Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Manusia dalam memenuhi kebutuhannya selalu membutuhkan


peralatan yang dapat mempermudah pekerjaannya. Pada masa ini perkembangan
alat dan berbagai teknologi semakin berkembang pesat. Sehingga muncul
teknologi dan peralatan yang semakin memudahkan pekerjaan manusia. Bahkan
alat tersebut bisa diatur waktu penggunaanya sehinga kita bisa mengerjakan dua
pekerjaan sekaligus tanpa harus khawatir dan mengawasinya setiap saat.

Pada dunia industri dan manufaktur juga menggunakan berbagai


peralatan yang dapat mempermudah dan mempercepat proses produksi, tentunya
dengan kualitas yang baik dengan melalui proses permesinan. Proses permesinan
merupakan proses manufaktur dimana objek dibentuk dengan cara membuang
atau meghilangkan sebagian material dari benda kerjanya. Tujuan digunakan
proses permesinan ialah untuk mendapatkan akurasi dibandingkan proses-proses
yang lain seperti proses pengecoran, pembentukan dan juga untuk memberikan
bentuk bagian dalam dari suatu objek tertentu. Adapun jenis-jenis proses
permesinan yang banyak dilakukan antara lain : Proses bubut (turning), proses
menyekrap (shaping dan planing), proses pembuatan lubang (drilling), proses
mengefreis (milling), proses menggerinda (grinding), proses menggergaji
(sawing), dan yang terakhir adalah proses memperbesar lubang (boring)
Pada praktikum kali ini kita akan berfokus pada proses pembuatan
lubang (drilling) atau pengeboran pada suatu elemen baik itu logam maupun
non- logam. Istilah boring atau pengeboran seringkali digunakan untuk kegiatan
membuat lubang pada suatu elemen. Tetapi berbeda dengan dunia industri
boring atau pengeboran merupakan suatu kegiatan memperbesar lubang.
Sedangkan kegiatan membuat lubang pada bagian yang belum memiliki lubang
disebut dengan istilah Drilling. Bentuk dan ukuran lubang yang dihasilkan dari
proses Drilling tergantung pada bentuk dan ukuran mata bor.

1.2. Tujuan

Praktikum ini memiliki 2 tujuan yaitu tujuan umum dan khusus yaitu sebagai
berikut:
a. Tujuan umum
1. Pengenalan secara langsung mesin-mesin perkakas serta cara
pengoperasiannya.
2. Peningkatan pengetahuan serta keterampilan tentang mesin-mesin
perkakas.
b. Tujuan khusus
1. Dapat mengetahui, menguasai dan menjalankan mesin bor.
2. Mengetahui proses dan cara pengeboran benda kerja dengan
menggunakan mesin bor.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Drilling

Proses permesinan merupakan proses manufaktur dimana objek


dibentuk dengan cara membuang atau meghilangkan sebagian material dari
benda kerjanya. Tujuan digunakan proses permesinan ialah untuk mendapatkan
akurasi dibandingkan prosesproses yang lain seperti proses pengecoran,
pembentukan dan juga untuk memberikan bentuk bagian dalam dari suatu objek
tertentu. Adapun jenis-jenis proses permesinan yang banyak dilakukan antara
lain : Proses bubut (turning), proses menyekrap (shaping dan planing), proses
pembuatan lubang (drilling), proses mengefreis (milling), proses menggerinda
(grinding), proses menggergaji (sawing), dan yang terakhir adalah proses
memperbesar lubang (boring). (Dodi Wibowo dan Gusri Akhyar Ibrahim, 2014 :
1)

Proses Drilling atau Drilling adalah proses permesinan yang paling


sederhana diantara proses permesinan yang lain. Biasanya di bengkel atau
workshop proses ini dinamakan bor, walaupun istilah ini sebenarnya kurang
tepat. Proses Drilling dimaksudkan sebagai proses pembuatan lubang bulat
dengan menggunakan mata bor (twist drill). Sedangkan proses bor (boring)
adalah proses meluaskan/memperbesar lubang yang bisa dilakukan dengan
batang bor (boring bar) yang tidak hanya dilakukan pada mesin Drilling, tetapi
bisa dengan mesin bubut, mesin frais, atau mesin bor atau Drilling.
Gambar 2.1. Proses Drilling
Sumber : Buku Teknik Permesinan Jilid 2, 2008

Proses Drilling digunakan untuk pembuatan lubang silindris.


Pembuatan lubang dengan bor spiral di dalam benda kerja yang pejal merupakan
suatu proses pengikisan dengan daya penyerpihan yang besar. Jika terhadap
benda kerja itu dituntut kepresisian yang tinggi (ketepatan ukuran atau mutu
permukaan) pada dinding lubang, maka diperlukan pengerjaan lanjutan dengan
pembenam atau penggerek.
Pada proses Drilling, beram (chips) harus keluar melalui alur helix pahat
Drilling ke luar lubang. Ujung pahat menempel pada benda kerja yang terpotong,
sehingga proses pendinginan menjadi relatif sulit. Proses pendinginan biasanya
dilakukan dengan menyiram benda kerja yang dilubangi dengan cairan
pendingin, disemprot dengan cairan pendingin, atau cairan pendingin
dimasukkan melalui lubang di tengah mata bor.
Karakteristik proses Drilling agak berbeda dengan proses pemesinan
yang lain, yaitu :
1. Beram harus keluar dari lubang yang dibuat.
2. Beram yang keluar dapat menyebabkan masalah ketika ukurannya besar dan
atau kontinyu.
3. Proses pembuatan lubang bisa sulit jika membuat lubang yang dalam.
4. Untuk pembuatan lubang dalam pada benda kerja yang besar cairan pendingin
dimasukkan ke permukaan potong melalui tengah mata bor.

2.1. Mesin Drilling


Drilling adalah sebuah pahat pemotong yang ujungnya berputar dan
memiliki satu atau beberapa sisi potong dan galur yang berhubungan continue
disepanjang badan Drilling. Galur ini, yang dapat lurus atau helix, disediakan
untuk memungkinkannya lewatnya serpihan atau fluida pemotong. Meskipun
Drilling pada umumnya memiliki dua galur, tetapi mungkin juga digunakan
tiga atau empat galur, maka Drilling kemudian dikenal sebagai pengDrilling
inti. PengDrilling semacam ini tidak dipakai untuk memulai sebuah lubang,
melainkan untuk meluaskan lubang atau menyesuaikan lubang yang telah
diDrilling atau diberi inti.
Mesin yang digunakan untuk melakukan proses Drilling adalah Mesin
Drilling/Drilling Machine. Proses pembuatan lubang bisa dilakukan untuk satu
pahat saja atau dengan banyak pahat (Gambar 2.2.). Dalam proses produksi
pemesinan sebagian besar lubang dihasilkan dengan menggunakan Mesin
Drilling. (Widarto,2008)
Gambar 2.2. Proses pembuatan lubang dengan Mesin Drilling bisa dilakukan satu per
satu atau dilakukan untuk banyak lubang sekaligus.
Sumber : Buku Teknik Permesinan Jilid 2, 2008

Pahat drill mempunyai dua mata potong dan melakukan gerak potong
karena diputar poros utama mesin drill. Putaran tersebut dapat dipilih dari
beberapa tingkatan putaran yang tersedia pada mesin drill, atau ditetapkan bila
sistem transmisi putaran mesin drill merupakan sistem berkesinambungan.
Gerak makan dapat dipilih bila mesin drill memiliki sistem gerak
makan dengan tenaga motor (power feeding). Untuk jenis mesin drill yang kecil
(mesin drill bangku) gerak makan tersebut tidak dapat dipastikan karena
tergantung pada kekuatan tangan untuk menekan lengan poros utama. Selain itu
proses drill dapat dilakukan pada mesin bubut dimana benda kerja diputar oleh
pencekam poros utama dan gerak makan dilakukan oleh pahat drill yang
dipasang pada dudukan pahat (tool post) atau kepala gerak (tail stock). (Yuni
Hermawan,2012)

2.2. Jenis-jenis Mesin Drilling


Mesin Drilling menurut konstruksinya sebagai berikut:
a. Mesin Drilling portable
Mesin Drilling portable (Gambar 2.3.) adalah Mesin Drilling kecil
yang terutama digunakan untuk operasi pengDrillingan yang tidak dapat
dilakukan dengan mudah pada Mesin Drilling biasa. Yang paling sederhana
adalah pengDrilling yang dioperasikan dengan tangan. PengDrilling ini
mudah dijinjing, dilengkapi dengan motor listrik kecil,beroperasi pada
kecepatan cukup tinggi, dan mampu mengDrilling sampaidiameter 12 mm.
PengDrilling yang serupa, yang menggunakan udaratekan sebagai daya,
digunakan kalau bunga api dari motor dapat menimbulkan bahaya kebakaran.

Gambar 2.3. Mesin Drilling portable


Sumber : Buku Teknik Permesinan Jilid 2, 2008

b. Mesin Drilling peka


Mesin Drilling peka adalah mesin kecil berkecepatan tinggi dengan
konstruksi sederhana yang mirip dengan kempa Drilling tegak biasa(Gambar
2.4.). Mesin ini terdiri atas sebuah standar tegak, sebuah meja horizontal dan
sebuah spindel vertical untuk memegang dan memutar pengDrilling. Mesin
jenis ini memiliki kendali hantaran tangan, biasanya dengan penggerak batang
gigi dan pinyon pada selongsong yang memegang spindel putar. PengDrilling
ini dapat digerakkan langsung dengan motor, dengan sabuk atau dengan piring
gesek. Penggerakan piring gesek yang mempunyai pengaturan kecepatan
pengaturan sangat luas, tidak sesuai kecepatan rendah dan pemotongan berat.
Kempa pengDrilling peka hanya sesuai untuk pekerjaan ringan dan jarang
yang mampu untuk memutar pengDrilling lebih dari diameter 15 mm.
Gambar 2.4. Mesin Drilling peka
Sumber : Buku Teknik Permesinan Jilid 2, 2008

c. Mesin Drilling vertikal


Mesin Drilling vertikal, mirip dengan pengDrilling peka, mempunyai
mekanisme hantaran daya untuk pengDrilling putar dan dirancang untuk kerja
yang lebih berat. Gambar 2.5. Menunjukkan mesin dengan tiang bentuk bulat.
Mesin Drilling semacam ini dapat dipakai untuk mengetap maupun
mengDrilling.

Gambar 2.5. Mesin Drilling vertical


Sumber : Buku Teknik Permesinan Jilid 2, 2008
d. Mesin Drilling Gang (kelompok)
Kalau beberapa spindel pengDrilling dipasangkan pada meja tunggal,
ini disebut sebagai pengDrilling gang atau kelompok. Jenis ini sesuai untuk
pekerjaan produksi yang harus melakukan beberapa operasi. Benda kerja
dipegang dalam sebuah jig yang dapat diluncurkan pada meja dari satu spindel
ke spindel berikutnya. Kalau beberapa operasi harus dilakukan, misalnya
mengDrilling dua lubang yang ukurannya berbeda dan perlu meluaskannya,
maka dipasangkan empat spindel. Dengan kendali hantaran otomatis, maka
dua atau lebih dari operasi ini dapat berjalan serempak dengan hanya diawasi
oleh seorang operator. Pengaturannya, mirip dengan mengoperasikan
beberapa kempa Drilling.
e. Mesin Drilling Radial
Mesin Drilling radial dirancang untuk pekerjaan besar, untuk
pekerjaan dengan benda kerja tidak memungkinkan berputar, dan untuk
pekerjaan mengDrilling beberapa lubang. Mesin ini, yang ditunjukkan pada
Gambar 2.6., terdiri atas sebuah tiang vertikal yang menyangga sebuah lengan
yang membawa kepala Drilling. Lengannya dapat berputar berkeliling ke
sembarang kedudukan di atas bangku kerja, dan kepala Drilling mempunyai
penyetelan di sepanjang lengan ini. Penyetelan ini memungkinkan operator
untuk menempatkan pengDrilling dengan cepat di sembarang titik di atas
benda kerja. Mesin jenis ini hanya dapat mengDrilling dalam bidang vertical.
Pada mesin semi-vertical kepalanya dapat diputar pada lengan untuk
mengDrilling lubang pada berbagai sudut dalam bidang vertical. Mesin
universal mempunyai tambahan penyetelan putar pada kepala maupun lengan
dan dapat mengDrilling lubang pada sembarang sudut.
Gambar 2.6. Mesin Drilling radial
Sumber : Buku Teknik Permesinan Jilid 2, 2008

f. Mesin Drilling turret


Mesin Turet mengatasi keterbatasan ruang lantai yang ditimbulkan
oleh kempa Drilling kelompok. Sebuah kempa Drilling delapan stasiun turet
ditunjukkan dalam Gambar 2.5. Stasiunnya dapat disetel dengan berbagai
perkakas.
Gambar 2.7. Mesin Drilling turret
Sumber : Buku Teknik Permesinan Jilid 2, 2008

g. Mesin Drilling spindel jamak


Mesin Drilling ada yang dirancang sebagai mesin otomatis,
dilengkapi suatu rangkaian operasi pemesinan pada stasiun yang berurutan.
Prinsipnya adalah garis produksi dari mesin yang berhubungan
disinkronisasikan dalam operasi, sehingga benda kerja setelah dipasang pada
mesin pertama, akan maju secara otomatis melalui berbagai stasiun untuk
penyelesaiannya.
2.4. Perkakas Mesin Drilling
Perkakas sebagai kelengkapan Mesin Drilling di antaranya ragum,
klem set, landasan (blok paralel), pencekam mata bor, sarung pengurang, pasak
pembuka dan boring head,
a. Ragum
Ragum untuk Mesin Drilling digunakan untuk mencekam benda
kerjapada saat akan di bor.
Gambar 2.8. Ragum
Sumber : Buku Teknik Permesinan Jilid 2, 2008

b. Klem set
Klem set digunakan untuk mencekam benda kerja yang tidak
mungkin dicekam dengan ragum.

Gambar 2.9. Klem Set


Sumber : Buku Teknik Permesinan Jilid 2, 2008

c. Landasan (blok paralel)


Digunakan sebagai landasan pada pengeboran lubang tembus, untuk
mencegah ragum atau meja mesin turut terbor.

Gambar 2.10. Landasan (blok paralel)


d. Pencekam mata bor
Digunakan untuk mencekam mata bor yang berbentuk silindris.
Pencekam mata bor ada dua macam, yaitu pencekam dua rahang dan
pencekam tiga rahang.
Gambar 2.11. Pencekam Mata Bor
Sumber : Buku Teknik Permesinan Jilid 2, 2008

Gambar 2.12. Cekam Bor


Sumber : Buku Teknik Permesinan Jilid 2, 2008

e. Sarung bor (drill socket, drill sleeve)


Sarung bor digunakan untuk mencekam mata bor yang bertangkai konis.

Gambar 2.13. Sarung Bor (drill socket, drill sleeve)


Sumber : Buku Teknik Permesinan Jilid 2, 2008

f. Pasak pembuka.
Digunakan untuk melepas sarung pengurang dari spindel bor atau
melepas mata bor dari sarung pengurang.
Gambar 2.14. Pasak Pembuka
Sumber : Buku Teknik Permesinan Jilid 2, 2008

g. Boring head
Digunakan untuk memperbesar lubang baik yang tembus maupun yang
tidak tembus.

Gambar 2.15. Boring Head


Sumber : Buku Teknik Permesinan Jilid 2, 2008

h. Mata bor
Mata bor merupakan alat potong pada Mesin Drilling, yang terdiri dari
bor spiral, mata bor pemotong lurus, mata bor untuk lubang yang dalam (deep
hole drill), mata bor skop (spade drill), dan mata bor stelite.

Gambar 2.16. Mata Bor


Sumber : Buku Teknik Permesinan Jilid 2, 2008
1. Bor spiral
Digunakan untuk pembuatan lubang yang diameternya sama
dengan diameter mata bor.

Gambar 2.17. Bor Spiral


Sumber : Buku Teknik Permesinan Jilid 2, 2008

2. Mata Bor Pemotong Lurus


Digunakan untuk material yang lunak seperti kuningan, tembaga,
perunggu dan plastik. Mata bor untuk lubang yang dalam (deep hole drill)
digunakan untuk membuat lubang yang relatif dalam.

Gambar 2.18. Mata Bor Pemotong Lurus


Sumber : Buku Teknik Permesinan Jilid 2, 2008

3. Mata Bor untuk Lubang yang Dalam (deep hole drill)


Digunakan untuk membuat lubang yang relatif dalam
Gambar 2.19. Mata Bor untuk Lubang yang Dalam (deep hole riil)
Sumber : Buku Teknik Permesinan Jilid 2, 2008

4. Mata Bor Skop (spade drill)


Digunakan untuk material yang keras tetapi rapuh. Mata potong
dapat diganti-ganti.

Gambar 2.20. Mata Bor Skop (spade drill)


Sumber : Buku Teknik Permesinan Jilid 2, 2008

5. Mata Bor Stelite


Digunakan untuk membuat lubang pada material yang telah
dikeraskan. Mata bornya mempunyai bentuk segitiga dan terbuat dari baja
campuran yang tahan panas. (Widarto, 2008)

Gambar 2.21. Mata Bor Stelite


Sumber : Buku Teknik Permesinan Jilid 2, 2008

2.4. Kondisi Pemotongan Pada Drilling


Kecepatan potong (cutting speed) pada drilling didefinisikan sebagai
kecepatan permukaan terluar dari pahat drill relatif terhadap permukaan benda
kerja. Kecepatan potong dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
(Rochim,1993)

N × πD
v= … … … … … … … .(1)
1000
Keterangan :
v : Kecepatan potong (m/min),
N : Kecepatan putaran (rpm: rev/min).
D : Diameter pahat.

Gambar 2.18. Kondisi Pemotongan Pada Drilling


Sumber : Buku Proses Permesinan , 1993

Waktu riil permesinan (time of actual machining), Tm (min) :


1. Pada pembuatan lubang tembus (through hole):
(t + A )
T m=
(N × f )
2. Pada pembuatan lubang tembus (through hole):
d
T m=
(N × f )
Keterangan :
f : Gerak makan (mm/rev).
Tm : Waktu riil permesinan (min).
t : Ketebalan benda kerja (mm).
A : Jarak antara sisi terluar pahat drill dengan permukaan benda kerja
ketika ujung drill mulai menyentuh permukaan.
d : Kedalaman lubang,
θ : Drill point angle.

Kecepatan pemindahan material (material removal rate), MRR:


π D2 × N × f
MRR=
4
Keterangan :
MRR: material removal rate (mm3/min)

BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum drilling ini
adalah sebagai berikut :
a. Mesin bor
Gambar 3.1. Mesin bor
b. Mata bor
c. Kunci drill chuck
d. Stopwatch
e. Penitik

Gambar 3.2. Penitik

f. Material As S45C ST60 AISI 1045 CARBON STEEL ,ASTMA 2


ASSENTAL Diameter 80 mm
3.2. Prosedur Praktikum
a. Sebelum menjalankan mesin
1. Memeriksa keadaan mesin serta kelengkapannya.
2. Menyiapkan benda kerja dan peralatan yang dibutuhkan.
3. Menandai bagian-bagian pada benda kerja (plat atau kayu) yang akan
dibor dengan menggunakan penitik.
4. Memasang mata bor pada drill chuck kemudian jepit dengan erat mata
bordengan menggunakan kunci drill chuck.
5. Mengatur kedudukan benda kerja pada table, sehingga dapat dijangkau
oleh bor pada bagian yang akan dibor.
6. Menurunkan mata bor yang sudah terpasang dengan menggunakan
drilling lever pada saat mesin dalam posisi mati untuk memastikan apakah
bagian yang akan dibor sudah tepat kedudukannya.
7. Menjepit benda kerja yang akan dibor dengan menggunakan ragum, jika
diperlukan.
8. Mengatur kedudukan table dengan menggunakan table camp, jika jarak
anatara benda kerja dan mata bor terlalu dekat ataupun terlalu jauh.
9. Mengatur kecepatan putar spindle yang sesuai dengan benda kerja.
b. Saat menjalankan mesin
1. Menyalakan mesin dengan memutar main switch dan two speed switch
dan melakukan pengeboran dengan memutar drilling lever.
2. Memutar drilling lever dengan perlahan untuk menghindari kerusakan
mata bor dan kerusakan pada benda kerja.
3. Dilarang menggunakan kaos tangan dari bahan berserat saat menjalankan
mesin bor, rapikan sisi baju yang dapat terkena mesin bor terutama pada
lengan baju, serta singkirkan benda yang dapat menghalangi proses
pengeboran untuk menghindari kecelakaan.
4. Mematikan mesin jika terjadi gangguan
c. Setelah pengerjaan
1. Mematikan mesin dengan memutar main switch dan two speed switch
2. Melepaskan benda kerja dari mesin
3. Membersihkan benda kerja dan mesin dari chip atau geram yang
menempel.
4. Mengembalikan alat ke tempat semula
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Olah Data


a. Rumus

1. Kecepatan Potong
( π × d × n)
v= … … … … … … … … … … … … … … … … ….(5)
1000

2. Gerak Makan Pergigi


vf
f z= … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … .( 6)
z ×n

3. Kecepatan pengurangan volume benda :

Z= ( 14 × π × d × v ) … … … … … … … … … … … … … … … … … … … (7)
2
f

Benda Kerja :
lw = kedalaman pengerjaan

Mesin Drilling :

d : diameter drill (mm)


z : jumlah gigi drill (z=2)
vf : kecepatan pemakaman (mm/menit)
n : putaran chuck atau benda kerja (putaran/menit (RPM))
fz : gerak makan pergigi (mm/gigi)
Z : cm3/menit

b. Data Hasil Perhitungan

Tabel 4.1. Data Hasil Perhitungan


Perhitungan Hasil Keterangan Hasil
V (π ×1.5 mm ×180 RPM ) 848.2300165 mm/menit
1000
fz 848.2300165 2.35619449 mm/menit
2 ×180 RPM
Z 1 0.014989462 cm3/menit
× π × ( 0.15 cm )2 × 848.2300165
4

4.2 Perhitungan

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum mengenai proses drilling maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
a. Proses drilling merupakan proses pembuatan lubang bulat dengan
menggunakan mata bor (twist drill) Sedangkan proses bor (boring) adalah
proses meluaskan/memperbesar lubang yang bisa dilakukan dengan batang
bor (boring bar) yang tidak hanya dilakukan pada mesin Drilling, tetapi bisa
dengan mesin bubut, mesin frais, atau mesin bor atau Drilling.
b. Sebelum masuk pada tahap drilling harus terlebih dahulu menyiapkan
perkakas serta material yang akan dilubangi, kemudian mengukur dan
menandai titik yang akan didrill dengan menggunakan penitik, lalu proses
berikutnya masuk ke penggunaan mesin bor.
c. Perkakas yang digunakan pada proses drilling adalah mesin bor, drill chuck,
dan penitik.
d. Pada saat penggunaan mesin bor tersedia table dibagian depan yang berfungsi
sebagai kode pengatur kecepatan pemakanan mesin drill. Kecepatan
pemakanan juga harus disesuaikan dengan ukuran lubang yang akan dibuat.

5.2 Saran
Adapun saran untuk memperbaiki praktikum ke depannya adalah
sebagai berikut:
a. Praktikan seharusnya datang tepat waktu agar waktu praktikum tidak tertunda
b. Praktikan seharusnya mempelajari terlebih dahulu modul dan tata cara
penggunaan alat serta cara menggunakannya agar tidak terjadi kesalahan.
c. Praktikan seharusnya membersihkan seluruh sisa-sisa material hasil dari
proses pengerjaan.
d. Praktikan sebaiknya tidak banyak bercanda dan bermain-main ketika
praktikum sedang berjalan.
e. Praktikan seharusnya memperhatikan dengan seksama penjelasan prosedur
yang disampaikan oleh laboran.
DAFTAR PUSTAKA

Wibowo, Dodi dan Gusri Akhyar Ibrahim.2014. Pengeboran Baja ASTM A1011
Menggunakan Pahat High Speed Steel dalam Kondisi Dilumasi
Cairan Minyak. Jurnal Mechanical.5(2):29-35

Rochim Taufiq.1993.Proses Permesinan.Jakarta : Erlangga


Widarto.2008.TEKNIK PERMESINAN Jilid 2 untuk SMK .Jakarta: Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan
Nasional
Yuni Hermawan.2012. PENGARUH PUTARAN SPINDEL, GERAK MAKAN DAN
KEDALAMAN POTONG TERHADAP GETARAN SPINDLE HEAD
HASIL PROSES DRILLING. Rotor.5(1):18-25

Anda mungkin juga menyukai