Anda di halaman 1dari 28

UJIAN TENGAH SEMESTER

TEKNOLOGI BIOENERGI

PEMBUATAN BIOETANOL DAN BIOGAS

Faris Ela Saputra


203010403011

PRODI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2023
SOAL :
1. Dalam pembuatan bioetanol harus melalui beberapa tahapan proses yang saling
terkait untuk menghasilkan kualitas dan rendemen yang maksimal. Bila bahan
baku yang melimpah di sekitar anda adalah …………. (silakan ditentukan
sendiri bahan bakunya, selain singkong), anda diminta untuk memproduksi
bioethanol secara komersial dengan kapasitas 1000 liter per hari dan boetanol
yang dihasilkan sampai tingkat FGE (99%). Apa yang harus anda lakukan?
(Minimal 20 halaman).

2. Pada pembuatan biogas, beberapa parameter perlu diperhatikan untuk


menghasilkan gas yang maksimal. Anda diminta untuk memproduksi biogas
dari bahan limbah ………….(silakan tentukan sendiri, selain kotoran hewan).
Apa yang harus anda lakukan? (Minimal 20 halaman)

JAWABAN :

1. PEMBUATAN BIOETANOL DARI BAHAN BAKU TETES TEBU

Energi adalah hal yang sangat krusial bagi kehidupan, tanpa energi semuanya
akan mati atau terhenti. Salah satu tenaga yg diharapkan sang manusia berasal asal
Bahan Bakar Minyak (BBM). Semakin bertambahnya penduduk global maka
akan sebanding menggunakan bertambahnya kebutuhan akan tenaga minyak,
sedangkan persediaan minyak mentah semakin menipis, sebagai akibatnya perlu
buat mencari energi baru buat mensubtisusi akan bahan bakar minyak. Bioetanol
ialah sumber energi terbarukan yang didapatkan dari bahan-bahan mengandung
pati serta gula, menjadi permasalahan baru saat bahan-bahan berpati dan bergula
dipergunakan buat produksi bioetanol sebab akan berdampak pada pengurangan
persediaan pangan, sebagai akibatnya penggunaan limbah yg masih mengandung
gula dan pati sebagai cara lain . Galat satu fungsi alkohol merupakan menjadi
octane booster, ialah alkohol mampu menaikkan nilai oktan menggunakan
dampak positif terhadap efisiensi bahan bakar serta menyelamatkan mesin. Fungsi
lain merupakan oxigenating agent, yakni mengandung oksigen sebagai akibatnya
menyempurnakan pembakaran bahan bakar dengan imbas positif meminimalkan
pencemaran udara. Bahkan, alkohol berfungsi menjadi fuel extender, yaitu
menghemat bahan bakar fosil. di penelitian ini bahan baku yang dipergunakan
merupakan tetes tebu yg berkadar gula awal 79,lima%, dan ragi roti. Tetes tebu
lalu diencerkan sehingga dihasilkan kadar gula 14%, 24% serta 34% difermentasi
dengan memakai ragi roti 4 gram serta 8 gram selama 4 hari. Data yg sudah di
dapatkan dianalisis dengan uji korelasi untuk mengetahui efek korelasi antara
perlakuan kadar gula dan perbedaan jumlah ragi terhadap yang akan terjadi
rendemen. pada penelitian ini yang akan terjadi kondensat distilasi yg paling besar
didapat asal bahan standar kadar gula 34% dengan pemberian ragi 8 gr yaitu
sebanyak 905 mililiter sedangkan yg terendah didapat asal bahan standar kadar
gula 14% menggunakan pemberian ragi 8% yaitu sebesar 430 mililiter. pada
rendemen teoritis etanol murni nilai tertinggi di perlakuan kadar gula 24%
sedangkan di perlakuan kadar gula 34% hasilnya cenderung lebih rendah dari
perlakuan kadar gula 24%. akibat tenaga etanol terendah didapatkan pada
perlakuan kadar gula 14% menggunakan jumlah ragi 4 gram yaitu 1718,33 kkal
sedangkan tenaga yang tertinggi diperoleh menggunakan perlakuan kadar gula
34% dan jumlah ragi 8 gram menggunakan hasil energi etanol sebesar 4159,54
kkal. berasal data tadi bisa dibandingkan menggunakan energi yg terpakai yaitu
tenaga elpiji yg sebesar 1688,2 kkal, adalah produksi bioetanol berbahan baku
molase menggunakan perlakuan diatas, serta dengan memakai bahan bakar gas
layak diproduksi karena hasil energi yg didapat etanol lebih besar berasal di
energi gas yg terpakai.
Sebelumnya kita harus mengetahui apa itu Bioetanol, Bioetanol merupakan
bahan bakar alternatif dalam bentuk cair Fermentasi bahan baku yang
mengandung glukosa atau polimer glukosa (polisakarida) dengan bantuan
mikroorganisme. Bahan baku yang dapat digunakan untuk membuat bioetanol
adalah Sumber daya terbarukan, seperti tanaman sumber karbohidrat Glukosa,
seperti tebu, sorgum, dan singkong, dan sumber selulosa (lignoselulosa) seperti
kayu, jerami, batang pisang, dll. Hampir 93% etanol dunia dihasilkan dari
bioetanol 8 Konversi biomassa anaerobik, sisanya adalah etanol Sintesis kimia
dari turunan minyak bumi Bioetanol diproduksi dari etanol sesuai SNI 7390:2012
Bahan nabati (mengandung gula, pati atau serat). etanol atau etanol dengan
Rumus kimia C2H5OH adalah zat kimia organik berwarna transparan dengan berat
molekul 46,07, titik didih 78oC, berbau khas etanol, cair pada suhu kamar
ruangan, mudah terbakar.

Bioetanol sebagai bahan bakar kendaraan Rasionya adalah 10% bioetanol


absolut: 90% bensin, campuran ini biasa disebut Bensin etanol E10. Molekul
etanol yang dihasilkan mengandung oksigen Pembakaran mesin lebih sempurna
sehingga menghasilkan emisi gas buang yang berkurang. Selain dari Plus,
bioetanol adalah bahan bakar tidak beracun yang tidak menghasilkan gas Karbon
dioksida, kompatibilitas yang lebih baik dengan kendaraan bensin atau diesel.
berlebihan Hal lain tentang bioetanol dibandingkan dengan bensin adalah bahwa
bioetanol aman untuk digunakan sebagai bahan bakar, etanol memiliki titik
nyala 3 kali lebih tinggi dari bensin. Bioetanol juga dapat mengurangi emisi gas
hingga 40-62%. Rumah kaca dibandingkan bensin. Teknologi produksi etanol
telah dikembangkan dan Terbagi menjadi generasi pertama, generasi kedua dan
generasi ketiga. pembuatan bioetanol Yang pertama terbuat dari bahan manis
dan bertepung seperti tetes tebu, Gula bit, singkong, jagung dan kentang. Pada
saat yang sama, generasi kedua lahir Dari bahan lignoselulosa seperti ampas
tebu, kayu dan jerami. Selain itu, ada bioetanol yang dihasilkan dari bahan ini
Ganggang dan rumput laut. Proses produksi bioetanol adalah konversi biomassa
melalui fermentasi Pencernaan anaerobik zat yang mengandung gugus glukosa.
proses fermentasi Umumnya terdiri dari tiga tahap yang relatif sederhana, yaitu
pembuatan gula terlarut, Fermentasi dan pemurnian etanol, biasanya dengan
distilasi. Prosesnya sederhana dan bahan bakunya mudah didapat Diharapkan
untuk dikenakan biaya yang sama atau lebih rendah dalam perbandingan dan
pengolahan bensin.
Setelah kita mengetahui bioetanol, kita akan mengenal apa itu tetes tebu.
Tetes tebu adalah produk limbah sisa kristalisasi berulang gula. Hal ini
membuat tidak mungkin untuk mengolahnya menjadi gula lagi. Tetes tebu masih
ada Mengandung 50% hingga 60% gula. Tetes tebu adalah hasilnya Produk
sampingan dari produksi sukrosa adalah cairan kental berwarna coklat Hitam.
Tetes tebu memiliki bau khas dan rasa manis Didapatkan dari pemisahan akhir
gula kristal dari rebusan tebu (Saccharum officinarum L), tanpa penambahan air
dan bahan lain. Tetes tebu merupakan salah satu asal daya alam yg melimpah
didukung dengan luas lahan perkebunan tebu yg semakin tinggi berasal tahun ke
tahun untuk produksi gula. di tahun 2012 produksi tetes tebu di Indonesia sebesar
388.11 ribu ton serta di tahun 2016 mengalami peningkatan lebih kurang 9.32%
sebagai 424.29 ribu ton. dari data tadi dapat disimpulkan bahwa ketersediaan tetes
tebu pada Indonesia telah terjamin. Selain itu tetes tebu pula mempunyai harga
yang murah serta tidak bersaing dengan bahan pangan utama lain yang dapat
dipergunakan sebagai bahan standar bioetanol mirip jagung serta kentang sebagai
akibatnya tetes tebu berpotensi menjadi bahan standar bioetanol. Tetes tebu
mengandung poly nutrisi yg dibutuhkan buat fermentasi sang mikroba, kandungan
utamanya yaitu gula (sukrosa, glukosa, dan fruktosa. Selain gula, ada beberapa
komponen lainnya yg terkandung pada tetes tebu yaitu protein, mineral atau abu
(kalium, kalsium, natrium, magnesium, tembaga, zat besi, mangan, seng, klorida,
dan sulfur), serta vitamin (biotin, asam folat, riboflavin, thiamin, dan niasin).
Beberapa komponen tersebut diperlukan buat pertumbuhan serta metabolisme
Saccharomyces cerevisiae. Komposisi tetes tebu dipengaruhi sang varietas tebu,
syarat iklim serta tanah, proses produksi, serta penyimpanan. Tetes tebu
digolongkan ke pada 3 jenis mutu, yaitu Mutu A (Fancy), Mutu B (Choice), serta
Mutu C (Standard). Syarat kadar 7 gula total menjadi invert minimal di mutu A
yaitu 60.0% (b/b), mutu B 52.0% (b/b), mutu C 47.0% (b/b). Tetes tebu mutu A
didapat sisa jus yg tidak bisa mengkristal serta berwarna bening ketika pertama
kali juz tebu dikristalisasi, Jika dipergunakan secara langsung tetes tebu mutu A
tak perlu dilakukan inversi, namun bila disimpan terlebih dahulu maka tetes tebu
perlu diinversi karena bisa mengkristal secara impulsif di tangki penyimpanan.
Tetes tebu mutu B atau biasa dikenal sebagai tetes tebu kedua artinya yang akan
terjadi yg diperoleh ketika kristalisasi kedua, tetes tebu mutu B pada umumnya
tidak mengkristal secara spontan namun hal ini tergantung pada kemurnian juz
tebu serta suhu penyimpanan. Tetes tebu kelas terakhir yaitu mutu C atau biasa
diklaim blackstrap yang diperoleh asal proses kritalisasi terakhir. Karbohidrat
dalam tetes tebu berupa sukrosa, glukosa, dan fruktosa bisa dipergunakan unuk
fermentasi secara eksklusif tanpa perlu perlakuan pendahuluan sebab sudah
berbentuk gula, tidak selaras dengan bahan standar berbasis pati yang
dipergunakan pada produksi alkohol seperti kentang serta jagung, atau bahan
standar berbasis lignoselulosa memerlukan proses perlakuan awal misalnya
menggunakan menambahkan enzim atau zat kimia untuk menghidrolisis bahan
standar menjadi gula yg bisa difermentasi. Konsentrasi gula yang terlalu pekat
dapat mensugesti pertumbuhan Saccharomyces cerevisiae sebab akan membuat
alcohol yang terlalu tinggi dan dapat Mengganggu pertumbuhan S. cerevisiae.
Maka berasal itu perlu dilakukan pengenceran menggunakan air supaya kadar
gulanya sesuai untuk pertumbuhan S. cerevisiae sampai mencapai 12-17%.

A. Pretreatment tetes tebu dengan Asam Sulfat


Tetes tebu mengandung kadar gula yang tinggi yaitu 44.90% maka asal itu
perlu dilakukan pengenceran dengan air hingga kadar gulanya berkisar 12-17%
agar sinkron buat pertumbuhan yeast. Selain gula, ada komponen non gula serta
pengotor yg terdapat pada tetes tebu keliru satu yang secara umum dikuasai
yaitu abu dengan kadar 10.21%, jenis abu yang terkandung pada tetes tebu
antara lain yaitu kalsium, kalium, magnesium. Selain itu ada beberapa anion
seperti SO42- , PO42- dan Cl- dan beberapa komponen senyawa organik yaitu
asam serta zat pewarna. Kalsium adalah salah satu mineral yang banyak
ditemukan di tetes tebu sehabis kalium yaitu sekitar 0.8% asal berat tetes tebu,
Kalsium pada tetes tebu ini dari dari proses pemurnian gula pada pembuatan
gula pasir di mana nira tebu dibubuhi menggunakan kapur (Ca(OH)dua) dan gas
karbon dioksida sebagai akibatnya terbentuk CaCO 3. Sedangkan konsentrasi
kalsium yg direkomendasikan buat proses fermentasi sang yeast yang optimal
yaitu sekecil mungkin dengan kisaran 10-20 ppm. pada saat fermentasi, yeast
mengkonversi sukrosa sebagai gula reduksi dengan memanfaatkan enzim
invertase yg disekresi asal yeast itu sendiri. Mengenai imbas ion kalsium pada
produksi etanol asal tetes tebu sang yeast, dijelaskan bahwa semakin banyak
kandungan ion logam seperti tembaga, kalsium, dan kalium dapat mengganggu
aktivitas enzim invertase. Hal ini dibuktikan menggunakan penelitiannya yaitu
di produksi etanol berasal larutan sukrosa 20% (b/v) menggunakan konsentrasi
kalsium 2.16% (b/v) dihasilkan akibat konsentrasi etanol sebesar 1.41% dan
efisiensi fermentasi sebesar 13.71%. tidak sama menggunakan perlakuan tadi,
perlakuan kontrol (konsentrasi kalsium 0%) didapatkan hasil konsentrasi etanol
yg lebih tinggi yaitu 10.39% menggunakan efisiensi fermentasi sebanyak
99.38%. Selain menjadi inhibitor, ion logam bisa sebagai toksik buat yeast serta
mempengaruhi kekuatan ionik serta pH berasal medium fermentasi. Maka dari
itu perlu dilakukan proses pretreatment pengurangan kalsium (dekalsifikasi) dan
abu serta pengotor lain buat memaksimalkan pertumbuhan yeast dan produksi
enzim invertase. Selain itu proses pretreatment jua dapat mengurangi
kontaminasi mikroorganisme yg ada di tetes tebu. Tahapan pertama pretreatment
yaitu pengenceran tetes tebu dengan akuades buat memudahkan proses
pretreatment, lalu dibubuhi asam sulfat 75% (v/v) sampai mencapai pH 2.8-3.3 .
Penambahan asam kuat bertujuan buat mengikat logam-logam serta senyawa
pengotor dalam tetes tebu. Ion SO 42- asal asam sulfat akan berikatan dengan ion-
ion positif dari logam sebagai akibatnya akan mengendap dan bisa dipisahkan.
Proses berikutnya yaitu proses pemanasan di suhu 900C selama lima menit.
Proses pemanasan dilakukan buat mempercepat reaksi pengikatan ion. Asam
sulfat juga dapat memecah struktur sukrosa sebagai glukosa dan fruktosa
sebagai akibatnya kadar gula reduksi bisa meningkat. kemudian diendapkan
selama 24 jam buat memaksimalkan endapan yg terbentuk sehingga ada dua
lapisan yaitu lapisan atas berupa cairan berwarna cokelat kehitaman serta lapisan
bawah berupa endapan kuning kecoklatan. Selanjutnya endapan dipisahkan
dengan cara filtrasi dan pH tetes 11 diatur pada pH lima menggunakan memakai
NaOH 50% menggunakan tujuan buat mengoptimalkan pertumbuhan yeast.

B. Saccharomyces cerevisiae
Proses utama pada produksi etanol artinya fermentasi. Fermentasi dapat
dilakukan sang berbagai mikroorganisme mirip fungi, bakteri, dan ragi.
Saccharomyces cerevisiae merupakan galat satu ragi yg poly dipelajari dan
dipergunakan baik di taraf industri juga rumah tangga, selain itu ada bakteri
Zymomonas mobilis yang dapat menghasilkan etanol. S. cerevisiae
menghasilkan etanol sebagai produk fermentasi utamanya. S. cerevisiae lebih
unggul asal bakteri, ragi lainnya, dan fungi filamen pada aneka macam
karakteristik fisiologis buat produksi etanol pada konteks industri. S. cerevisiae
dapat mentolerir kisaran pH yang relatif luas dengan syarat asam optimum
sehingga kemungkinan kerugian dampak kontaminasi bakteri bisa berkurang. S.
cerevisiae jua lebih toleran terhadap etanol dibandingkan dengan
mikroorganisme penghasil etanol lainnya. Khamir atau yeast artinya
mikroorganisme yang bersifat heterotropik, uniseluler, kandungan klorofil
rendah, serta bisa bermetabolisme secara aerobik maupun anaerobik. Khamir
dipengaruhi sang “Pasteur Effect”, yaitu khamir akan melakukan proses
fermentasi secara anaerob menggunakan pembentukan biomassa sel rendah serta
tinggi produksi etanol. Kebalikannya, Jika ada oksigen akan terjadi respirasi sel
secara aerob di mana jumlah biomassa sel tinggi dan kadar etanol rendah.
Khamir dapat ditemukan di alam, di tanah, di butir-buahan pada umumnya, dan
dapat terbawa oleh angin maupun serangga. Bentuk dari sel khamir dapat berupa
ovoid, bulat atau elips serta reproduksi secara vegetatif dengan cara membelah
diri menghasilkan spora ovoid atau bundar. Yeast artinya mikroorganisme yang
termasuk dalam golongan jamur berasal Ascomycota dan fungi Imperfecti. S.
cerevisiae secara alami beredar pada alam, tetapi spesies ini lebih sering
dikaitkan dengan proses fermentasi industri mirip bir, produksi roti dan etanol.
Meskipun pada syarat anaerob, yeast permanen dapat tumbuh ketika fermentasi.
Yeast bersifat anaerob fakultatif dan dapat tumbuh dengan 12 atau tanpa
oksigen. Jika ada oksigen, khamir mengonversi gula menjadi CO 2, tenaga, serta
biomassa. di syarat anaerob, terjadi fermentasi alkohol di mana pertumbuhan
yeast tidak efisien serta gula dikonversi menjadi produk samping intermediet
mirip etanol, gliserol, serta CO 2. Oleh karena itu, persediaan udara sangat
diperlukan di perkembangbiakan yeast supaya produksi biomassa sel optimum.
sumber karbon dan energi utama buat yeast di umumnya ialah glukosa, di mana
glukosa akan dikonversi melalui jalur glikolitik menuju piruvat dan di siklus
kreb diubah menjadi anabolit serta energi pada bertuk ATP. Diklasifikasikan
berdasarkan cara lebih lanjut buat memproduksi tenaga dari piruvat yaitu
respirasi dan fermentasi. Proses ini bisa terbentuk dipengaruhi oleh faktor
lingkungan, utamanya faktor konsentrasi glukosa dan oksigen. pada proses
respirasi, piruvat didekarboksilasi di mitokondria menjadi asetil-CoA yang
selanjutnya teroksidasi di siklus asam sitrat menjadi CO 2, tenaga, serta
intermediet yang dimanfaatkan untuk pertumbuhan yeast. di syarat anaerob,
glukosa dimanfaatkan secara perlahan buat menghasilkan tenaga yg dibutuhkan
hanya buat mempertahankan sel khamir supaya permanen hayati. Proses ini
diklaim fermentasi pada mana tak seluruh gula dioksidasi menjadi CO 2 dan
etanol. Ketika sel ragi direaksikan dengan kosentrasi glukosa yang tinggi akan
terjadi fokus katabolit, saat aktualisasi diri gen serta sintesis enzim respiratori
ditekan, fermentasi akan lebih dominan dibanding respirasi. pada praktek
industri, penekanan katabolit sang glukosa dan sukrosa dikenal menggunakan
sebutan pengaruh Crabtree yang dapat menyebabkan beberapa dilema seperti
fermentasi yg tidak rampung, berkembangnya off-flavours dan akibat samping
yang tak diinginkan seiring menggunakan berkurangnya biomassa serta vitalitas.
Khamir dapat memetabolisme banyak sekali macam substrat karbon tetapi jenis
gula primer yang dimanfaatkan merupakan glukosa, sukrosa, dan maltosa.
Sukrosa dimetabolisme sesudah dihidrolisis sebagai glukosa serta fruktosa oleh
enzim invertase ekstraseluler. Maltosa dipindahkan menuju sel oleh enzim
maltose permease dan dimetabolisme selesainya dihidrolisis menjadi dua
molekul glukosa sang maltase. pada umumnya elemen mirip N, P, S, Fe, Cu, Zn
dan Mn diharapkan oleh kebanyakan yeast serta umumnya ditambahkan pada
media 13 pertumbuhan. apabila khamir ditumbuhkan pada medium dengan
konsentrasi gula tinggi, maka tiga-20% glukosa yg tersedia akan diasimilasi,
sedangkan glukosa yg tersisa akan dimanfaatkan melalui jalur fermentasi.
Ketika etanol terakumulasi relatif poly pada dalam medium, maka pertumbuhan
sel khamir akan terhambat serta mengakibatkan sel mangkat . Meningkatnya
konsentrasi etanol dalam medium juga mengakibatkan struktur membran sel
berubah. Toksisitas terhadap etanol menghipnotis sel melalui perubahan di
membran fosfolipid dan melemahkan struktur membrane. Hal ini menyebabkan
isi sel keluar dan kemampuan fermentasi sel menjadi rusak.

C. Dry yeast
Pemanfaatan dry yeast pada produksi bioetanol dapat menyederhanakan
serangkaian proses operasi dan mengurangi risiko berasal kontaminasi bakteri.
Secara tradisional, sel khamir dibiakkan sampai jumlah sel yg diinginkan
tercapai buat proses fermentasi etanol. Proses ini diawali dengan inokulasi atau
kultivasi pada media supaya miring lalu dilakukan peningkatan skala kultivasi di
media cair buat menaikkan volume. menjadi alternatif, banyak perusahaan
memakai dry yeast komersial buat mengawali proses fermentasi etanol. aplikasi
dry yeast pada produksi etanol dapat meningkatkan kecepatan fase lag awal serta
mengurangi ketika proses kultivasi berkala. Food grade yeast yang seringkali
ditemukan adalah Saccharomyces cerevisiae, dikenal jua menjadi baker’s yeast
yang digunakan di seluruh global buat menghasilkan roti serta beberapa produk
bakery. Baker’s yeast diproduksi dengan memanfaatkan tetes tebu asal yang
akan terjadi samping industri gula menjadi bahan standar. Baker’s yeast segar
mengandung 30-33% bahan kering, 6,5-9.3% nitrogen, 40.6- 58.0% protein,
35.0-45.-% karbohidrat, 4.0-6.0% lipid, lima.0-7.lima% mineral serta beberapa
jenis vitamin tergantung di tipe dan syarat pertumbuhan. ada beberapa macam
baker’s yeast yaitu berbentuk cairan, krim atau bentuk yg dimampatkan, dan
active dry yeast. Active dry yeast terdiri dari butiran sel khamir kering yang
hidup menggunakan leavening power, sedangkan Instant Dry Yeast umumnya
berbentuk partikel yang 14 lebih halus dan tidak memerlukan proses rehidrasi
sebelum dipergunakan. Active dry yeast terdiri dari dua macam, yaitu regular
active dry yeast serta Instant Dry Yeast. Active dry yeast terbuat dari yeast
cream yang dipanaskan hingga dihasilkan 92-93% bahan kering. Ragi ini
berbentuk butiran kering (granular form). Pada aplikasinya, active dry yeast
wajib direhidrasi menggunakan air menggunakan suhu 105-110°F Bila
menginginkan aktivitas fermentasi yang maksimum. Sedangkan Instant Dry
Yeast didesain asal yeast cream yg dipanaskan serta dikeringkan hingga
mengandung 94-95% materi kemarau, berbentuk vermicelli (mirip potongan
pasta yg sangat pendek, mendekati butiran mungil yang halus). Aplikasinya
tidak perlu dilakukan rehidrasi terlebih dahulu. namun, eksklusif ditambahkan
ke dalam campuran untuk dicampur menggunakan bahan-bahan lainnya. Instant
active dry yeast ini stabil pada suhu ruang, namun pada suhu pada bawah 20°C
akan kehilangan kegiatan fermentasinya. Perkembang-biakan ragi secara industri
dilakukan dengan memanfaatkan limbah industri, utamanya tetes tebu,
menggunakan fermentasi berturut-turut. sehabis fermentasi, biomassa yeast
dipanen serta dilakukan proses lanjutan yaitu pembentukan konsentrat,
pengeringan, serta pengemasan.

D. Fermentasi Etanol
Produksi etanol bisa dilakukan secara in vitro serta in vivo sang mikroba yg
acapkali disebut fermentasi. Proses fermentasi alkohol pertama kali diuraikan
oleh pakar kimia Perancis, Louis Pasteur. Fermentasi alkohol adalah proses
konversi glukosa menjadi etanol (etil alkohol) dan CO 2. Fermentasi alkohol
artinya suatu proses metabolik pada mana substrat organik secara kimia berubah
akibat aktivitas enzim yang disekresi sang mikroorganisme. Piruvat merupakan
senyawa kunci pada glikolisis dan fermentasi alkohol pada S. cerevisiae.
Transport piruvat secara efisien pada S. cerevisiae hanya bisa dilakukan oleh
monokarboksilat permease. Enzim mengubah setiap molekul piruvat dari
glikolisis menjadi bentuk intermediet berupa asetildehid. NADH lalu
mentranspor elektron dan hidrogen ke asetaldehid sebagai akibatnya bentuk
intermediet 16 tadi berubah sebagai produk akhir fermentasi alkohol, yaitu
etanol. Proses fermentasi di umumnya memanfaatkan kegiatan mikroorganisme
mirip jamur maupun bakteri. Perbandingan mol antara glukosa serta etanol dapat
dipandang di reaksi berikut:

C6H12O6 → 2CO2 + 2C2H5OH + 54 kkal


(glukosa) (etanol)

S. cerevisiae menghasilkan etanol dari glukosa melalui jalur EMP (Embden


Meyenhoff Parnas) pada syarat anaerob yang ialah reaksi-reaksi fosforilasi serta
defosforilasi menggunakan ATP serta ADP sebagai donor aseptor fosfat, reaksi
pemecahan C6 menjadi 2 molekul C 3 yang terfosforilasi, reaksi oksidasi-reduksi
dan reaksi dekarboksilasi. Reaksi ini disebut glikolisis, pemecahan gula secara
anaerob hingga asam piruvat yang dilakukan sang kebanyakan jasad dari tingkat
tinggi sampai tingkat rendah. Reaksi glikolisis terjadi dalam sitoplasma dan
tidak memakai oksigen sebagai aseptor elektronnya, melainkan zat lain. Asam
piruvat memiliki kedudukan yang krusial karena ialah titik pusat berasal banyak
sekali reaksi pemecahan maupun pembentukan. Glukosa mengalami fosforilasi
menjadi glukosa-6-P serta fruktosa-6-P menggunakan ATP menjadi donor
fosfat. Fruktosa-6-P lalu dirubah menjadi fruktosa-1.6-pada-P lalu dipecah
menjadi 2molekul C3 yang terfosforilasi yaitu dihidroksiaseton fosfat dan
gliseraldehida-tiga-P. Dihidroksi aseton fosfat selanjutnya teroksidasi menjadi
gliserol fosfatkemudian diubah sebagai gliserol yg artinya metabolit sekunder.
Gliseraldehid-3-P tereduksi membentuk asam 1.tiga- difosfogliserat kemudian
mengalami difosforilasi sebagai 3-P-asam gliserat dengan melepaskan fosfat
danakseptor fosfat ADP membentuk ATP. Oksigen dibutuhkan untuk
memperbanyak sel, tetapi syarat harus anaerobik supaya proses fermentasi
memadai. taraf oksigen yang hiperbola dapat memicu impak lain, mirip oksidasi
lipida di membran mitokondria dan dimuntahkan asal dalam sel ragi. Oksigen
bertindak menjadi akseptor akhir elektron dalam fosfolirasi oksidatif dan
menjadi nutrisi penting pada buatan lipid. selesainya penambahan inokulum atau
starter di media, fermentasi etanol dimulai serta ada 3 tahapan yaitu tahap awal,
termin primer atau zenit, dan termin akhir atau komplementer. Sebelum proses
fermentasi, diharapkan proses respirasi sel untuk memperbanyak jumlah sel
yang akan dimanfaatkan buat proses fermentasi. Maka asal itu pembuatan starter
fermentasi atau seed culture perlu dilakukan 18 menggunakan cara aerasi dan
pemberian substrat dengan konsentrasi gula rendah. Proses aerasi cenderung
menyebabkan penurunan produksi etanol, karena khamir akan mengoksidasi
karbohidrat melalui respirasi sebagai akibatnya tingkat multiplikasi sel lebih
tinggi. Termin awal dimulai menggunakan hubungan awal ragi menggunakan
media fermentasi yang ditandai menggunakan dihasilkannya kabondioksida,
sedikit gelembung, sedikit peningkatan temperatur pada lingkungan fermentasi,
serta sedikit pembentukkan etanol. Termin ini singkat serta artinya tahapan pada
mana khamir mengalami fase adaptasi terhadap lingkungan barunya.
Selanjutnya yaitu tahap primer yang ditandai dengan meningkatnya produksi
etanol, karbondioksida, serta panas. termin ini merupakan tahap terlama berasal
ketiga tahapan fermentasi. Pada tahap ini jua terjadi pembentukan gelembung
serta peningkatan keasaman dan reduksi berasal densitas lingkungan menjadi
akibat dari konversi gula sebagai etanol. Termin terakhir yaitu tahap
komplementer di mana tingkat produksi CO 2 serta suhu menurun serta tidak ada
gelembung menjadi akibat asal habisnya asupan gula yang bisa difermentasi.
Bila fermentasi etanol normal, aroma yang dihasilkan berpenetrasi, enak, serta
menyengat, tergantung pada bahan standar yg dimanfaatkan menjadi media. Jika
bau tak lezat serta diluar pola ini maka dapat diindikasikan kemungkinan
terjadinya kontaminasi. Faktor yang mempengaruhi fermentasi antara lain yaitu
konsentrasi substrat, suhu fermentasi, keberadaan inhibitor, lama fermentasi,
serta adanya nutrisi tambahan yang diharapkan sang khamir.

E. Faktor yang mempengaruhi Fermentasi


Beberapa faktor bisa mensugesti performansi dari fermentasi etanol, antara
lain yaitu konsentrasi substrat, suhu fermentasi, eksistensi inhibitor, lama
fermentasi, dan adanya nutrisi tambahan yg diperlukan sang khamir. Berikut
adalah penerangan berasal masing-masing faktor:
a. Konsentrasi Gula / Konsentrasi
Substrat berdasarkan penelitian imbas konsentrasi gula reduksi awal
asal juz batang sorgum manis terhadap S. cerevisiae CICC 1308, Bila
konsentrasi gula awal ditingkatkan maka rerata taraf pertumbuhan
spesifik dan biomassa sel akan 19 terhambat sedangkan rerata tingkat
penyerapan substrat, produktivitas etanol, serta yield etanol akan
meningkat. Berdasarkan akibat penelitian memberikan bahwa pada
konsentrasi sumber gula 15% dan 20% dengan jumlah inoculum yang
sama, sel mengalami pertumbuhan secara signifikan. namun, di
konsentrasi asal gula 25% taraf pertumbuhan sel sangat rendah sebab
tingginya kandungan asal gula menyebabkan viskositas serta tekanan
osmotik dalam medium meningkat sehingga sel mengalami stres dan
metabolisme sel menurun. Kadar gula yg sinkron buat fermentasi etanol
menggunakan medium tetes tebu yaitu 18-20 o Brix. Jika media
mengandung konsentrasi gula yang terlalu tinggi bisa mengakibatkan
proses fermentasi tidak berjalan tepat karena bisa memakan ketika serta
mengakibatkan kehilangan kandungan gula sehingga taraf efisiensi lebih
rendah dalam proses distilasi. apabila syarat bahan baku medium
fermentasi sesuai buat khamir maka efisiensi fermentasi akan meningkat.
Total gula reduksi dalam beberapa konsentrasi bisa menyampaikan imbas
penghambatan yg sinergis buat metabolisme ragi. Konsentrasi gula bisa
menghipnotis pertumbuhan ragi serta produksi etanol, Jika tujuannya
memperbanyak jumlah sel maka konsentrasi gula yg diharapkan rendah
dan diberi aerasi. kebalikannya, walaupun terdapat oksigen, Jika
konsentrasi gula tinggi maka respirasi sel akan ditekan (impak Crabtree)
dan terjadi proses fermentasi dengan tujuan produksi etanol. tetapi kadar
gula yg terlalu tinggi bisa meningkatkan konsentrasi etanol secara
signifikan serta dapat menyebabkan tak rampungnya proses fermentasi
dampak osmotic stress yg dialami oleh yeast sehingga efisiensi
fermentasi berkurang. Osmotic tertekan di khamir bisa mengakibatkan
metabolism terhambat. Bila tingkat konsumsi gula yang dihasilkan terlalu
cepat atau terlalu lambat maka adanya kemungkinan ketidakseimbangan
diantara penambahan gula serta konsumsi gula sang yeast.

b. . Suhu fermentasi
Suhu sangat berpengaruh terhadap aktivitas enzimatis serta turgiditas
membran sel yeast. Yeast mikroorganisme mesofil serta suhu yang
memenuhi syarat di praktek industri berkisar antara 30 oC hingga 35oC,
menggunakan batasan suhu aporisma 38-40 oC. Literatur menyatakan
bahwa semakin tinggi suhu maka semakin tinggi jua impak
penghambatan etanol sebab kecepat produksi etanol 20 lebih tinggi
dibandingkan dengan kecepatan difusi melalui membran. Yeast yang
aktif serta toleran terhadap suhu tinggi sangat ideal buat industri
bioetanol. Ragi S. cerevisiae ITV-01 yeast yg diisolasi dari tetes tebu
membuat kadar etanol (58.4 g/l) optimal pada 30 oC dengan pH 3,5.
Selain itu riset lain menunjukkan bahwa S. cerevisiae BY4742 optimal di
suhu 30-40oC pada mana semakin tinggi suhu maka fase eksponensial sel
yeast akan lebih singkat. Produksi etanol dapat berkurang di suhu 50 oC,
hal ini bisa terjadi karena perubahan sistem transportasi sel yang bisa
menaikkan akumulasi toksin termasuk etanol pada sel. Selain itu suhu
yang terlalu tinggi bisa menyebabkan denaturasi enzim dan ribosom
serta dapat menyebabkan ketidakstabilan membran yg dapat merusak
proses fermentasi sang yeast.

c. Keberadaan Inhibitor
Salah satu inhibitor yang dapat merusak proses fermentasi tetes tebu
artinya ion logam mineral dan pengotor yang ada di tetes tebu. Kadar
abu di tetes tebu yaitu 10,21% , jenis abu yang terkandung dalam tetes
tebu diantaranya yaitu kalsium, kalium, magnesium. Selain itu ada
beberapa anion mirip SO 42- , PO42- Cl- serta beberapa komponen senyawa
organik yaitu asam serta zat pewarna. Kalsium merupakan keliru satu
mineral yang banyak ditemukan di tetes tebu sesudah kalium yaitu lebih
kurang 0.8% dari berat tetes tebu. pada saat fermentasi, yeast
mengkonversi sukrosa sebagai gula reduksi dengan memanfaatkan enzim
invertase yang disekresi dari yeast itu sendiri. Pengaruh ion kalsium di
produksi etanol dari tetes tebu sang yeast, dijelaskan bahwa semakin poly
kandungan ion logam seperti tembaga, kalsium, dan kalium bisa
mengganggu aktivitas enzim invertase. pada penelitian dilakukan
penambahan kalsium menjadi kalsium klorida pada tetes tebu
menggunakan penambahan 0.18%, 0.72%, serta dua.16% (b/v), terjadi
penurunan yg semakin signifikan terhadap produksi etanol seiring
menggunakan besarnya penambahan kalsium. Selain menjadi inhibitor,
ion logam dapat menjadi toksik buat yeast serta mempengaruhi kekuatan
ionik dan pH berasal medium fermentasi. Maka asal itu perlu dilakukan
proses pretreatment asam sulfat buat pengurangan kalsium (dekalsifikasi)
serta abu dan pengotor lain supaya pertumbuhan yeast serta produksi 21
enzim invertase lebih optimal. Selain itu proses pretreatment juga dapat
mengurangi kontaminasi mikroorganisme yg ada pada tetes tebu
d. Lama fermentasi
Lama waktu saat yang digunakan buat fermentasi tergantung pada
jenis substrat, suhu, pH dan mikroorganisme yg digunakan. Waktu
fermentasi juga sangat berpengaruh di proses fermentasi, semakin tinggi
konsentrasi sel menyebabkan waktu fermentasi lebih rendah, sebaliknya
konsentrasi sel yg rendah mengakibatkan saat fermentasi yang tinggi atau
lebih lama. Penelitian tentang bioetanol daun pisang dengan bakteri C.
thermocellum memberikan bahwa kadar bioetanol tertinggi 22% dicapai
di usai fermentasi lima hari. Sedangkan penelitian wacana bioetanol kulit
nanas menggunakan perlakuan awal hidrolisis menggunakan enzim
xilanase sang S. cerevisiae menggunakan kadar bioetanol tertinggi
lima.22% dicapai di lama fermentasi 1 hari.
e. pH
Khamir ialah mikroorganisme yang bekerja optimum pada kisaran pH
yang luas, kisaran pH terbaik buat yeast artinya 4,0-4,5. Berdasarkan
penelitian menyatakan bahwa pH optimum untuk S. cerevisiae BY4742
yaitu pada kisaran 4,0 – 5,0. Bila pH lebih rendah dari 4,0 maka saat
inkubasi dapat lebih lama walaupun konsentrasi etanol tak berkurang
secara signifikan, sedangkan Jika pH pada atas 5,0 maka konsentrasi
etanol dapat berkurang relatif banyak. Pembentukan asam asetat
meningkat Bila pH di bawah 4,0 serta pada pH pada atas 5,0 asam butirat
akan diproduksi. Tingkat pH sangat penting diperhatikan di proses
fermentasi karena dipergunakan menjadi kontrol kontaminasi bakteri,
impak pertumbuhan khamir serta tingkat fermentasi. Fermentasi sukrosa
lebih ditentukan sang pH daripada glukosa, karena aktivitas invertase
pada ragi lebih dipengaruhi oleh taraf pH rendah daripada potensi
fermentasi.

f. Suplementasi eksternal asal nitrogen S. cerevisiae


Konsentrasi asal penambahan nutrisi buat media fermentasi
merupakan galat satu faktor krusial buat membentuk syarat optimal
proses fermentasi etanol. Yeast membutuhkan syarat media fermentasi
yg mengandung asal karbon seperti glukosa dan fruktosa, selain itu
diperlukan jua kandungan vitamin, 22 nitrogen, fosfor, sulfur, kalium,
magnesium, kalsium, seng, zat besi, tembaga dan lain lain pada jumlah
yg sangat mungil. sumber nitrogen yang memadai krusial buat sintesis
asam amino serta protein dan buat pertumbuhan dan fisiologi ragi.
Unsur karbon dapat menaikkan tenaga dan biosintesis, sedangkan
sumber nitrogen dipergunakan buat mempercepat pertumbuhan sel pada
fermentasi. Penambahan nutrisi berupa sumber nitrogen eksternal
seperti yeast extract, malt extract, pepton, dan ammonium sulfat atau
(NH4)2SO4 di media pertumbuhan dapat meningkatkan produksi etanol
sang S. cerevisiae. Penambahan nutrisi bisa menaikkan pemanfaatan
gula sehingga kemungkinan kadar etanol yang dihasilkan akan lebih
tinggi jika medium substrat disuplementasi. Yeast extract diproduksi
dengan cara memecah sel yeast dengan menggunakan enzim endogen
ataupun eksogen. Kandungan asam amino, peptida, nukleotida, dan
kofaktor penting seperti vitamin B (biotin serta riboflavin) yang ada di
yeast extract bisa mengoptimalkan pertumbuhan yeast sehingga
produksi etanol pun bisa semakin tinggi, oleh karena itu yeast extract
baik digunakan menjadi suplemen di media kultur.

F. Cara Pembuatan Etanol


Secara umum alkohol merupakan etanol dengan rumus kimia C2H5OH. Zat cair
jernih ini tak berwarna, berbau khas, mudah terbakar dan mudah bercampur
dengan air. Proses pengolahan etanol dapat dilakukan dengan dua cara.
1. Sintesis
Pada cara sintesis dilakukan dengan menggunakan reaksi kimia yang
mengubah bahan baku menjadi alkohol. Contoh reaksi hidrasi etilena yang
merupakan hasil sampingan pada proses penyulingan minyak bumi.
Reaksi: C2H4 + H2O → C2H5OH
2. Fermentasi
Cara ini dilakukan dengan menggunakan aktifitas mikroba. Bahan yang
mengandung karbohidrat harus dihidrolisis terlebih dahulu sebelum
difermentasi. Proses pembuatan etanol dengan bahan baku tanaman yang
mengandung pati atau karbohidrat dilakukan dengan dua tahapan yaitu:
a. Proses Sakarifikasi Pada tahap ini tepung atau pati diubah menjadi
gula sederhana yaitu glukosa dan sebagian fruktosa.
b. Proses fermentasi alkohol Pada tahap ini merupakan tahap lanjutan
yaitu mengubah glukosa hasil sakarifikasi menjadi etanol dengan
melibatkan mikroorganisme.
3. Ekstraksi
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan (pemisahan) kandungan yang dapat
larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair.
Ekstraksi merupakan salah satu langkah untuk mendapatkan senyawa dari
sistem campuran. Berdasarkan fasanya, ekstraksi dikelompokkan menjadi
ekstraksi cair-cair dan padat cair. Ekstraksi cair-cair dilakukan untuk
mendapatkan senyawa dalam campuran berfasa cair dengan pelarut lain
yang fasanya cair juga. Prinsip dasar pemisahan ini adalah pemisahan
senyawa yang memiliki perbedaan kelarutan pada dua pelarut yang
berbeda.Ekstraksi padat cair dilakukan bila ingin memisahkan suatu
komponen dalam suatu padatan dengan menggunakan suatu pelarut cair.
4. Fermentasi
Fermentasi merupakan proses mikrobiologi yang dikendalikan oleh manusia
untuk memperoleh produk yang berguna, dimana terjadi pemecahan
karbohidrat dan asam amino secara anaerob. Peruraian dari kompleks
menjadi sederhana dengan bantuan mikroorganisme sehingga menghasilkan
energi.
Fermentasi berdasarkan atas kebutuhan O 2 dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Fermentasi Aerob (Proses Respirasi) Fermentasi Aerob adalah disimilasi
bahan-bahan yang disertai degan pengambilan oksigen. Bahan energi
yang paling banyak digunakan mikroorganisme untuk tumbuh adalah
glukosa. Dengan adanya oksigen maka mikroorganisme dapat mencerna
glukosa menghasilkan air, kanbondioksida dan sejumlah besar energi.
b. Fermentasi Anaerob Fermentasi anaerob adalah fermentasi yang tidak
membutuhkan adanya oksigen, beberapa mikroorganisme dapat
mencerna bahan energinya tanpa adanya oksigen. Dari fermentasi
tersebut hanya sebagian energi yang dipecah dan sebagian energi yang
dihasilkan yaitu air, termasuk asam laktat, asetat, etanol, asam, volatil,
alkohol dan ester. Yang paling berpengaruh terbentuknya bioetanol
adalah proses fermentasi. Dikarenakan proses fermentasi merupakan
proses perubahan gula yang dilakukan ragi atau bakteri saccharomyces
cereviseae berupa proses pelepasan ikatan kimia rantai karbon dari
glukosa, fruktosa dan sukrosa. Pelepasan itu dilakukan satu demi satu,
kemudian secara kimiawi menjadi etanol, gas karbon dioksida dan
menghasilkan panas. Glukosa (gula sederhana) dihasilkan oleh tumbuhan
atau tanaman :

6 CO2 + 6 H2O + cahaya matahari → C 6H12O6 + 6O2


Pada proses fermentasi etanol, glukosa akan dipecah menjadi etanol dan karbon
dioksida : C6H12O6 → CH3CH2OH + 2 CO2 + panas Selama proses fermentasi,
ragi atau bakteri saccharomyces cereviseae bekerja pada siang tiada henti yang
penting mendapatkan panas sehingga menghasilkan/mengeluarkan panas
(kenaikan suhu) pada proses fermentasi atau fermentor.
a. Proses Distilasi
Distilasi atau penyulingan merupakan suatu metode pemisahan bahan kimia
berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap bahan. Proses
distilasi merupakan proses pemisahan antara alkohol yang tercipta dalam
proses fermentasi dengan bahan lain (air, dll) melalui proses penyulingan atau
pemisahan dengan cara memanaskan pada suhu 78o C sehingga terjadi
penguapan dan mengalir ke wadah berupa etanol cair. Hasil penyulingan
masih menghasilkan etanol 95% ,untuk mendapat kadar etanol 99% maka
harus dilakukan pemisahan kedua (distilasi) dengan cara menambah CaO
(kapur tohor) yang berfungsi menyerap kadar air yang tersisa sehingga dapat
diperoleh etanol dengan kadar 99%.

b. Pembuatan dan perancangan fermentor bioetanol


Rancangan fermentor bioetanol memiliki beberapa syarat yang harus dipenuh
sebagai tangki atau wadah dimana menjadi tempat fermentasi yang mengubah
bahan dasar/baku menjadi produk biokimia atau tanpa produk sampingan,
yaitu:
1. Tahan karat, yang dimana diharapkan mencegah kontaminasi logam
selama terjadinya proses fermentasi berlangsung.
2. Harus kuat, untuk sterilisasi berulang kali pada tekanan uap tinggi.
3. Vakum atau kedap udara, karena proses fermentasi yang digunakan
adalah fermentasi anaerob atau fermentasi tanpa udara/oksigen.
Perancangan fermentor bioetanol ini meliputi tiga komponen, yaitu
tangki penampung, tangki bahan dan penutup tangki yang mana ketiga
komponen tersebut terbuat dari drum minyak berbahan dasar plat besi.
Pemilihan bahan berupa plat besi dikarenakan lebih kuat, mampu
menyerap panas atau temperatur tinggi, tidak mudah pecah jika
dibandingkan dengan galon berbahan plastik yang dimana kurang kuat
atau mudah pecah dan tidak mampu menahan temperatur dan tekanan
yang tinggi.

c. Prosedur Pembuatan Bioetanol berbahan tetes tebu


Pembuatan bioetanol berbahan tetes tebuTebu ialah saripati dalam
bentuk cairan/air. Berikut adalah tahap-tahap pembuatan bioetanol
berbahan tebu:
1. Penggilingan Penggilingan tebu dilakukan agar air/saripati dari tebu
dapat keluar dalam berupa air.
2. Penambahan Urea dan NPK Urea dan NPK berfungsi sebagai nutrisi
ragi. Gerus urea dan NPK ini sampai halus, kemudian ditambahkan ke
dalam larutan molasses dan diaduk.
3. Penambahan Ragi Bahan aktif ragi roti adalah Saccharomyces
cereviseae. Ragi roti diberi air hangat-hangat kuku secukupnya.
Kemudian diaduk-aduk perlahan hingga tampak sedikit berbusa. Setelah
itu baru dimasukkan ke dalam fermentor, fermentor ditutup rapat.
4. Fermentasi Proses fermentasi akan berjalan beberapa jam setelah semua
bahan dimasukkan ke dalam fermentor. Fermentasi selesai/berakhir jika
tidak ada gelembung-gelembung air yang dihasilkan pada tahap proses
fermentasi.
5. Distilasi Untuk memisahkan antara kandungan etanol dan air, lakukan
distilasi atau penyulingan. Panaskan campuran air dan etanol pada
temperatur 78 o C atau setara titik didih etanol.
6. Dehidrasi Setelah proses distilasi, lakukan dehidrasi atau penghilangan
air yang dimana menghilangkan air dengan penambahan kapur tohor
(CaO) dan diamkan 1-2 hari setelah itu distilasi lagi.

Dari hasil pembahasan yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Tetes dapat dijadikan bioetanol atau bahan bakar pengganti bensin dengan
sesuai kadar perbandingan.
2. Kadar ragi yang sesuai dalam pembuatan bioetanol terhadap tebu dan ubi
jalar adalah ragi variasi 3 (30 gram).
3. Pengaruh kadar etanol yang dihasilkan dipengaruhi oleh berapa banyak
ragi yang digunakan. Volume etanol tebu rata-rata 92,375 ml dengan
kadar alkohol 9% pada proses fermentasi serta kadar alkohol 99% setelah
proses distilasi dan volume etanol ubi jalar rata-rata 91 ml dengan kadar
alkohol 9% pada proses fermentasi serta kadar alkohol 99% setelah proses
distilasi.
4. Performa motor terbaik dengan pembebanan dan tanpa pembebanan
diperoleh pada bioetanol tebu dengan komposisi E10 (10% etanol dan
90% bensin).

2. PEMBUATAN BIOGAS DARI BAHAN BAKU SAMPAH SAYURAN

Penerapan sistem peternakan terpadu dengan pendekatan teknologi biogas


artinya galat satu teknologi tepat guna buat memasak limbah peternakan.
Teknologi ini memanfaatkan mikroorganisme yang tersedia di alam buat
merombak dan mengolah berbagai limbah organik yang ditempatkan di ruang
kedap udara (anaerob). akibat proses perombakan tersebut dapat membuat
pupuk organik cair serta padat bermutu berupa gas yang terdiri berasal gas
metana (CH4) serta gas co2 (CO2). Gas tersebut dapat dimanfaatkan sebagai
bahan bakar gas (BBG) yg biasa dianggap dengan biogas. energi biogas
merupakan salah satu dari banyak macam sumber tenaga terbarukan, sebab
energi biogas dapat diperoleh berasal air buangan tempat tinggal tangga,
kotoran cair asal peternakan ayam, sapi, babi, sampah organik dari pasar,
industri kuliner dan limbah buangan lainnya. Produksi biogas memungkinkan
pertanian berkelanjutan dengan sistem proses terbarukan dan ramah
lingkungan. pada umumnya, biogas terdiri atas gas metana kurang lebih 55-
80%, dimana gas metana diproduksi berasal kotoran binatang yang
mengandung energi 4.800-6.700 Kcal/m3, sedangkan gas metana murni
mengandung energi 8.900 Kcal/m3. Sistem produksi biogas mempunyai
beberapa keuntung-an, yaitu
(a) mengurangi pengaruh gas rumah kaca,
(b) mengurangi polusi bau yang tidak sedap,
(c) sebagai pupuk,
(d) produksi daya dan panas.
aKotoran sapi, memiliki kandungan bahan organik yang cukup tinggi,
teknologi pembuatan biogas dari kotoran sapi, merupakan teknologi yang
sudah banyak dikenal di masyarakat, diperlukan pengenceran untuk
memperoleh % berat TS (Total Solid) yg sinkron. Penggunaan substrat
campuran sampah sayur sawi putih dan kotoran sapi diharapkan akan
menaikkan produksi biogas dari sampah sayur sawi putih juga produksi biogas
berasal kotoran sapi. Sawi putih (Brassica rapa convar) mempunyai kandungan
asam-asam amino yg adalah asal nitrogen yang diperlukan oleh mikroorganisme
buat pertumbuhan sel Kombinasi adonan kotoran sapi serta sampah sayur sawi
putih dengan komposisi tertentu akan mendapatkan pH 7 yang artinya pH yg
sesuai buat pembentukan biogas. Sampah apapun jenis serta sifatnya,
mengandung senyawa kimia yg sangat diharapkan manusia secara pribadi
maupun tak eksklusif. namun yang terpenting, bagaimana kita dapat
menggunakan serta memanfaatkan sampah tersebut. Pemanfaatan sampah
diantaranya menjadi asal pupuk organik, misalnya kompos yg sangat diharapkan
oleh petani, selain itu jua berfungsi menjadi asal humus. Manfaat lain yang
mampu diambil berasal sampah artinya bahan penghasil biogas. Penggunaan
sampah buat penyediaan tenaga sudah usang dicoba, misalnya saja bahan bakar
buat penggerak mesin pembangkit listrik. Sampah juga dijadikan bahan standar
buat proses fermentasi non alkohol dalam pembuatan biogas. Konflik utama
kebersihan yg selama ini masih belum terselesaikan secara tuntas, galat satunya
merupakan sampah. Kebersihan dapat terjaga dengan pengelolaan sampah
terpadu. Pengelolaan sampah yang selama ini dilakukan hanya berupa
penimbunan sampah secara besar-besaran tanpa ada pemilahan atau pun
pengelolaan sampah lebih lanjut. Pemilahan sampah berdasarkan jenisnya,
organik serta non-organik, pendaurulangan sampah, pembakaran sampah di suhu
sangat tinggi, ataupun penggunaan reaktor biogas buat mendegradasikan sampah
ialah beberapa cara pengelolaan sampah secara terpadu yang dapat dilakukan
buat menggantikan penimbunan sampah yang membuat banyak perseteruan.
Pengolahan sampah yang dilakukan dengan cara penimbunan sangat beresiko
mencemari udara serta tanah. Pencemaran udara yg bisa ditimbulkan berasal
penimbunan sampah yaitu aroma yg tidak sedap serta penghasilan gas metan
yang adalah keliru satu penyebab dampak tempat tinggal kaca. Aroma sampah
yg tidak sedap sangat menghambat aktivitas rakyat. pengaruh rumah kaca yg
terjadi pada atmosfer bumi, bisa menyebabkan pemanasan global yang
dampaknya telah mulai kita rasakan sekarang. Sedangkan pencemaran tanah
dapat terjadi sebab penghasilan lindi yang sangat beracun oleh timbunan
sampah. Lindi adalah cairan hitam berancun yang bisa meracuni air tanah serta
menurunkan taraf kesuburan tanah.Pemanfaatan reaktor biogas dalam
pengelolaan sampah organik dapat menurunkan resiko pencemaran udara
maupun tanah. Hal ini dikarenakan proses yang terjadi pada reaktor biogas tidak
menyebabkan bau yang menyengat, sebagai akibatnya aktivitas rakyat tidak
terganggu. Selain itu, gas metan yg didapatkan bisa ditampung serta
dimanfaatkan buat banyak sekali keperluan sebagai akibatnya tidak eksklusif
terbang ke udara. Lindi yang dihasilkan oleh proses degradasi sampah pun
tertampung dalam reaktor yang berguna buat memperbesar produksi biogas di
reaktor. Secara sederhana, jenis sampah bisa dibagi berdasarkan sifatnya yaitu
sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik atau sampah basah
adalah sampah yang dari dari makhluk hayati, sampah ini sangat simpel buat
terurai (degradable) secara alami mirip dedaunan serta sampah dapur.
Sedangkan sampah anorganik atau sampah kering merupakan sampah yang tidak
bisa terurai (undegradable) seperti plastik, logam, karet,kaleng, dll.
terdapat prinsipnya, teknologi biogas adalah teknologi yang memanfaatkan
Pertumbuhan penduduk menyebabkan pertambahan jumlah sampah. Semakin
poly jumlah penduduk dalam suatu kota, maka semakin kompleks jua kegiatan
serta usahanya, sehingga akan semakin akbar jua perseteruan sampah yg wajib
ditanggulangi. Pengembangan bioenergi mirip biogas ialah salah satu langkah
buat mengurangi ketergantungan warga terhadap sumber-sumber tenaga yang
tidak dapat diperbaharui. Biogas adalah keliru satu tenaga yang dapat
dikembangkan mengingat bahan bakunya relatif tersedia dan terbarukan,
sehingga sangat mungkin untuk menggantikan LPG (Liquefied Petroleum Gas),
premium, minyak tanah, minyak solar, minyak diesel yang harganya semakin
mahal yg membebani warga menengah kebawah. Biomasa yang mengandung
kadar air yang tinggi seperti kotoran hewan serta limbah pengolahan pangan
cocok dipergunakan buat bahan baku pembuatan biogas. Limbah peternakan
artinya galat satu sumberbahan yang bisa dimanfaatkan buat membuat biogas,
ada interim perkembangan atau pertumbuhan industri peternakan menyebabkan
masalah bagi lingkungan, sebab menumpuknya limbah peternakan. Polutan yg
ditimbulkan oleh dekomposisi kotoran ternak yaitu BOD dan COD
(Biological/Chemical Oxygen Demand), bakteri patogen, polusi air
(terkontaminasinya air bawah tanah, air bagian atas), debu, serta polusi bau .
pada poly negara berkembang, kotoran ternak, limbah pertanian, dan kayu bakar
digunakan menjadi bahan bakar. Polusi asap yangdiakibatkan oleh pembakaran
bahan bakar tersebut menyebabkan masalah kesehatan yang serius dan harus
dihindarkan. juga yang paling menjadi perhatian yaitu emisi metan serta
karbondioksida yang mengakibatkan dampak rumah kacadan menghipnotis
perubahan iklim dunia. Biogas yg telah dikenal tadi diolah berasal kotoran
ternak dalam keadaan kedap udara. Secara Ilmiah, biogas yg didapatkan asal
sampah organik merupakan gas yg simpel terbakar. Gas ini didapatkan asal
fermentasi bahan – bahan organik oleh bakteri anaerob. umumnya semua jenis
bahan organik bisa diproses buat membentuk biogas. namun hanya bahan
organik baik padat maupun cair yg cocok buat sistem biogas sederhana. Bila
sampah – sampah organik tersebut membusuk, akan dihasilkan gas metana
(CH4) dan Karbondioksida (CO 2). Tetapi hanya CH4 yang dimanfaatkan bahan
bakar. Biogas sebagian besar mengandung gas metana (CH 4) dan
karbondiokasida (CO 2). tenaga yg terkandung pada biogas tergantung dari
konsentrasi metana (CH 4). meningkat kandungan metana maka semakin akbar
kandungan energi pada biogas.

A. CARA PEMBUATAN BIOGAS DARI SAMPAH SAYURAN


Tahap I :
1. Sampah Sayuran dicampur air kemudian dicacah sampai halus kemudian
dimasukkan kedalam erlemeyer berkapasitas 500 ml.
2. sehabis Bahan tercampur semua maka masukkan EM-4 sebanyak 20 ml ke
dalam Erlemeyer, lalu kocok hingga merata. Pasang selang gas.

Tahap II :
1. Sampah Sayuran dicampur air kemudian dicacah hingga halus lalu
dimasukkan kedalam erlemeyer berkapasitas 500 ml. dua. sehabis Sampah
Sayuran dimasukkan ke dalam Erlemeyer berkapasitas 500 mililiter
yangberisi Kotoran Ternak terustambahkan EM-4 sebanyak 20 ml
kemudian campurkan dan kocok hingga merata. 3. kemudian dibiarkan
dan diamati produksi gas tiap hari.

Tahap Pertama dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan komposisi terbaik


antara sampah pasar dan air dipandang dari produksi gas yg dihasilkan berasal
dari tahap 1 ke 2 dilakukan untuk mendapatkan komposisi terbaik (Rasio)
sampah pasar dan sampah organik..

konflik sampah masih menjadi problem yg hingga kini belum terlihat


pemecahannya. Upaya yg ketika ini sudah dilakukan mirip menyediakan TPS
(tempat Pembuangan Sampah) sementara juga Akhir, seolah hanya sebagai
upaya untuk memindahkan penumpukan sampah berasal satu lokasi ke lokasi yg
lain. berdasarkan data Indonesia National Plastic Action Partneship yg dirilis
April 2020, sebanyak 67,dua juta ton sampah Indonesia masih menumpuk setiap
tahunnya, serta 9 persennya atau lebih kurang 620 ribu ton masuk ke sungai,
danau serta laut. pada Indonesia diperkirakan sebanyak 85.000 ton sampah
didapatkan per harinya, menggunakan asumsi kenaikan jumlah mencapai
150.000 ton per hari di tahun 2025. Jumlah ini didominasi sang sampah yang
dari dari tempat tinggal tangga, yg berkisar antara 60 hingga 75 %.
1. Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada kota Magelang, diperoleh
berita bahwa timbulan sampah permukiman perkapita harian adalah
sebanyak 2,58 liter/orang/hari, setara menggunakan 0,304 Kilo
Gram/orang/hari. Sedangkan komposisi sampah yg terjadi artinya
54,97% organik dan 45,03% anorganik. Sampah organik sendiri terdiri
berasal 12,65% sampah daun, 40,18% sisa makanan, dan 2,14%
ranting/kayu. Sedangkan sampah anorganik terdiri dari 10,37% kertas,
16,31% plastik, dua,23% logam, 2,86% kaca/keramik, dua,27%
karet/kulit,dua,54% kain, serta 8,47% lain-lain (pampers, pembalut, dll)
2. salah satu upaya buat menuntaskan permasalahan sampah tersebut
artinya menggunakan memanfaatkannya menjadi bahan standar biogas.
Biogas dimanfaatkan menjadi cara lain bahan bakar di tempat tinggal .
Biogas mampu menggantikan gas yg dipergunakan buat mengolah.
Selain itu, biogas juga bisa dimanfaatkan buat penjelasan dan listrik.
Generator listrik bisa memanfaatkan energi yg bersumber berasal biogas.
galat satu pemanfaatan biogas yang telah dilakukan dalam skala besar
mirip yg sudah dilakukan pada Desa Urutsewu, Ampel, Jawa Tengah.
warga yang sebagian besar artinya peternak sapi yaitu sebanyak 120
peternak, tidaklah kesulitan dalam mencari bahan dasar dalam
pembuatan biogas. kotoran sapi tadi diendapkan ke dalam digester biogas
supaya menghasilkan gas
3. Hanya saja, kali ini sebagai bahan utamanya menggunakan sampah
rumah tangga, khususnya sampah organic. Sampah yang dipergunakan
adalah sayur-sayuran. Analisa Matematis yang akan terjadi Biogas asal
Sampah Sayuran berdasarkan disparitas Jumlah Bahan sisa yg tidak
dimasak pada tempat tinggal tangga. hasil analisis laboratorium terhadap
limbah sayuran diperoleh bahwa limbah sayuran mengandung kadar air
88,78%; pH 7,68; serta rasio C/N 33,56
4. Selain itu, tentu saja sayuran residu tadi masih mengandung zat mirip
Protein, Serat, Vitamin, serta Mineral
5. energi biogas ialah galat satu asal banyak macam asal energi alternative
erbarukan. Biogas bisa diperoleh asal air buangan tempat tinggal tangga,
kotoran cair berasal peternakan, sampah organik, industri kuliner serta
limbah buangan lainnya. di umumnya, biogas terdiri atas gas metana
lebih kurang 55-80%. Gas metana yg diproduksi berasal kotoran hewan,
mengandung energi 4.800-6.700 Kcal/m3. Gas metana murni
mengandung energi 8.900 Kcal/m3. Sistem produksi biogas memiliki
beberapa laba,yaitu : mengurangi pengaruh tempat tinggal kaca,
mengurangi polusi bau, sebagai pupuk, produksi daya serta panas [6].
dari ilustrasi diatas, peneliti ingin melakukan penelitian ihwal pembuatan
biogas menggunakan menggunakanbahan standar sampah organic tempat
tinggal tangga. Sampah organic tadi artinya sampah sisa sayuran yang
didapatkan oleh tempat tinggal tangga. sebagai akibatnya jenis sayuran
yg dipergunakan tak hanya satu jenis, tapi campuran asal beberapa jenis.
Tujuan asal penelitian ini artinya untuk mengamati rumus umum
persamaan secara matematis asal akibat biogas yg dihasilkan oleh limbah
organic sayuran.

Anda mungkin juga menyukai