PERCOBAAN I
KARBOHIDRAT
Di susun oleh:
PEKANBARU
2020 M / 1441 H
1. BAB KARBOHIDRAT
Pembuatan Tape
Tujuan:
a) Mahasiswa dapat membuat tape dari singkong dan ubi jalar ungu melalui percobaan
dengan baik.
b) Mahasiswa dapat membuat kesimpulan pengaruh waktu terhadap proses fermentasi.
Teori
Tapai merupakan hasil dari proses fermentasi dari bahan-bahan yang mengandung
karbohidrat seperti beras ketan dan ubi kayu. Dalam proses fermentasi yang melibatkan
aktifitas mikroorganisme ini terjadi proses pengubahan karbohidrat menjadi etanol,
sehingga bahan makanan hasil fermentasi menjadi lebih enak rasanya (Sutanto, 2006).
Tapai mempunyai rasa sedikit manis dengan sedikit rasa alkohol dan aroma
semerbak yang khas. Tekstur lunak dan berair serta mengasilkan cairan yang merupakan
efek dari efek fermentasi. Rasa manis pada tapai dipengaruhi oleh kadar gula dari tapai itu
sendiri. Tetapi kadang – kadang pada sejenis tapai tertentu timbil rasa asam agak
menyengat. Hal ini biasanya disebabkan oleh perlakuan selama proses pembuatan yang
kurang teliti, misalnya penambahan ragi yang terlampau banyak, penutupan yang kurang
sempurna selama proses fermentasi berlangsung, ataupun karena proses fermentasi yang
terlalu lama (Oyon Suwaryono dan Yusti Ismaeni, 1987 dalam Santosa, 2010).
Tape mempunyai rasa yang spesifik yaitu manis, alkoholis dan kadang-kadang
asam. Hal ini karena terjadi perubahan pada bahan dasar menjadi tape. Mula-mula pati
yang ada dalam bahan dipecah oleh enzim menjadi dekstrin dan gula-gula sederhana.
Gula-gula yang terbentuk selanjutnya dihidrolisis menjadi alkohol, pada fermentasi lebih
lanjut alkohol dioksidasi menjadi asan-asam organik antara lain asam asetat, asam suksinat
dan asam malat. Asam-asam organik dan alkohol membentuk ester yang merupakan
komponen cita rasa (Srimaryati, 1978).
Rasa masam disebabkan pati yang diubah oleh enzim amilase menjadi gula
(sukrosa). Enzim invertase mengubahnya lagi menjadi glukosa. Hasilnya berupa alkohol.
Jika proses fermentasi terlalu lama alkohol akan menghasilkan asam asetat sehingga dapat
menghasilkan tape yang terasa masam.Proses fermentasi yang terlalu lama dapat
menghasilkan air tape yang cukup banyak. Rasa manis pada tape akan berkurang. Dalam
proses fermentasi, glukosa enzim glikolisin akan pecah dan menghasilkan karbondioksida,
air, serta energi. Energi diperlukan oleh enzim amilase, intervertase dalam hal proses
fermentasi.
Fermentasi merupakan suatu cara yang telah dikenal dan digunakan sejak lama
sejak jaman kuno. Fermentasi merupakan suatu cara untuk mengubah substrat menjadi
produk tertentu yang dikehendaki dengan menggunakan bantuan mikroba. Bioteknologi
berbasis fermentasi sebagian besar merupakan proses produksi barang dan jasa dengan
menerapkan teknologi fermentasi atau yang menggunakan mikroorganisme untuk
memproduksi makanan dan minuman seperti: keju, yoghurt, minuman beralkohol, cuka,
sirkol, acar, sosis, kecap, dll (Nurcahyo, 2011).
Menurut Astawan (2004), proses fermentasi yang terjadi selama pembuatan tape
pada dasarnya meliputi empat tahap penguraian, antara lain sebagai berikut :
Molekul-molekul pati terpecah menjadi dekstrin dan gula-gula sederhana, proses ini
disebut hidrolisis enzimatis.
Gula yang terbentuk akan diubah menjadi alkohol.
Alkohol akan diubah menjadi asam-asam organik oleh bakteri Pediococcus dan
Acetobacter melalui proses oksidasi alkohol.
Sebagian asam organik akan bereaksi dengan alkohol membentuk ester yang
memberi cita rasa pada tape.
Diantara bahan dasar pembuatan tapai yang sering digunakan adalah beras ketan
baik yang hitam maupun yang putih. Tapai dari beras ketan inilah yang paling banyak
dijumpai di toko-toko makanan maupun di Super Market. Namun demikian juga belum
diketahui apakah ada perbedaan kandungan etanol dalam tapai yang dihasilkan pada
pembuatan dengan kedua macam beras ketan tersebut, sehingga dalam penelitian ini akan
dipelajari perbedaan kandungan etanol dalam tapai yang dihasilkan dari bahan dasar beras
ketan hitam dan putih dan dengan menggunakan beberapa macam pembungkus yang
berbeda yaitu dengan daun, plastik dan gelas (Sutanto, 2006).
Beras, ketan, jagung dan ketela pohon, dapat digunakan sebagai bahan dasar
pembuatan tapai. Bahan-bahan tersebut dikukus hingga matang, dihamparkan ditampah
dan setelah dingin dibubuhi ragi, kemudian campuran itu ditaruh dalam belangga, ditutup
dengan daun pisang dan disimpan dalam tempat yang sejuk. Tak lama kemudian
berkhamirlah karena daya kerja organismeorganisme yang terdapat dalam ragi (Heyne,
1987 dalam Berlian, 2016).
Pati yang terkandung dalam beras terdiri dari amilosa dan amilopektin yang
berbeda. Sedangkan pada beras ketan kandungannya 90% berupa pati dan selebihnya
merupakan amilosa 2% dan amilopektin 88,89%, maka dapat dikatakan bahwa amilosa
hampir tidak ada dalam beras ketan. Beras ketan dan beras biasa mempunyai kandungan
amilosa dan amilopektin yang berbeda. Butiran pati pada umumnya mengandung 15-30%
amilosa dan 10-85 amilopektin, khususnya yang dinamakan varietas waxy atau glutinous
dari beberapa bahan berpati hampir sepenuhnya disusun oleh amilopektin. Pati merupakan
homopolimer glukosa dengan ikatan α-glikosidis. Pati penyusun beras ketan terdiri dari
amilopektin termasuk polimer glukosa yang memiliki banya percabangan yang disusun
oleh rantai-rantai lurus yang terdiri dari 20-30 unit glukosa dengan ikatan α1,4-glikosidis
pada atom C nomor 2 dan 3. Sedangkan pada ubi kayu kandungan karbohidrat antara 30-
60%. Pati yang terkandung dalam ubi kayu adalah amilosa dan amilopektin. Kandungan
amilosa adalah 17-20%, sedangkan kandungan amilopektinnya adalah 80-83%. Semakin
tua ubi kayu kandungan patinya semakin tinggi (Syarief, 1988).
Pada proses pembuatan tapai, khamir dan kapang merupakan mikrobia yang
mengubah karbohidrat yang terkandung dalam bahan, menjadi gula. peranan ragi dalam
pembuatan tape adalah mengubah gula menjadi alkohol. rasa manis pada tape dipengaruhi
oleh kadar gula yang ada dalam tape tersebut. dalam proses pembuatan tape, kadang-
kadang sering dijumpai adanya tape yang berasa masam. hal ini dapat disebabkan oleh
adanya kontaminasi sejenis bakteri karena proses pembuatan tape yang kurang teliti,
misalnya penambahan ragi yang berlebihan dan penutupan bahan pada saat fermentasi
berlangsung serta waktu fermentasi yang terlalu lama (Rukamana, 2001).
Cara Kerja
- Menyiapkan semua bahan.
Singkong
Air
Ragi
- Ditaburi menggunakan saringan (0,85 gram/100 gram
sampel).
- Ditutup kembali dengan daun pisang. Singkong ini harus
benar-benar tertutup agar mendapatkan hasil yang
maksimal.
- Didiamkan selama 2-3 hari hingga sudah terasa lunak dan
manis. Saat itulah singkong telah menjadi tape.
Hasil
.
Tabel Pengamatan dan Pembahasan
Perlakuan Pembahasan Foto
Singkong dikupas
Singkong di rebus Ubi kayu (singkong), rebus
sampai ⅓ masak. Maksud
pengukusan ini untuk lebih
melunakkan jaringan pada bahan
sehingga inokulumnya dapat
dengan mudah merombak zat
yang lebih kompleks menjadi zat- Singlong dipotong dan
zat yang lebih sederhana atau direbus
memudahkan proses fermentasi.
Didinginkan dan Kemudian bahan didinginkan dan
ditambahkan ragi ditambahkan ragi dan di aduk
lalu dibungkus rata. Dalam penambahan ragi ini,
bahan dari tiap-tiap kelompok
dibagai menjadi dua bagian
masing-masing 100 gram untuk
ditambahkan ragi yang berbeda
Singkong yang telah diberi
yaitu ragi sendiri, ragi yang kita
ragi ditutup
buat pada tahap starter dan ragi
pasar. Setelah itu, bahan
dimasukkan ke dalam wadah dan
dibungkus daun untuk
menciptakan kondisi
anaerobiknya. Pembungkusan
dengan daun pisang dapat
menciptakan aroma yang khas
pada tape yang dihasilkan karena
zat-zat alami yang terkandung
dalam daun pisang tersebut.
Setelah itu dilakukan inkubasi
selama 3 hari pada suhu kamar
untuk menciptakan kondisi yang
optimal pada pertumbuhan
mikroorganisme penggeraknya
( inokulum).
Ragi (Saccharomyces cerevisiae)
merupakan khamir yang sering
digunakan dalam pembuatan roti.
Pertumbuhan khamir ini
dipengaruhi oleh pH, suhu, sumber
energi, dan air bebas.
Saccharomyces cerevisiae ini
dapat tumbuh optimum pada suhu
30ᵒC. Mekanisme kerjanya adalah
dengan menghasilkan enzim yang
dapat memecah karbohidrat (pati)
menjadi glukosa yang selanjutnya
glukosa ini diubah menjadi etanol.
Sehingga tape apabila difermentasi
terlalu lama, depat menyebabkan
pengonsumsinya mabuk.
Proses fermentasi gula oleh
ragi Saccharomyces cerevisiae
dapat menghasilkan etanol (etil
alkohol) dan karbondioksida
melalui reaksi sebagai berikut :
Zimase
ragi
(Glukosa) (Etanol)
(Karbondioksida)
ragi tidak hanya terkandung
Saccaromyces cerevisiae tetapi
juga mikroorganisme-
mikroorganisme lain seperti
kapang dan bakteri yang tentunya
ikut membantu dalam proses
fermentasi ini. Tape yang
diperoleh dari proses fermentasi
ini akan mempunyai rasa manis
dan asam. Rasa manis diperolah
dari pemecahan karbohidrat atau
pati menjadi glukosa dengan
bantuan Aspergillus sp. Rasa
asam diperoleh dari pemecahan
glukosa menjadi alkohol
oleh Saccharomyces cerevisiae.
Selanjutnya jika fermentasi
berjalan terus alkohol akan
diubah menjadi asam asetat dan
air oleh Axetobacter aceti.
Hari ke-1 Ubi ketika hari pertama
difermentasikan teksturnya masih
keras tidak terdapat banyak air
dan tidak berbau.
Singkong yang telah beragi di simpan di tempat yang rapat dan dibiarkan selama
2-3 malam.
Daftar Pustaka
Berlian, Zainal. Dkk. 2016. Jurnal Biota. Uji Kadar Alkohol Tapai Ketan Putih
Singkong Melalui Fermentasi dengan Dosis Ragi yang Berbeda.Vol. 2 No. 1.
Nurhayani. Dkk. 2001. Peningkatan Kandungan Protein Kulit Umbi Ubi Kayu Melalui
Proses Fermentasi. Vol. 6. No. 1.
Rukmana, Rahmat. Yuniarsih, Yuyun. 2001. Aneka Olahan Ubi Kayu. Yogyakarta:
Kanisius.
Santosa, Agus. Prakosa, Cucut. 2010. Karakteristik Tapai Buah Sukun Hasil Fermentasi
Penggunaan Konsentrasi Ragi Yang Berbeda. Vol. 22. No. 73.
Sutanto, Teja Dwi. Dkk. Jurnal Gradien. Studi Kandungan Etanol Dalam Tapai Hasil
Fermentasi Beras Ketan Hitam Dan Putih. Vol. 2 No.1.
Syarief, Rizal dan Anies Irawati. 1988. Pengetahuan Bahan untuk Industri Pertanian.
Jakarta : PT Mediyatama Sarana Perkasa