Anda di halaman 1dari 3

1.

2 Metode Ekstraksi untuk Daun Sirih

Proses ekstraksi merupakan proses penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan
mentah obat dengan menggunakan pelarut yang dipilih dimana zat yang diinginkan larut.
Bahan mentah obat berasal dari tumbuh-tumbuhan atau hewan tidak perlu diproses lebih
lanjut kecuali dikumpulkan dan dikeringkan. Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh
dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut yang
sesuai. Kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang
tersisa diperlakukan sedemikian rupa hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Ansel,
1989).

Ada beberapa metode dasar penyarian yang dipakai yaitu metode infundasi, maserasi,
perkolasi, dan sokletasi. Pemilihan terhadap metode tersebut disesuaikan dengan kepentingan
dalam memperoleh sari yang baik (Anonim, 1986). Metode ekstraksi yang sering digunakan
untuk daun sirih (Piper betle) adalah maserasi dan infusa.

Maserasi adalah proses ekstraksi simplisia menggunakan pelarut dengan beberapa kali
pengadukan pada suhu ruangan. Prosedurnya dilakukan dengan merendam simplisia dalam
pelarut yang sesuai dalam wadah tertutup. Pengadukan dilakukan dapat meningkatkan
kecepatan ekstraksi. Kelemahan dari maserasi adalah prosesnya membutuhkan waktu yang
cukup lama. Ekstraksi secara menyeluruh juga dapat menghabiskan sejumlah besar volume
pelarut yang dapat berpotensi hilangnya metabolit. Beberapa senyawa juga tidak terekstraksi
secara efisien jika kurang terlarut pada suhu kamar (27oC). Tidak dapat digunakan untuk
bahan-bahan yang mempunyai tekstur keras seperti benzoin, tiraks dan lilin. Ekstraksi secara
maserasi dilakukan pada suhu kamar (27oC), sehingga tidak menyebabkan degradasi
metabolit yang tidak tahan panas (Departemen Kesehatan RI, 2006)

Berdasarkan jurnal Zenda Fadila Putri (2010), metode ekstraksi yang digunakan
adalah maserasi. Serbuk kering daun sirih ditimbang sebanyak 500 g, kemudian ditempatkan
dalam bejana gelas untuk maserasi. Serbuk direndam dalam etanol 96% sebanyak 3750 mL
selama 5 hari sambil sering digojog, kemudian hasil maserasi disaring dengan kain flannel
bersih sehingga didapatkan filtrat etanol dan ampas. Ampas diremaserasi 2 kali. Filtrat etanol
yang didapat dipekatkan dengan menggunakan penangas air sehingga diperoleh ekstrak
kental daun sirih.
Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara mengekstrak simplisia nabati
dengan air pada suhu 90o C selaam 10-15 menit yang dihitung sejak air mendidih. Jika bahan
yang digunakan untuk membuat dekok berasal dari bahan bertekstur keras, bahan yang
digunakan dalam infusa berasal dari bahan yang lunak (simplisi, daun dan bunga) seperti
daun kumis kucing, daun meniran, daun pegagan, bunga mawar, bunga melati, dan daun
sambiloto. Cara membuat infusa hampir sama dengan merebus teh. Siapkan simplisia kering
25-30 gram atau bahan segar 75-90 gram. Bahan tersebut direbus dalam air mendidih 500 cc
selama 15 menit atau sampai volumenya menjadi 250 cc. Setelah direbus airnya disaring dan
hasil penyaringan ini disebut infusa.

Berdasarkan jurnal Bahermansyah 2009. Sampel berupa daun sirih hijau segar
dibersihkan dengan air mengalir sebanyak tiga kali, ditiriskan pada nampan yang
telah dialasi dengan kertas, kemudian dirajang sekitar 1 cm. Lalu sampel ditimbang
sebanyak 100 gram. Panaskan air hingga suhu 90oC dalam beaker glass, kemudian
masukan sampel. Penyarian dilakukan selama 15 menit. Sambil sesekali diaduk, lalu saring
selagi panas melalui kain flanel sehingga diperoleh konsentrasi ekstrak air daun sirih hijau
100%.

Berdasarkan jurnal-jurnal tersebut yang paling umum adalah menggunakan metode


infusa. Hal ini disebabkan metode infusa lebih menguntungkan sebab teknik infusa lebih
murah, lebih cepat, dan alat serta caranya sederhana. Sedangkan dalam pembuatan ekstrak,
kandungan dari bahan tumbuhan dan pelarut yang paling tepat untuk masing-masing
kandungan harus diketahui lebih dahulu. Dengan zat pelarut yang tepat, zat aktif yang
diinginkan akan terpisah dari bahan aslinya dan bercampur dengan pelarut yang digunakan
(Santoso, 1993). Selain itu, daun sirih memiliki kandungan yang tahan terhadap pemanasan
sehingga metode infusa lebih umum digunakan.
Daftar Pustaka

o Baheramsyah. 2009. Tanaman Obat di Sekitar Rumah Kita. Lampung


Herba Center. Lampung.

o ZENDA FADILA PUTRI.2010. UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI


EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH (Piper betle L.) TERHADAP
Propionibacterium acne DAN Staphylococcus aureus MULTIRESISTEN.
Surakarta
o Wirda, Z., Halim, H., Millati, T., Zulhidiani, R. 2011. Pengaruh Berbagai
Jenis Pelarut dan Asam Terhadap Rendemen Antosianin Kubis Merah
(Brassica oleraceae capitata). J. Agroscientic, 18:2

o Ditjen POM, (1986), "Sediaan Galenik", Departemen Kesehatan Republik


Indonesia, Jakarta.
o Sudjadi, Drs., (1986), "Metode Pemisahan", UGM Press, Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai