DISUSUN OLEH :
DIAS ALDIANATA
17117015
LABORATORIUM MATERIAL
2020
BAB I
PENDAHULUAN
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui dan memahami struktur
mikro pada spesimen uji yang terbentuk setelah proses persiapan heat
treatment.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian
Struktur mikro adalah gambaran dari kumpulan fasa-fasa yang dapat diamati
melalui teknik metalografi. Struktur mikro suatu logam dapat dilihat dengan
menggunakan mikroskop. Mikroskop yang dapat digunakan yaitu
mikoroskop optik dan mikroskop elektron. Sebelum dilihat dengan
mikroskop, permukaan logam harus dibersihkan terlebih dahulu, kemudian
reaksikan dengan reagen kimia untuk mempermudah pengamatan. Proses ini
dinamakan etching.
Untuk mengetahui sifat dari suatu logam, kita dapat melihat struktur
mikronya. Setiap logam dengan jenis berbeda memiliki struktur mikro yang
berbeda. Dengan melalui diagram fasa, kita dapat meramalkan struktur
mikronya dan dapat mengetahui fasa yang akan diperoleh pada komposisi
dan temperatur tertentu. Dan dari struktur mikro kita dapat melihat :
a. Ukuran dan bentuk butir
b. Distribusi fasa yang terdapat dalam material khususnya logam
c. Pengotor yang terdapat dalam material
Dari struktur mikro kita juga dapat memprediksi sifat mekanik dari suatu
material sesuai dengan yang kita inginkan.
Baja adalah salah satu logam ferro yang banyak digunakan dalam dunia
teknik dan industri. Baja terdiri dari kandungan besi dan karbon, dimana
kandungan besi (Fe) pada baja sekitar 97% dan karbon (C) sekitar 0,2%
hingga 2,1% berat sesuai gradenya. Kandungan karbon pada baja umumnya
tidak lebih dari 1 % karbon (C). Disamping unsur besi (Fe) dan karbon (C),
baja juga mengandung unsur campuran lain seperti mangan (Mn) dengan
kadar maksimal 1,65%, silikon (Si) dengan kadar maksimal 0,6%, tembaga
(Cu) dengan kadar maksimal 0,6%, sulfur (S), fosfor (P) dan lainnya dengan
jumlah yang dibatasi dan berbeda-beda (Wulandari, 2011). 9 2.1.2 Klasifikasi
Baja Untuk mempelajari baja pada ilmu logam akan lebih mudah bila baja
diklasifikasikan menurut komposisi kimianya, struktur, jumlah komponen
dan keperluannya.
Menurut komposisi kimianya, baja dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu:
Baja karbon dan baja paduan.
Adapun pengklasifikasian baja secara lengkap dapat dilihat pada keterangan
berikut ini:
a. Menurut komposisi kimianya Baja karbon Baja karbon terdiri dari besi
dan karbon. Baja karbon merupakan baja yang mengandung karbon
antara 0,3% sampai 1,7%. Pada umumnya sebagian besar baja hanya
mengandung karbon dengan sedikit unsur paduan lainnya. Baja karbon
disebut juga baja mesin karena mengandung sejumlah elemen atau unsur
seperti mangan, fosfor, silikon dan lain sebagainya (Zainuri, 2007).
Berdasarkan kandungan karbon, baja dibagi ke dalam tiga macam
yaitu:
Struktur mikro pada material sangat erat kaitannya dengan sifat pada logam
tersebut. Pengubahan struktur mikro pada logam khususnya bisa melalui
pengaturan laju pendinginan yang akan mengubah sifat baja dikenal dengan
istilat Heat Treatment. Macam-macam Heat Treatment ini adalah Annealing,
Quenching, Normalizing dan Tempering.
Struktur mikro pada material sangat erat kaitannya dengan sifat pada logam
tersebut. Pengubahan struktur mikro pada logam khususnya bisa melalui
pengaturan laju pendinginan yang akan mengubah sifat baja dikenal dengan
istilat Heat Treatment. Macam-macam Heat Treatment ini adalah Annealing,
Quenching, Normalizing dan Tempering :
a. Fasa yang terjadi pada komposisi dan temperatur berbeda dengan
pendinginan lambat.
b. Temperatur pembekuan dan daerah-daerah pembekuan paduan Fe-C bila
dilakukan pendinginan lambat.
c. Temperatur cair dari masing-masing paduan.
d. Batas-batas kelarutan atau batas kesetimbangan dari unsur karbon fasa
tertentu.
e. Reaksi-reaksi metalurgis yang terjadi.
Komposisi eutektid terdapat pada 4,3 % (berat) karbon (17 % atom) dan suhu
eutektid adalah 1148°C. Besi cor berada di daerah eutektid ini karena
rata-rata mengandung 2,5% - 4%. Pada bagian diagram antara 700°C-900°C
dan daerah karbon antara 0%-1% ini mikrostruktur baja dapat diatur dan dan
disesuaikan dengan keinginan. Struktur-struktur yang ada pada diagram fasa
Fe-Fe3C:
c. Cementit (Besi Karbida) adalah suatu senyawa yang terdiri dari unsur Fe
dan C dengan perbandingan tertentu (mempunyai rumus empiris) dan
struktur kristalnya Orthohombic. Sifat-sifatnya adalah sangat keras dan
bersifat getas.
Gambar 2.4 cementit (besi karbida
a. Sectioning
Spesimen uji dipotong dengan ukuran tertentu
b. Mounting
Pemberian resin pada spesimen uji disekelilingnya agar material tersebut
bisa dipegang.
c. Grinding, Polishing & Etching
Menghaluskan permukaan material dengan menggunakan grinding dan
polishing.
d. Observing
Mengamati struktur mikro pada spesimen uji dengan menggunakan
mikroskop optik.
2.3 Baja Karbon
Baja karbon merupakan logam paduan yang merupakan kombinasi dari
besi dan karbon dan paduan elemen lain yang jumlahnya tidak terlalu
banyak untuk dapat mempengaruhi sifatnya. Komposisi baja karbon
biasanya mengandung tidak lebih dari 1.0% karbon (C) serta sejumlah
kecil paduan seperti mangan (Mn) dengan kadar maksimal 1,65%, silikon
(Si) dengan kadar maksimal 0,6% dan tembaga (Cu) dengan kadar
maksimal 0,6%. Baja dengan kadar karbon yang rendah memiliki sifat
yang sama dengan besi, lunak dan mudah dibentuk. Meningkatnya
kandungan karbon menjadikan logam lebih keras dan kuat namun
keuletannya berkurang dan lebih sulit untuk di las. Baja karbon dapat
diklasifikasikan menjadi tiga bagian menurut kadar karbon yang
dikandungnya, yaitu baja karbon rendah dengan kadar karbon kurang dari
0,3 %, baja karbon sedang mengandung 0,3 – 0,6 % karbon, dan baja
karbon tinggi mengandung 0,6– 1,0 % karbon.
b. Material Carbon Steel Medium (AISI 1045) dan Stainless Steel (SS 304)
Besi adalah logam yang memiliki sifat allotropi, allotropi sifat yang dimiliki
oleh besi itu sendiri ada 3, yaitu Delta besi (δ) mampu melarutkan max
karbon 0,1% pada 1500oC, Besi Gamma (γ) mampu melarutkan max karbon
2% pada 1130oC dan Besi Alpha (α) yang mampu melarutkan max karbon
0,025% pada 723oC. Transformasi allotropic besi, Fe (δ), Fe (γ) dan Fe (α)
terjadi difus sehingga membutuhkan waktu tertentu pada suhu konstan
Karena reaksi dikeluarkan panas laten.
Garis-garis penting dalam diagram Fe-Fe3C:
Pada pemanasan baja, setelah suhu kritis atas, pembentukan struktur selesai
menjadi austenit yang keras, ulet dan non-magnetik. Ia mampu melarutkan
karbon dalam jumlah besar. Hal ini terjadi di antara rentang kritis atau
transfer selama pemanasan dan pendinginan baja. Austenit terbentuk ketika
baja mengandung karbon hingga 1,8 % pada 1130 ° C. Pada pendinginan di
bawah 723 ° C, ia mulai berubah menjadi perlit dan ferit. Baja Austenitik
tidak dapat dikeraskan dengan metode perlakuan panas yang biasa dan
non-magnetik.
Martensit merupakan salah satu fasa yang dapat terbentuk pada struktur
logam. Sifat dari sturktur pada fasa martensit adalah keras dan getas, jadi
logam yang berada pada fasa ini cepat mengalami perpatahan.
Gambar 4.3 Martensite
Untuk lebih jelasnya, mari kita simak secara lebih terperinsi proses
transformasi fasa dari bahan yang memiliki struktur normal hingga
terbentuknya struktur martensit.
Setelah itu bahan ini dpanaskan hingga kira-kira mencapai suhu 800o C.
Setalah itu struktur butirnya telah mengalami perubahan, dimana ato-atom
karbon akan keluar dari ikatan aotm penyusun logam, sehingga ikatannya
berkurang. Atom-atom merenggang dan menjadi besar. Struktur ini berada
pada fase austenit + cairan. Maksudnya adalah ada yang berada pada fasa
austenit dan ada pula yang telah berupa cairan, dengan sifat yang lunak tapi
ulet.
Setelah dipanaskan hingga suhu 800o C, dan mencapai fasa austenit stabi,
maka bahan didinginkan dengan cepat, yaitu dengan menggunakan media
pendingin air garam. Digunakan air garam, karena memiliki densitas yang
tinggi, dimana kerapatan antara molekul air garam amat tinggi, sehingga
proses transfer panas berlangsung dengan waktu yang sangat cepat. Laju
pendinginanpun berlangsung dengan cepat. Peristiwa ini mengakibatkan
atom-atom karbon yang tadinya terlepas dari ikatan tidak mampu/sempat
terredistrribusi ke dalam ikatan untuk mengikat atom-atom penyusun logam,
dan atom-atom yang membesar tak sempat untuk mengecil. Jadi disini terjadi
proses rekristalisasi yang sangat cepat. Dengan struktur yang seperti ini akan
mengakibatkan ikatan yang tidak kuat antar satu atom dan atom lainnya
sehingga sifatnya getas, dan keras, karena butiran yang membesar memenuhi
ruang material. Sruktur semacam inilah yang disebut struktur martensit, yang
terbentuk pada fasa martensit.
c. Partikel fasa kedua. Partikel fasa kedua yaitu karbida/nitrida yang tidak
larut merupakan tempat nukleasi.
d. Sub batas butir, nukleasi yang terjadi pada sub batas butir ini hanya
terjadi jika deformasi sub struktur tanpa recovery. Recovery yang
minimal menyebabkan ferit akan potensial untuk ternukleasi. Jadi
dengan deformasi yang kecil, sub struktur akan te-recovery dan
terbentuk struktur butir ferit karena adanya nukleasi intragranular.
Waktu penahanan pada temperatur tertentu yang lebih singkat
menghasilkan nukleasi intragranular yang lebih banyak sehingga
terbentuk ferit yang lebih seragam, hal ini dipengaruhi oleh partikel
presipitat fasa kedua yang mampu menghambat recovery dan
menghasilkan potensial nukleasi sub batas butir yang tinggi.
Cementit (Besi Karbida) adalah suatu senyawa yang terdiri dari unsur Fe
dan C dengan perbandingan tertentu (mempunyai rumus empiris) dan
struktur kristalnya Orthohombic. Sifat-sifatnya adalah sangat keras dan
bersifat getas.
Gambar 4.5 Cementit
Dalam sistem baja karbon cementit merupakan konstituen umum
karena ferrite dapat mengandung setidaknya 0.02 wt % dari karbon
tunggal. Oleh karenanya, dalam baja karbon dan besi tempa yang
didinginkan perlahan porsi elemen ini dalam bentuk cementit. Hal ini
dibentuk langsung dari lelehan besi putih. Dalam baja karbon, terdapat
juga dalam bentuk austenite selama pendinginan atau dalam bentuk
martensite selama proses tempering. Campuran jenuh dengan ferrite,
produk lain austenite, membentuk struktur lamelar yang disebut
pearlite.
Bainite adalah jenis mikrostruktur dalam baja yang memiliki struktur mirip
pelat. Struktur ini terbentuk ketika baja berada di sekitar 125-550 ° C.
Selain itu, ia juga terbentuk ketika austenit mendingin hingga melewati
suhu di mana struktur austenit tidak lagi stabil (secara termodinamik tidak
stabil) bila dibandingkan dengan ferit atau sementit. Struktur bainit
terutama terdiri dari semen dan ferit, dan ferit ini kaya akan dislokasi. Oleh
karena itu, kepadatan dislokasi yang besar pada ferit membuatnya sulit.
Gambar 4.7 Bainite
Pada heat treatment terdapat beberapa proses yang sering digunakan yaitu
Hardening, Tempering, Anealing, Normalizing, dan Quenching. faktor
yang membedakan perubahan strukturnya adalah media pendinginnya ,
karena media pendingin yang digunakan untuk mendinginkan baja
bermacam macam. Berbagai bahan pendingin yang digunakan dalam
proses perlakuan panas antara lain yaitu Air Pendinginan mengunakan air
akan memberikan daya pendinginan yang cepat. Biasanya ke dalam air
tersebut dilarutkan garam dapur sebagai uasaha mempercepat turunya
temperatur benda kerja dan mengakibatkan benda kerja menjadi keras.
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat pada percobaan kali ini adalah sebagai
berikut:
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan pada praktikum kali ini adalah sebagai
berikut:
b. Ujilah dengan variasi suhu saat heat treatment, karna besarnya suhu juga
mempengaruhi suatu kekerasan material.
c. Sebaiknya pahami dulu materi yang akan dipraktikan seperti baca teori
dari banyak sumber-sumber terpercaya.
DAFTAR PUSTAKA
Craig RG and Powers JM. 2002. Restorative dental materials 11th ed. A Harcourt
Healt Sciences Company. Hal 483
Galuh, Yusuf. Ghazali, Mario. Hidayat, Fadil. Dkk. 2014. “Modul F ANALISIS