Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan perluasan kegiatan


industri, maka kebutuhan akan sumber energi juga semakin meningkat. Sementara
itu ketergantungan manusia terhadap sumber energi fosil seperti minyak bumi, gas
alam dan batubara sangat besar. Hal ini kemudian memicu terjadinya kelangkaan
dan melonjaknya harga minyak dunia.
Bahan bakar minyak (BBM) adalah hal yang sangat penting bagi
kelangsungan hidup manusia. BBM yang selama ini umum digunakan berasal dari
fosil yang mana pembentukannya membutuhkan waktu yang sangat lama
sedangkan penggunaannya dilakukan setiap hari sehingganya persediaan bahan
bakar minyak bentukan alam akan terus berkurang. Dengan timbulnya kelangkaan
bahan bakar minyak yang menyebabkan kenaikan harga minyak dunia yang
signifikan. Kenaikan harga yang sempat menembus angka 100 dolar/barel ini
termasuk hal yang luar biasa. Harga ini sekaligus menjadi rekor tertinggi
sepanjang abad 21. Kenaikan harga BBM akan menyebabkan kenaikan subsidi
BBM pada APBN pemerintah. Untuk itulah pemerintah saat ini sedang gencar
menerapkan program penghematan energi dan mulai beralih untuk memanfaatkan
energi terbarukan (renewable energy) sebagai sumber energi alternatif.
Indonesia sangat kaya akan sumber daya alam. Untuk itu perlu strategi
menghidupkan bahan bakar dari unsur hayati non fosil untuk memanfaatkan
kelebihan alamnya yang kaya dengan unsur-unsur hayati. Salah satunya dengan
mengembangkan bioetanol.
Industri Bioetanol mempunyai prospek yang sangat bagus di Indonesia
karena kebutuhan etanol di Indonesia terus mengalami peningkatan. Namun hal
ini tidak diimbangi dengan kapasitas produksi industri etanol di Indonesia yang
hanya berjumlah sekitar 14 industri. Apabila pemroduksian bioetanol dapat
dilakukan oleh seluruh masyarakat Indonesia khususnya rumah tangga dengan

1
menggunakan alat pembuat bioetanol sederhana dan dapat langsung
dimanfaatkan, hal ini tentunya dapat meningkatkan perekonomian masyarakat.
Bioetanol dapat berasal dari berbagai macam bahan baku, mulai dari tebu,
singkong, nanas dan pisang. Kandungan glukosa dalam bahan-bahan tersebut
dinilai cukup untuk difermentasikan sehingga menghasilkan etanol dengan kadar
standar. Dengan beragam bahan baku bioetanol, ketergantungan terhadap minyak
fosil bisa dikurangi. Namun penggunaan bahan pangan sebagai bahan baku
bioetanol akan menimbulkan permasalahan pada penyediaan bahan pangan itu
sendiri.
Padahal di sekitar kita banyak terdapat bahan-bahan yang tidak lagi
digunakan dan dibiarkan menjadi limbah begitu saja yang bisa dijadikan bahan
baku bioetanol. Misalnya limbah nasi (dalam hal ini nasi sisa yang sudah tidak
layak dikonsumsi lagi), merupakan salah satu bahan yang dapat dijadikan sebagai
alternatif energi karena mengandung pati (senyawa karbohidrat kompleks).
Oleh karena itu, dirasa perlu diadakan suatu percobaan tentang pembuatan
bioetanol dengan menggunakan bahan baku yang sering dan banyak ditemukan
serta merupakan limbah yang apabila digunakan tidak mengurangi nilai ekonomis
dari barang itu sendiri.

1.2. Batasan Masalah

Penelitian ini hanya terbatas pada upaya untuk mengertahui potensi limbah
nasi sebagai bioetanol.

1.3. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah


1. Apakah limbah nasi dapat dijadikan sebagai bahan baku pembuatan bioetanol?
2. Bagaimana cara mengolah limbah nasi menjadi bioetanol?

2
1.4. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah


1. Mengetahui potensi limbah nasi sebagai bioetanol.
2. Mengetahui cara mengolah limbah nasi menjadi bioetanol sehingga dapat
meningkatkan pendapatan masyarakat.

1.5. Kegunaan Penelitian

Masyarakat dapat memanfaatkan limbah nasi sebagai bahan baku pembuatan


bioetanol.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Bioetanol

Menurut Silivia (2009) Etanol adalah alkohol yang paling sering


digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Etanol tidak berwarna dan tidak berasa
tetapi memiliki bau yang khas. Sedangkan alkohol merupakan cairan bening,
mudah menguap, tidak berwarna, bau khas dan terasa panas. Alkohol mudah
terbakar dengan nyala berwarna biru dan tidak berasap. Nama lain alkohol adalah
etanol, aethanol aethyl alkohol (Wresniwiro, 1999). Etanol sebagai campuran
bahan bakar mempunyai prospek yang bagus karena makin tingginya harga
minyak mentah dunia sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif.
Etanol selain sebagai penambah volume juga mempunyai kelebihan yaitu
pembakaran yang dihasilkan lebih bersih sehingga ramah lingkungan, emisi gas
buangnya rendah gas CO serta etanol mudah terurai sehingga aman untuk
digunakan (Hidayat, 2005).
Etanol meleleh pada -114,1 °C, mendidih pada 78,5 °C, dan memiliki
kerapatan 0,789 g / mL pada 20 °C Titik beku yang rendah telah membuatnya
menjadi berguna sebagai cairan dalam termometer untuk suhu di bawah -40 °C,
titik beku air raksa, dan untuk tujuan suhu rendah lainnya, seperti untuk antibeku
dalam radiator mobil. Etanol telah dibuat sejak zaman kuno dari fermentasi gula.
Semua etanol minuman dan lebih dari setengah dari etanol industri masih dibuat
dengan proses ini. Gula sederhana bahan baku. Zymase, suatu enzim dari ragi,
gula sederhana perubahan menjadi etanol dan karbon dioksida.

2.2. Limbah Nasi


Nasi merupakan salah satu makanan pokok masyarakat Indonesia. Nasi
berasal dari padi (Oryza sativa) yang kemudian diproses menjadi beras dan
dimasak hingga menghasilkan nasi. Nasi yang layak konsumsi ialah nasi yang
masih baru dimasak dan tidak dibiarkan berada diruangan terbuka hingga berhari-
hari. Nasi yang sudah tidak layak konsumsi biasanya tidak memiliki rasa, berbau
kurang sedap, berlendir serta berwarna pucat.

4
Limbah nasi merupakan nasi yang tidak lagi layak konsumsi, baik nasi
yang telah basi maupun nasi-nasi sisa yang biasanya menggunung pada tempat
sampah. Limbah nasi ini dapat berupa nasi sisa konsumsi rumah tangga yang
belum tercampur dengan lauk-pauk dan sayur ataupun nasi sisa konsumsi yang
telah tercampur dengan lauk-pauk dan sayur.

2.3. Saccharomyces cerevissiae


Dalam penelitian Meidyawati (1997), pada umumnya fermentasi alkohol
melibatkan khamir dari genus Saccharomyces. Masing-masing species masih
terbagi menjadi beberapa galur yang memiliki sifat yang berbeda, yaitu
kemampuannya dalam mensintesis substrat, Saccharomyces cerevissiae biasanya
digunakan untuk fermentasi ini. Kultur yang dipilih harus dapat tumbuh dengan
baik dan mempunyai toleransi terhadap alkohol dalam jumlah banyak. Dengan
taksonomi
Kingdom : Fungi
Phylum : Ascomycota
Subphylum : Saccharamycota
Class : Saccharamycete
Order : Saccharamycetales
Family : Saccharamycetaceae
Genus : Saccharamyces
Spesies : S.cerevisiae

5
III. METODOLOGI PENULISAN

3.1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam kasus ini adalah :


1. Metode studi pustaka, yaitu metode pengumpulan data dengan cara mencari
literatur di perpustakaan atau di media bacaan lainnya.
2. Metode koleratif, yaitu metode yang menghubungkan data-data yang ada
antara yang satu dengan yang lain.

3.2. Sumber Data

Sumber data penelitian kami adalah literatur yang ada di perpustakaan


sekolah dan artikel-artikel yang sudah ada di internet.

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 17 September sampai 24 September


2011 di laboratorium biologi SMA Al-Kautsar Bandar Lampung.

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang kami gunakan dalam penelitian ini
adalah dengan menyadur data-data yang ada di buku bacaan yang ada di
perpustakaan sekolah dan menyadur data-data yang ada di artikel yang ada di
internet.

3.4. Teknik Penyimpulan Data

Cara kami dalam menganalisis data yang kami peroleh adalah dengan
memastikan bahwa semua data yang diperlukan telah terkumpul dengan baik.
Lalu kami mulai menghitung jumlah data yang ada, setelah itu kami
menghubungkan data-data tersebut. Langkah terakhir, kami menuangkannya
dalam karya ilmiah kami ini.

6
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1. Alat dan Bahan

a. Limbah nasi e. Ember


b. Air f. Oven
c. Ragi tapai g. Alkoholmeter
d. Destilator sederhana h. Rak tabung reaksi

4.2. Cara Kerja

Perlakuan I
1. Kumpulkan limbah nasi yang tidak layak konsumsi sebanyak 1 kg.
2. Bersihkan limbah nasi dengan cara membilasnya dengan air.
3. Limbah nasi yang telah mengalami proses pencucian selanjutnya di
keringkan.
4. Selanjutnya limbah nasi diberikan ragi (Saccharomyces cerevissiae) dan
selanjutrnya disimpan dalam wadah tertutup selama 5 hari.
5. Limbah nasi yang telah difermentasi selanjutnya didestilasi dengan alat
pembuat bioetanol sederhana.
6. Hasil destilasi berupa etanol yang masih bercampur dengan air ditampung
dalam wadah yang dirapatkan dengan alumunium foil agar etanol yang
dihasilkan tidak menguap.
7. Selanjutnya dapat dilakukan pengukuran menggunakan alkoholmeter
untuk mengetahui konsentrasi etanol yang dihasilkan.

Perlakuan II

1. Kumpulkan limbah nasi yang berupa nasi sisa yang tidak layak konsumsi
sebanyak 1 kg.
2. Bersihkan limbah nasi dengan cara membilasnya dengan air.

7
3. Selanjutnya dalam keadaan basah limbah nasi diberikan ragi dan
selanjutrnya disimpan dalam wadah tertutup selama 5 hari.
4. Limbah nasi yang telah difermentasi selanjutnya di destilasi dengan alat
pembuat bioetanol sederhana.
5. Hasil destilasi berupa etanol yang masih bercampur dengan air ditampung
dalam wadah yang dirapatkan dengan alumunium foil agar etanol yang
dihasilkan tidak menguap.
6. Selanjutnya dapat dilakukan pengukuran menggunakan alkoholmeter
untuk mengetahui konsentrasi etanol yang dihasilkan.

4.3. Hasil Pengamatan

Pada Perlakuan 1. setelah diamati bahwa nasi yang telah kering mengalami
fermentasi yang baik oleh ragi tapai, dalam hal ini tidak terjadi pembusukan.
Sedangkan untuk perlakuan 2. tidak mengalami fermentasi karena nasi yang telah
dicuci tersebut mengalami pembusukan sehingga pati yang dikandung oleh nasi
tersebut gagal difermentasi oleh ragi tapai.

Etanol yang dihasilkan oleh fermentasi berkisar dalam konsentrasi dari


beberapa persen sampai sekitar 14 persen melalui destilasi pertama hingga suhu
78oC. Di atas sekitar 14 persen, etanol menghancurkan enzim zymase dan
memberhentikan proses fermentasi. Selanjutnya setelah mendapatkan hasil dari
destilasi pertama, maka dilanjutkan pada destilasi kedua. Sama halnya dengan
destilasi pertama, destilasi yang kedua ini dilakukan hingga suhu 78oC dan
menghasilkan etanol dengan kadar 98-99%.

Hari ke-
1 2 3 4 5
Fermentasi Baik Baik Baik Baik Baik
Etanol Tahap 1 9% 11% 12% 14% 13%
Etanol Tahap 2 88% 89% 92% 98% 96%
(Tabel perbandingan fermentasi keadaan kering dalam beberapa hari)

8
Dari hasil percobaan di atas didapat bahwa sekitar 1 kg nasi yang telah
difermentasi dan didestilasi didapatkan sekitar 26 ml lautan etanol murni.

Diagram alur prmbuatan etanol dari limbah nasi

Pencucian

Pengeringan nasi
Fermentasi

Fermentasi

Pemurnian atau Distilasi

9
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan:


1. Nasi dapat dijadikan sebagai bahan baku pembuatan etanol.
2. Nasi yang telah difermentasi harus melalui 2 tahapan destilasi agar
diperoleh etanol dengan kadar 98-99%.

5.2. Saran

Dewasa ini Indonesia mengembangkan produk bahan bakar alam yaitu


bioetanol yang diimplementasikan pada empat belas perusahaan di seluruh
nusantara. Namun sayang, karena minimnya riset, pengembangan produk ini pun
belum memadai. Padahal banyak kegunaan dan manfaat produk ini dalam
kehidupan sehari-hari. Adapun kita menginginkan perubahan yang besar, yaitu
memberikan pengetahuan dan penerapan produk ini pada masyarakat. Untuk itu
diperlukan sosialisasi dan kerjasama yang tinggi antaaspek, yaitu masyarakat dan
perusahaan. Jika hal ini diterapkan, aplikasi produk bioetanol bisa segera terlihat
dan nyata. Masyarakat dapat menggunakan sumber bahan bakar untuk memasak
yang ramah lingkungan, perusahaan mendapatkan investasi dan laba yang
menguntungkan, dan tentunya lingkungan kita menjadi lebih sehat. Hal ini terus
diperjuangkan untuk membentuk perubahan besar bagi dunia yang semakin lama
semakin kritis dikarenakan berkurangnya sumber daya alam.
Kepada Pemerintah Republik Indonesia dimohonkan agar dapat
menindaklanjuti penelitian ini agar tidak berhenti sampai di sini saja.
Kepada Pemerintah Daerah agar dapat memberikan penyuluhan kepada
masyarakat umum agar memahami dan mampu mengelola limbah nasi secara baik
dan benar agar dapat memberikan nilai keuntungan yang lebih tinggi.

10

Anda mungkin juga menyukai