ABSTRAK
Interkonversi gula-pati merupakan runtutan proses perubahan bolak-balik dari bentuk pati
yang dirubah kebentuk gula dan dari bentuk gula dirubah menjadi pati. Pati dapat dibagi menjadi
2, yaitu glukosa dan amilopektin. Perubahan glukosa menjadi pati lebih cepat daripada
pembentukan pati menjadi glukosa. Pati yang terbentuk lebih banyak dikarenakan mengalami
pembentukan yang cepat. Pati digunakan sebagai sumber energi pada tanaman dan sisanya akan
tersimpan dan dimanfaatkan sebagai cadangan makanan. Percobaan ini bertujuan untuk
membuktikan bahwa didalam daun dapat terjadi interkonversi metabolik gula-pati dan untuk
mengetahui perbedaan kandungan pati yang terdapat pada daun. Perlakukan yang diberikan yaitu
dengan merendam daun dalam alcohol 70% selama 20menit kemudia ditetesi betadine untuk
melihat apakah ada pati dalam daun tersebut dengan dibuktikan adanya warna ungu tua yang
timbul. Hasil praktikum menunjukan bahwa kedua jenis daun mengandung pati, karena nampak
berwarna ungu pada bagian daun.
PENDAHULUAN
Pati dapat dibagi menjadi 2, yaitu glukosa dan amilopektin. Pada amilopektin dibagi
menjadi maltosa dan dekstrin. Maltosa dapat diubah menjadi glukosa dengan bantuan enzim
maltase. Konsentrasi maltosa pada setiap daun berbeda-beda sesuai dengan keadaan daun.
Konsentrasi maltosa yang tinggi maka glukosa yang dihasilkan akan semakin banyak, sedangkan
maltosa yang rendah atau sedikit akan menghasilkan glukosa yang relatif sedikit. Konsentrasi
maltosa yang rendah dapat berdampak pada tanaman yaitu terjadinya regenerasi frekuensi yang
rendah namun produksinya sedikit meningkat. Pati untuk bisa menjadi glukosa melalui
amilopektin jika larutannya tidak larut dalam air (Park S.G et al., 2013)
Interkonversi gula-pati merupakan runtutan proses perubahan bolak-balik dari bentuk pati
yang dirubah kebentuk gula dan dari bentuk gula dirubah menjadi pati. Proses fotosintesis
menghasilkan glukosa atau gula monosakarida. Glukosa dapat terbentuk dengan adanya suatu
reaksi yang dibantu oleha katalisator yaitu dengan bantuan enzim sebagai penggerak. Hasil
produk dari glukosa yang dihasilkan pada proses pembentukan glukosa dapat dipengaruhi oleh
jumlahnya katalis. Jumlah katalisator yang banyak akan menyebabkan rantai produksi terputus
pada pembentukan glukosa (Dinarsari dan Adhitasari, 2013).
Interkonversi gula-pati dinyatakan sebagai reaksi yang terjadi akibat pembentukan glukosa
pada tumbuhan. Perubahan glukosa menjadi pati lebih cepat daripada pembentukan pati menjadi
glukosa. Pati yang terbentuk lebih banyak dikarenakan mengalami pembentukan yang cepat. Pati
digunakan sebagai sumber energi pada tanaman dan sisanya akan tersimpan dan dimanfaatkan
sebagai cadangan makanan. Pembentukan pati yang terjadi pada tanaman nantinya akan
mengakibatkan degradasi gula yang terbentuk dari glukosa. Degradasi pada pati dipengaruhi oleh
3 enzim utama, yaitu alfa amylase, beta amilase, dan fosforilase (Lakitan, 2015).
Adapaun tujuan dari praktikum ini adalah untuk membuktikan bahwa didalam daun dapat
terjadi interkonversi metabolik gula-pati dan untuk mengetahui perbedaan kandungan pati yang
terdapat pada daun
METODE
Alat-alat yang digunakan untuk percobaan ini antara lain: Gelas, cawan petri, lilin, label.
Bahan-bahan yang digunakan antara lain: air, betadine, alcohol 70%, Daun Acalypha sp., atau dan
Coleus sp., Daun singkong
Pelaksanaan Percobaan
1. Diambil daun dari tumbuhan Acalypha sp., atau dan Coleus sp yang beberapa jam telah
terkena sinar matahari atau dapat bila tumbuhan lain yang tidak seluruh helaian daunnya
mengandung klorofil.
2. Diambil helaian daun yang seluruhnya mengandung klorofil.
3. Direndam dalam gelas kimia yang berisi alkohol 90% yang diletakkan di atas lilin selama
±20 menit, kemudian ambil helaian daun tersebut dan cuci dengan air panas.
4. Direndam dalam cawan petri berisi betadin beberapa menit. Cuci dan bilas dengan air.
5. Dibentangkan daun tersebut dalam cawan petri. Warna ungu tua menunjukkan adanya pati
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada percobaan kali ini menggunakan daun singkong dan Coleus sp. yang direndam
dengan alcohol 70% lalu dipanaskan. Fungsinya adalah untuk melarutkan klorofil pada daun
sehingga memudahkan untuk melakukan pegamatan warna. Kemudian, diteteskan kedalam
betadine yang mengandung iodin yang berfungsi sebagai zat pewarna amilum yang jika terkena
amilum akan bereaksi dengan menampakan warna ungu tua pada daun. Warna ungu pada daun
menandakan daun tersebut mengandung pati (Amilum). Semakin pekat warna yang timbul
menandakan kandungan patinya cukup banyak. Macam-macam amilum utama adalah amilosa dan
amilopektin (bila dilarutkan dengan iodin memberikan warna merah ungu).
Gambar 1. Kondisi semula daun (A. daun singkong, B. daun Coleus sp.)
Gambar 2. Kondisi daun setelah direbus dengan alcohol 70% (A. daun singkong, B. daun Coleus
sp.)
Berdasarkan data hasil pengamatan praktikum yang dilakukan dapat diketahui bahwa
terdapat hasil yang berbeda pada setiap perlakuan daun. Pada daun Coleus sp. dapat terlihat adanya
sedikit warna ungu pekat pada pinggiran daunnya, hal ini menunjukkan bahwa pada daun Coleus
sp. mengandung pati walaupun tidak banyak. Sedangkan pada daun singkong terlihat jelas pada
bagian tengah daun adanya warna ungu pekat, yang menunjukan bahwa pada daun singkong
mengandung pati. Glukosa memiliki tingkat kepekatan yang paling tinggi kemungkinan
disebabkan glukosa merupakan gula penyusun pati yang paling utama dan paling mendekati
perwujudan pati di dalam tumbuhan, sehingga ketika glukosa diuji dengan larutan I2KI larutan
glukosa berwarna pekat.
KESIMPULAN
Berdasarkan dari percobaan yang telah dilakukan, disimpulkan bahwa reaksi fotosintesis
dapat menghasil pati atau amilum. Dibuktikan dengan terlihatnya warna ungu yang menandakan
adanya pati pada daun setelah pemberian larutan I 2KI. Amilum yang ada didalam tumbuhan
tersimpan banyak pada akar, umbi atau biji-bijian. Butir-butir amilum pada awalnya terdapat di
kloroplas daun sebagai hasil dari reaksi fotosintesis. Hal ini terbukti dengan semakin pekatnya
warna ungu yang timbul menandakan kandungan patinya cukup banyak.
DAFTAR PUSTAKA
Dinarsari, A. A. dan A. Adhitasari. 2013. Proses Hidrolisa Pati Talas Sente (Alocasia
macrorrhiza) menjadi Glukosa: Studi Kinetika Reaksi. Teknologi Kimia dan Industri,
2(4): 253-260
Park, S.G., M. Ubaidillah, and K.M. Kim. 2013. Effect of Maltose Concentration on Plant
Regeneration of Anther Culture with Different Genotypes in Rice (Oryza sativa L.). Plant
Science, 4(1): 2265-2270.
Rahmawati, A. Y. dan A. Sutrisno. 2015. Hidrolisis Tepung Ubi Jalar Ungu (Ipomea batatas L.)
Secara Enzimatis menjadi Sirup Glukosa Fungsional. Kajian Pustaka. Pangan dan
Agroindustri, 3(3): 1152-1159.
Silva, C. S., W. D. Seider, and N. Lior. Exergy efficiency of plant photosynthesis. Chemical
Enginering Science, 130 (1): 151-171.