Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PRAKTIKUM MS2121 MATERIAL TEKNIK

ANALISIS STRUKTUR MIKRO

DISUSUN OLEH :

DIAS ALDIANATA

17117015

LABORATORIUM MATERIAL

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA

2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Metalografi merupakan suatu disiplin ilmu yang mempelajari metode


observasi atau pemeriksaan atau pengamatan atau pengujian dengan tujuan
untuk menentukan atau mempelajari hubungan antar struktur dengan sifat
atau karaktter yang pernah dialami oleh logam atau paduan. Kebanyakan sifat
makroskopik dari material berhubungan dengan mikrostruktur. Sifat mekanik
material seperti tensile strengh ,elongasi, sifat terhadap panas dan juga sifat
kelistrikan berhubungan langsung dengan mikrostruktur. Pemahaman dari
hubungan antara mikrostruktur dan sifat makroskopik yang mempunyai peran
penting dalam pengembangan material merupakan tujuan utama dari
metalografi. Dengan menguji dan mengamati mikrostruktur suatu material ,
maka performa material tersebut dapat dilihat.

Karena itu metalografi digunakan di semua tahap selama pembuatan material


tersebut dari mulai pengembangan, produksi, manufaturing process control,
dan bahkan analisis kegagalan logam. Metalografi biasanya dilakukan dengan
alat mikroskop optik. Untuk saat ini mikroskop yang digunakan sudah
dihubungkan dengan komputer yang dilengkapi dengan sistem analisis
gambar yang akurat. Dari hasil pengamatan mikroskop tersebut dapat
dihitung ukuran ,bentuk dan distribusi fasa dan juga didapat matriks
mikrostruktur. Selain itu jika data mikrostruktur sudah didapat, dengan data
tesebut kita dapat memprediksi sifat sifat mekanik seperti deformasi plastis,
elongasi, dan kekuatan tarik.
1.2 Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui dan memahami struktur
mikro pada spesimen uji yang terbentuk setelah proses persiapan heat
treatment.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian
Struktur mikro adalah gambaran dari kumpulan fasa-fasa yang dapat diamati
melalui teknik metalografi. Struktur mikro suatu logam dapat dilihat dengan
menggunakan mikroskop. Mikroskop yang dapat digunakan yaitu
mikoroskop optik dan mikroskop elektron. Sebelum dilihat dengan
mikroskop, permukaan logam harus dibersihkan terlebih dahulu, kemudian
reaksikan dengan reagen kimia untuk mempermudah pengamatan. Proses ini
dinamakan etching.

Untuk mengetahui sifat dari suatu logam, kita dapat melihat struktur
mikronya. Setiap logam dengan jenis berbeda memiliki struktur mikro yang
berbeda. Dengan melalui diagram fasa, kita dapat meramalkan struktur
mikronya dan dapat mengetahui fasa yang akan diperoleh pada komposisi
dan temperatur tertentu. Dan dari struktur mikro kita dapat melihat :
a. Ukuran dan bentuk butir
b. Distribusi fasa yang terdapat dalam material khususnya logam
c. Pengotor yang terdapat dalam material

Dari struktur mikro kita juga dapat memprediksi sifat mekanik dari suatu
material sesuai dengan yang kita inginkan.

Baja adalah salah satu logam ferro yang banyak digunakan dalam dunia
teknik dan industri. Baja terdiri dari kandungan besi dan karbon, dimana
kandungan besi (Fe) pada baja sekitar 97% dan karbon (C) sekitar 0,2%
hingga 2,1% berat sesuai gradenya. Kandungan karbon pada baja umumnya
tidak lebih dari 1 % karbon (C). Disamping unsur besi (Fe) dan karbon (C),
baja juga mengandung unsur campuran lain seperti mangan (Mn) dengan
kadar maksimal 1,65%, silikon (Si) dengan kadar maksimal 0,6%, tembaga
(Cu) dengan kadar maksimal 0,6%, sulfur (S), fosfor (P) dan lainnya dengan
jumlah yang dibatasi dan berbeda-beda (Wulandari, 2011). 9 2.1.2 Klasifikasi
Baja Untuk mempelajari baja pada ilmu logam akan lebih mudah bila baja
diklasifikasikan menurut komposisi kimianya, struktur, jumlah komponen
dan keperluannya.

Menurut komposisi kimianya, baja dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu:
Baja karbon dan baja paduan.
Adapun pengklasifikasian baja secara lengkap dapat dilihat pada keterangan
berikut ini:

a. Menurut komposisi kimianya Baja karbon Baja karbon terdiri dari besi
dan karbon. Baja karbon merupakan baja yang mengandung karbon
antara 0,3% sampai 1,7%. Pada umumnya sebagian besar baja hanya
mengandung karbon dengan sedikit unsur paduan lainnya. Baja karbon
disebut juga baja mesin karena mengandung sejumlah elemen atau unsur
seperti mangan, fosfor, silikon dan lain sebagainya (Zainuri, 2007).
Berdasarkan kandungan karbon, baja dibagi ke dalam tiga macam
yaitu:

1. Baja karbon rendah (low carbon steel)


Baja karbon rendah merupakan baja yang mengandung karbon
kurang dari 0,3% C. Baja karbon rendah mudah dimachining dan
dilas, serta memiliki keuletan dan ketangguhan sangat tinggi tetapi
kekerasannya rendah dan tahan aus. Baja karbon rendah sering
digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan komponen bodi
mobil, struktur bangunan, pipa gedung, jembatan, kaleng, pagar dan
lain-lain.

2. Baja karbon sedang (medium carbon steel)


Baja karbon sedang merupakan baja yang mengandung karbon 0,3
%-0,6% 10 karbon. Baja karbon sedang memiliki kekerasan lebih
tinggi dari pada baja karbon rendah. Kekuatan tarik dan batas regang
yang tinggi, tidak mudah dibentuk oleh mesin. Baja karbon sedang
banyak digunakan untuk poros, rel kereta api, roda gigi, pegas, baut
dan lain-lain.

3. Baja karbon tinggi (high carbon steel)


Baja karbon tinggi merupakan baja yang mengandung 0,6%-1,7% C.
Baja karbon tinggi memiliki kekerasan tinggi, tetapi keuletannya
lebih rendah. Baja karbon tinggi mempunyai kuat tarik paling tinggi
dan banyak digunakan untuk material tools. Baja karbon ini banyak
digunakan dalam pembuatan pegas dan alat-alat perkakas seperti
palu, gergaji, atau pahat potong dan lainnya (ASM handbook ,
1993).

Struktur mikro pada material sangat erat kaitannya dengan sifat pada logam
tersebut. Pengubahan struktur mikro pada logam khususnya bisa melalui
pengaturan laju pendinginan yang akan mengubah sifat baja dikenal dengan
istilat Heat Treatment. Macam-macam Heat Treatment ini adalah Annealing,
Quenching, Normalizing dan Tempering.

Struktur mikro pada material sangat erat kaitannya dengan sifat pada logam
tersebut. Pengubahan struktur mikro pada logam khususnya bisa melalui
pengaturan laju pendinginan yang akan mengubah sifat baja dikenal dengan
istilat Heat Treatment. Macam-macam Heat Treatment ini adalah Annealing,
Quenching, Normalizing dan Tempering :
a. Fasa yang terjadi pada komposisi dan temperatur berbeda dengan
pendinginan lambat.
b. Temperatur pembekuan dan daerah-daerah pembekuan paduan Fe-C bila
dilakukan pendinginan lambat.
c. Temperatur cair dari masing-masing paduan.
d. Batas-batas kelarutan atau batas kesetimbangan dari unsur karbon fasa
tertentu.
e. Reaksi-reaksi metalurgis yang terjadi.
Komposisi eutektid terdapat pada 4,3 % (berat) karbon (17 % atom) dan suhu
eutektid adalah 1148°C. Besi cor berada di daerah eutektid ini karena
rata-rata mengandung 2,5% - 4%. Pada bagian diagram antara 700°C-900°C
dan daerah karbon antara 0%-1% ini mikrostruktur baja dapat diatur dan dan
disesuaikan dengan keinginan. Struktur-struktur yang ada pada diagram fasa
Fe-Fe3C:

Gambar 2.1 Diagram Fe-Fe3C

a. Ferrit (Besi α) adalah suatu komposisi logam yang mempunyai batas


maksimum kelarutan Carbon 0,025 % C pada temperature 723°C,
struktur kristalnya BCC (Body Center Cubic) dan pada temperature
kamar mempunyai batas kelarutan Carbon 0,008m% C. Sifat-sifatnya
adalah ketangguhan rendah, keuletan tinggi, kekerasan < 90 HRB,
struktur paling lunak pada diagram Fe-Fe3C dan ketahanan korosi
medium.
Gambar 2.2 ferrit (Besi α)

b. Austenit (Besi γ) adalah suatu larutan padat yang mempunyai batas


maksimum kelarutan Carbon 2,11 % C pada temperature 1148°C,
struktur kristalnya FCC (Face Center Cubic). Sifat-sifatnya adalah
ketangguhan baik sekali, ketahanan korosi yang paling baik dari SS yang
lain, non hardened heat treatment, mudah dibentuk dan paling banyak
dipakai dalam industri.

Gambar 2.3 austenit (Besi γ)

c. Cementit (Besi Karbida) adalah suatu senyawa yang terdiri dari unsur Fe
dan C dengan perbandingan tertentu (mempunyai rumus empiris) dan
struktur kristalnya Orthohombic. Sifat-sifatnya adalah sangat keras dan
bersifat getas.
Gambar 2.4 cementit (besi karbida

d. Lediburite ialah campuran Eutectic antara besi Gamma dengan Cementid


yang dibentuk pada temperature 1130°C dengan kandungan Carbon
4,3%C.

Gambar 2.5 Lediburite

e. Pearlit adalah Eeutectoid mixture dari ferrite dan cementite (α+Fe3C),


terjadi pada temperatur 723°C, mengandung 0,8 % karbon. ( Modul
Praktikum material, 2020).
Gambar 2.6 pearlite

2.2 Teknik Metalografi


Untuk dapat melihat struktur mikro dari suatu material khususnya logam kita
bisa menggunakan teknik Metallography. Metallography adalah ilmu yang
mempelajari karakteristik, struktur dari suatu logam atau paduan.
Teknik Metallography ini ada beberapa tahapan, yaitu :

a. Sectioning
Spesimen uji dipotong dengan ukuran tertentu
b. Mounting
Pemberian resin pada spesimen uji disekelilingnya agar material tersebut
bisa dipegang.
c. Grinding, Polishing & Etching
Menghaluskan permukaan material dengan menggunakan grinding dan
polishing.
d. Observing
Mengamati struktur mikro pada spesimen uji dengan menggunakan
mikroskop optik.
2.3 Baja Karbon
Baja karbon merupakan logam paduan yang merupakan kombinasi dari
besi dan karbon dan paduan elemen lain yang jumlahnya tidak terlalu
banyak untuk dapat mempengaruhi sifatnya. Komposisi baja karbon
biasanya mengandung tidak lebih dari 1.0% karbon (C) serta sejumlah
kecil paduan seperti mangan (Mn) dengan kadar maksimal 1,65%, silikon
(Si) dengan kadar maksimal 0,6% dan tembaga (Cu) dengan kadar
maksimal 0,6%. Baja dengan kadar karbon yang rendah memiliki sifat
yang sama dengan besi, lunak dan mudah dibentuk. Meningkatnya
kandungan karbon menjadikan logam lebih keras dan kuat namun
keuletannya berkurang dan lebih sulit untuk di las. Baja karbon dapat
diklasifikasikan menjadi tiga bagian menurut kadar karbon yang
dikandungnya, yaitu baja karbon rendah dengan kadar karbon kurang dari
0,3 %, baja karbon sedang mengandung 0,3 – 0,6 % karbon, dan baja
karbon tinggi mengandung 0,6– 1,0 % karbon.

2.4 Jenis-Jenis Baja Karbon


1. Baja Karbon Rendah
Baja karbon rendah mengandung kurang dari 0,3 % karbon.
Kebanyakan dari produk baja ini berbentuk pelat hasil pembentukan
canai dingin dan proses anneal. Kandungan karbonnya yang rendah
dan mikrostrukturnya yang terdiri dari fasa ferit dan pearlit
menjadikan baja karbon rendah bersifat lunak dan kekuatannya lemah
namun keuletan dan ketangguhannya sangat baik. Baja karbon rendah
kurang responsif terhadap perlakuan panas untuk mendapatkan
mikrostruktur martensit maka dari itu untuk meningkatkan kekuatan
dari baja karbon rendah dapat dilakukan dengan proses canai dingin
maupun karburisasi.

2. Baja karbon sedang


Baja Karbon Menengah (Medium Carbon Steel) dengan kandungan
karbonnya yang mencapai sekitar 0,3%-0,8%. Struktur mikronya lebih
keras dan kuat. Tingginya jumlah karbon membuat baja ini lebih
responsif terhadap berbagai proses perlakuan panas untuk meningkatkan
sifat mekaniknya.

3. Baja Karbon Tinggi

Baja Karbon Tinggi (High Carbon Steel), kandungan karbonnya sekitar


0,8%-2%. Kualitasnya—kekerasan, kekuatan, dan kegetasan
lebih tinggi daripada dua jenis baja lain. Contoh aplikasinya untuk aneka
perkakas, terutama alat potong. Jika dilihat dari struktur fasanya mirip
dengan struktur bainite. Bainite adalah jenis mikrostruktur dalam baja
yang memiliki struktur mirip pelat. Struktur ini terbentuk ketika baja
berada di sekitar 125-550 ° C.
BAB III
METODELOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :

a. Trinocular Metalurgical Microscope

Gambar 3.1 Trinocular Metalurgical Microscope

b. Material Carbon Steel Medium (AISI 1045) dan Stainless Steel (SS 304)

Gambar 3.2 Material Carbon Steel Medium (AISI 1045)


dan Stainless Steel (SS 304)
3.2 Prosedur Praktikum
Adapun prosedur praktikum kali ini adalah:

a. Bagian-bagian alat Trinocular Metalurgical Microscope

Gambar 3.3 Skema alat Trinocular Metalurgical Microscope

Axio Vert.A 1 Stand for Transmitted Light


1. Eyepieces
2. Binocular tube
3. Trasmitted light illumination
4. Filter Slider
5. Condensor
6. Specimen Stage
7. Focusing drive – fine focusing (right-hand side)
8. Focusing drive – coarse focusing (right-hand side)
9. Illumination intensity of transmitted light ON/OFF
10. Permanent/ECO (Mode Hemat Daya)
11. Power indicator (blue)
12. Slot for constrast sliders with analyzer or PlasDIC module (left-right
hand sides)
13. Slot for DIC sliders or PlasDIC sliders in the objective nosepiece
14. Knurled ring of the objective nosepiece
15. Stop for the vertical adjusting range of the focusing drive
16. Focusing drive – coarse focusing (left-hand side)
17. Focusing drive – fine focusing (left-hand side)
18. On / off switch
19. Slot for contrast slidres with analyzer or with PlasDIC module
(left-hand and righthand sides)

b. Prosedur Pemakaian Trinocular Metalurgical Microscope


1. Menghidupkan kabel plug ke listrik dan menekan tombol on
2. Meletakkan spesimen pada stage spesimen
3. Memfokuskan gambar dengan menggunakan lensa objektif dengan
perbesaran terkecil
4. Mengatur posisi lampu kondenser dan mengatur unit lampu iluminasi
secara benar
5. Mengatur intensitas cahaya lampu seperlunya
6. Memfokuskan posisi spesimen dengan lensa objektif secara tepat
dengan memutar fine adjusting handle.
7. Untuk pengamatan menekan kedalam light-path changeover lever,
sedangkan untuk memotret menarik keluar
8. Dalam pengambilan gambar, memastikan tidak ada getaran yang
terjadi pada saat itu

c. Prosedur Penggunaan Power Supply 10V 100W

Gambar 3.4 Power suplly 10V 100W


1. No. 1 Saklar ON/OFF dan No. 2 Potensiometer
2. No. 3 Lampu Pilot untuk mengoperasi remote control (eksternal)
3. No. 4 Saklar RL (Reflected Lamp) dan Saklar TL (Transmitted Lamp)
4. Menghidupkan / mematikan Saklar dengan menggunakan Saklar
ON/OFF (Gbr.No 1) Menyalakan mikroskop (Lihat manual operasi
terpisah).
5. Menyalakan / mematikan sistem iluminasi yang diinginkan secara
alternatif menggunakan Saklar memilih cahaya yang dipantulkan /
ditransmisikan (Gbr.No. 4), masing-masing posisi RL dan TL.
6. Menyesuaikan intensitas pencahayaan lampu sakelar dengan memutar
Potensiometer (Gbr. No. 2) dari Power Supply.
7. Kemudian, beralih di antara sistem iluminasi tidak berpengaruh pada
kecerahan lampu yang menyesuaikan. Karena itu, kecerahan harus
menyesuaikan kembali setelah setiap peralihan, jika perlu.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Data

A. Tabel Hasil Gambar Perbesaran 20x Udara, air, dan Oli

AIR OLI UDARA

4.2 Analis Pembahasan

Transformasi diagram fasa Fe-Fe3C – Kesetimbangan diagram fasa Fe-Fe3C


adalah alat penting untuk memahami mikro dan sifat dari baja karbon, Suatu
jenis paduan logam besi (Fe) dan karbon (C). Diagram Fasa Fe-Fe3C juga
merupakan dasar dari pembuatan baja dan besi cor dalam pembuatan logam.
Karbon terlarut dalam besi dalam bentuk larutan padat (solid solution) untuk
0,05% berat pada suhu kamar. Pada kandungan karbon lebih dari 0.055 akan
membentuk deposit karbon dalam bentuk hard intermetalik senyawa
stoichiomater (Fe3C), lebih dikenal sebagai CEMENTIT atau karbida.
Gambar 4.1 Diagram Fasa Fe-Fe3C

Besi adalah logam yang memiliki sifat allotropi, allotropi sifat yang dimiliki
oleh besi itu sendiri ada 3, yaitu Delta besi (δ) mampu melarutkan max
karbon 0,1% pada 1500oC, Besi Gamma (γ) mampu melarutkan max karbon
2% pada 1130oC dan Besi Alpha (α) yang mampu melarutkan max karbon
0,025% pada 723oC. Transformasi allotropic besi, Fe (δ), Fe (γ) dan Fe (α)
terjadi difus sehingga membutuhkan waktu tertentu pada suhu konstan
Karena reaksi dikeluarkan panas laten.
Garis-garis penting dalam diagram Fe-Fe3C:

1. Upper critical temperature (temperatur kritis atas), A3 : temperatur


perubahan allotropi.
2. Lower critical temperature (temperatur kritis bawah), A1 : temperatur
reaksi eutectoid.
3. Solvus line Acm : menunjukkan bats kelarutan karbon dalam austenite.

Austenit (Besi γ) adalah suatu larutan padat yang mempunyai batas


maksimum kelarutan Carbon 2,11 % C pada temperature 1148°C, struktur
kristalnya FCC (Face Center Cubic). Sifat-sifatnya adalah ketangguhan baik
sekali, ketahanan korosi yang paling baik dari SS yang lain, non hardened
heat treatment, mudah dibentuk dan paling banyak dipakai dalam industri.
Gambar 4.2 Austenit

Pada pemanasan baja, setelah suhu kritis atas, pembentukan struktur selesai
menjadi austenit yang keras, ulet dan non-magnetik. Ia mampu melarutkan
karbon dalam jumlah besar. Hal ini terjadi di antara rentang kritis atau
transfer selama pemanasan dan pendinginan baja. Austenit terbentuk ketika
baja mengandung karbon hingga 1,8 % pada 1130 ° C. Pada pendinginan di
bawah 723 ° C, ia mulai berubah menjadi perlit dan ferit. Baja Austenitik
tidak dapat dikeraskan dengan metode perlakuan panas yang biasa dan
non-magnetik.

Martensit merupakan salah satu fasa yang dapat terbentuk pada struktur
logam. Sifat dari sturktur pada fasa martensit adalah keras dan getas, jadi
logam yang berada pada fasa ini cepat mengalami perpatahan.
Gambar 4.3 Martensite

Untuk mendapatkan struktur dengan fasa martensit, maka logam haurs


melalui proses perlakuan panas dengan laju pendinginan yang cepat. Untuk
laju pendinginan yang cepat, biasanya digunakan air garam yang memiliki
densitas yang sangat tinggi.

Untuk lebih jelasnya, mari kita simak secara lebih terperinsi proses
transformasi fasa dari bahan yang memiliki struktur normal hingga
terbentuknya struktur martensit.

Untuk structure normal, butiran-butiran masih tersusun rapih karena masih


memiliki ikatan yang kuat antar satu atom Fe denga atom Fe yang lainnya.
Ikatan ini kuat karena adanya atom pengikat yaitu karbon. Pada struktur
normal, karbon masih terdistribusi dengan sempurna mengikat atom-atom
penyusun logam.

Setelah itu bahan ini dpanaskan hingga kira-kira mencapai suhu 800o C.
Setalah itu struktur butirnya telah mengalami perubahan, dimana ato-atom
karbon akan keluar dari ikatan aotm penyusun logam, sehingga ikatannya
berkurang. Atom-atom merenggang dan menjadi besar. Struktur ini berada
pada fase austenit + cairan. Maksudnya adalah ada yang berada pada fasa
austenit dan ada pula yang telah berupa cairan, dengan sifat yang lunak tapi
ulet.

Setelah dipanaskan hingga suhu 800o C, dan mencapai fasa austenit stabi,
maka bahan didinginkan dengan cepat, yaitu dengan menggunakan media
pendingin air garam. Digunakan air garam, karena memiliki densitas yang
tinggi, dimana kerapatan antara molekul air garam amat tinggi, sehingga
proses transfer panas berlangsung dengan waktu yang sangat cepat. Laju
pendinginanpun berlangsung dengan cepat. Peristiwa ini mengakibatkan
atom-atom karbon yang tadinya terlepas dari ikatan tidak mampu/sempat
terredistrribusi ke dalam ikatan untuk mengikat atom-atom penyusun logam,
dan atom-atom yang membesar tak sempat untuk mengecil. Jadi disini terjadi
proses rekristalisasi yang sangat cepat. Dengan struktur yang seperti ini akan
mengakibatkan ikatan yang tidak kuat antar satu atom dan atom lainnya
sehingga sifatnya getas, dan keras, karena butiran yang membesar memenuhi
ruang material. Sruktur semacam inilah yang disebut struktur martensit, yang
terbentuk pada fasa martensit.

Jadi, dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan, bahwa struktur martensit


merupakan struktur yang memiliki sifat yang keras dan getas, karena telah
mengalami perlakuan panas hingga mencapai austenit stabil pada suhu kritis
yang kemudian didinginkan dengan cepat dengan media pendingin air garam
yang densitasnya tinggi.

Ferrit (Besi α) adalah suatu komposisi logam yang mempunyai batas


maksimum kelarutan Carbon 0,025 % C pada temperature 723°C, struktur
kristalnya BCC (Body Center Cubic) dan pada temperature kamar
mempunyai batas kelarutan Carbon 0,008m% C. Sifat-sifatnya adalah
ketangguhan rendah, keuletan tinggi, kekerasan < 90 HRB, struktur paling
lunak pada diagram Fe-Fe3C dan ketahanan korosi medium.
Gambar 4.4 Ferrit

Pada proses transformasi austenit menjadi ferit, ferit akan terbentuk


selama pendinginan. Pembentukan ferit diawali dengan nukleasi ferit.
Tempat- tempat potensial untuk nukleasi ferit diantaranya:

a. Batas butir austenit, yang merupakan tempat nukleasi ferit terutama


pada sisi- sisi butir. Nukleasi ferit terjadi secara teratur sepanjang batas
butir austenit, dimungkinkan karena merupakan tempat yang
mempunyai energi yang lebih tinggi karena merupakan cacat kristal.
Nukleasi yang lebih sering akan terjadi pada austenit yang terdeformas.

b. Pita-pita deformasi, yang merupakan tempat nukleasi ferit intragranular.


Pita- pita deformasi merupakan tempat untuk nukleasi ferit. Namun
tidak semua pita-pita deformasi potensial dan efektif sebagai tempat
nukleasi.

c. Partikel fasa kedua. Partikel fasa kedua yaitu karbida/nitrida yang tidak
larut merupakan tempat nukleasi.

d. Sub batas butir, nukleasi yang terjadi pada sub batas butir ini hanya
terjadi jika deformasi sub struktur tanpa recovery. Recovery yang
minimal menyebabkan ferit akan potensial untuk ternukleasi. Jadi
dengan deformasi yang kecil, sub struktur akan te-recovery dan
terbentuk struktur butir ferit karena adanya nukleasi intragranular.
Waktu penahanan pada temperatur tertentu yang lebih singkat
menghasilkan nukleasi intragranular yang lebih banyak sehingga
terbentuk ferit yang lebih seragam, hal ini dipengaruhi oleh partikel
presipitat fasa kedua yang mampu menghambat recovery dan
menghasilkan potensial nukleasi sub batas butir yang tinggi.

Laju nukleasi selama transformasi dipengaruhi oleh driving force yang


diperlukan. Semakin kecil driving force maka laju nukleasi semakin
besar. Pengurangan driving force untuk nukleasi dapat dilakukan
melalui nukleasi heterogen seperti pada batas butir, dislokasi dan
inklusi. Sehingga laju nukleasi heterogen lebih tinggi dibandingkan laju
nukleasi homogen yang hanya tergantung pada setiap atom untuk
tempat nukleasi potensial.

Pertumbuhan ferit diawali dengan proses nukleasi dimana proses difusi


karbon sangat menentukan bentuk morfologi dari struktur ferit. Sebagai
contoh, baja paduan yang mengandung 0,15% C, dilakukan austenisasi
lalu bertransformasi menjadi ferit pada temperatur di bawah Ar3 lalu
dicelup dalam air. Pada pendinginan lambat (undercooling) dibawah
temperatur A3, ferit bernukleasi pada batas butir austenit dan tumbuh
secara lokal saja dengan membentuk struktur yang disebut batas butir
allotriomorf.

Ferit juga dapat tumbuh dalam matriks austenit yang disebut


intragranular ferit. Struktur ferit ini cenderung seragam dengan
pendinginan lambat dan berbentuk seperti plat pada pendinginan cepat.

Cementit (Besi Karbida) adalah suatu senyawa yang terdiri dari unsur Fe
dan C dengan perbandingan tertentu (mempunyai rumus empiris) dan
struktur kristalnya Orthohombic. Sifat-sifatnya adalah sangat keras dan
bersifat getas.
Gambar 4.5 Cementit
Dalam sistem baja karbon cementit merupakan konstituen umum
karena ferrite dapat mengandung setidaknya 0.02 wt % dari karbon
tunggal. Oleh karenanya, dalam baja karbon dan besi tempa yang
didinginkan perlahan porsi elemen ini dalam bentuk cementit. Hal ini
dibentuk langsung dari lelehan besi putih. Dalam baja karbon, terdapat
juga dalam bentuk austenite selama pendinginan atau dalam bentuk
martensite selama proses tempering. Campuran jenuh dengan ferrite,
produk lain austenite, membentuk struktur lamelar yang disebut
pearlite.

Cementit bersifat tak stabil secara termodinamika, sering kali berubah


menjadi ferrite dan grafit. Cementit berubah dari feromagnetik menjadi
paramagnetik pada temperatur Cure sekitar 480K. Besi karbida alami
mengandung cemaran nikel dan kobal minimal terdapat dalam meteroit
besi dan disebut cohenite.

Pearlit adalah Eeutectoid mixture dari ferrite dan cementite (α+Fe3C),


terjadi pada temperatur 723°C, mengandung 0,8 % karbon. ( Modul
Praktikum material, 2020).
Gambar 4.6 Pearlite

Pembentukan struktur pearlite adalah Ketika baja didinginkan dari


temperatur austenisasi sampai temperatur di bawah 650 oC, pearlit akan
segera terbentuk. Pembentukan struktur perlit dimulai pada daerah batas
butir austenit atau daerah acak dari butir austenit. Struktur ini terbentuk
dari lamel-lamel ferit dan sementit yang terjadi secara bergantian dalam
laju pendinginan lambat. Struktur ini terbentuk pada daerah di atas
hidung dari diagram TTT.

Bainite adalah jenis mikrostruktur dalam baja yang memiliki struktur mirip
pelat. Struktur ini terbentuk ketika baja berada di sekitar 125-550 ° C.
Selain itu, ia juga terbentuk ketika austenit mendingin hingga melewati
suhu di mana struktur austenit tidak lagi stabil (secara termodinamik tidak
stabil) bila dibandingkan dengan ferit atau sementit. Struktur bainit
terutama terdiri dari semen dan ferit, dan ferit ini kaya akan dislokasi. Oleh
karena itu, kepadatan dislokasi yang besar pada ferit membuatnya sulit.
Gambar 4.7 Bainite

Mekanisme pembentukan struktur bainite, transformasi austnit menjadi


bainitik dapat terjadi dua tahap yang berbeda. Tahap pertama, terjadi
pembentukan nukleasi sub-unit pada butir austenite, kemudian tumbuh
dengan cepat didalam butir. Pertumbuhanya tertahan oleh deformasi
plastis dari austenit yang berdekatan. Kemudian sub-unit baru terbentuk
di ujung sub unit dan membentuk clusters atau gugus ferit. Saat proses
berlangsung, terjadi pengendapan karbida didalam pelat ferit super
jenuh, atau austenit terdekat yang kaya karbon.

Berdasarkan hasil data pengamatan yang didapat unsur unsur paduan


yang terdapat dalam gambar perbesaran Oli20x adalah unsur paduan
baja karbon rendah karena strukturnya lebih jarang jarang antara ferriet
dan pearlitnya. Hal lain juga jika dilihat dari strukturnya mirip dengan
austenite. Austenit (Besi γ) adalah suatu larutan padat yang mempunyai
batas maksimum kelarutan Carbon 2,11 % C pada temperature 1148°C,
struktur kristalnya FCC (Face Center Cubic).

Kemudian untuk gambar struktur media Air20x terlihat lebih rapat


strukturnya yang berarti baja paduan karbon sedang, Baja karbon
Menengah (Medium carbon Steel) dengan kandungan karbonnya yang
mencapai sekitar 0,3%-0,8%. Struktur mikronya lebih keras dan kuat.
Tingginya jumlah karbon membuat baja ini lebih responsif terhadap
berbagai proses perlakuan panas untuk meningkatkan sifat mekaniknya.

Pada media Udara20x dilihat strukturnya sangat rapat, seperti jarum


jarum yang tersusun padat, hal ini dapat dilihat bahwa unsur paduannya
adalah baja karbon tinggi, Baja Karbon Tinggi (High Carbon Steel),
kandungan karbonnya sekitar 0,8%-2%. Kualitasnya—kekerasan, kekuatan,
dan kegetasan lebih tinggi daripada dua jenis baja lain. Contoh aplikasinya
untuk aneka perkakas, terutama alat potong. Jika dilihat dari struktur
fasanya mirip dengan struktur bainite. Bainite adalah jenis mikrostruktur
dalam baja yang memiliki struktur mirip pelat. Struktur ini terbentuk ketika
baja berada di sekitar 125-550 ° C.

Pada heat treatment terdapat beberapa proses yang sering digunakan yaitu
Hardening, Tempering, Anealing, Normalizing, dan Quenching. faktor
yang membedakan perubahan strukturnya adalah media pendinginnya ,
karena media pendingin yang digunakan untuk mendinginkan baja
bermacam macam. Berbagai bahan pendingin yang digunakan dalam
proses perlakuan panas antara lain yaitu Air Pendinginan mengunakan air
akan memberikan daya pendinginan yang cepat. Biasanya ke dalam air
tersebut dilarutkan garam dapur sebagai uasaha mempercepat turunya
temperatur benda kerja dan mengakibatkan benda kerja menjadi keras.

Kemudian minyak, Minyak yang digunakan sebagai fluida pendinginan


dalam perlakuan panas adalah yang dapat memberikan lapisan karbon pada
kulit (permukaan) benda kerja yang diolah. Selain minyak yang khusus
digunakan sebagai bahan pendingin pada proses perlakuan panas dapat
juga digunakan minyak bakar atau solar.

Setelah itu Pendinginan udara dilakukan untuk perlakuan panas yang


membutuhkan pendinginan lambat. Untuk keperluan tersebut udara yang
disirkulasikan ke dalam ruangan pendingin dibuat dengan kecepatan yang
rendah.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat pada percobaan kali ini adalah sebagai
berikut:

a. Dengan media pendingin udara ternyata strukturnya paling raapat dan


tersusun seperti jarum rapat berdempetan yang menunjukan struktur
tersebut adalah unsur paduan tinggi.

b. Media pendingin mempengaruhi nilai kekerasan suatu material. Semakin


cepat proses pendinginan, semakin keras suatu material nya.

c. Pengerasan adalah proses pemanasan baja sampai suhu didaerah atau


diatas daerah kritis disusul dengan pendinginan yang cepat.

d. Dengan mengetahui perbedaan struktur dari media pendingin yang


berbeda, kita dapat memahami struktur dan nilai kekerasan suatu material.

5.2 Saran

Adapun saran yang dapat diberikan pada praktikum kali ini adalah sebagai
berikut:

a. Gunakanlah media pendingin secara bervariasi agar dapat membedakan


suatu nilai kekerasan material seperti air garam dan minyak.

b. Ujilah dengan variasi suhu saat heat treatment, karna besarnya suhu juga
mempengaruhi suatu kekerasan material.

c. Sebaiknya pahami dulu materi yang akan dipraktikan seperti baca teori
dari banyak sumber-sumber terpercaya.
DAFTAR PUSTAKA

Amanto, Hari. 1999.Ilmu Bahan.Jakarta:


Bumi Angkasa

Anusavice, Kenneth J. 2003. Phillips’ science od Dental Material 11th ed.


Elsevier. Pp 642

Craig RG and Powers JM. 2002. Restorative dental materials 11th ed. A Harcourt
Healt Sciences Company. Hal 483

Galuh, Yusuf. Ghazali, Mario. Hidayat, Fadil. Dkk. 2014. “Modul F ANALISIS

STRUKTUR MIKRO LOGAM”. Bandung. FTMD

Nugroho, Untung., 2010. Pengaruh Struktur Mikro Dan Kandungan


Karbon Kekerasan Coran Kuningan. Universitas Gunadarma

Sakaguchi R L, Powers J M. 2012. Craig’s Restorative Dental Material 16 edition.


Philadhelphia : Elsevier. Hal 227
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai