Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Bahan bakar fosil seperti bahan bakar minyak, gas dan batu bara masih merupakan
sumber energi paling banyak digunakan saat ini. Kemudahan dan harganya yang
masih relatif terjangkau menjadi pertimbangan utama penggunaannya. Kelemahan
utama bahan bakar fosil adalah sumber polusi dengan emisi karbonnya yang sedang
gencar diupayakan pengurangannya, dan ketersediannya yang semakin berkurang.
Persediaan bahan bakar minyak didunia diperkirakan akan habis dalam kurun 120
tahun mendatang, dan persediaan bahan bakar minyak di Indonesia akan habis
dalam kurun 10 tahun mendatang. Saat ini harga BBM dipastikan akan melonjak
tinggi sesuai hukum pasar.
Oleh karena sifat BBM yang tidak dapat diperbaharui dan kurang ramah
lingkungan. Maka diperlukan usaha menawarkan sumber daya alam baru dan
penelitian rekayasa untuk memperoleh sumber energi alternatif yang ramah
lingkungan dan dapat diperbaharui. Terdapat sumber sumber energi alternatif
selain bahan bakar fosil, salahsatunya adalah bioetanol yang sudah digunakan
sebagai campuran bensin dengan nama gasohol. Bioetanol dapat dibuat dari bahan-
bahan yang mengandung karbohidrat dengan teknik fermentasi menggunakan
bakteri tertentu. Oleh karena itu peneliti mengambil judul ini karena dapat
mengurangi penggunaan bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah penelitian diatas dapat dirumuskan
permasalahan yang akan ditinjau dalam penelitian ini yaitu :
1. Bagaimana metode sederhana dalam pembuatan bioetanol dari kulit singkong ?

C. Tujuan Penelitian
1. Mengatahui metode sederhana dalam pembuatan bioetanol dari kulit singkong.

D. Manfaat Penelitian
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini akan memberi manfaat bagi masyarakat.
Yaitu mendapatkan cara sederhana untuk memanfaatkan limbah singkong dengan
dibuat menjadi bahan bakar alternatif menggunakan metode fermentasi.
Manfaat untuk yang membaca dapat mengetahui bahwa singkong dapat dibuat
bioetanol yang dapat mengurangi penggunaan bahan bakar minyak (BBM) di
Indonesia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Bioetanol

Bioetanol adalah etanol (Alkohol yang paling dikenal masyarakat) yang dibuat
dengan fermentasi yang membutuhkan faktor biologis dan prosesnya. Bioetanol
tidak berwarna dan tidak berasa tapi memiliki bau yang khas. Bahan ini dapat
memabukan jika diminum karena sifatnya yang tidak beracun ini banyak dipakai
sebagai pelarut dalam dunia farmasi dan industri makanan dan minuman.

Pengenalan bioetanol merupakan upaya untuk mengurangi penggunaan bahan


bakar minyak (BBM) di Indonesia.

B. Manfaat Bioetanol

Sebagai bahan bakar substitusi BBM pada motor berbahan bakar bensin.

Motor atau mobil yang menggunakan bahan bakar campuran bioetanol kerja
mesinnnya lebih bagus. Bisa membuat kendaraan sanggup menempuh jarak lebih
jauh.

Gas buang bioetanol lebih sedikit polusinya. Itu karena buang bioetanol melepas
karbon dioksida lebih banyak daripada karbon monoksida.

Percampuran bioetanol juga bisa menghemat penggunaan bensin. Dalam setahun


kita bisa menghemat bensin sebanyak 1,5 juta kilo liter.

Pembakarannya lebih sempurna. Asapnyapun lebih ramah lingkungan dan tanaman


ini dikenal gampang hidup.
C. Cara Membuat Bioetanol
1. Mengupas singkong segar, semua jenis dapat dimanfaatkan kemudian
membersihkan dan mencacah berukuran kecil.
2. Mengeringkan singkong yang telah di cacah hingga kadar air maksimal 16%
sama dengan singkong yang dibuat gaplek. Tujuan pengeringan ini untuk
pengawetan sehingga prosuden dapat menyimpan sebagai cadangan bahan
baku.
3. Memasukan 25 Kg gaplek kemudian memasukan kedalam tangki berkapasitas
120 liter. Kemudian memasukan air hingga mencapai volume 100 liter dan
memanaskan gaplek hingga suhu 100C sama diaduk selama 30 menit sampai
mengental menjadi bubur.
4. Memasukan bubur gaplek kemudain memasukan kedalam tangki skarifikasi.
Skarifikasi merupakan peroses penguraian pati menjadi glukosa. Setelah
dingin memasukan cendawan aspergillus Sp yang akan menguraikan pati
menjadi glukosa. Untuk menguraikan 100 liter bubur pati singkong
memerlukan 10 liter larutan cendawan. Aspergillus 10% dari total bubur.
Konsentrasi cendawan mencapai 100 juta sel / ml. Sebelum digunakan
cendawan dibenamkan kedalam bubur gaplek yang telah dimasak agar adaptif
dengan sifat kimia bubur gaplek. Cendawan berkembang biak dan berkerja
mengurai pati.
5. Setelah 2 jam bubur gaplek akan berubah menjadi 2 lapisan yaitu air dan
endapan gula. Mengaduk kembali pati yang sudah berubah menjadi gula
kemudian memasukannya kedalam tangki fermentasi. Sebelum di fermentasi
kadar gula maksimum larutan pati adalah 17 18 % karena itu merupakan
kadar gula yang cocok untuk hidup bakteri Saccaromyces dan bekerja untuk
mengurai gula menjadi alkohol. Penambahan air dilakukan bila kadar gula
terlalu tinggi dan sebaliknya jika kadar gula terlalu rendah perlu penambahan
gula.
6. Menutup rapat tangki fermentasi untuk mencegah kontaminasi dan menjaga
Saccharamynces agar bekerja lebih optimal. Fermentasi berlangsung anaerob
atau tidak membutuhkan oksigen pada suhu 28 - 32C.
7. Setah 2 - 3 hari larutan pati berubah menjadi 3 lapisan yaitu lapisan terbawah
berupa endapan protein, lapisan tengah air dan lapisan teratas etanol. Hasil
fermentasi disebut bir yang mengandung 6 12% etanol.
8. Menyedot larutan etanol dengan selang plastik melalui kertas saring berukuran
1 mikron untuk menyaring endapan protein.
9. Melakukan destilasi atau penyulingan untuk memisahkan etanol dari air
dengan cara memanaskan pada suhu 78 C atau setara titik didih etanol akan
menguap dan mengalirkannya melalui pipa yang terendam air terkondensasi
dan kembali menjadi etanol cair.

D. Alat dan Bahan


1. Bahan bahan yang dibutuhkan :
a) Limbah singkong (kulit, pucuk, pangkal singkong) 500 g
b) Ragi tempe secukupnya
2. Alat alat yang diperlukan :
a) Panci / Gelas beaker 1 L
b) Heater / Kompor
c) Termometer
d) Kertas Saring
e) Neraca
f) Pengaduk
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari uraian hasil dan pembahasan hasil percobaan penelitian dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :

Limbah kulit singkong berpotensi untuk dijadikan bahan baku pembuatan


bioetanol.

Komposisi lebih baik bahan baku fermentasi bioetanol adalah bubur dari kulit
singkong 80 g air 150 ml dengan ragi 0,3 g.

Karakteristik bioetanol yang diperoleh belum bisa ditentukan karena belum dapat
dilakukan pemisahan yang sempurna.

B. Saran

Untuk perbaikan penelitian selanjutnya, disarankan untuk lebih teliti lagi dalam
pengamatan, diusahakan untuk mengenakan perlengkapan yang lebih lengkap lagi,
hal ini dipengaruhi komposisi bahan yang digunakan seperti kadar air yang kurang
sesuai, alat untuk memasak kurang tepat dalam pengaturan suhunya, dan untuk
perkembangan ragi yang lebih optimal, buburnya harus matang.
DAFTAR PUSTAKA

Dhewanto, Wawan, (21 September 2007), Bioetanol dan Swasembada


Energi, Harian Bisnis Indonesia, Jakarta
Khudori, (18 Sepetember 2007), Masa Depan Bahan Bakar Nabati,
Harian Pikiran Rakyat, Jakarta.
Prihandana, Rama., dkk., (2007), Bioetanol Ubi Kayu, Bahan Bakar Masa
Depan, Agromedia Pustaka,Jakarta
Agu, R.,C., Amadife, A., E., Ude, C., M., Onyia, A.,(1997), Combined
Heat Treatment and Acid Hydrolysis of Cassava Grate Waste (CWG)
Biomass for Ethanol Production, Vol. 17, Elsevier Science Ltd, Britain,
pp. 91-96
Soedarmadji, (2002), Diktat Kuliah Mikrobiologi, Jurusan Teknik Kimia,
Universitas Diponegoro, Semarang, Hal 1-18
Widodo, (24 Agustus 2006), Perspektif Pengembangan Biofuel di
Indonesia, Indeni, Jakarta
Yuliadinasir, Rachmad, (12 Maret 2008), Bahan bakar nabati dan
Kebajikan Energi Nasional, Jakar

Anda mungkin juga menyukai