Anda di halaman 1dari 5

Pengaruh Penambahan Isolat Khamir Terhadap Sifat Fisikokimia

Biji Kakao Basah


Dalia Sukmawati1*, Shabrina Nida2, Nuranisa Putri Ariani2, Nadya Kurnia Maharani2, Syifa Aulia G.2

Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Jakarta
Email : daliasukmawati@gmail.com

ABSTRAK

Kakao merupakan komoditas yang sangat penting bagi Indonesia sebagai salah satu
negara eksportir utama ketiga dalam perdagangan internasional. Namun, dalam produksinya,
mutu biji kakao di Indonesia dikenal sangat rendah, hal ini dikarenakan salah satu faktornya
karena biji kakao tidak difermentasi.. Fermentasi merupakan perubahan kimia pada zat
organik yang timbul akibat enzim mikroba. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh dari pemberian isolat Saccharomyces cerevisiae, Pichia kudriavzevii, Pichia
scutulata dan Pichia manshurica pada fermentasi biji kakao basah. Fermentasi dilakukan
selama 48 jam di dalam kotak styrofoam dengan melakukan perendaman biji kakao basah ke
dalam media ekstrak kulit cokelat dan yeast extract dengan penambahan 5 kombinasi
inokulum dari keempat yeast. Parameter yang diamati selama fermentasi antara lain Suhu,
pH, polifenol, antioksidan, gula pereduksi dan indeks fermentasi. Berdasarkan hasil
penelitian pada 48 jam waktu fermentasi didapatkan rata-rata pH dan suhu yang dihasilkan
berkisar antara 4,667 - 5. Dan 26 - 34°C, kemudian rata-rata hasil gula reduksi adalah 1.834 -
4.145 mg/mL, kadar polifenol berkisar antara 2.106667 - 3.79 mg/mL dan kadar antioksidan
berkisar 0.790 - 0.843 serta indeks fermentasi adalah 0.830 - 1.840. 
Kata kunci : Saccharomyces cerevisiae; biji kakao basah; fermentasi ; Pichia kudriavzevii,
Pichia scutulata; Pichia manshurica,

ABSTRACT
Cocoa was a very important commodity for Indonesia as one of the third major exporting
countries in international trade. However, in its production, the quality of cocoa beans in Indonesia is
known to be very low, because one of the factors is that cocoa beans are not fermented. Fermentation
is a chemical change in organic substances caused by microbial enzymes. This study aims to improve
the effect of the administration of Saccharomyces cerevisiae, Pichia kudriavzevii, Pichia scutulata
and Pichia manshurica isolates on wet cocoa bean fermentation. Fermentation was carried out for 48
hours in a styrofoam box by soaking wet cocoa beans into the media of cocoa husk extract and yeast
extract with the addition of 5 inoculum combinations of the four yeasts. Parameters observed during
fermentation was the temperature, pH, polyphenols, antioxidants, reducing sugars and fermentation
index. Based on the results of the research at 48 hours of fermentation time, the average pH and
temperature produced ranged from 4.667 - 5. And 26 - 34°C, then the average yield of reducing sugar
was 1.834 - 4.145 mg/mL, polyphenol content ranged from 2.106667 - 3.79 mg/mL and antioxidant
levels ranged from 0.790 - 0.843 and the fermentation index was 0.830 - 1.840.
Keywords: Saccharomyces cerevisiae, fresh cacao beans; fermentation; Pichia kudriavzevii; Pichia
scutulata; Pichia manshurica.
PENDAHULUAN

Indonesia adalah salah satu negara Fermentasi terjadi pada dua tahap
pemasok utama kakao dunia dengan yaitu tahap anaerobik dan aerobik. Tahap
persentasi 5% setelah Pantai Gading (42,3) anerobik terjadi pada keadaan tidak ada
dan Ghana (19,5%) (ICCO 2018). oksigen, sedangkan tahap aerobik terjadi
Produksi kakao yang cukup melimpah dan pada keadaan membutuhkan banyak
minat konsumsi coklat dalam negeri yang oksigen. Tingkat aktivitas mikroba
tinggi memberi peluang kepada petani anaerobik maupun aerobik sangat
kakao Indonesia untuk meningkatkan bergantung pada ketersediaan nutrisi dan
kualitas biji kakao dengan melakukan sumber karbon bawaan maupun hasil
fermentasi. Penanganan pasca panen yang metabolit (alkohol dan asam laktat) biji
tidak optimal dapat menimbulkan cacat kakao yang difermentasi (Sukendar et al.,
mutu biji. Teknik fermentasi yang kurang 2019)
baik akan menyebabkan kerusakan cita
Keberhasilan suatu proses
rasa yang tidak dapat diperbaiki melalui
fermentasi biji kakao segar ditentukan oleh
modifikasi pengolahan selanjutnya. Biji
tingkat kemasakan buah dan lama waktu
kakao tanpa fermentasi tidak menghasilkan
fermentasi. Selain itu, jumlah minimal biji
aroma khas coklat dan memiliki rasa sepat
yang difermentasi berpengaruh terhadap
dan pahit yang berlebihan (Wahyudi et al.
perubahan profil sifat fisiko-kimiawi mutu
2008).kelikeli
biji kakao fermentasi berdasarkan hasil uji
Fermentasi adalah proses cut test. Pengolahan tepat yang diperoleh
perombakan gula dan asam sitrat dalam kemudian diaplikasikan di tingkat petani,
pulp menjadi asam-asam organik yang khususnya pada skala 20 kg/boks.
dilakukan oleh mikrobia pelaku fermentasi
METODOLOGI PENELITIAN
(Camu, dkk., 2008., Meersman dkk, 2013).
Asam-asam organik tersebut akan Waktu dan Lokasi Penelitian

menginduksi reaksi enzimatik yang ada di Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari
dalam biji sehingga terjadi perubahan sampai dengan bulan April 2022.
biokimia yang akan membentuk senyawa Penelitian dilakukan di Laboratorium
yang memberi aroma, rasa, dan warna Mikrobiologi, Fakultas Matematika dan
pada kakao (Apriyanto dkk., 2016b; Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Afoakwa dkk., 2014). Negeri Jakarta.
Bahan cm x 40 cm dengan jumlah biji kakao
basah sebanyak 2,5 kg/box. Fermentasi
Bahan yang digunakan pada
dilakukan dengan meletakkan biji kakao
penelitian ini adalah kulit buah kakao dan
basah yang sudah dipisahkan dari buah
biji kakao basah varietas TSH dan
kakao di dalam kotak box fermentasi
Sulawesi asal Bogor. Medium yang
(diameter 40 cm, tinggi 40 cm) yang
digunakan adalah medium Yeast Mannitol
ditutup menggunakan dengan daun pisang.
Broth (YMB). Larutan yang digunakan
Sebelum digunakan kotak fermentasi, daun
pada penelitian ini adalah alcohol 96%,
pisang dibersihkan dan dicuci sampai
alcohol 70%, aquades, NaOH, HCL.
bersih dengan sabun antiseptik, dan
Preparasi Sampel Biji Kakao dibasuh alkohol kadar 96% dan 70 %.

Biji kakao yang matang dibelah. Biji Biji ditimbang sebanyak 2,5 kg,
kakao beserta pulpnya lalu diambil sebagai ditambahkan media cair yang mengandung
sampel untuk proses fermentasi biakan murni isolat khamir secara bertahap

Peremajaan Isolat Khamir sampai terserap semuanya oleh biji kakao.


Jumlah biakan murni khamir yang
Kultur dari Pichia manshurica dan
ditambahkan (108 cfu/g) berdasarkan
Saccharomyces cerevisiae., masing-
jumlah biakan murni yang ditambahkan
masing pada media YMB, sebanyak 1 ose
pada fermentasi kakao biasa (Ardhana dan
diinokulasikan ke dalam 100 mL media
Fleet, 2003), sedangkan jumlah air yang
YMB, diinkubasi pada rotary shaker dalam
ditambahkan berdasarkan selisih berat biji
suhu ruang (27- 28⸰C) selama ±22 jam.
kakao segar dan biji kakao.
Pembuatan starter medium
Biji kakao dimasukkan ke dalam kotak
Kultur dari Pichia manshurica dan fermentasi yang terbuat dari box
Saccharomyces cerevisiae., masing- styrofoam. Selanjutnya pada masing –
masing pada media YMB, sebanyak 1 ose masing biji kakao yang dipersiapkan
diinokulasikan ke dalam 100 mL media dalam kotak fermentasi diinokulasi dengan
YMB, diinkubasi pada rotary shaker dalam biakan khamir yang telah ditumbuhkan
suhu ruang (27- 28⸰C) selama ±22 jam. dalam larutan starter . Fermentasi
dilakukan dengan 3 waktu perlakuan,
Fermentasi Biji Kakao Basah
yaitu 0 jam , 24 jam dan 48 jam pada suhu
Fermentasi biji kakao basah
ruang. Setelah selesai fermentasi biji kakao
dilakukan pada box stryrofoam ukuran 40
diambil, kemudian dikeringkan asam asetat (BAA) pada keadaan aerobik
menggunakan oven pada suhu 50℃. (Sukendar et al., 2019).

Karakterisasi cairan fermentasi Perubahan Kandungan Gula Reduksi

Karakterisasi cairan fermentasi Gula reduksi merupakan hasil


meliputi pengukuran pH dan suhu (Moore perombakan pektin, pati, dan sukrosa yang
et al. 2011), kadar gula pereduksi (Miller terkandung dalam pulp dan tetes tebu oleh
1959),kadar polifenol, kadar antioksidan, mikrobia selama fermentasi. Gula reduksi
indeks fermentasi. Penghitungan dinamika selain berfungsi sebagai bahan mentah
pertumbuhan mikroba menggunakan pembentukan etanol juga berfungsi sebagai
metode Total Plate Count (TPC). senyawa calon rasa dalam biji kakao.
Kandungan gula reduksi pada fermentasi
HASIL DAN PEMBAHASAN
biji kakao meningkat pada awal fermentasi
Perubahan pH dan suhu dan menurun pada pertengahan fermentasi

Kualitas biji kakao hasil fermentasi dan tetap stabil hingga akhir masa

ditentukan terutama oleh keasaman (pH) fermentasi (Afoakwa dkk., 2013).

dan suhu biji selama fermentasi. Nilai pH Gula reduksi adalah senyawa
merupakan parameter untuk menentukan karbonil prekursor aroma dalam biji kakao
tingkat keasaman biji kakao fermentasi. fermentasi, yang terutama dihasilkan dari
Keasaman berasal dari asam organik yang hidrolisis sukrosa oleh enzim invertase
terbentuk akibat reaksi metabolisme pada (Neilsen dkk., 2013; Afoakwa, 2010).
saat proses fermentasi berlangsung Gula reduksi biji kakao diawal fermentasi
(Sabhannur, 2017). Sedangkan suhu 4,5 ± 0,1 naik menjadi 11,45 ± 0,1 pada 24
merupakan parameter yang menandakan jam fermentasi selanjutnya terus turun
terjadinya proses fermentasi oleh suatu sampai 10,6 ± 0,1 di 120 jam fermentasi.
mikroorganisme. Mikroorganisme tersebut Gula reduksi pulp biji kakao kering jemur
memanfaatkan gula dan asam sitrat dalam selama fermentasi turun, di awal
pulp menjadi asam-asam organik yang fermentasi 4,7 ± 0,1 turun menjadi 2,8 ±
lebih sederhana. Proses fermentasi 0,1 di 24 jam fermentasi setelah 24 jam
berlangsung secara anaerobik dan aerobik fermentasi terus turun menjadi 1,5 ± 0,1 di
dengan jenis mikroba aktif berbeda; Pada 120 jam fermentasi. Gula reduksi biji
keadaan anaerobik didominasi oleh khamir kakao segar di awal fermentasi 7 ± 0,1
yang bersuksesi dengan bakteri asam laktat naik menjadi 12,5 ± 0,1 di 24 jam
(BAL), sedangkan pada dominasi bakteri
fermentasi, kemudian terus naik sampai Kandungan Antioksidan
15,5 ± 0,1 di 120 jam fermentasi. Gula
KESIMPULAN
reduksi pulp biji kakao segar diawal
fermentasi 3 ± 0,1 sedikit turun di jam ke DAFTAR PUSTAKA

24 menjadi 2,8 ± 0,1 dan terus turun


sampai 1,5 ± 0,1 di jam ke 120 fermentasi
seperti tersaji pada gambar 1. Gambar 1
terlihat bahwa gula reduksi pada biji kakao
kering jemur di awal fermentasi meningkat
tajam hingga sampai 24 jam fermentasi
kemudian sedikit turun sampai 48 jam
fermentasi selanjutnya sedikit naik sampai
72 jam fermentasi.

Indeks Fermentasi

Biji kakao hasil fermentasi yang


baik menghasilkan biji kakao dengan
indeks warna ≥ 1, sedangkan biji kakao
yang tidak melalui fermentasi kurang
optimal memiliki indeks warna < 1
(Schwan dan Wheals, 2004). Misnawi dkk.
(2002) menyatakan bahwa antosianin
merupakan komponen utama penyusun
senyawa polifenol biji kakao dan pada
kondisi asam memberikan warna merah
ungu dengan absorbansi maksimum pada
500–550 nm. Dengan demikian warna
dapat digunakan untuk memperkirakan
kandungan antosianin biji kakao, sehingga
semakin tinggi kandungan antosianin biji
kakao maka dapat diartikan biji kakao
tersebut tidak mengalami fermentasi.

Total Polifeno

Anda mungkin juga menyukai