net/publication/330108807
CITATIONS READS
0 1,947
6 authors, including:
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Monitoring of organic micropollutants in mangroves, mussels and water from Mahakam river east borneo, Indonesia View project
All content following this page was uploaded by Muhammad Yudhistira Azis on 06 October 2019.
Fathia Rizqi Aprilia*, Yossy Ayuliansari, Tikarahayu Putri, Muhammad Yudhistira Azis, Wisye Dewi
Camelina, Mochammad Resya Putra
Abstrak
Kafein merupakan senyawa turunan alkaloid yang dapat ditemukan dalam kopi, teh dan minuman kemasan
lainnya. Kelebihan kafein dapat menyebabkan sakit kepala, munculnya perasaan was-was dan cemas, serta dapat
menimbulkan gangguan pada lambung dan pencernaan. Oleh karenanya sangat dianjurkan untuk tidak
mengonsumsi kafein melebihi batas yang diperbolehkan. Penduduk Indonesia sangat dominan mengonsumsi
kopi dan kini kopi tradisional di tiap daerah telah menjadi khas utama suatu daerah seperti kopi Gayo yang
berasal dari Aceh dan kopi Lombok. Minimnya informasi kandungan kafein dalam kopi tradisional, berakibat
tidak terkontrolnya konsumsi kafein pada para penikmat kopi tradisional. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis kandungan kafein dalam kopi tradisional Gayo dan Kopi Lombok. Metode analisis yang dilakukan
yaitu dengan HPLC dan Spektrofotometri UV/VIS. Kandungan kafein dalam kopi tradisional tersebut kemudian
dibandingkan dengan kopi kemasan sebagai kontrol. Hasil analisis menggunakan UV/VIS dan HPLC
menunjukkan bahwa kandungan kafein pada kopi tradisional (gayo & Lombok) memiliki kadar kafein yang
lebih rendah dibandingkan dengan kopi kemasan. Dari analisis UV/VIS diketahui bahwa kadar kafein pada kopi
gayo, kopi Lombok dan kopi kemasan adalah 9,70 mg/gram, 14,24 mg/gram dan 14,97 mg/gram. Sedangkan
berdasarkan analisis menggunakan HPLC kadar kafein pada kopi gayo, kopi Lombok dan kopi kemasan adalah
8,10 mg/gram, 14,07 mg/gram dan 14,08 mg/gram.
Kata kunci: Kafein, kopi gayo, kopi lombok, HPLC, Spektrofotometri UV/VIS
Analysis of the Caffeine Concentration Contained in Traditional Coffee (Kopi Gayo and
Kopi Lombok) Using UV/Vis Spectrophotometry and HPLC
Abstrak
Caffeine is one kind of alkaloid compound contained in coffee, tea and other beverages. Overdose of caffeine
consumption stimulates headaches, anxiety, and stomach disorders. Thus, the consumption should not exceed the
limit. However, most of the Indonesian people are coffee addict, especially to the traditional coffee such as Kopi
Gayo from Aceh and Kopi Lombok. The lack of information about the caffeine concentration contained in the
traditional coffee is a potential cause of the uncontrolled caffeine intake in the consumer. Therefore, the goal of
this study is to analyze the concentration of caffeine in traditional Kopi Gayo and Kopi Lombok. Analytical
method is done with HPLC and Spectrophotometry UV/VIS. The concentration of caffeine in traditional coffee
is then compared with packaged coffee as a control. The results of analysis using spectrometer UV/VIS and
HPLC showed that the concentration of caffeine in traditional coffee (Gayo & Lombok) has lower levels of
caffeine compared with packaged coffee. From UV/VIS analysis it was found that caffeine levels in Kopi Gayo,
Kopi Lombok and packaged coffee were 9.70 mg/gram, 14.24 mg/gram and 14.97 mg/gram. While based on
analysis using HPLC caffeine levels on Gayo coffee, Lombok coffee and packaged coffee is 8.10 mg/gram,
14.07 mg/gram and 14.08 mg/gram.
Keywords: Caffeein, gayo coffee, Lombok coffee, HPLC, Spectrophotometry UV/VIS
Korespondensi: Fathia Rizqi Aprilia, Program Studi Kimia, Institut Teknologi Bandung, Bandung. Email:
rizqyfath@gmail.com
BIOTIKA, Volume 16 No. 2 (2018)
37
Fathia Rizqi Aprilia dll. Analisis Kandungan Kafein Dalam Kopi Tradisional Gayo Dan Kopi Lombok
Menggunakan HPLC Dan Spektrofotometri UV/VIS
digunakan pada senyawa organik sebanyak 170-250 mg per hari. Dosis ini melebihi
berdasarkan pada transisi n-π ataupun π-π*.
*
batas maksimum yang telah ditetapkan SNI 01-
Transisi ini umumnya terjadi dalam daerah 7152-2006.
200-700 nm (Underwood & Day, 2002).
4. Kesimpulan
Pada analisis menggunakan UV-Vis,
pita absorpsi yang dihasilkan cenderung Dari analisis UV/VIS diketahui bahwa kadar
terlalu lebar dan kurang terinci, sehingga kafein pada kopi gayo, kopi Lombok dan kopi
untuk gugus-gus fungsional yang mirip akan kemasan adalah 9,70 mg/gram, 14,24 mg/gram dan
menunjukkan serapan pada panjang 14,97 mg/gram. Sedangkan berdasarkan analisis
gelombang maksimum yang berdekatan. menggunakan HPLC kadar kafein pada kopi gayo,
Dalam sampel kopi yang dianalisis terdapat kopi Lombok dan kopi kemasan adalah 8,10
beberapa jenis senyawa alkaloid lainnya mg/gram, 14,07 mg/gram dan 14,08 mg/gram.
selain dari kafein, sehingga senyawa- Berdasarkan kedua metode yang dilakukan hasil
senyawa tersebut juga dapat menjadi analisis tidak menunjukkan hasil yang jauh
pengganggu dalam analisis kafein berbeda. Adapun selisih kadar pada kedua
menggunakan UV/Vis sehingga instrument disebabkan oleh perbedaan sensitifitas
menyebabkan hasil analisis menjadi lebih dan keselektifan pada instrument.
banyak dari yang seharusnya.
Daftar Pustaka
Untuk membandingkan hasilnya maka
dilakukan juga analisis kadar kafein
Artanti, A.N., Nikmah, W.R., Setiawan, D.H.,
menggunakan instrument yang lebih sensitif
Prihapsara, F. 2016. Perbedaan Kadar
yaitu HPLC. Pemisahan senyawa
Kafein Daun The (Camellia Sinensis (L)
menggunakan HPLC dilakukan berdasarkan
Kuntze) Berdasarkan Status Ketinggian
perbedaan kepolaran suatu molekul. HPLC
Tempat Tanam dengan Metode HPLC.
yang digunakan bekerja dengan system
Journal of Pharmaceutical Science and
reverse phase dengan jenis kolom Rcyl C-18
Clinical Research. (1) Hal 37-44
dan menggunakan metanol & air sebagai
DepKes RI. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi
eluen. Senyawa yang bersifat non polar akan
IV. Departemen Kesehatan Republik
tertahan di kolom sedangkan senyawa yang
Indonesia : Jakarta
bersifat polar akan terbawa oleh eluen dan
Erdiansyah, N. P., Yusianto.2012. Hubungan
keluar terlebih dahulu. Dalam analisis yang
Intensitas Cahaya di Kebun Kopi dengan
dilakukan, kafein yang dianalisis muncul
Profil Cita Rasa dan Kadar Kafein
pada waktu retensi 3,27-3,39 menit. Dalam
Beberapa Klun Robusta. Jurnal Pelita
proses analisis menggunakan HPLC, kafein
Perkebunan. 28(1). Hal 14-22.
yang dianalisis dilewatkan terlebih dahulu
Farida.A., R. Evi V., Kumoro, A. C. 2013.
melalui kolom yang didalamnya terjadi
Penurunan Kadar Kafein Asam Total
proses pemisahan terlebih dahulu. Sehingga
Pada Biji Kopi Robusta Menggunakan
bias diasumsikan bahwa kafein yang
Teknologi Fermentasi Anaerob Fakultatif
dianalisis menggunakan HPLC lebih murni
dengan Mikroba Nopkor MZ-15. Jurnal
dibandingkan UV/Vis. Oleh karena itu
Teknologi Kimia dan Industri, Vol.2, No.
kadarnya menjadi lebih sedikit dibanding
3, Hal 70-75.
UV/Vis.
Liska, K. 2004. Drugs and The Body with
Berdasarkan hasil survey (Maramis, Implication for Society. Edisi ke-7. New
dkk. 2013) pada umumnya penikmat kopi Jersey: Pearson.
meminum kopi dalam jumlah 6 gram per Maramis, R. K., Citraningtyas, G., Wehantouw F.
cangkir. Hal ini menandakan bahwa (2013). Analisis Kafein dalam Kopi
penikmat kopi mengkonsumsi dosis kafein Bubuk di Kota Manado Menggunakan