tahap yang sangat penting dalam
implementasi sistem manajemen kualitas ISO-9000. Kebijakan kualitas
merupakan pernyataan dari top manajemen tentang komitmennya terhadap
kualitas, kebijakan kualitas ini harus dipahami dan dimengerti oleh setiap
karyawan.
d. Implementasi
Pada tahap implementasi ini tanggung jawab sangat penting karena
karyawanlah yang menjalankan sistem tersebut. Jika terjadi beberapa proses tidak
sesuai dengan prosedur yang telah disusun, maka akan mempengaruhi perusahaan
dalam memperoleh sertifikat.
e. Assessment
Badan sertifikasi akan menuju semua dokumen (document review) yang ada
dan dibandingkan dengan ketentuan dalam ISO-9000. Kemudian membandingkan
semua prosedur yang telah ditulis dengan penerapannya dilapangan (Respati,
2007).
Waktu yang dibutuhkan perusahaan mulai tahap adopsi sampai dengan
tahap sertifikasi sangat bervariasi, namun dibutuhkan waktu rata-rata antara 12-
18 bulan. Setelah sertifikasi diperolehi bukan berarti semuanya sudah berakhir,
namun merupakan permulaan yang baik dari penerapan sistem manajemen
kualitas ISO-9000 untuk masuk dalam kompetisi global (Respati, 2007).
BAB 3. PEMBAHASAN
BAB 3. KESIMPULAN
Najiyati, S., dan Danarti. 2004. Budidaya Tanaman Kopi dan Penanganan Pasca
Panen. Jakarta: Penebar Swadaya.
Prastowo, B., Karmawati, E., Rubijo., Siswanto., Indrawanto, C., Munarso, S. J.,
Budidaya Pasca Panen Kopi. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan
Perkebunan.
Rahardjo, Pudji. 2012. Panduan Budidaya dan Pengolahan Kopi Arabika dan
Robusta. Jakarta: Penebar Swadaya.
Ciptani, P. I., dan Purnawan. 2014. Kajian Kondisi Proses Delignifikasi Tepung
Sohun Dengan Metode Taguchi. Jurnal Teknologi. Vol 7 (2).
Respati, H. 2007. Studi Teoritis ISO 9000 dan TQM. Jurnal Ekonomi
Modernisasi: Vol 3 (3).