DISUSUN OLEH :
MARTINA INDRIASTUTI
1931100012
KLATEN
2020
LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan negara yang kaya akan hasil bumi. Salah satu
komoditas hasil perkebunan yang besar di Indonesia adalah kakao. Sekitar 28,26
% produksi kakao nasional dihasilkan dari Sulawesi Selatan. Produksi kakao di
Sulawesi Selatan memberikan sumbangsih yang cukup besar pada produksi kakao
nasional, sebab lahan Sulawesi Selatan yang mendukung untuk pertumbuhan
tanaman kakao ini.
DASAR TEORI
Biji kakao memliki daging biji yang sangat lunak kulit buah mempunyai
10 alur dan tebal nya 1-2 cm. Pada waktu muda, biji menempel pada bagian
kulitbuah, tetapi bila buah telah matang maka biji telah terlepas dari kulit buah.
Buah yang demikian akan berbunyi bila di goncang. Buah muda yang ukuran nya
kurang dari 10 cm disebut chlere, atau disebut juga buah pentil. Didalam setiap
buah terdapat 30-50 biji tergantung dari jenis tanaman sedangkan berat kering dari
satu biji kakao yang ideal adalah 1+0.1 gram. Menurut wood dan less buah kakao
terdiri dari empat bagian kulit, plasma, biji, merupakan bagian tersebut yaitu
sektar 76% dari berat buah segar berat buah matang segar sekitar 490 gram dan
panjang nya sekitar 18 cm. (Asep, 2008)
Arti kata fermentasi selama ini berubah-ubah. Kata fermentasi berasal dari
Bahasa Latin “fervere” yang berarti merebus (to boil). Arti kata dari Bahasa Latin
tersebut dapat dikaitkan dengan kondisi cairan bergelembung atau mendidih.
Keadaan ini disebabkan adanya aktivitas ragi pada ekstraksi buah-buahan atau
biji-bijian. Gelembung-gelembung karbondioksida dihasilkan dari katabolisme
anaerobik terhadap kandungan gula.
CARA KERJA
PEMBAHASAN
Saat kulit buah kakao dibelah berisi massa biji dan pulp yang steril
menjadi terkontaminasi secara cepat oleh mikroba yang beragam dari dinding
kulit dan tangan pekerja. Tempat yang digunakan untuk biji sampai tempat
fermentasi yang dalam biji memberikan sumber-sumber inokulasi. Secara kimia
dan fisik pulp merupakan medium yang ideal untuk pertumbuhan khamir dan
kapang. Selama proses fermentasi akan terjadi perubahan mikroba yang bekerja.
Adapun gambaran komposisi mikroba yang berperan dalam fermentasi antara
lain:
Hari-1 : infeksi awal secara cepat oleh khamir, dibawah kondisi anaerobik
dimana merubah gula menjadi alkohol dan melonggarkan pulp.
Hari-2 : Bakteri asam laktat tumbuh pada kondisi anaerobik, agar bakteri
asam laktat tumbuh dan mengubah alkohol menjadi asam asetat diperlukan
aerasi. Biji kakao mati akibat panas dan asam asetat.
Hari-3 : Adanya kerjasama antara bakteri asam asetat, khamir aerophilik dan
Bacillus aerophillus (Yuliani, 2007)
Semua itu tergantung juga pada macam kakaonya, tetapi pada umumnya
lama fermentasi sekitar 5 – 7 hari untuk kakao lindak, sedangkan kakao mulia
sekitar 3 – 4 hari. Kemasakan buah akan mempengaruhi aktivitas
mikroorganisme, dan buah yang masak kandungan gulanya tinggi sehingga
aktivitas mikroorganisme lebih tinggi. Disamping itu, buah yang masak juga
mempengaruhi tingkat rendemen biji kering, kenampakan biji, dan kualitas biji
kering. Di dalam fermentasi akan terjadi pula perubahan pH. Pada pulp pH – nya
akan naik dari 3,6 menjadi 4,5 dalam waktu 2 hari. Hal ini akan terus meningkat
menjadi 6,5 bila fermentasi sampai hari ke – 7. Sedangkan pH pada keping biji
dari 6,5 akan menurun menjadi 4,5 dalam waktu 2 hari, selanjutnya akan naik
lagi. Apabila pH baru mencapai 5 pada akhir fermentasi, hal ini berarti fermentasi
tidak sempurna (Susanto, 1994).
KESIMPULAN
Daniswari, M., C. 2013. “Uji Aktivitas Bakteri Ekstrak Etil Asetat Mikroba
Simbion Spons Kode 44BC1 Dari Pulau Menjangan Bali dan Karakterisasi
Senyawa Aktifnya”. Fakultas Farmasi. Universitas Gadjah Mada:
Yogyakarta