ACARA 3
PEMBUATAN TAPAI
NIM : 1804020042
PRODI AGROTEKNOLOGI
2021
Jumat, 01 april 2021
PEMBUATAN TAPAI
TUJUAN PRATIKUM :
DASAR TEORI
Tapai mempunyai rasa sedikit manis dengan sedikit rasa alkohol dan aroma
semerbak yang khas. Tekstur lunak dan berair serta mengasilkan cairan yang
merupakan efek dari efek fermentasi. Rasa manis pada tapai dipengaruhi oleh kadar
gula dari tapai itu sendiri. Tetapi kadang – kadang pada sejenis tapai tertentu timbil
rasa asam agak menyengat. Hal ini biasanya disebabkan oleh perlakuan selama proses
pembuatan yang kurang teliti, misalnya penambahan ragi yang terlampau banyak,
penutupan yang kurang sempurna selama proses fermentasi berlangsung, ataupun
karena proses fermentasi yang terlalu lama (Oyon Suwaryono dan Yusti Ismaeni,
1987 dalam Santosa, 2010).
Dalam pembuatan tape terjadi proses fermentasi terjadi proses perombakan
karbohidrat (fruktosa dan glukosa) menjadi alkohol dan karbondioksida yang
dilakukan oleh khamir Saccharomyces cerevisiae). Khamir Saccharomyces cerevisiae
menggunakan jalur EMP dalam memfermentasi glukosa menjadi etanol pada kondidi
netral atau sedikit asam dan anaerob. Jika pada bahan pangan yang digunakan dalam
proses fermentasi mengandung natrium sulfit, maka akan menghasilkan gliserol
sebagai produk yang dominan. Tetapi jika pangan yang digunakan dalam kondisi
alkali, maka glukosa akan diubah menjadi gliserol, etanol, asetat, dan CO2
(Nurcahyo, 2011).
Kendala utama yang dihadapi dalam proses pembuatan tape selama ini
adalah hasil dari proses fermentasi menghasilkan rasa asam ataupun pahit. Ini
disebabkan karena dosis ragi yang diberikan tidak memiliki takaran pasti. Masyarakat
memberikan ragi secara kira-kira dan sulit diketahui secara pasti dosis ragi yang
benar. Ini yang menjadi faktor utama gagalnya proses pembuatan tape (Asngad,
2009).
Menurut Anto Susanto (2017), pengunaan jumlah ragi menjadi faktor utama
yang harus diperhatikan karena jika jumlah ragi yang digunakan terlalu sedikit maka
proses menjadi tape akan berjalan lama, akan tetapi jika jumlah ragi yang digunakan
terlalu banyak akan menghambat mikroorganisme yang berperan dalam proses
fermentasi dan mikroorganisme pembusuk akan tumbuh sehingga tape menjadi
busuk. Semakin tinggi jumlah tape yang digunakan maka semakin banyak khamir
(Saccharomyces cerevisiae) yang terbentuk.
Tapai adalah produk yang dihasilkan dari proses fermentasi, di mana terjadi
suatu perombakan bahan-bahan yang tidak sederhana. Zat pati yang ada dalam bahan
makanan diubah menjadi bentuk yang sederhana yaitu gula, dengan bantuan suatu
mikroorganisme yang disebut ragi atau khamir (Apriyani, 2017).
Tapai mempunyai rasa sedikit manis dengan sedikit rasa alkohol dan aroma
semerbak yang khas. Tekstur lunak dan berair serta mengasilkan cairan yang
merupakan efek dari efek fermentasi. Rasa manis pada tapai dipengaruhi oleh kadar
gula dari tapai itu sendiri. Tetapi kadang – kadang pada sejenis tapai tertentu timbil
rasa asam agak menyengat. Hal ini biasanya disebabkan oleh perlakuan selama proses
pembuatan yang kurang teliti, misalnya penambahan ragi yang terlampau banyak,
penutupan yang kurang sempurna selama proses fermentasi berlangsung, ataupun
karena proses fermentasi yang terlalu lama (Yulianti, 2014).
Diantara bahan dasar pembuatan tapai yang sering digunakan adalah beras
ketan baik yang hitam maupun yang putih. Tapai dari beras ketan inilah yang paling
banyak dijumpai di toko-toko makanan maupun di Super Market. Namun demikian
juga belum diketahui apakah ada perbedaan kandungan etanol dalam tapai yang
dihasilkan pada pembuatan dengan kedua macam beras ketan tersebut (Sutanto,
2005). Karbohidrat merupakan bahan baku yang menunjang dalam proses fermentasi,
dimana prinsip dasar fermentasi adalah degradasi komponen pati oleh enzim.
Beberapa tumbuhan yang mengandung karbohidrat tinggi adalah dari jenis biji-bijian
misalnya ketan putih dan dari jenis umbi-umbian misalnya singkong.
Fermentasi merupakan suatu cara yang telah dikenal dan digunakan sejak
lama sejak jaman kuno. Fermentasi merupakan suatu cara untuk mengubah substrat
menjadi produk tertentu yang dikehendaki dengan menggunakan bantuan mikroba.
Bioteknologi berbasis fermentasi sebagian besar merupakan proses produksi barang
dan jasa dengan menerapkan teknologi fermentasi atau yang menggunakan
mikroorganisme untuk memproduksi makanan dan minuman seperti: keju, yoghurt,
minuman beralkohol, cuka, sirkol, acar, sosis, kecap, dll (Nurhayani, 2001).
Ragi tapai adalah bahan yang dapat digunakan dalam pembuatan tape, baik
dari singkong dan beras ketan. Ragi tape merupakan populasi campuran yang tediri
dari spesies-spesies genus Aspergilius, Saccharomyces, Candida, Hansenulla, dan
bakteri Acetobacter. Genus tersebut hidup bersama-sama secara sinergis. Aspergillus
menyederhanakan tepung menjadi glukosa serta memproduksi enzim glukoamilase
yang akan memecah pati dengan mengeluarkan unit-unit glukosa, sedangkan
Saccharomyces, Candida dan Hansenulla dapat menguraikan gula menjadi alkohol
dan bermacam-macam zat organik lain sementara itu Acetobacter dapat merombak
alkohol menjadi asam. Beberapa jenis jamur juga terdapat dalam ragi tape, antara lain
Chlamydomucor oryzae, Mucor sp, dan Rhizopus sp (Santosa, 2011).
CARA KERJA
HASIL PENGAMATAN
Tabel Pengamatan
a. Pengamatan hari Kamis, 01 April 2021
Kelompok 1 1 3 0 0
(asam,kurang (putih) (tidak khas) (sangat lunak)
Daun pisang manis)
1 3 0 1
(asam,kurang (putih) (tidak khas) (lunak)
manis)
Cup
Kelompok 2 3 3 1 1
(agak asam) (putih) (agak khas (lunak)
Daun pisang tape)
3 3 1 3
(agak asam) (putih) (agak khas (agak lunak)
Cup
tape)
Kelompok 3 3 1 1 3
(agak asam) (putih (agak khas (agak lunak)
kekuningan) tape)
Kelompok 4 1 1 1 3
(asam kurang (putih (agak, khas (agak lunak)
manis) kekuningan) tape)
b. Pengamatan hari Rabu, 31 Maret 2021
Kelompok 1 1 3 3 0
(asam kurang (putih) (sangat kuat (sangat lunak)
Daun pisang manis) khas tape)
1 3 3 0
(asam kurang (putih) (sangat kuat (sangat lunak)
Cup
manis) khas tape)
Kelompok 2 1 1 3 1
(asam kurang (putih (sangat khas (lunak)
Daun pisang manis) kekuningan) tape)
1 1 1 3
Cup
(asam kurang (putih (agak khas (agak lunak)
manis) kekuningan) tape)
Kelompok 3 3 1 1 1
(agak asam) (putih (agak khas (lunak)
kekuningan) tape)
Kelompok 4 1 1 3 1
(asam kurang (putih (sangat kuat (lunak)
manis) kekuningan) khas tape)
PEMBAHASAN
Pada praktikum acara kedua tentang pembuatan yoghurt ini dilakukan pada
Gedung F Lantai 3, praktikum dilaksanan langsung sampai dengan acara ketiga.
Praktikum dilaksanakan pada pukul 07:00 WIB sampai dengan selesai.
Tapai mempunyai rasa sedikit manis dengan sedikit rasa alkohol dan aroma
semerbak yang khas. Tekstur lunak dan berair serta mengasilkan cairan yang
merupakan efek dari efek fermentasi. Rasa manis pada tapai dipengaruhi oleh kadar
gula dari tapai itu sendiri (Oyon Suwaryono dan Yusti Ismaeni, 1987 dalam Santosa,
2010).
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa
tapai yang telah disimpan selama 3 hari mengalami perubahan rasa dan aroma. Jika di
analisis, hal ini berkesesuaian dengan pendapat yang dikemukakan oleh Hidayati
(2013) yang mengatakan bahwa “fermentasi hari ke 3 didapatkan pertumbuhan
mikroorganisme rendah”. Hasil pengamatan menyatakan bahwa tapai memiliki aroma
berbau alcohol dengan rasa yang agak manis. Hal ini juga sesuai dengan pendapat
Rukmana (2001) bahwa “Pada proses pembuatan tapai, khamir dan kapang
merupakan mikrobia yang mengubah karbohidrat yang terkandung dalam bahan,
menjadi gula. peranan ragi dalam pembuatan tape adalah mengubah gula menjadi
alkohol. rasa manis pada tape dipengaruhi oleh kadar gula yang ada dalam tape
tersebut”.
Perubahan-perubahan yang terjadi secara umum berkesesuain dengan teori yang
ada, hasil tapai yang dibuat tidak maksimal karena tapai masih memiliki tekstur yang
agak keras dan belum memiliki banyak air serta rasa yang belum terlalu manis. Hal
ini dikarenakan waktu fermentasi yang singkat yaitu hanya selama 3 hari, sedangkan
menurut Hidayati (2013) “fermentasi hari ke 3 didapatkan pertumbuhan
mikroorganisme rendah dan didapatkan pertumbuhan dan tinggi mikroorganisme
yang tertinggi adalah waktu fermentasi 9 hari”.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Anto Susanto,Erick Radwitya, Khairul Muttaqin. 2017. Lama Waktu Fermentasi Dan
Konsentrasi Ragi Pada Pembuatan Tepung Tape Singkong (Manihot
utilissima) Mengandung Dekstrin, Serta Aplikasinya Pada Pembuatan Produk
Pangan. ISSN : 2087-9679 Jurnal Teknologi Pangan Vol 8 (1): 82-92 Th.
2017
Apriyani, dkk. 2017. Pengaruh variasi dosis ragi terhadap kadar glukosa pada tape
pisang kepok. Seminar Nasional Pendidikan. 2(6) : 6
Asnawi, dkk. 2013. Karateristik tape ubi kayu (Manihot utilissima) melalui proses
pematangan dengan penggunaan pengontrol suhu. Jurnal Bioproses
Komoditas Tropis. 1(2) : 57
Asngad, A dan Suparti. 2009. Lama Fermentasi dan Dosis Ragi yang Berbeda pada
Fermentasi Gaplek Ketela Pohon (Manihot utilissima, Phol) Varietas Mukibat
terhadap Kadar Glukosa dan Bioetanol. Jurnal Penelitian Sains & Teknologi.
10(1): 1-9.
Berlian, Z. 2016. Uji kadar alkohol pada tapai ketan dan singkong melalui fermentasi
dengan dosis ragi yang berbeda. Jurnal Biota. 2(1) : 3
Berlian, Zainal. Dkk. 2016. Jurnal Biota. Uji Kadar Alkohol Tapai Ketan Putih
Singkong Melalui Fermentasi dengan Dosis Ragi yang Berbeda. Vol. 2
No. 1.
Hidayat, Saukardi dan M. Hidun. (2012). Optimalisasi Penurunan Kandungan
Oligosakarida Pada Pembuatan Tepung Ubi Jalar. Jurnal Teknologi
Pertanian.
Hidayati, D.,Ba’ido., dan Hastuti, S. 2013. Pola Pertumbuhan Ragi Tape Pada
Fermentasi Kulit Singkong. Agrointek. 7(1)
LAMPIRAN