Anda di halaman 1dari 7

19 Febrina, Nasution dan Arfi

PENGARUH VARIASI MASSA RAGI Saccharomyces cerevisiae


TERHADAP KADAR BIOETANOL BERBAHAN DASAR
LIMBAH KULIT KOPI ARABIKA (Coffea Arabica L)

Resa Vernia Febrina1*, Reni Silvia Nasution1, Febrina Arfi1


1
Program Studi Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Ar-Raniry

*E-mail: Resa.fernia@gmail.com

Abstract: Arabica coffee skin waste contained 49% cellulose, 24,5%


hemicellulose, and 7,63% lignin that can be used to produce bioethanol. The
purpose were to know the effect of various mass of yeast Saccharomyces
cerevisiae (3, 9, and 15 gram). The method used consist of several steps such
as pretreatment, hydrolysis, fermentation using Saccharomyces cereviseae,
distillation process, and determining bioethanol content using
chromathography gas. The bioethanol content from 25 gram arabica coffee
skin waste with 3, 9, and 15 gram yeast for 3 days fermentation was 0,35%;
0,57%; and 1,46%. The highest bioethanol content was 1,46% found by
adding 15 gram yeast Saccharomyces cerevisiae for 3 day fermentation.

Keywords: Coffee skin waste, bioethanol, fermentation, yeast


Saccharomyces cereviseae.

Abstrak: Limbah kulit kopi arabika merupakan salah satu bahan yang
mengandung 49% selulosa; 24,5% hemiselulosa; dan 7,63% lignin sehingga
dapat dimanfaatkan untuk pembuatan bioetanol. Tujuan penelitian ini adalah
mengetahui pengaruh variasi massa ragi Saccharomyces cerevisiae terhadap
kadar bioetanol limbah kulit kopi arabika. Metode yang digunakan terdiri dari
beberapa tahap yaitu pretreatment, hidrolisis, fermentasi, distilasi, dan
penentuan kadar bioetanol menggunakan kromatografi gas. Kadar bioetanol
yang diperoleh pada 25 g limbah kulit kopi dengan variasi massa ragi 3, 9,
dan 15 g pada 3 hari fermentasi yaitu 0,35%; 0,57%; dan 1,46%. Kadar
bioetanol tertinggi diperoleh sebesar 1,46% pada penambahan 15 g massa
ragi Saccharomyces cerevisiae dengan waktu fermentasi selama 3 hari.
.
Kata Kunci: Limbah kulit kopi, bioetanol, fermentasi, ragi Saccharomyces
cereviseae.

PENDAHULUAN besar. Salah satu limbah yang dihasilkan


dari perkebunan kopi ini adalah kulit kopi.
Aceh merupakan daerah yang kaya Ketersediaan limbah kulit kopi cukup
akan komoditas kopi. Banyaknya produk besar di Aceh karena pada pengolahan
kopi di Aceh, terutama di daerah Aceh kopi akan menghasilkan 65% biji kopi dan
Tengah, memberikan dampak negatif 35% limbah kulit kopi (Saisa dan
berupa limbah kopi dengan jumlah yang Syabriana, 2018). Kulit kopi merupakan

AMINA 2 (1) 2020 | Pengaruh variasi massa ragi Saccharomyces cereviseae terhadap kadar bioetanol berbahan
dasar limbah kulit kopi arabika (Coffea Arabica L)
20 Febrina, Nasution dan Arfi

salah satu limbah terbanyak yang menggunakan ragi sebanyak 3 g


dihasilkan dari kopi di Aceh dan hanya sebanyak 8,95%. Sedangkan penelitian
dimanfaatkan dalam skala kecil seperti yang dilakukan oleh Nasrun (2015)
dijadikan pakan ternak (Pertiwi dan menggunakan ragi S. cerevisiae sebanyak
Wardani, 2016), pupuk, dan banyak pula 15 g dan menghasilkan rendemen
kulit kopi yang menjadi limbah yang tak bioetanol sebesar 6,234%. Berdasarkan
memiliki nilai guna. Di sisi lain, kulit kopi hal di atas, peneliti tertarik untuk
memiliki potensi besar untuk dijadikan melakukan penelitian untuk mengetahui
sesuatu yang memiliki nilai jual tinggi pengaruh massa ragi S. cerevisiae
seperti menjadikannya sebagai bahan terhadap kadar bioetanol dari limbah kulit
bakar terbaharukan yaitu bioetanol. kopi arabika.
Bioetanol merupakan salah satu
energi baru alternatif yang berasal dari
METODE
makhluk hidup (Jannah dan Aziz, 2017).
Limbah kulit kopi mempunyai kandungan
Alat–alat yang digunakan pada
serat sebesar 65,2% (Siswati et al., 2012).
penelitian ini antara lain neraca analitik,
Komponen serat pada kulit kopi yaitu 49%
ayakan 80 mesh, oven, gelas beaker,
selulosa; 24,5% hemiselulosa; dan lignin
gelas ukur, blender, hot plate, magnetic
7,63% (Diniyah et al., 2013). Hal ini
stirrer, Erlenmeyer, kaca arloji, batang
menyebabkan limbah kulit kopi
pengaduk, spatula, pipet tetes, pipet
berpeluang besar untuk dijadikan sebagai
volume, karet penghisap, kertas saring,
bahan baku bioetanol. Menurut Ardiyanto
indikator universal, pH meter, stopwatch,
(2015), pembuatan bioetanol dari bahan-
labu alas bulat, labu kromatografi gas,
bahan yang mengandung selulosa ini
labu leher tiga, mantel pemanas,
dapat dilakukan dengan beberapa proses
termometer, statif, corong, sentrifugasi.
yaitu hidrolisis dan fermentasi. Proses
Bahan–bahan yang dipakai pada
fermentasi merupakan proses pemecahan
penelitian ini antara lain kulit kopi arabika
senyawa organik oleh mikroorganisme
dari Aceh Tengah, ragi roti
dalam kondisi anaerob untuk
Saccharomyces cerevisiae merek
menghasilkan produk organik yang lebih
Fermipan, akuades (H2O), asam klorida
sederhana. Salah satu mikroorganisme
(HCl) 20%, natrium hidroksida (NaOH) 10
yang bisa membantu proses fermentasi
M, dan etanol (C2H5OH) 96%.
bioetanol adalah Saccharomyces
cerevisiae.
Proses fermentasi dapat Persiapan Sampel
dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya derajat keasaman, Kulit kopi arabika kering diambil
mikroorganisme, suhu, waktu, dan media. dari Aceh Tengah dan dibersihkan dari
Massa ragi S. cerevisiae berpengaruh kotoran terlebih dahulu. Kulit kopi arabika
terhadap kadar bioetanol yang dihasilkan. kering kemudian dikeringkan
Menurut Coniwanti et al., (2016), semakin menggunakan oven pada suhu 60°C
banyak ragi yang ditambahkan maka selama 48 jam, kemudian dihaluskan
kadar etanol yang dihasilkan juga semakin menggunakan blender hingga berbentuk
besar pada bahan baku yang digunakan serbuk. Serbuk kulit kopi arabika diayak
berupa biji durian. Penelitian yang telah menggunakan ayakan 80 mesh dan
dilakukan oleh Asip et al., (2016) dianalisis kadar airnya.
mendapatkan bioetanol dengan kadar
bioetanol tertinggi sebesar 5,3053% dari Proses Pretreatment
proses hidrolisis kemudian difermentasi
dengan penambahan S. cerevisiae Serbuk kulit kopi arabika ditimbang
sebanyak 3 gram pada bahan baku sabut sebanyak 25 g lalu dimasukkan ke dalam
kelapa. Menurut Putra et al., (2013), Erlenmeyer berukuran 250 mL lalu
kondisi optimum pada proses fermentasi ditambahkan 250 mL akuades.
kulit singkong ditunjukkan dengan

AMINA 2 (1) 2020 | Pengaruh variasi massa ragi Saccharomyces cereviseae terhadap kadar bioetanol berbahan
dasar limbah kulit kopi arabika (Coffea Arabica L)
21 Febrina, Nasution dan Arfi

Erlenmeyer ditutup menggunakan Rendemen produk E kemudian dihitung


aluminium foil. Campuran tersebut lalu dengan rumus sebagai berikut :
dimasukkan ke dalam Autoclave selama Rendemen= ×100%
15 menit pada temperatur 121°C. Filtrat
hasil pretreatment (Produk A) disimpan
dalam Erlenmeyer, sedangkan endapan
dari proses pretreatment akan digunakan Analisa Kadar Bioetanol
pada proses hidrolisis.
Kromatografi gas dengan detektor
FID dikondisikan dengan suhu kolom
Proses Hidrolisis 170°C, suhu injektor pada 210°C, suhu
detektor pada 250°C dengan gas
Endapan hasil pretreatment pembawa N2 dengan kecepatan alir gas
ditambahkan 250 mL HCl 20% kemudian 0,5 bar dan H2 dengan kecepatan alir
diaduk hingga homogen. Erlenmeyer pada 0,65 bar. Deret standar etanol dibuat
berisi campuran ditutup dengan aluminium dengan konsentrasi 0,2%; 0,4%; 1%; dan
foil dan direndam selama 24 jam. 2%, dengan mengencerkan etanol p.a
Disentrifugasi selama 5 menit. Hidrolisat menggunakan akuades. Standar tersebut
(produk B) dicatat volumenya. dianalisis dengan menginjeksikan 1 µL
larutan standar tersebut ke alat
Proses Penentuan pH kromatografi gas sehingga diperoleh data
luas area dari masing masing standar.
Filtrat hasil pretreatment (produk A) Lalu dilakukan analisis terhadap sampel
dicampur dengan filtrat hasil hidrolisis dengan mengambil 1µL sampel yang
(produk B). Kemudian pH larutan tersebut sudah dilakukan preparasi sebelumnya
diukur hingga menjadi 5-5,5 dengan diambil menggunakan syring khusus
menambahkan NaOH 10 M. Saat pH telah untuk kromatografi gas. Sampel
mencapai range 5-5,5, HCl ditambahkan diinjeksikan ke kolom GC lewat heated
untuk mempertahankan pH agar tetap injection port dengan sistem yang sudah
pada range tersebut. Campuran ini diberi dioptimasi. Hasil analisis diperoleh berupa
nama sebagai produk C. kromatogram yang berisi waktu retensi
dan luas area, kemudian dibuat kurva
kalibrasi dengan memplotkan luas area
Proses Fermentasi
denga konsentrasi standar etanol yang
digunakan. Kadar bioetanol sampel
Produk C dimasukkan ke dalam
dihitung dengan cara memplotkan peak
Erlenmeyer 500 mL. Produk C kemudian
area terhadap konsentrasi etanol standar.
ditambahkan ragi S.cerevisiae dengan
variasi massa ragi 3, 9 dan 15 g.
Erlenmeyer tersebut ditutup dengan tisu HASIL DAN PEMBAHASAN
dan dibiarkan proses fermentasi
berlangsung selama 3 hari. Larutan hasil Pengeringan limbah kulit kopi
fermentasi lalu disaring dengan kertas arabika dilakukan menggunakan oven
saring dan diambil filtratnya (produk D). pada suhu 60ºC selama 48 jam bertujuan
Volume larutan setelah fermentasi diukur untuk mengurangi kadar air yang
dan dicatat. dikandung sampel. Sampel dihaluskan
dengan tujuan untuk merombak struktur-
Proses Pemisahan dengan Distilasi struktur yang menyusun biomassa
sehingga luas permukaan sampel menjadi
Sebanyak 1 set peralatan distilasi maksimal dan bahan kimia yang akan
dirangkai. Lalu produk D dimasukkan ke digunakan pada tahap hidrolisis lebih
dalam labu distilasi. Produk D didistilasi cepat terserap dan kecepatan proses
pada suhu 78ºC hingga diperoleh produk hidrolisis semakin meningkat (Hafidh et
E dan produk E tidak menetes lagi. al., 2017). Proses penghalusan sampel ini
tergolong ke dalam jenis pretreatment

AMINA 2 (1) 2020 | Pengaruh variasi massa ragi Saccharomyces cereviseae terhadap kadar bioetanol berbahan
dasar limbah kulit kopi arabika (Coffea Arabica L)
22 Febrina, Nasution dan Arfi

secara fisik. Proses pengayakan Berikut merupakan reaksi hidrolisis


kemudian dilakukan menggunakan selulosa menggunakan HCl:
ayakan 80 mesh. Hal ini dikarenakan
besar atau kecilnya ukuran sampel akan
mempengaruhi kadar selulosa yang
dihasilkan, dan sangat berpengaruh
terhadap pemutusan rantai polimer
menjadi semakin pendek sehingga proses
pemisahan lignin lebih mudah dilakukan
(Cheng, 2002).
Kadar air sampel rata-rata yang
diperoleh adalah sebesar 2,88%. Hal ini
menunjukkan bahwa kadar air yang Gambar 1. Mekanisme Reaksi Hidrolisis
dikandung oleh sampel cukup rendah Asam Pada Selulosa (Balat, 2008)
sehingga mikroba atau jamur akan sulit
tumbuh dan berkembang biak pada Mekanisme reaksi hidrolisis asam
sampel, dan menyebabkan masa simpan pada selulosa diawali dengan adanya
sampel bisa lebih lama. Agar dapat donor H+ sehingga proton dari asam akan
menghidrolisis selulosa yang ada pada berinteraksi secara cepat dengan ikatan
sampel, diperlukan suatu perlakuan untuk glikosida yang terdapat pada dua unit
membuka ikatan lignin yang dinamakan glukosa dan menyebabkan terbentuk
sebagai tahap pretreatment. Menurut asam konjugasi. Keberadaan asam
Sime et al., (2017), tujuan utama dari konjugasi tersebut mengakibatkan
proses pretreatment ini adalah merusak konformasi menjadi tidak stabil sehingga
sel lignin yang melindungi selulosa serta terjadi pemutusan ikatan C-O dan
hemiselulosa, kemudian mengurangi membebaskan asam konjugasi yang
kristalin selulosa, serta meningkatkan berada pada konformasi tidak stabil.
porositas. Pretreatment juga dapat Kemudian terdapatnya air pada sistem
meningkatkan pembentukan gula, juga akan menyebabkan OH- dari air
menghindari kehilangan karbohidrat, dan berikatan dengan ion karbonium sehingga
mengurangi biaya produksi. Dengan membebaskan glukosa dan proton. Lalu
proses pretreatment ini pula, hasil proton yang terbentuk akan berinteraksi
konversi bioetanol akan menjadi semakin kembali dengan cepat dengan ikatan
tinggi (Asip et al., 2016). Filtrat hasil glikosida oksigen yang terdapat pada dua
pretreatment (produk A) berwarna unit glukosa yang lain dan proses tersebut
kehitaman. Warna hitam ini terbentuk akan terus berlanjut hingga molekul
akibat berkurangnya kandungan lignin selulosa terhidrolisis menjadi molekul
pada larutan. glukosa (Balat, 2008).
Asip et al., (2016) mengatakan Konsentrasi HCl yang digunakan
bahwa hidrolisis adalah proses perubahan adalah 20% karena konversi gula yang
atau pemecahan selulosa, hemiselulosa dihasilkan bisa tergolong tinggi hingga
serta karbohidrat menjadi gula yang lebih mencapai 90%. Suhu yang dipakai pada
sederhana atau disebut sebagai glukosa. proses hidrolisis ini yaitu 100ºC dimana
Penelitian ini menggunakan asam klorida suhu ini dipilih karena hidrolisis asam
sebagai pelarut pada proses hidrolisis. Hal membutuhkan suhu yang tinggi untuk
ini disebabkan karena HCl yang dapat bekerja (Sutarno, 2017).
merupakan asam kuat tersebut akan Berdasarkan penelitian yang dilakukan
cenderung memberikan proton jika larut oleh Asip et al., (2016), konsentrasi HCl
dalam air, maka asam tersebut akan yang digunakan pada saat hidrolisis
berubah menjadi basa konjugasi (Sutarno, berbanding lurus dengan kadar glukosa
2017). HCl yang digunakan juga berfungsi yang dihasilkan dari proses hidrolisis.
sebagai katalisator yang berfungsi untuk Menurut Jannah (2017), penggunaan
mempercepat proses reaksi yang terjadi. asam kuat seperti HCl juga dapat

AMINA 2 (1) 2020 | Pengaruh variasi massa ragi Saccharomyces cereviseae terhadap kadar bioetanol berbahan
dasar limbah kulit kopi arabika (Coffea Arabica L)
23 Febrina, Nasution dan Arfi

merusak lignin disebabkan asam kuat Proses distilasi untuk memurnikan


lebih reaktif memecahkan lignin dan bioetanol yang didapatkan setelah proses
melarutkannya. fermentasi dilakukan (Sime, 2017). Suhu
Fungsi penambahan NaOH pada yang digunakan adalah 78-80ºC
proses penentuan pH adalah untuk dikarenakan titik didih etanol adalah
menaikkan pH yang semula memiliki nilai 78,4ºC (Badan Standarisasi Nasional,
pH sekitar 1 hingga 2 agar menjadi pH 2009). Distilat yang diperoleh merupakan
yang diinginkan untuk digunakan pada larutan tak berwarna, jernih, dan berbau
proses fermentasi yaitu pada pH berkisar khas seperti bau alkohol. Rendemen
antara 5-5,5. Hal ini sesuai dengan teori bioetanol yang diperoleh dari setiap
Sime (2017) yang menyatakan bahwa variasi yang dilakukan berbeda-beda.
NaOH digunakan unuk menyesuaikan pH Penentuan kadar bioetanol terhadap
selulosa dan hemiselulosa sebelum sampel dilakukan dengan kromatografi
dilakukan fermentasi. Setelah pH larutan gas dengan menggunakan detektor FID.
tersebut menjadi 5-5,5, maka Kurva kalibrasi yang diperoleh dengan
ditambahkan asam agar mempertahankan menggunakan standar etanol 0,2%; 0,4%;
pH supaya tetap pada range tersebut. 1%; dan 2% adalah sebagai berikut:
Pemilihan range pH ini disebabkan karena
S.cereviseae hanya dapat hidup pada
range pH tersebut (Winarno, 1984). Faktor
keasaman merupakan faktor yang penting
yang akan mempengaruhi pertumbuhan
ragi S. cereviseae, juga mempengaruhi
pembentukan produk hasil fermentasi
(Moede, 2017), sedangkan penambahan
HCl setelah diperoleh pH yang diinginkan
yaitu 5 bertujuan untuk mempertahankan
pH produk C tersebut agar tetap berada Gambar 3. Kurva Kalibrasi Standar Etanol.
pada range yang diinginkan sehingga pH
produk C tidak turun atau naik sehingga Rendemen dan kadar bioetanol
dapat mempengaruhi hidup S. cereviseae. yang diperoleh pada penelitian ini
Fermentasi dilakukan pada suhu ruang ditunjukkan pada tabel 1 dibawah ini:
dikarenakan ragi yang digunakan untuk
mengubah glukosa yang diperoleh pada
Tabel 1. Rendemen dan Kadar Bioetanol
proses hidrolisis agar menjadi etanol
dengan Variasi Massa Ragi S. cereviseae.
adalah ragi S. cereviseae sehingga untuk
dapat mencapai produksi etanol dengan
Massa Kadar Rendemen
maksimal pada suhu 28-31ºC (Moede, Ragi (g) Bioetanol (%) Bioetanol (%)
2000). Reaksi umum pembentukan
3 0,35 29,43
bioetanol adalah sebagai berikut:
9 0,57 32,62
15 1,46 32,71

Berikut merupakan grafik


hubungan antara massa ragi dan kadar
bioetanol:

Gambar 2. Reaksi Pembentukan Bioetanol


Pada Proses Fermentasi.

AMINA 2 (1) 2020 | Pengaruh variasi massa ragi Saccharomyces cereviseae terhadap kadar bioetanol berbahan
dasar limbah kulit kopi arabika (Coffea Arabica L)
24 Febrina, Nasution dan Arfi

Rendemen bioetanol tertinggi


adalah sebesar 32,71% yang terdapat
pada sampel dengan 15 g ragi S.
cereviseae. Sedangkan rendemen
bioetanol terendah terdapat pada sampel
dengan 3 g ragi S. cereviseae yaitu
29,43%. Menurut Syauqiah (2015)
rendemen bioetanol dipengaruhi oleh
kondisi lingkungan seperti suhu. Jika suhu
fermentasi maupun distilasi berubah maka
Gambar 4. Hubungan Antara Massa Ragi pertumbuhan dan kinerja dari ragi juga
Terhadap Kadar Bioetanol. akan berubah sehingga proses fermentasi
akan terganggu dan menghasilkan distilat
Kadar bioetanol yang diperoleh dengan jumlah yang berbeda pula.
pada penelitian ini bervariasi. Semakin Rendemen juga ditentukan oleh sistem
banyak massa ragi S. cereviseae yang pemanasan yang dilakukan pada tahap
ditambahkan pada sampel menyebabkan distilasi serta lama proses distilasi yang
kadar etanol semakin tinggi. Dengan kata dilakukan. Semakin lama proses distilasi
lain massa ragi S. cereviseae berbanding dilakukan maka volume bioetanol akan
lurus dengan kadar etanol. Semakin semakin banyak sehingga menyebabkan
banyak penambahan ragi maka kadar nilai rendemen menjadi semakin tinggi
etanol yang dihasilkan akan semakin dan sebaliknya.
besar akibat bakteri yang mengurai
glukosa akan semakin banyak. Kadar KESIMPULAN
bioetanol tertinggi diperoleh pada
penggunaan 15 g ragi dengan kadar Berdasarkan hasil penelitian yang
1,46% sedangkan kadar terendah telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
diperoleh pada 3 g ragi sebesar 0,35% kadar bioetanol tertinggi diperoleh pada
kadar. penggunaan 15 g ragi yaitu 1,46%
sedangkan kadar terendah diperoleh pada
3 g ragi sebesar 0,35%. Rendemen
bioetanol tertinggi adalah sebesar 32,71%
dengan penggunaan 15 gram ragi S.
cereviseae. Sedangkan rendemen
bioetanol terendah terdapat pada sampel
dengan 3 g ragi S. cereviseae yaitu
29,43%.

Gambar 5. Hubungan Antara Massa Ragi


Terhadap Rendemen Bioetanol

DAFTAR RUJUKAN

Ardiyanto, A., & Zainuddin, M. (2015). hcl pada hidrolisia sabut kelapa
Pembuatan bioetanol dari limbah untuk memproduksi bioetanol.
serat kelapa sawit melalui proses Jurnal Teknik Kimia. 1(22).
pretreatment hidrolisis. Jurnal Balat, M. (2008). Progress in Bioethanol
Teknik. 16(2). Processing. Progress in Energy
Asip, F., Wibowo, Y.P., & Wahyudi, R.T. and Combustion Science. 34(5).
(2016). Pengaruh basa terhadap
penurunan lignin dan konsentrasi

AMINA 2 (1) 2020 | Pengaruh variasi massa ragi Saccharomyces cereviseae terhadap kadar bioetanol berbahan
dasar limbah kulit kopi arabika (Coffea Arabica L)
25 Febrina, Nasution dan Arfi

Cheng, J. & Sun, Y. (2002). Hydrolysis of Oleh Saccharomyces cerevisiae


lignocellulosic materials for ethanol Pembentuk Flok.
production. A Review. Biosource Putra, H. P., Fitri, G. N., & Awaluddin.
Technology. (2013). Optimalisasi waktu
Coniwanti, P., Siagian, F., & Prasetyo, Y. fermentasi dan penggunaan ragi
(2016). Pengaruh konsentrasi dalam pembuatan bioetanol dari
asam sulfat dan variasi massa ragi kulit singkong. ISBN 978-98438-8-
terhadap pembuatan bioetanol dari 3.
biji durian. Jurnal Teknik Kimia. Saisa., & Syabriana, M. (2018). Produksi
4(22). bioetanol dari limbah kulit kopi
Diniyah, N., Maryanto, Nafi, A., Sulistia, menggunakan enzim Zymomonas
D., & Subagio, A. (2013). Ekstraksi Mobilis dan Saccharomyces
dan karakterisasi Polisakarida larut Cereviseae. Serambi Engineering.
air dari kulit kopi Varietas Rabika 3(1).
(Coffea arabica) dan Robusta Sime, W., Kasirajan, R., & Latebo, S.
(Coffea canephora). Jurnal (2017). Coffee husk highly
Teknologi Pertanian. 14(2). available in Ethiopia as an
Hafid, H. S., Rahman, N. A., Shah, U. alternative waste source for
K.M., Baharuddin, A. S., & Arif, bioefuel production. International
A.B. (2017). Feasibility of using Journal of Scientific & Engineering
kitchen waste as future substrate Research. 8 (7). ISSN 2229-5518.
for bioethanol production : A Siswati, N. D., Yatim, M., & Hidayanto, R.
review. Renewable and (2013). bioetanol dari limbah kulit
Sustainable energy Review. kopi dengan proses hidrolisis.
Jannah, A.M., & Aziz, T. (2017). Jurnal Teknik.
Pemanfaatan sabut kelapa Sutarno., & Kholiq, A. M. (2017).
menjadi bioetanol dengan proses Utilization of robusta coffee waste
delignifikasi acid-pretreatment. as renewable energy material
Jurnal Teknik Kimia. 4(23). bioetanol. MATEC Web of
Moede, F.K., Gonggo, S.T., & Ratman, R. Conferences 154.
(2017). Pengaruh lama waktu
fermentasi terhadap kadar
bioetanol dari pati ui jalar kuning
(Ipomea batata L). Jurnal
Akademika Kimia. ISSN: 2447-
5185.
Pertiwi, F.N.E., & Wardani, A.K. (2016).
Produksi Etanol dari Tetes Tebu

AMINA 2 (1) 2020 | Pengaruh variasi massa ragi Saccharomyces cereviseae terhadap kadar bioetanol berbahan
dasar limbah kulit kopi arabika (Coffea Arabica L)

Anda mungkin juga menyukai