Anda di halaman 1dari 6

Fermentasi Asam Asetat dari Nira Nipah (Nypa Fruticans) menggunakan

Acetobacter Pasteurianus dengan Variasi Volume Inokulum dan Waktu


Fermentasi
1)
Leni Triani,2)Chairul,2)Silvia Reni Yenti
1)
Mahasiswa Program Studi Teknik Kimia,2)Dosen Jurusan Teknik Kimia
Fakultas Teknik, Universitas Riau
Kampus Binawidya Jl. HR Subrantas Km 12,5 Pekanbaru 28293
leni.triani@student.unri.ac.id

ABSTRACT
The main products are nipah sap which isobtained from not fruit bunches with high sugar
concentrations so as to provide an opportunity in the utilization of nipah sap to be acetic
acid. Acetic acid can be produced naturally from ingredients containing sugar through
fermentation using bacteria. The variation of inoculums acetobacter pasteurianus is
10%,13% and 16% and the time of acetic acid fermentation is 1, 3, 5, 7 and 9 days. The
results of the analysis using the Nelson-Somogyi reagent revealed that the initial sugar
concentration was 162,97 g/L. time of bioethanol fermentation is 24 hours. The maximum
concentration of acetic acid obtained was 27,22 g/L with a pH 0f 3,47 and yield 33,09%. This
maximum concentration was obtained on 9 days of acetic acid fermentation at 13% of
acetobacter pasteurianus inoculums.
Keywords : Acetobacter Pasteurianus, acetic acid, fermentation, inokulum, nipah sap.

1. Pendahuluan asetat dengan bahan dasar yang


Di Provinsi Riau keberadaan mengandung gula seperti nira aren, nira
tanaman nipah sangat berlimpah. Namun, kelapa, nira tebu dan buah-buahan.
keberadaannya belum termanfaatkan Asam asetat atau asam cuka dapat
secara maksimal. Tanaman nipah juga diproduksi secara sintetis maupun secara
banyak terdapat di Kabupaten Bengkalis alami melalui fermentasi menggunakan
dengan luas area tanaman nipah mencapai bakteri. Secara sintetis, asam asetat
69.000 hektar (Wibowo dkk, 2015). biasanya dihasilkan dari sumber
Produk utama tanaman nipah adalah nira petrokimia melalui karbonilasi metanol
yaitu cairan manis yang diperoleh dari dan oksidasi fase cair dari butana, nafta
tandan buah yang belum tua. Konsentrasi dan asetaldehid. Mengingat pasokan bahan
gula pada nira nipah berkisar antara 13- bakar fosil berkurang dan dorongan untuk
17% (b/v) (Antoni dkk, 2012). lingkungan baru pada proses pengolahan
Selama ini sebagian masyarakat berdasarkan sumber daya yang dapat
dipesisir pantai memanfaatkan nira nipah diperbaharui (renewable), maka ada
untuk diminum langsung dan juga untuk kemungkinan yang cukup besar dalam
pembuatan gula. Namun gula yang produksi asam asetat melalui rute berbasis
diperoleh mempunyai rasa sedikit asin dan bio.
kurang disukai konsumen, sehingga Menurut Tamunaidu (2011), nira
pengolahan nira menjadi gula tidak nipah berpotensi untuk menghasilkan
maksimal (Heriyanto dkk, 2011). Hal ini 15.600 liter bioetanol per hektar, atau 2
memberikan peluang dalam pemanfaatan kali lipat hasil yang diperoleh dari tebu,
nira menjadi produk yang lain yaitu asam dan 6 kali lipat hasil dari jagung. Satu
asetat. Asam asetat merupakan komponen malai (tangkai) bunga nipah mampu
utama asam cuka (vinegar) yang pada memproduksi sekitar 3 liter nira per hari,
umumnya dihasilkan oleh bakteri asam setiap tangkai dapat dipanen terus menerus

Jom FTEKNIK Volume 6 Edisi 1 Januari s/d Juni 2019 1


selama sekitar 20 hari. Setiap rumpun magnetic stirrer, shaker, autoclave,
pohon nipah mampu menghasilkan sekitar timbangan analitik, pH meter, rangkaian
4 tangkai pada waktu bersamaan. Dengan alat titrasi, tabung reaksi, gelas ukur, jarum
demikian, satu pohon nipah dapat ose, cawan petri, vortex mixer, inkubator
menghasilkan 12 liter nira per hari (Riyadi, dan rotary evaporator.
2010). Dengan konsentrasi gula yang
2.3 Prosedur Penelitian
dimiliki tersebut, nira nipah berpotensi Penelitian ini melalui beberapa
untuk diolah menjadi asam asetat. tahapan dalam pengerjaannya, yaitu :
Asam asetat memiliki berbagai
aplikasi yaitu sebagai bahan untuk sintesis 2.3.1 Tahap Persiapan
monomer vinil asetat (Vinyl Acetate Sebelum digunakan, nira nipah
monomer, VAM), etil asetat, butil asetat terlebih dahulu dikentalkan dengan cara
dan anhidrida asetat, sebagai pelarut untuk dipanaskan untuk menguapkan kadar air
produksi asam tereftalat murni serta sebesar 20% pada suhu 100oC.
penggunaannya dalam industri makanan 2.3.2 Tahap Sterilisasi
(asam cuka: E260) (Nguyen dkk, 2016). Alat-alat yang akan digunakan
Selain itu, asam asetat juga dapat pada proses penyiapan inokulum dan
digunakan sebagai bahan baku pembuatan proses fermentasi harus disterilisasi
bioetanol melalui proses hidrogenolysis terlebih dahulu pada suhu 121oC selama
(Saka Laboratory, 2014). 15 menit dengan menggunakan autoclave.
Asam asetat diproduksi dan
diekskresikan oleh bakteri-bakteri tertentu, 2.3.3 Peremajaan S.Cerevisiae dan A.
misalnya dari genus Acetobacter dan Pasteurianus
spesies Clostridium acetobutylicum. Sebanyak satu ose dari biakan
Bakteri-bakteri ini terdapat pada makanan, Saccharomyces Cerevisiae diambil
air, dan juga tanah, sehingga asam asetat kemudian digoreskan kedalam cawan petri
secara alami diproduksi pada buah- yang berisi PDA yang sudah steril dan
buahan/makanan yang telah basi. Proses mengeras (Rifai, 2011). Sedangkan untuk
tradisional untuk produksi vinegar atau acetobacter pasteurianus digoreskan
asam asetat dari nira nipah meliputi proses kedalam cawan petri yang berisi GYP agar
fermentasi dua tahap dimana alkohol (Luwihana dkk, 2010). Lalu biakan ini
awalnya difermentasi dahulu diinkubasi selama 24 jam dengan suhu
menggunakan yeast kemudian dikonversi 30oC.
menjadi asam asetat menggunakan bakteri 2.3.4 Pembuatan Inokulum (Starter)
aerobik (Nguyen dkk, 2016). Jumlah volume inokulum
2. Metodologi Penelitian Saccharomyces Cerevisiae dalam
2.1 Bahan yang digunakan penelitian ini yaitu 10% sedangkan untuk
Bahan yang digunakan yaitu nira acetobacter pasteurianus yaitu 10%, 13%
nipah dari Kab.Bengkalis, Saccharomyces dan 16%. Untuk biakan murni yang telah
Cerevisiae Y-613 dan Acetobacter ditanam pada media pertumbuhan diambil
Pasteurianus B-377, Glucose Yeast menggunakan jarum ose dan
Peptone agar (GYP) dan broth, Potato diinokulasikan ke dalam 5 ml GYP cair
Dextrose agar (PDA) dan broth (PDB), untuk acetobacter pasteurianus dan PDA
reagen Nelson-Somogyi, NaOH, Asam cair untuk saccharomyces cerevisiae lalu
Oksalat, indikator PP, aquades, urea, NPK, divortex dan diinkubasi selama 24 jam
K2HPO4 dan MgSO4.7H2O. pada suhu 300C (Kusumawati, 2015).
Setelah waktu yang ditentukan
2.2 Alat yang digunakan tercapai, dari media cair diinokulasikan ke
Alat-alat yang digunakan dalam dalam media fermentasi nira nipah yang
penelitian ini adalah reaktor, erlenmeyer, sudah berisi nutrisi dan sudah disterilisasi.

Jom FTEKNIK Volume 6 Edisi 1 Januari s/d Juni 2019 2


Lalu distirrer menggunakan magnetic Somogyi menggunakan spektrofotmeter
stirrer dengan kecepatan 150 rpm selama UV-VIS dengan panjang gelombang
18 jam (saccharomyces cerevisiae) dan 24 λ=540 nm sehingga diperoleh konsentrasi
jam (acetobacter pasteurianus) pada suhu gula awal nira nipah yaitu 162,97 g/L.
300C. Setelah inkubasi media ini dipakai Menurut Bai dkk (2008), batas maksimal
sebagai starter (Kusumawati, 2015). konsentrasi gula awal sebagai medium
2.3.5 Fermentasi Bioetanol fermentasi bagi saccharomyces cerevisiae
Fermentasi dilakukan pada suhu adalah 250 mg/mL. dapat disimpulkan
ruang dengan kecepatan pengadukan 200 bahwa konsentrasi gula awal dalam
rpm. Proses fermentasi dilakukan dengan penelitian ini masih berada dalam
cara menambahakan nutrisi 0,4 g/l urea konsentrasi gula yang disarankan untuk
dan 0,5 g/l NPK terhadap volume media fermentasi bioetanol.
yaitu 1750 ml dan dimasukkan kedalam 3.1 Konsentrasi Bioetanol Hasil
fermentor. Kemudian sterilisasi dilakukan Fermentasi
pada suhu 121oC selama 15 menit dengan Konsentrasi bioetanol memegang
menggunakan autoclave. Setelah itu peranan penting dalam proses fermentasi,
didinginkan pada suhu ruang. Kemudian karena berhubungan dengan kemampuan
inokulum ditambahkan kedalam medium pertumbuhan mikroba untuk produksi
fermentasi dan waktu fermentasi selama asam asetat. Dari fermentasi ini diperoleh
24 jam. bioetanol dengan konsentrasi 8% (v/v)
2.3.6 Fermentasi Asam Asetat atau 63,14 g/L dengan yield 75,82%.
Proses fermentasi dilakukan Reaksi yang terjadi pada fermentasi
dengan menambahakan nutrisi 3,3 g/L bioetanol adalah sebagai berikut :
K2HPO4, 1,1g/L MgSO4.7H2O terhadap C6H12O6  2C2H5OH + 2CO 2
volume media yaitu 540 ml dan
dimasukkan kedalam fermentor. Lalu Glukosa Bioetanol Karbondioksida
inokulum ditambahkan kedalam medium Saccharomyces cerevisiae memiliki
fermentasi. pH awal fermentasi asam enzim invertase dan enzim zimase. Jika
asetat dipertahankan 6 dipertahankan. gula yang tersedia dalam substrat
Proses fermentasi dilakukan dengan waktu merupakan gula mdisakarida maka enzim
pengambillan sampel yaitu 1, 3, 5, 7 dan 9 invertase akan bekerja menghidrolisis
hari. disakarida menjadi monosakarida. Setelah
2.3.7 Analisis Hasil itu enzim zimase akan mengubah
Konsentrasi gula awal nira nipah monosakarida tersebut menjadi bioetanol
dianalisa menggunakan reagen Nelson- dan CO2 (Azizah dkk, 2012).
Somogyi, bioetanol dianalisa
3.1 Konsentrasi dan pH Asam Asetat
menggunakan alkoholmeter. Sedangkan
Hasil Fermentasi
konsentrasi asam asetat hasil fermentasi Pada fermentasi asam asetat ini,
dianalisa dengan titrasi menggunakan substrat yang digunakan merupakan hasil
NaOH dan pH asam asetat dicek fermentasi bioetanol tanpa pasteurisasi
menggunakan pH meter. atau tanpa mematikan sel saccharomyces
3. Hasil dan Pembahasan cerevisiae. Pengaruh volume inokulum
3.1 Konsentrasi Gula Awal Nira acetobacter pasteurianus dan waktu
Nipah fermentasi terhadap konsentrasi asam
Substrat yang digunakan dalam asetat ditunjukkan oleh Gambar 1.
penelitian ini adalah nira nipah. Gambar 1 menunjukkan hubungan
Konsentrasi gula awal nira nipah yang antara konsentrasi asam asetat dan waktu
digunakan dianalis dengan reagen Nelson- fermentasi dengan variasi volume

Jom FTEKNIK Volume 6 Edisi 1 Januari s/d Juni 2019 3


inokulum Acetobacter Pasteurianus pada menjadi 1,3 gram asam asetat. Menurut
substrat bioetanol 24 jam (konsentrasi 8% Effendi (2002), secara umum teoritis
(v/v)). Dari gambar tersebut dapat dilihat efisiensi produk asam asetat berkisar
bahwa terjadi kenaikan konsentrasi asam antara 85-99% dan sisanya terbawa udara
asetat dari hari ke-1 hingga hari ke-9 keluar. Dari asumsi tersebut berarti seluruh
fermentasi. Pada hari ke-1 sampai hari ke- bioetanol diubah menjadi asam asetat.
5 nilai konsentrasi asam asetat pada Pada kenyataannya, tidak mungkin semua
volume 16% lebih tinggi dibandingkan bioetanol dapat diubah menjadi asam
volume 10% dan 13%, tetapi pada hari ke- asetat sebab bioetanol juga digunakan oleh
7 sampai hari ke-9 nilai konsentrasi asam bakteri sebagai sumber karbon untuk
asetat pada volume inokulum 13% lebih pertumbuhan dan perbanyakan sel
tinggi dari volume inokulum 16%. Dari (Januaresti dkk, 2016).
data ini dapat disimpulkan bahwa volume Pengaruh volume inokulum
inokulum optimum untuk substrat dengan acetobacter pasteurianus dan waktu
konsentrasi bioetanol 8% (v/v) adalah fermentasi terhadap pH asam asetat
13%. Nilai tertinggi konsentrasi asam ditunjukkan pada Gambar 2 sebagai
asetat diperoleh dari variasi volume berikut.
inokulum 13% pada hari ke-9 fermentasi
yaitu 27,22 g/L dan yield 33,09%. Derajat Keasaman (pH) 8
Menurut Hardoyono (2007), waktu 6
optimum proses asetifikasi adalah 11 hari,
dimana mengalami peningkatan 4
konsentrasi asam asetat pada hari ke-1
2
sampai hari ke-11 dengan konsentrasi
asam asetat 6% dan mengalami penurunan 0
dihari ke-12. Hal ini disebabkan karena 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
beberapa faktor seperti konsentrasi Waktu (Hari)
Inokulum 10% Inokulum 13% Inokulum 16%
inokulum yang ditambahkan dan bahan
baku yang digunakan. Gambar 2. Pengaruh volume Inokulum
Acetobacter Pasteurianus
40
dan Waktu Fermentasi
Konsentrasi (g/L)

30 terhadap pH Asam Asetat.


20 Nilai pH pada volume inokulum
10% dan 13% menunjukkan kenaikan dari
10
6 menjadi 6,4 dan 6,2 pada hari ke-1.
0 Sedangkan pH pada volume inokulum
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 16% turun dari pH awal 6 menjadi 5,8.
Waktu (Hari) Kenaikan pH pada hari ke-1 disebabkan
Inokulum 10% Inokulum 13% Inokulum 16%
karena kondisi pH ferementasi asam asetat
masih memungkungkinkan untuk
Gambar 1. Pengaruh volume Inokulum saccharomyces cerevisiae terus
Acetobacter Pasteurianus memperbanyak sel dibandingkan dengan
dan Waktu Fermentasi acetobacter Pasteurianus yang baru
terhadap Konsentrasi Asam memasuki fase pertumbuhan.
Asetat. Menurut Priasty dkk (2013), pH
pertumbuhan untuk Saccharomyces
Yield produksi asam asetat pada Cerevisiae berada pada rentang 3,5-6,5.
penelitian ini relatif rendah dibandingkan Sehingga pada hari ke-1 fermentasi asetat,
secara teoritis. Menurut Zheng dkk (2017), Saccharomyces Cerevisiae masih
secara teoritis 1 g etanol akan dioksidasi

Jom FTEKNIK Volume 6 Edisi 1 Januari s/d Juni 2019 4


memproduksi bioetanol. Bioetanol Kimia S1 Fakultas Teknik
mengandung gugus alkohol yang Universitas Riau.
merupakan senyawa hidroksida yang Azizah, N., Al-Barrii, A.N dan Mulyani, S.
bersifat polar atau mudah menguap dan 2012. Pengaruh Lama Fermentasi
merupakan basa lemah yang memiliki pH Terhadapa Kadar Alkohol, pH dan
8,0-9,0. Ini berarti konsentrasi alkohol Produksi Gas pada Proses
dalam medium berpengaruh terhadap Fermentasi Bioetanol dari Whey
peningkatan pH. Sehingga semakin tinggi dengan Substitusi Kulit Nanas.
konsentrasi alkohol dalam medium, pH Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan.
akan semakin meningkat begitu pula I(3). 72-77.
sebaliknya. Nilai pH asam asetat pada hari Bai, F.W., Anderson, W.A dan Moo-
ke-3 dengan volume inokulum 10% dan Young, M. 2008. Ethanol
13% terus mengalami penurunan hingga fermentation technologies from
hari ke-9. Begitu juga pada inokulum 16% sugar and starchn feedstocks.
yang terus menurun mulai hari ke-1 hingga Biotechnology Advances. 26(1).
hari ke-9. 89-105.
Nilai pH terbaik untuk Gambar 2 Effendi, M.S. 2002. Kinetika Fermentasi
diperoleh pada variasi inokulum 13% Asam Asetat (Vinegar) oleh
dihari ke-9 fermentasi yaitu 3,47. Variasi Bakteri Acetobacter aceti B127
volume inokulum 13% memiliki nilai pH dari etanol hasil fermentasi limbah
yang lebih rendah dibandingkan volume cair pulp kakao. Jurnal Industri
inokulum 16% karena pada medium lebih dan Teknologi Pangan. 13(2). 125-
banyak terbentuk asam asetat yang 134.
ditandai dengan menurunnya pH. Asam Hardoyono. 2007. Kondisi Optimum
asetat merupakan senyawa karboksilat Fermentasi Asam Asetat
yang mempunyai sifat sebagai asam Menggunakan Acetobacter aceti.
lemah. Apabila dalam medium terjadi Balai Besar Teknologi Pati. Badan
penambahan asam asetat maka akan terjadi Pengkajian dan Penerapan
penurunan pH (Kusumawati, 2015). Teknologi. Lampung.
Heriyanto, N.M., Endro, S dan Endang, K.
4. Kesimpulan
2011. Potensi dan Sebaran Nipah
Nira nipah dapat difermentasi
(Nypa Fruticans (Thunb.) Wurmb)
menjadi asam asetat melalui proses dua
Sebagai Sumber daya Pangan.
tahap menggunakan saccharomyces
Jurnal Penelitian Hutan dan
cerevisiae dan acetobacter pasteurianus.
Konservasi Alam. 4 (8). 327-335.
Konsentrasi asam asetat maksimum adalah
Januaresti, A., Ela T, S dan Yusman, T.
27,22 g/L. Sedangkan volume inokulum
2016. Pengaruh Konsentrasi
acetobacter pasteurianus yang terbaik
Inokulum Acetobacter Aceti dan
adalah 13% dengan waktu fermentasi 9
Lama Fermentasi Terhadap
hari dengan substrat bioetanol yang
Karakteristik Vinegar Murbei
digunakan yaitu 8% (v/v).
(morus alba). Jurnal Jurusan
Daftar Pustaka Teknologi Pangan Universitas
Antoni, R., Chairul dan Hafidawati. 2012. Pasundan. 1-11.
Fermentasi Nira Nipah (Nypa Kusumawati, W. 2015. Derajat Keasaman
Fruticans Wurmb) menjadi (pH) Vinegar dalam Media Limbah
Bioetanol menggunakan Fermentasi Biji Kakao Akibat
Kombinasi Pichia Stipitis dan Penambahan Konsentrasi
Saccharomyces Cerrevisiae Dalam Acetobacter Aceti dan Waktu
BIOFLO 2000 Fermentator. Inkubasi. El-Hayah. 3 (5). 129-
Skripsi. Program Studi Teknik 133.

Jom FTEKNIK Volume 6 Edisi 1 Januari s/d Juni 2019 5


Luwihana, S., Kapti, R.K., Endang, S.R
dan Slamet, S. 2010. Fermentasi
Asam Asetat dengan Sel Amobil
Acetobacter Pasteurianus INT-7
dengan Variasi pH Awal dan Kadar
Etanol. Agritech. 2 (30). 123-132.
Priastry, E.W., Hasanuddin dan Kurnia,
H.D. 2013. Kualitas Asam Cuka
Kelapa (Cocos nucifera L) dengan
Metode Lambat (Slow Methods).
Jurnal Agroindustri. 1(3). 1-13.
Rifai, M. 2011. Sakarifikasi dan Ko-
Fermentasi Serentak Reject Pulp
menjadi Bioetanol menggunakan
Enzim Selulase dan Xilanase serta
kombinasi Saccharomyces
Cereviciae dan Pichia Stipitis.
Skripsi. Program Studi Teknik
Kimia S1 Fakultas Teknik
Universitas Riau.
Tamunaidu, P., Kakihira, T., Miyasaka,
H., dan Saka S. 2011. Prospect of
nipa sap for bioethanol production.
Zero-Carbon Energy Kyoto 2010 :
Green Energy and Technology.
159-64.
Wibowo, F., Chairul dan Irdoni. 2015.
Pengaruh Kecepatan Pengaduk dan
Waktu Fermentasi Terhadap
Konsentrasi Bioetanol pada
Fermentasi Nira Nipah Kental
Menggunakan Saccharomyces
Cerevisiae. JOM FTEKNIK
Universitas Riau. 1 (2). 1-6.
Zheng, Y., Renkuan, Z., Haisong, Y.,
Xiaolei, B., Yangang, C., Menglei.,
X dan Min, W. 2017. Acetobacter
Pasteurianus metabolic change
induced by initial acetic acid to
adapt to acetic acid fermentation
Conditions. Applied Microbial and
Cell Physiology. Hal 1-10.

Jom FTEKNIK Volume 6 Edisi 1 Januari s/d Juni 2019 6

Anda mungkin juga menyukai