Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH KEMAH BAKTI SOSIAL

“KOPI ROBUSTA”

Disusun Oleh :

1. Asga Alfari (E1J022009)

2. Melda Teria Agnesti (E1J022011)

3. Della Ony Sabrina Br Saragih (E1J022012)

4. Muhammad Gilang Alfasha (E1J022083)

5. Melda Teria Agnesti (E1J022011)

6. Rizqia Dea Salsabila (E1J022085)

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN


PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb.

Puji syukur atas rahmat Allah SWT, berkat rahmat serta karunia-Nya
sehingga makalah berjudul “Kopi Robusta” selesai. Penulisan makalah ini dibuat
dengan tujuan memenuhi tugas Kemah Bakti Sosial (KBS) dari bapak/ibu dosen
dan panitia KBS. Selain itu, penyusunan makalah ini bertujuan menambah
wawasan kepada pembaca tentang cara menanam kopi dan cara panen kopi
robusta.

Penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada ibu asuh. Berkat tugas


yang diberikan ini, dapat menambah wawasan penulis berkaitan dengan topik
yang diberikan. Penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebesarnya kepada
semua pihak yang membantu dalam proses penyusunan makalah ini. Semua pihak
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu baik moral,
maupun material terhadap penulis. Semoga Allah SWT membalas kebaikan
mereka, serta melimpahkan pahala.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih


melakukan banyak kesalahan. Oleh karena itu penulis memohon maaf atas
kesalahan dan ketidaksempurnaan yang pembaca temukan dalam makalah ini.
Harapan penulis semoga makalah ini dapat berguna bagi semua pihak, baik masa
kini maupun masa yang akan datang. Kritik dan saran yang sifatnya membangun
dari pembaca sangat diharapkan.
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan 3
BAB II PEMBAHASAN 4
A. Sejarah Singukat Kopi Robusta 4
B. Proses Pengolahan Biji Kopi 5
C. Usaha Pelestarian 6
BAB III PENUTUP 7
A. Kesimpulan 7
DAFTAR PUSTAKA 10
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Kopi merupakan komoditas pertanian yang paling akrab dengan
masyarakat, mulai dari kalangan ekonomi atas sampai bawah. Hingga saat ini,
kopi masih menduduki komoditas andalan ekspor hasil pertanian Indonesia selain
kelapa sawit, karet, dan kakao. Kopi merupakan salah satu komoditi perkebunan
yang diharapkan mampu meningkatkan nilai devisa ekspor Indonesia (Santoso,
1999).
Indonesia merupakan negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah
Brazil, karena hasil perkebunan kopinya cukup melimpah dan memiliki prospek
yang bagus untuk dikembangkan. Prospek pengembangan industri kopi di
Indonesia meliputi tumbuh kembangnya industri hilir sampai hulu pengolah kopi,
sehingga dampaknya akan terciptanya lapangan kerja bagi masyarakat luas,
meningkatnya pendapatan petani rakyat, serta dihasilkannya berbagai produk
olahan aneka kopi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di Indonesia atau
diekspor ke pasar global (Haryanto, 2012).

Kopi Robusta (Coffea canefora) adalah salah satu jenis kopi yang banyak
dibudidayakan di Indonesia dan menjadi salah satu komoditas unggulan. Tanaman
kopi Robusta pada beberapa penelitian menunjukkan yang cukup tahan terhadap
serangan penyakit, serta mempunyai karakteristik rasa yang lebih pahit, sedikit
asam dan mengandung kadar kadar kafein lebih tinggi daripada kopi Arabika
(Hakim dan Septian, 2011).

Desa Tulungrejo Kabupaten Malang adalah salah satu desa yang


masyarakatnya membudidayakan tanaman kopi jenis Robusta. Namun hingga
saat ini, hasil kopinya masih dijual dalam bentuk segar atau kering. Hal tersebut
disebabkan oleh kopi Robusta tersebut mempunyai rasa yang pahit dan cukup
asam, sehingga jika meminumnya cukup banyak akan mengakibatkan peningkatan
asam lambung bagi konsumen. Rasa pahit dan asam tersebut disebabkan adanya
kafein, serta beberapa jenis senyawa metabolit penyebab rasa pahit dan asam
dalam kopi Robusta. Clauson et al. (2003) menyatakan bahwa jika terlalu banyak
mengkonsumsi kafein dalam kopi, akan mengakibatkan beberapa kondisi yang
mempengaruhi metabolisme tubuh diantaranya asidosis, hyperglikemia, dan
ketosis. Senyawa kafein (C8H10N4O2) adalah bagian dari senyawa alkaloid yang
mempunyai nama kimia 1,3,7- trimethylxanthine (1,3,7-trimethyl-1Hpurine-2,
6(3H, 7H)-dione). Senyawa kafein tersebut yang salah satunya didapatkan dari
konsumsi minuman kopi bubuk adalah senyawa yang dapat berfungsi untuk
meningkatkan performa fisik, daya konsentrasi dan memori. Namun demikian,
dosis terlalu tinggi dari kafein akan mengakibatkan intoksikasi kafein, pengaruh
antagonisme lainnya, dan berbahaya bagi kesehatan. Cukup tingginya jenis dan
konsentrasi berbagai asam dalam kopi juga dapat berpengaruh pada kesehatan
konsumen kopi bubuk. Diantara senyawa penyebab rasa asam pada kopi bubuk
yaitu asam klorogenat dan asamasam organik lainnya (Farhaty dan Muchtaridi,
2014; Nuhu, 2014; Cappelletti et al., 2015; McLellan et al, 2016).

Selain itu, konsumsi kopi dengan kadar kafein yang berlebihan hingga
mencapai 500-600 mg untuk 5-6 cangkir kopi, dapat menyebabkan otot bergetar,
gangguan pencernaan, detak jantung cepat, gugup, dan insomnia. Oleh karena itu,
diperlukan proses yang mudah, murah, dan bertujuan untuk mengurangi kadar
kafein dan asam dalam kopi bubuk terutama yang dihasilkan dari jenis kopi
Robusta asal Desa Tulungrejo.Fermentasi merupakan salah satu tahapan proses
pengolahan produk hasil pertanian yang paling mudah dilakukan oleh masyarakat
dan lebih murah dibandingkan dengan proses kimia dan fisik lainnya yang
menggunakan peralatan modern. Proses fermentasi dilakukan untuk menurunkan
komponen-komponen dalam suatu biji tanaman diantaranya asam sianida,
klorogenat, serta beberapa jenis asam organik yang dapat berakibat negatif apabila
dikonsumsi dalam jumlah berlebih oleh konsumen. Fermentasi tersebut
melibatkan peran mikroorganisme, diantaranya ragi, kapang, dan bakteri (Triyono
dkk., 2019; Mushollaeni et al., 2019; Wijayanti dkk., 2019).

Usaha peningkatan produksi kopi rendah asam dan kafein saat ini masih
terus dikembangkan, karena beberapa penelitian yang telah ada masih sulit untuk
diterapkan petani kopi terutama dengan penggunaan berbagai bahan kimia dan
peralatan yang tidak dimiliki oleh petani. Oleh karena itu, dalam penelitian ini
bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi ragi dan lama fermentasi terbaik pada
pembuatan kopi bubuk Robusta asal Tulungrejo sehingga kadar asamnya sesuai
dengan standar kopi bubuk.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun Rumusan masalah dari makalah ini adalah
1. Apa jenis kopi yang ditanam di tempat ibu asuh?
2. Bagaimana proses pengolahan biji kopi?
3. Bagaimana memilih mutu biji kopi yang baik?

1. 3 Tujuan Makalah
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah sebagai berikut
1. Mengetahui jenis kopi yang ditanam di tempat ibu asuh?
2. Mengetahui bagaimana proses pengolahan biji kopi?
3. Mengetahui memilih mutu biji kopi yang baik?

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Sejarah Singkat Kopi Robusta


Sejarah Kopi Robusta yang bernama latin Coffea Canephora ini pertama
ditemukan di daerah Belgia di dataran Afrika, Kongo pada tahun 1898. Tanaman
biji kopi robusta ini berasal dari negara benua Afrika yakni Kongo, SUdan,
Liberia dan Uganda. Pada zaman dulu memang kopi yang paling populer dan
pertama kali dikenal oleh dunia adalah kopi arabika.
Namun kemudian muncul kopi robusta ini sebagai alternatif kopi arabika.
Arabika yang terkenal mudah terserang hama dan juga penyakit pada saat itu
tergantikan oleh robusta. Sudah dibuktikan bahwa kopi robusta ini tahan terhadap
hama dan berbagai macam penyakit.
Bahkan robusta ini juga bisa bertahan dalam segala musim dan cuaca. Hal
yang paling menonjol dari kopi robusta ini adalah rasanya yang lebih kuat dari
pada kopi. Bahkan berdasarkan penelitian membuktikan kopi Robusta ini memang
memiliki ketahanan yang cukup baik.
Pada tahun 1907 Belanda membawa tanaman ke Indonesia untuk
dibudidayakan. Dan kopi robusta ini pernah menjadi alternatif pengganti kopi
arabika yang pernah mati karena wabah penyakit. Jika dibandingkan dengan kopi
arabika, excelsa dan liberika robusta memiliki ketahanan paling baik.
Terbukti ketika ditanam pada musim penyakit dan hama yang bertahan
hanyalah kopi robusta. Sejak saat itu kopi robusta paling banyak ditanam dan
dibudidayakan. Dan tahukah kamu jika lebih dari 80% perkebunan kopi di Di
Indonesia adalah jenis tanaman kopi robusta.
Kopi robusta ini memiliki varietas turunan, sebenarnya robusta ini
memiliki 2 turunan yakni robusta dan nganda. Nah dari robusta ini turun lagi
varietasnya yakni ada catimor, ruiru 11, sigagar utang, sarchimor. Keunggulan
lain dari tanaman kopi robusta ini adalah kopi yang berasal dari Afrika Barat dan
tumbuh subur di dataran rendah dibawah 500 mdpl. Kopi robusta ini mampu
tumbuh pada suhu yang hangat dan terkenal mudah dirawat.

2.2 Proses Pengolahan Biji Kopi


Pengolahan RDP (Robusta Dry Process) merupakan proses pengolahan
kopi tanpa melalui tahap pengupasan kulit buah kopi langsung dengan cara
mengeringkan buah kopi dengan panas sinar matahari. Pengolahan RDP
merupakan proses pengolahan kopi yang sangat sederhana.

Pengolahan RDP memiliki kelemahan, yaitu membutuhkan waktu yang


lama dan tempat yang luas. Hal ini dikarenakan pengolahan RDP bergantung pada
ketersediaan sinar matahari. Selain itu, dalam pengolahan RDP, buah kopi yang
sebelumnya tidak dikupas terlebih dahulu sebelum pengeringan akan memakan
waktu yang cukup lama untuk mengeringkannya.

Pengolahan kering hanya digunakan pada kopi yang berwarna hijau atau
dan kopi yang terserang bubuk buah. RDP juga mengolah kopi yang berkualitas
inferior atau kualitas rendah.

Pada pengolahan kering ini buah kopi langsung masuk tahap pengeringan
tanpa pengupasan kulit buah dan pencucian. Dengan demikian, kopi dikeringkan
beserta kulit buahnya tidak seperti pada pengolahan basah dimana yang
dikeringkan adalah biji kopinya saja.

Teknik penjemuran dengan RDP ini dilakukan dengan cara


menghamparkan buah kopi di atas lantai penjemuran dengan ketebalan maksimal
10 cm. Mekanisme yang terjadi di dalam buah kopi sendiri dimulai dari kulit
tanduk dan diakhiri dengan pengeringan di dalam biji.

Pada awal pengeringan buah kopi yang masih basah harus sering dibalik
dengan alat penggaruk. Pembalikan buah kopi yang masih basah dilakukan secara
intensif sekali per jam agar laju pengeringan lebih cepat dan rata.

Lamanya proses pengeringan tergantung pada cuaca, ukuran buah kopi,


tingkat kematangan, dan kadar air dalam buah kopi. Untuk mencapai kisaran
kadar air 15—8% waktu penjemuran dapat berlangsung sampai 15 hari.

2.3 Usaha Pelestarian


Mutu biji kopi sangat bergantung pada proses penanganan pasca panen
yang tepat. Dengan penanganan pasca panen yang tepat di setiap prosesnya, mutu
kopi bisa ditingkatkan. Mutu dari kopi sangat ditentukan oleh penanganannya
selama panen dan pasca panen. Kopi yang dipetik pada saat tua merupakan kopi
dengan mutu tinggi. Sebaliknya kopi yang belum merah namun sudah dipetik
akan mengakibatkan aroma dan rasa yang kurang karena masa masak buah kopi
yang belum matang sempurna. Proses penyangraian adalah proses pembentukan
rasa dan aroma pada biji kopi. Apabila biji kopi memiliki keseragaman dalam
ukuran, specific grafity, tekstur, kadar airdan struktur kimia, maka proses
penyangraian akan relatif lebih mudah untukdikendalikan. Kenyataannya, biji
kopi memiliki perbedaan yang sangat besar, sehingga proses penyangraian
merupakan seni dan memerlukan keterampilan dan pengalaman sebagaimana
permintaan konsumen.

Proses penanganan pasca panen dan pengolahan biji kopi perlu


memperhatikan berbagai aspek yang dapat mempertahankan kualitas biji kopi
tersebut. Salah satu hal terpenting yaitu pada proses penyangraiannya. Kualitas
biji kopi dapat ditingkatkan bila proses penyangraian dilakukan pada suhu dan
lama penyangraian yang tepat untuk mendapatkan kadar air dan tingkat keasaman.
Proses penyangraian adalah proses pembentukan rasa dan aroma pada biji kopi.
Apabila biji kopi memiliki keseragaman dalam ukuran, specific grafity, tektur,
kadar air dan struktur kimia, maka proses penyangraian akan relatif lebih mudah
untuk dikendalikan. Dengan demikian, diperlukan penyangraian kopi yang sesuai
atau tepat terhadap suhu danlamaya penyangraian.

Penggunaan media penyangraian yang berbeda seperti wajan stainless


steel dan wajan tanah liat juga dapat mempengaruhi cita rasa dari kopi bubuk
yangdihasilkan karena suhu pada saat penyangraian akan mempengaruhi
keasaman dari seduhan kopi. Perbedaan lama penyangraian yang diperlukan untuk
kedua media penyangraian tersebut dapat disebabkan karena pada wajan stainless
steel, suhu penyangraian lebih cepat mengalami kenaikan atau kurang stabil
dibandingkan dengan wajan tanah liat, sehingga kopi lebih cepat menghitam
(gosong).
BAB III
PENUTUP
I. Kesimpulan
Usaha tani kopi Robusta di Bengkulu memberikan pendapatan keluarga
yang cukup baik, dicirikan oleh besarnya nilai pendapatan usaha tani, baik yang
dihitung berdasarkan biaya tunai maupun biaya total. Secara umum, petani kopi
Robusta menjual hasil panennya berupa kopi beras. Rantai pemasaran kopi
Robusta memiliki dua rantai, melibatkan petani sebagai produsen, pedagang
pengumpul tingkat desa atau kecamatan sebagai penampung awal, pedagang besar
atau agen, dan eksportir atau pabrikan. Saluran pemasaran kopi di Bengkulu
mempunyai nilai persentase marjin pemasaran yang relatif rendah dan merata,
serta bagian yang diterima produsen lebih dari 50% sehingga dianggap cukup
efisien.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa rantai pasok kopi
robusta di Kabupaten Kepahiang terdiri dari tiga pola aliran rantai pasok.
Aktivitas usaha yang berlangsung pada ketiga pola aliran rantai pasok di
Kabupaten Kepahiang secara umum yaitu 1) Grading kopi robusta hanya
dilakukan oleh pelaku usaha dalam rantai pasok kedua, 2) Aliran informasi harga
diperoleh dari pembeli kopi robusta, yang bertindak sebagai penentu harga dan
penjual sebagai penerima harga pada setiap mata rantai (sistem) dan 3) aliran
keuangan, sistem pembayaran dilakukan dengan tiga pola yaitu tunai, kredit dan
konsinyiasi, dan 4) Margin pemasaran tertinggi diperoleh pelaku usaha pada rantai
pasok kedua diikuti oleh pelaku usaha pada rantai pasok ketiga dan rantai pasok
kesatu. Pengembangan sistem pengelolaan transaksi pembayaran secara baik,
efisien dan aman salah satunya melalui transaksi pembayaran seacara online.
Perlakuan mutu terhadap kopi robusta yang dilakukan oleh pelaku dalam rantai
pasok kopi robusta dapat meningkatkan nilai tambah kopi robusta, sehingga harga
jual lebih tinggi. Oleh karenanya, pengembangan industri hulu hingga hilir terkait
langsung maupun tidak langsung dengan pengolahan kopi robusta sangat
diperlukan di Provinsi Bengkulu. Pengembangan ini akan memberikan
dampakbesar dalam perekonomian yaitu penciptaannilai tambah produk dan
pendapatan pelaku usaha dalam rantai pasok.
DAFTAR PUSTAKA
Clauson, K.A., K.M. Shields, C.E. McQueen and N. Persad. 2008. Safety issues
associated with commercially available energy drinks. J. Am. Pharm.
Assoc., 48(3): e55-63; quiz e64-7.

Farhaty, N. dan Muchtaridi. 2014. Tinjauan kimia dan aspek farmakologi senyawa
asam klorogenat pada biji kopi : Review. Farmaka Suplemen, 14(1):214-
227.

Hakim, L. dan A. Septian. 2011. Prosepek ekspor kopi arabika organik


bersertifikat di Kabupaten Aceh Tengah. Jurnal Agrisep, 12(1):1-8.

Haryanto, B. 2012. Prospek Tinggi Bertanam Kopi. Pustaka Baru Press,


Yogyakarta.

Santoso, B. 1999. Pendugaan Fungsi Keuntungan dan Skala Usaha pada Usaha
tani Kopi Rakyat di lampung, Pusat Penelitian Agro Ekonomi, Bogor.

Triyono, Mushollaeni, W. dan Wirawan. 2019. Proses penurunan kadar asam pada
kopi varietas liberika dengan cara fermentasi menggunakan enzim papain
dan ragi instan. Diakses pada 10 September 2020.
https://publikasi.unitri.ac.id/index.php/pertanian/article/view/1425.

Anda mungkin juga menyukai