Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM LINGKUNGAN DAN PENGOLAHAN LIMBAH

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 1

1. RIO SEPTIANTORO (1931100001)


2. DANANG SAKTIYO K (1931100005)
3. MARTINA INDRIASTUTI (1931100012)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS WIDYA DHARMA

KLATEN

2022
MATERI V

PEMBUATAN BIOETANOL

A. PENDAHULUAN
Pada masa sekarang kecenderungan pemakaian bahan bakar sangat
tinggi sedangkan sumber bahan bakar minyak bumi yang digunakan saat
ini kian menipis. Oleh sebab itu, perlu adanya bahan alternatif yang dapat
digunakan sebagai pengganti minyak bumi. Bioetanol dapat digunakan
sebagai bahan bakar untuk mengatasi masalah energy pada masa sekarang.
Diperlukan usaha yang sangat intensif untuk memanfaatkan bahan-
bahan yang digunakan sebagai bahan pembuatan bioetanol menggunakan
bahan yang menggandung serat kasar dengan karbohidrat yang tinggi.
Misalnya ubi kayu, ubi jalar, pisang, kulit pisang, dan lain-lain. Bioetanol
dapat dihasilkan dari tanaman yang mengandung senyawa selulosa dengan
menggunakan bantuan dari aktivitas mikroba.
B. TUJUAN PRAKTIKUM
Praktikum ini bertujuan untuk membuat bioetanol atau alcohol dari
tetes tebu dan untuk mengetahui efektivitas berbagai mikroba yang
digunakan dalam pembuatan bioetanol.
C. DASAR TEORI
a. Tetes Tebu
Molase adalah hasil samping yang berasal dari pembuatan gula
tebu (saccharum officinarum L). Tetes tebu berupa cairan kental dan
diperoleh dari tahap pemisahan kristal gula. Molase tidak dapat lagi
dibentuk menjadi sukrosa namun masih menggandung gula dengan
kadar tinggi 50 – 60%, asam amino dan mineral. Tingginya kandungan
gula dalam molase sangat potensial dimanfaatkan sebagai bahan baku
bioetanol (Anonim, 2011).
Molase masih mengandung kadar gula yang cukup untuk dapat
menghasilkan etanol dengan proses fermentasi, biasanya pH molase
berkisar antara 5,5 – 6,5. Molase yang masih mengandung kadar gula
10 – 18% telah memberikan hasil yang memuaskan dalam pembuatan
etanol.
b. Bioetanol
Etanol merupakan senyawa hidrokarbon dengan gugus Hydroxyl (-
OH) dengan 2 atom karbon (C) dengan rumus kimia C2H5OH. Etanol
lebih dikenal dengan Etil Alkohol berupa bahan kimia yang diproduksi
dari bahan baku tanaman yang mengandung karbohidrat seperti ubi
kayu, ubi jalar, sorgum, beras, ganyong,dan sagu yang kemudian
popular dengan nama bioetanol.
Bahan baku lainnya adalah tanaman atau buah yang mengandung
gula seperti tebu, nira, mangga, nanas, papaya, anggur, lengkeng dan
lainnya. Bahan berserat (selulosa) seperti sampah organic dan jerami
padi pun saat ini telah menjadi salah satu alternatif penghasil bioetanol.
Namun, dari semua jenis tanaman tersebut tetes tebu merupakan bahan
baku yang paling banyak menghasilkan etanol jika diolah.
Bioetanol yang mempunyai grade 90-95% biasanya digunakan
pada industri, sedangkan bioetanol yang mempunyai grade 95-99% atau
disebut alcohol teknis digunakan sebagai campuran untuk miras dan
bahan dasar industri farmasi.
Sedangkan grade etanol yang dimanfaatkan sebagai campuran
bahan bakar kendaraan bermotor harus betul-betul kering dan
anhydrous supaya tidak menimbulkan korosi, sehingga etanol harus
mempunyai grade tinggi antara 99,6-99,8% (Fuel Grade Ethanol =
FGE). Perbedaan besarnya grade akan berpengaruh terhadap konversi
karbohidrat menjadi gula (glukosa) larut air.
D. ALAT DAN BAHAN
1. Alat yang digunakan antaralain:
- Erlenmeyer
- Gelas kimia
- Gelas ukur
- Termometer
- Corong
- Labu leher dua
- Refraktometer
2. Bahan yang digunakan antaralain:
- Tetes tebu
- Aquades
- Fermipan
- Ragi tape
E. PROSEDUR PRAKTIKUM
a. Pembuatan bioetanol dari tetes tebu
1. Mempersiapkan bahan baku tetes tebu sebanyak 0,5 liter
2. Memasukkan 0,5 liter tetes tebu ke dalam gallon kecil (fermentor)
3. Menambahkan ragi roti, ragi tape dan ragi tetes tebu sebanyak
dosis yang dianjurkan pada setiap kemasan ragi (Agustin, 2013)
4. Mengaduk campuran tersebut dan menutup rapat fermentor
5. Pada fermentor terdapat selang yang menghubungkan ke
erlenmeyer yang berisi NaOH 1 M 250 ml
6. Melakukan fermentasi selama 7 hari
F. HASIL DAN PEMBAHASAN
Proses fermentasi menghasilkan data sebagai berikut:

Sampel Berat sebelum ermentasi Berat setelah fermentasi Kadar alkohol


(gr) (gr)
Ragi roti (5,5 gr) 500 515 Busuk
Ragi tape (2 gr) 500 530 Sedikit
Ragi tetes tebu (0,15 gr) 500 545 Busuk
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa penggunaan ragi roti dan
ragi tetes tebu tidak berhasil dalam pembuatan etanol, karena terjadi
kebusukan yang kemungkinan diakibatkan karena adanya kontaminasi
bakteri yang tidak dikehendaki. Ragi roti lebih optimal digunakan untuk
fermentasi dalam waktu yang singkat (Irvan dkk. 2015).
Sedangkan penggunaan ragi tape menghasilkan kadar alkohol yang
rendah dapat diketahui dari parameter bau. Kadar alkohol yang rendah
kemungkinan karena kadar gula dari tetes tebu sangat rendah, sehingga
menghasilkan kadar alkohol yang rendah. Semakin besar konsentrasi ragi
maka nutrisi yang diperlukan ragi untuk melewati masa lag (fase adaptasi)
semakin menurun dan pada akhirnya saccharomyces mampu dengan cepat
memproduksi bioetanol dari gula dan menyebabkan pembentukan kadar
bioetanol yang semakin banyak karena pemanfaatan glukosa yang optimal
(Novia dkk, 2014).
Dalam penelitian (Maryana dkk, 2020) konsentrasi dan jenis ragi
berpengaruh terhadap bioetanol yang dihasilkan. Kadar bioetanol tertinggi
diperoleh dari penggunaan ragi roti dengan konsentrasi 0,8% yaitu
14,61%.
DAFTAR PUSTAKA

Irvan, P. Prawati dan B. Trisakti. 2015. Pembuatan Bioetanol Dari Tepung Ampas
Tebu Melalui Proses Hidrolisis Termal dan Fermentasi: Pengaruh pH,
Jenis Ragi dan Waktu Fermentasi. Jurnal Teknik Kimia. Vol. 4, No. 2,
Hal. 27-31

Maryana, T. Silsia, D. dan Budiyanto. 2020. Pengaruh Konsentrasi dan Jenis Ragi
Pada Produksi Bioetanol dari Ampas Tebu. Jurnal Agro Industri. Vol. 10,
No. 1, Hal. 52

Novia. A. Windarti dan Rosmawati. 2014. Pembuatan Bioetanol Dari Jerami


Padi Dengan Metode Ozonolisis-Simultaneous Saccharification And
Fermentation (SSF). Jurnal Teknik Kimia. Vol. 20, No. 3, Hal. 38

Anda mungkin juga menyukai