Judul Penelitian
“Fermentasi Kismis Hitam sebagai Pengganti Ragi Instan pada Olahan
Bakpao”
B. Latar Belakang
Bakpao adalah makanan yang berasal dari negeri China, berbahan
dasar tepung terigu yang diberi ragi sehingga mengembang, kemudian
diberi aneka isian dan dikukus. Bak berarti daging, sedang pao sendiri
berarti bungkusan. Jadi, bakpao berarti “bungkusan-daging”. Di negeri
panda, bakpao dikenal dengan sebutan BaoZi.
Zaman sekarang bakpao di jual dengan banyak macam varian isi
tidak hanya isian daging tetapi juga ada coklat, kacang merah, kacang
hijau, selain itu bakpao zaman sekarang tidak terpaku hanya pada isian
yang di dalam, bakpao juga di jual dengan hiasan toping yang menarik
sehingga dapat menarik para pelanggan yang melihat. Dalam proses
pengelohan bakpao cukup mudah hanya perlu mencampurkan tepung
terigu, air, gula, dan ragi. Penggunaan ragi untuk membuat bakpao
sangatlah penting, karena ragi berfungsi untuk mengembangkan dan
mengempukan adonan. Pengunaan ragi yang sering dipakai adalah ragi
instan dan sudah sangat di kenal karena penggunaanya yang mudah dan
cepat sehingga menjadi favorit.
Penggunaan ragi instan pada bakpao yang cenderung cepat dalam
proses produksi membuat bakpao menjadi kurang alami dan tersisa
residu yang sulit dicerna tubuh manusia karena mengandung bahan
anorganik. Sebaliknya Menurut Sangjin Ko (2012:7) penggunaan ragi
alami bisa membuat bakpao lebih mudah di cerna, tektur yang empuk,
dan sehat karena proses pembuatannya berasal dari mikroorganise pada
bahan-bahan alami, seperti buah dan sayur. Ragi alami adalah hasil
fermentasi ragi yang terdapat pada bahan-bahan alami seperti buah –
buahan dan sayuran.
Berdasarkan pernyataan Sangjin Ko tersebut, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai ragi alami sebagai pengganti ragi instan
dalam olahan bakpao. Dalam hal ini, peneliti ingin melakukan penelitian
mengenai “Fermentasi Kismis Hitam sebagai Pengganti Ragi Instan
pada Olahan Bakpao”.
C. Rumusan masalah
D. Batasan Masalah
E. Tujuan Penelitian
F. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan dibidang Pastry
serta dapat mengaplikasikan dan mensosialisasikan hasil
penelitian ragi alami dalam pengolahan makanan dibidang
Pastry.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dengan penelitian ini diharapkan dapat menjad referensi untuk
digunakan dalam berbagai penelitian yang berkaitan dengan ragi
alami.
3. Bagi Institusi
Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan
pengetahuan dan inovasi baru pada bidang pastry di STP
AMPTA Yogyakarta.
G. Landasan Teori
1. Ragi
Ragi adalah suatu macam tumbuh- tumbuhan bersel satu yang
tergolong kedalam keluarga cendawan. Ragi berkembang biak
dengan suatu proses yang dikenal dengan istilah pertunasan,
yang menyebabkan terjadinya peragian. Peragian adalah istilah
umum yang mencangkup perubahan gelembung udara dan yang
bukan gelembung udara ( aerobic dan anaerobic ) yang
disebabkan oleh mikroorganisme. Dalam pembuatan roti,
sebagian besar ragi berasal dari mikroba jenis Saccharomyces
Cerevisiae. Ragi merupakan bahan pengembang adonan dengan
produksi gas karbondioksida (Mudjajanto Eddy Setyo dan Lilik
Noor Yulianti (2009 : 24).
Menurut US.Wheat Assosiates, (2008 : 20), ragi terdiri dari
sejumlah kecil enzym, termasuk protease, lipase, invertase,
maltase dan zymase. Enzym yang penting dalam ragi adalah
invertase, maltase dan zymase. Enzym invertase dalam ragi
bertanggung jawab terhadap awal aktivitas fermentasi. Enzym
ini mengubah gula (sukrosa) yang terlarut dalam air menjadi
gula sederhana yang terdiri atas glokosa dan fruktosa. Gula
sederhana kemudian dipecah menjadi karbondioksida dan
alkohol.
Enzym amilase yang terdapat dalam tepung mampu
memproduksi maltose yang dapat dikonsumsi oleh ragi
sehingga fermentasi terus berlangsung. Proses pengembangan
adonan dapat terjadi apabila ragi dicampur dengan bahan-bahan
lain dalam pembuatan roti, maka ragi akan menghasilkan CO2.
Gas inilah yang menjadikan adonan roti menjadi mengembang.
Proses pengembangan adonan yang dilakukan oleh ragi
ditunjang oleh penggunaan bahan lain yaitu gula sebagai
sumber energi.
Menurut Mudjajanto Eddy Setyo dan Lilik Noor Yulianti ( 2009
: 25), jenis ragi ada tiga yaitu :
(1). Compressed Yeast.
Jenis ragi tersebut mengandung 70% kadar air.
Penyimpanannya harus pada suhu rendah, agar
kemampuannya dalam pembentukan gas terjaga.
Penyimpanan terbaik pada suhu 1° C.
(2). Active dry yeast.
Jenis ragi tersebut mengandung kadar air 7,5% - 9%.
Sebelum dipakai ragi harus direndam air terlebih dahulu
dengan perbandingan 4 : 1 ( 4 Kg air : 1 Kg dry yeast )
dengan suhu air ± 10 menit.
(3). Instant dry yeast
Ragi jenis ini hampir sama dengan active dry yeast.
Bedanya, ragi ini tidak perlu direndam sebelum dipakai. Jika
bungkus sudah dibuka, ragi tersebut harus segera digunakan.
Contoh ragi jenis ini yang beredar di pasar yaitu fermipan.
Ragi yang dipakai dalam pembuatan roti dan bakpao
biasanya jenis Instant dry yeast yang pemakaiannya lansung
dicampurkan dengan bahan lainnya. Menurut Mudjajanto
Eddy Setyo dan Lilik Noor Yulianti (2009 : 40 ),
penggunaan ragi 1,5 – 2 % dari total tepung terigu. Menurut
Mudjajanto Eddy Setyo dan Lilik Noor Yulianti (2009 : 24),
Fungsi ragi adalah:
(1). Mengembangkan adonan dengan memproduksi gas CO2
.
(2). Memberikan rasa dan aroma.
(3). Memperlunak gluten.
2. Ragi Alami
3. Prinsip Ragi
b. Metode Sakarifikasi
Pada dasarnya pati tidak dapat digunakan oleh yeast untuk
pertumbuhan karena molekul pati yang besar. Pati harus
dipecah menjadi molekul yang kecil seperti glukosa. Proses ini
disebut sakarifikasi. Metode ini dapat dilakukan dengan
menambahkan sumber karbohidrat dengan mikroorganisme
yang dibutuhkan pada ragi. Metode ini dapat dibuat dari
berbagai macam sumber karbohidrat, tapi umumnya dari
kentang, beras, dan ketan. Fermentasi dapat dilakukan oleh
malt, koji (Aspergillus oryzae), atau ragi tape.
c. Buah Segar
Anda dapat membuat ragi alami, misalnya dari anggur, stroberi,
apel, pisang, dan sirsak. Jika ingin lebih berhasil membuat ragi,
sebaiknya gunakan buah saat musimnya, karena lingkuangan
saat musim buah tersebut akan menentukan mikroorganisme
yang tumbuh. Jangan cuci buah karena mikroorganisme yang
efektif untuk fermentasi juga terdapat dalam kulit buah. Jadi
sebaiknya gunakan buah organik, sehingga tidak
membahayakan untuk pertumbuhan mikroorganisme.
Tambahkan gula atau madu untuk keberhasilan proses
fermentasi. Jika kita menggunakan buah yang tidak asam
sebaiknya tambahkan air jeruk nipis untuk menurunkan pH.
d. Buah kering
Anda dapat menggunakan kismis, fig kering, atau kurma. Buah
kering biasanya butuh waktu lebih lama untuk proses fermentasi
dibandingan buah segar, jadi kita harus mengaduknya sekali
sehari sebelum proses fermentasi dimulai.
e. Sayuran
Ketika membuat ragi dari sayuran, anda dapat menggunakan
umbi-umbian, seperti kentang manis, singkong, uwi, dan wortel.
5. pH dan Ragi
Ada beberapa jamur yang dapat tumbuh pada ragi yang dapat
menghasilkan racun seperti mikotoksin dari Aspergillus flavus
dan fusarium spp. Jamur tersebut lebih menyukai karbohidrat,
kondisi asam, dan kondisi aerobic (banyak oksigen) untuk
pertumbuhannya. Oleh karena itu sebaiknya gunakan kondisi
anaerobic (tanpa oksigen) untuk membuat ragi. Sebaiknya
control pH jika menginginkan ragi yang lebih stabil.
1. Metode Refresh
3. Metode Kering
7. Fermentasi
H. Kerangka Pemikiran
Bakpao
Ragi Alami 75% Ragi Alami 50% Ragi Instan 75% Ragi Instan 50%
Ragi Instan 50% Ragi Alami 25% Ragi Alami 50%
Ragi Instan 25 %
Uji Organoleptik
Rasa Aroma Warna Bentuk Tekstur
I. Penelitian Terdahulu
Nama Tujuan
Judul Penelitian Hasil Penelitian
Peneliti Penelitian
Tanzila Evaluasi Mutu Mengetahui 1. Kalsium dan kalium
Maulid Ragi Alami kandungan dengan roti beragi kurma
a Berbahan dasar kima (kalsium adalah tertinggi
(2013) Kurma sebagai dan kalium, 2. Warna cerah dengan
Alternatif sifat fisik dominan warna
Pengganti Instan (warna dan kekuningan (ragi kurma)
Yeast aroma),uji 3. Tekstur tidak jauh
mutu hedonik berbebeda dengan ragi
(rasa dan instan
aroma), uji 4. Rasa tawar tidak jauh
mutu hedonik ( berbeda dengan ragi
rasa, warna, instan
aroma, tekstur) 5. Aroma tidak jauh
berbeda dengan ragi
instan
Perbedaan : penelitian yang dilakukan Tanzila Maulida menggunakan ragi alami dari kurma
sedangkan penulis menggunakan ragi alami dari kismis.
Sumber : hasil kajian penulis, 2017
J. Hipotesis
Hipotesis 1
H0: Tidak ada pengaruh terhadap aroma pada Bakpao dengan
menggunakan Ragi alami.
H1: Ada pengaruh terhadap aroma pada Bakpao dengan
menggunakan Ragi alami.
Hipotesis 2
H0: Tidak ada pengaruh terhadap rasa pada Bakpao dengan
menggunakan Ragi alami.
H1: Ada pengaruh terhadap rasa pada Bakpao dengan
menggunakan Ragi alami
Hipotesis 3
H0: Tidak ada pengaruh terhadap warna pada Bakpao dengan
menggunakan Ragi alami.
H1: Ada pengaruh terhadap warna pada Bakpao dengan
menggunakan Ragi alami.
Hipotesis 4
H0: Tidak ada pengaruh terhadap bentuk pada Bakpao
dengan menggunakan Ragi alami.
H1: Ada pengaruh terhadap bentuk pada Bakpao dengan
menggunakan Ragi alami.
Hipotesis 5
H0: Tidak ada pengaruh terhadap tekstur pada Bakpao dengan
menggunakan Ragi alami.
Variabel terikat
Variabel kontrol
b. Operasional Variabel
Operasionalisasi Variabel Penelitian adalah segala sesuatu yang
berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut,
kemudian dapat ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013:58).
Pada Penelitian “Fermentasi Kismis Hitam sebagai Penggganti
Ragi Instan pada Olahan Bakpao”, penulis menggunakan dua
variabel, yaitu Operasionalisasi Variabel ragi instan dan ragi
alami.
Operasional variabel ragi instan
Ragi adalah suatu macam tumbuh- tumbuhan bersel satu yang
tergolong kedalam keluarga cendawan. Ragi instan digunakan
untuk mengembangkan adonan dan cara penggunaan tinggal
mencampurkan dengan air.
Operasional variabel ragi alami
Ragi alami adalah mikroorganisme dari bahan-bahan alami
yang didapatkan dari hasil fermentasi tanpa memerlukan bahan
tambahan buatan.
N = jumlah responden
2. Uji Reliabilitas
Pengertian reliabilitas, Sekaran (2006 : 43) adalah suatu
pengukuran yang menunjukkan sejauh mana pengukuran
tersebut tanpa bias (bebas kesalahan) dan karena itu
menjamin pengukuran yang konsisten lintas waktu dan
lintas beragam item dalam instrumen. Dengan kata lain,
keandalan suatu pengukuran merupakan indikasi mengenai
stabilitas dan konsistensi dimana instrument mengukur
konsep dan membantu menilai ketepatan sebuah
pengukuran.
n ∑ σt
( )( )
2
r 11 =
❑ 1−
n−1 σt 2
Keterangan :
a. Bakpao A
b. Bakpao B
Bakpao B (+) Penilian (-)