Anda di halaman 1dari 9

Karakteristik Mutu Biji Kakao…..

(Melia)

KARAKTERISTIK MUTU BIJI KAKAO (Theobroma cacao L) DENGAN


PERLAKUAN WAKTU FERMENTASI BERDASAR SNI 2323-2008

Quality Characteristics Of Cocoa Beans (Theobroma cacao L) With Time Fermentation


Treatment Based on ISO 2323-2008

Melia Ariyanti
Balai Besar Industri Hasil Perkebunan
Jl. Prof. Dr. H. Abdurahman Basalamah No.28 Makassar
e-mail: melia_ariyanti31@yahoo.co.id

ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mutu biji kakao yang difermentasi 5 dan
6 hari di Belopa, Kab. Luwu Sulawesi Selatan berdasarkan SNI 2323-2008. Bahan baku yang
digunakan dalam penelitian adalah biji kakao dari petani di Dusun Batu Titik Desa Batu Lappa,
Belopa Kab. Luwu. Biji kakao yang telah difermentasi selama 5 dan 6 hari kemudian
dikeringkan dengan dijemur di bawah sinar matahari, selanjutnya dianalisa di Laboratorium
Pengujian BBIHP Makassar. Parameter uji berdasarkan syarat mutu biji kakao SNI 2323-2008
meliputi syarat umum dan syarat khusus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biji kakao
fermentasi 5 dan 6 hari berukuran 94 dan 95 biji per 100 gram, termasuk golongan A.
Berdasarkan syarat umum SNI 2323-2008, biji kakao fermentasi 5 dan 6 hari belum memenuhi
syarat mutu untuk kadar air, sedangkan syarat khusus biji belum memenuhi syarat mutu untuk
kadar kotoran. Berdasar syarat khusus, biji kakao fermentasi 5 dan 6 hari hasil penelitian dari
Kab. Luwu termasuk mutu III.
Kata kunci: biji kakao, fermentasi, mutu, SNI 2323-2008.

ABSTRACT The aim of this research was to determine the quality of 5 and 6 days fermented
cocoa beans in Belopa, Luwu District, South Sulawesi by ISO 2323-2008. Raw materials used
in the study was the cocoa beans from farmers in Batu Titik Village Batu Lappa subdistrict,
Belopa, Luwu Districts. Cocoa beans fermented for 5 and 6 days dried in the sun, then analyzed
in the laboratory testing BBIHP Makassar. Test parameters based on the quality requirements
of ISO 2323-2008 cocoa beans include general conditions and special requirements. The
results showed that the cocoa bean fermentation for 5 and 6 days measuring 94 and 95 seeds
per 100 grams, including class A. Based on the general requirements ISO 2323-2008,
fermented cocoa beans 5 and 6 days not yet meet the quality requirements for water content,
while the special requirements seeds not meet the quality requirements for the levels of
impurities. Based on the special requirements, fermented cocoa beans 5 and 6 days of
research result from Luwu Districts including quality III.
Key words: cacao beans, fermentation, quality, ISO 2323-2008.

PENDAHULUAN dengan mutu yang baik. Mutu biji kakao


juga menjadi bahan perhatian oleh
Biji kakao termasuk hasil konsumen, dikarenakan biji kakao
perkebunan yang diekspor dan sangat digunakan sebagai bahan baku
menguntungkan bagi Indonesia. Namun makanan atau minuman (Hatmi &
kualitas biji kakao yang diekspor oleh Rustijarno, 2012).
Indonesia dikenal rendah. Rendahnya Pada akhir tahun 2011, biji kakao
mutu kakao Indonesia ini disebabkan yang diperdagangkan harus memenuhi
oleh beberapa hal, antara lain biji kakao SNI 01-2323-2008 tentang standar mutu
Indonesia jarang yang difermentasi biji kakao. SNI mengatur penggolongan
terlebih dahulu, padahal mutu biji yang mutu biji kakao kering maupun
telah difermentasi lebih baik daripada persyaratan umum dan khususnya guna
yang belum difermentasi. Selain itu, menjaga konsistensi mutu biji kakao
kakao Indonesia juga mempunyai yang dihasilkan.
keunggulan yaitu mempunyai titik leleh Perkebunan kakao di Propinsi
tinggi, mengandung lemak kakao dan Sulawesi Selatan terdiri dari perkebunan
dapat menghasilkan bubuk kakao rakyat dan perkebunan swasta dengan

34
Jurnal Industri Hasil Perkebunan Vol. 12 No. 1 Juni 2017: 34-42

total luas areal 251.613 Ha yang Proses fermentasi kakao


menghasilkan produksi 116.691 ton biji sebelum diekspor dinilai penting untuk
kering (Dirjen Perkebunan, 2014). meningkatkan daya saing kakao
Menurut Dinas Perkebunan Provinsi nasional. Juga untuk menjawab peluang
Sulsel (2014), Kabupaten Luwu tren kenaikan harga komoditas
mempunyai jumlah luas areal 35.226 Ha perkebunan andalan itu di pasar dunia.
dan produksi biji kakao terbesar Kualitas kakao akan terpengaruh
sebanyak 27.159 ton biji kakao kering langsung, aroma dan warna biji kakao
pada tahun 2014. Dengan jumlah petani akan optimal. Selain itu, biji kakao
sebanyak 30.935 KK, produktivitas fermentasi dapat dimanfaatkan mulai
mencapai 1.018 Kg/Ha. Sedangkan dari lemaknya, bungkil, dan pastanya.
kakao termasuk komoditi ekspor Fermentasi merupakan proses
andalan Propinsi Sulawesi Selatan produksi suatu produk dengan mikroba
dengan persentase 14,3% dari sebagai organisme pemroses.
keseluruhan ekspor (BPS, 2015). Fermentasi biji kakao merupakan
Biji kakao didefinisikan sebagai biji fermentasi tradisional yang melibatkan
yang dihasilkan oleh tanaman kakao mikroorganisme indigen dan aktivitas
(Theobroma cacao Linn), yang enzim endogen. Fermentasi biji kakao
dibersihkan dan dikeringkan. Mutu biji tidak memerlukan penambahan kultur
kakao merupakan salah satu hal starter (biang), karena pulp/ daging
terpenting dalam menentukan tingkat kakao yang mengandung banyak
harga di pasar internasional. Industri glukosa, fruktosa, sukrosa dan asam
makanan dan minuman sebagai sitrat sudah dapat mengundang
pengguna terbesar biji kakao terbentuknya pertumbuhan
menetapkan berbagai syarat yang ketat mikroorganisme sehingga terjadi
dari aspek citarasa dan keamanan fermentasi. Proses fermentasi akan
pangan. Persyaratan mutu biji kakao menghasilkan kakao dengan cita rasa
fermentasi disesuaikan dengan SNI setara dengan kakao yang berasal dari
2323-2008. Ghana. Selain itu, kakao Indonesia
Menurut International Cocoa memiliki kelebihan tidak mudah meleleh
Organization (ICCO), harga kakao sehingga cocok untuk blending (proses
dalam wujud biji kering di pasar dunia dimana beberapa jenis kakao yang
tahun 2005-2010 mengalami kenaikan, berbeda bisa dicampur dan
tetapi tahun 2011 dan 2012 cenderung mendapatkan paduan rasa yang tepat).
turun. Pada pertengahan tahun 2012 Faktor-faktor yang berpengaruh
harga kakao di pasar dunia mencapai terhadap proses fermentasi biji kakao,
US$ 1,8/kg (Dirjen Perkebunan, 2014) antara lain lama fermentasi,
atau setara dengan Rp. 28.175,-/kg. Jika keseragaman terhadap kecepatan
dibandingkan dengan harga kakao di pengadukan/ pembalikan, aerasi, iklim,
pasar domestik, ternyata jauh lebih kemasakan buah, wadah dan kuantitas
rendah daripada harga kakao di pasar fermentasi. Fermentasi untuk biji kakao
dunia. Hal ini disebabkan oleh jenis lindak membutuhkan waktu lebih
rendahnya kualitas biji kakao yang dijual lama, yaitu 5 hari, sedangkan biji kakao
oleh petani. Petani kakao sebagian mulia lebih pendek berkisar 3 hari.
besar masih menjual biji kakao yang Fermentasi yang terlalu lama
tidak melalui proses fermentasi. meningkatkan kadar biji kakao berjamur
Permasalahan pengolahan kakao di dan berkecambah, sedangkan
tingkat petani adalah kurangnya fermentasi yang singkat menghasilkan
pengetahuan terhadap teknologi kadar biji slaty (biji tidak terfermentasi)
pengolahan biji kakao dan belum tinggi. Selain lama fermentasi, wadah
adanya satu prosedur baku guna fermentasi juga ikut menentukan kualitas
menghasilkan biji kakao kering yang biji kakao yang dihasilkan. Wadah
berkualitas (Hatmi & Rustijarno, 2012). fermentasi yang baik terbuat dari kayu
dengan kuantitas minimal 40 kg.

35
Karakteristik Mutu Biji Kakao…..(Melia)

Kurangnya kuantitas biji kakao yang untuk disimpan dalam waktu lama, tetapi
difermentasi menyebabkan suhu jika kadar air terlalu rendah biji kakao
fermentasi tidak tercapai sehingga cenderung rapuh (Ndukwu, 2009). Untuk
bukan fermentasi biji yang dihasilkan, kadar air biji kakao maksimum 7,5%
tetapi biji yang berjamur (Hatmi & memerlukan kelembaban relatif ruang
Rustijarno, 2012). simpan 75% (Dumadi, 2011).
Fermentasi bertujuan untuk Menurut Wahyudi et al (2013),
melepaskan pulp dari keping biji, ukuran berat dan kadar lemak biji kakao
sehingga mempermudah proses sangat dipengaruhi oleh faktor genetik
pengeringan, kulit biji tersebut mudah (klon) tanaman, kondisi lingkungan
dilepaskan dari keping biji (Rohan, (musim) selama perkembangan buah,
1963). Selain itu fermentasi juga perlakuan agronomis dan cara
bertujuan untuk mematikan biji, dan pengolahan, sedangkan karakter fisik biji
memberikan kesempatan terjadinya kakao pasca pengolahan seperti kadar
proses menuju ke pembentukan warna, air, tingkat fermentasi dan kadar kulit
rasa dan aroma (Yusianto et al, 1997). berpengaruh pada rendemen lemak biji
Proses pembalikan pada saat fermentasi kakao.
harus dilakukan setelah 48 jam. Hal ini Penelitian ini bertujuan untuk
untuk diperolehnya keseragaman mengetahui karakteristik mutu biji kakao
fermentasi biji kakao. Biji kakao yang dari Belopa, Kabupaten Luwu dengan
tidak dibalik saat difermentasi, maka biji perlakuan waktu fermentasi selama 5
kakao yang ditengah dihasilkan panas hari dan 6 hari berdasar standar mutu
optimum sehingga fermentasi maksimal, SNI biji kakao SNI 2323-2008.
sedangkan yang diatas, di bawah, dan
samping akan berakibat sebaliknya. METODOLOGI
Wahyudi et al (2013),
menyatakan terdapat variasi yang Penelitian fermentasi biji kakao
sangat besar mengenai waktu dilaksanakan di Belopa, Kabupaten
fermentasi yang diterapkan oleh negara- Luwu dan pengujian dilakukan di
negara penghasil kakao, yakni mulai 1,5 Laboratorium Pengujian Balai Besar
- 10 hari. Perbedaan utama terjadi Industri Hasil Perkebunan Makassar
karena varietas kakao, utamanya biji pada bulan Mei sampai Juli 2016.
kakao mulia lama fermentasinya 2-3
hari, sedangkan kakao lindak 6-8 hari. Bahan dan Alat
Beberapa faktor yang mempengaruhi Bahan baku penelitian yaitu buah
waktu proses fermentasi antara lain: kakao yang dikumpulkan oleh petani
tebal pulp biji, metode fermentasi, dan dari kebun kakao di Dusun Batu Titik,
jumlah biji yang diolah. Desa Batu Lappa, Kec. Larompong,
Salah satu tahapan pasca panen Belopa Kabupaten Luwu, Sulawesi
biji kakao adalah pengeringan biji yang Selatan.
biasa dilakukan petani setempat dengan Alat pendukung penelitian berupa:
cara menjemur biji kakao di bawah terik kotak fermentasi styrofoam kapasitas
matahari. Pengeringan biji kakao 150 kg biji basah masing-masing 1 buah
bertujuan untuk mengurangi kandungan untuk perlakuan fermentasi 5 dan 6 hari,
air biji kakao dari lebih kurang 60% karung, jaring penjemur. Alat-alat untuk
menjadi sekitar 7%, kadar air ini untuk pengujian antara lain: timbangan
menjaga biji agar dapat disimpan lama. analitik, cawan petridis, gelas ukur, dan
Kadar air > 8% berbahaya karena jamur cutter.
akan tumbuh dan bila kadar air < 5% biji
sangat rapuh sehingga mudah pecah Metode Penelitian
selama pengangkutan (Afoakwa et al, Proses penanganan biji kakao
2014). Standar kadar air biji kakao mutu fermentasi kering melalui beberapa
ekspor maksimum 7,5% jika lebih tinggi tahap, yaitu sebagai berikut:
dari nilai tersebut biji kakao tidak aman

36
Jurnal Industri Hasil Perkebunan Vol. 12 No. 1 Juni 2017: 34-42

Analisis Data
Panen buah kakao masak Metode analisa data yang digunakan
adalah metode analisa deskriptif, yaitu
analisa untuk menggambarkan keadaan
Pemecahan buah kakao
data secara umum. Dalam penelitian ini
data yang dianalisa adalah data hasil
pengujian sampel biji kakao fermentasi 5
Fermentasi biji kakao selama dan 6 hari yang digunakan untuk
5 dan 6 hari mengetahui standar mutu biji kakao
sesuai SNI 2323-2008. Analisis data
menggunakan rancangan acak lengkap
Pengeringan biji kakao pola faktorial dengan 2 kali ulangan.
dengan dijemur
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambar 1. Diagram alir proses pengolahan
biji kakao fermentasi kering. Penggolongan Mutu
Berdasarkan SNI 2323:2008
Buah kakao dipetik dan tentang standar mutu biji kakao, biji
dikumpulkan dari kebun petani di kakao digolongkan dalam dua jenis yaitu
Kabupaten Luwu, buah dipilih yang jenis mulia (fine cocoa/F) dan jenis
sudah matang berwarna merah lindak (bulk cocoa/B). Menurut jenis
kekuningan. Buah selanjutnya dipecah tanamannya, biji kakao dari Kab. Luwu
dengan balok kayu dan biji dikeluarkan. Sulawesi Selatan sebagian besar
Setelah dipisahkan dari plasenta termasuk ke dalam jenis lindak (bulk
kemudian biji ditimbang dan dimasukkan cocoa/B) yang berasal dari tanaman
ke dalam kotak fermentasi. Kotak kakao jenis Forastero dan dikelola oleh
fermentasi ditutup dengan daun pisang petani kakao setempat.
dan karung goni untuk menjaga agar Penggolongan biji kakao menurut
suhu tetap stabil. Setiap kotak ukuran berat bijinya, yang dinyatakan
fermentasi mempunyai kapasitas kurang dengan jumlah biji per 100 g contoh, biji
lebih 150 kg biji kakao basah. Pada kakao digolongkan dalam 5 golongan
proses fermentasi 5 hari (F.5) setelah biji ukuran dengan penandaan:
difermentasi dalam kotak styrofoam AA : maksimum 85 biji per seratus
selama 2 hari (48 jam), terus dibalik dan gram
fermentasi 2 hari (48 jam) berikutnya A : 86-100 biji per seratus gram
kemudian biji dikeringkan pada hari ke 5. B : 101-110 biji perseratus gram
Sedangkan pada proses fermentasi 6 C : 111-120 biji perseratus gram
hari (F.6) biji difermentasi dalam kotak S : lebih besar dari 120 biji per
styrofoam selama 2 hari (48 jam), terus seratus gram
dibalik dan fermentasi 3 hari (72 jam) Biji kakao kering menurut
berikutnya kemudian biji dikeringkan persyaratan mutunya terbagi menjadi 3
pada hari ke 6. Pengeringan dengan kelas, yaitu mutu kelas I, II, dan III,
cara dijemur langsung di bawah sinar dengan ketentuan telah memenuhi
matahari selama + 5 hari. Biji kakao persyaratan umum dan khusus.
kering dikemas menggunakan karung Persyaratan-persyaratan tersebut
goni. sebenarnya telah tercakup dalam
Sampel biji kakao kering diambil standar mutu biji kakao SNI 2323-2008.
secara acak sebanyak kurang lebih 1 kg Standar tersebut belum di
untuk masing-masing perlakuan implementasikan secara baik dan
kemudian diuji di laboratorium Balai massal, sehingga biji kakao Indonesia
Besar Industri Hasil Perkebunan masih mempunyai citra yang kurang
Makassar sesuai parameter mutu SNI baik dengan ciri-ciri tidak difermentasi,
biji kakao 2323-2008. kurang kering, ukuran biji tidak seragam

37
Karakteristik Mutu Biji Kakao…..(Melia)

dan banyak mengandung kotoran biji, akan tetapi bila kadar air biji kurang
(Mulato, 2011). dari 5% akan menyebabkan biji mudah
Biji kakao dalam penelitian ini pecah (Basri, 2010).
sebanyak 94 biji untuk fermentasi 5 hari
dan 95 biji untuk fermentasi 6 hari. 8.7
Jumlah biji kakao ini termasuk ke dalam 8.65
golongan A dengan jumlah biji 86 – 100
8.6
biji per 100 gram contoh.
Menurut Widyotomo et al (2004), 8.55
ukuran biji kakao yang memenuhi 8.5
Kadar Air
kriteria standar ekspor adalah AA, A dan 8.45
B (101-110 biji per 100 g). Secara umum 8.4
biji kakao fermentasi dari daerah Belopa, 8.35
Kab. Luwu memenuhi standar untuk 8.3
diekspor. Biji dan pulp kakao mengalami F5 F6
penurunan berat sampai 25% selama
proses fermentasi sebagai akibat Gambar 2. Grafik perbandingan kadar air biji
penguapan air (Nasution et al, 1985). kakao fermentasi 5 dan 6 hari
Ukuran biji kakao kering sangat
dipengaruhi oleh jenis (klon) tanaman, Semakin lama waktu fermentasi
kondisi lingkungan (curah hujan) selama maka kadar air biji kakao yang
perkembangan buah dan tindak dihasilkan semakin rendah. Ini sesuai
agronomis pada tanaman. Menurut dengan hasil penelitian sebelumnya dari
Mulato dkk (2004), makin besar ukuran Marwati (2013). Penurunan kadar air ini
biji maka semakin besar pula kadar terjadi karena semakin lama proses
airnya, begitupun dengan rendemen fermentasi menyebabkan aktifitas
lemaknya. mikroba makin meningkat dan aktifitas
enzim lebih aktif. Reaksi ini
Syarat Umum menghasilkan panas selama proses
fermentasi sehingga pulp menjadi encer
Kadar Air dan menyebabkan jaringan kompleks
Hasil analisa biji kakao dari dalam biji kakao terdegradasi dalam
Belopa dengan fermentasi 5 dan 6 hari bentuk senyawa organik yang lebih
sudah memenuhi syarat umum standar sederhana (Nasution et al, 1985).
mutu biji kakao sesuai SNI 2323-2008 Menurut Permana dkk (1997),
dengan tidak adanya serangga hidup, hancurnya pulp dari biji menyebabkan
biji berbau asap/ hammy dan benda pori-pori biji terbuka dan hal ini
asing yang ditemukan, hanya parameter mempermudah pengeluaran air bebas
kadar air yang masih belum sesuai sehingga mempermudah dalam proses
standar. Hasil penelitian kadar air biji pengeringan. Selain itu selama proses
kakao fermentasi 5 dan 6 hari dari fermentasi akan terjadi kematian biji
Belopa, Kab. Luwu (Gambar 2) masih yang akan mengakibatkan sifat
diatas syarat SNI 2323-2008 yaitu semipermeabilitas dinding sel menjadi
maksimum 7,5%, artinya komoditas biji rusak, sehingga juga dapat
kakao dari Luwu masih belum memudahkan keluarnya air selama
memenuhi standar persyaratan kadar air proses pengeringan.
biji kakao dari SNI. Kemungkinan hal ini Pengeringan menggunakan sinar
disebabkan pengeringan yang dilakukan matahari memiliki sisi positif dan negatif.
petani kurang efektif menurunkan kadar Sisi positifnya, akan diperoleh warna biji
air biji, serta faktor cuaca yang tidak kakao coklat kemerahan dan tampak
mendukung. Kadar air biji kakao yang lebih cemerlang. Namun demikian,
lebih dari 8% menyebabkan biji mudah pengeringan menggunakan sinar
diserang jamur dan serangga, sehingga matahari memiliki kendala disebabkan
meningkatkan risiko terhadap kerusakan kondisi cuaca terutama saat hujan.

38
Jurnal Industri Hasil Perkebunan Vol. 12 No. 1 Juni 2017: 34-42

Metode pengeringan ini memerlukan sirkulasi udara sepanjang hari. Ketika


waktu 5 hingga 7 hari untuk mencapai malam hari atau selama cuaca hujan, biji
kadar air dibawah 7,5% tergantung pada kakao harus ditumpuk dan ditutup untuk
intensitas sinar matahari (Hatmi & menghindari basah terkena air (Codex,
Rustijarno, 2012). 2013).
Menurut Rahmadi (2008), kadar Pengeringan biji kakao yang
air biji kakao merupakan faktor yang terlalu cepat atau suhu pengeringan
sangat penting dalam mempertahankan yang terlalu tinggi akan menghasilkan
mutu biji kakao selama penyimpanan. aroma asam dan berkadar asam lebih
Penyimpangan fisik pada proses tinggi dari biji yang dijemur (Hayati dkk,
penyimpanan biji kakao merupakan 2012). Pada pengemasan serta
faktor krusial karena biji kakao kering penyimpanan biji kakao karung yang
bersifat higroskopis sehingga kadar air digunakan harus bersih, bukan bekas
permukaan dapat berubah sesuai pestisida atau pupuk dan memiliki pori-
dengan kelembaban udara pori untuk keluar masuk udara untuk
sekelilingnya. Kadar air dari biji kakao mencegah kelembaban yang tinggi dan
yang disimpan harus dicek secara kontaminasi.
berkala dan dipertahankan dibawah 8 % Menurut Zahouli et al (2010),
(Codex, 2013). metode pengeringan menentukan
Kadar air biji kakao tergantung pada kualitas kimiawi pada biji kakao. Mutu
metode pengeringan dan penyimpanan biji kakao yang lebih baik dapat
biji setelah proses fermentasi. Titik kritis diperoleh dari proses pengeringan
pengeringan adalah pada suhu alamiah daripada dengan metode
pengeringan yang tidak melebihi 60oC, pengeringan buatan.
lama waktu pengeringan tidak melebihi
tiga hari jika dibawah terik sinar matahari Syarat Khusus
atau 18-24 jam jika menggunakan mesin Hasil analisa syarat khusus biji
pengering, serta kadar air akhir produk kakao fermentasi dari Belopa, Kab.
sekitar 6-8% (Rahmadi, 2008). Semakin Luwu sudah memenuhi standar kadar
tinggi kadar air biji kakao maka biji berjamur, kadar biji slaty, kadar biji
kemungkinan terjadinya penurunan mutu berserangga serta kadar biji
biji karena munculnya jamur lebih besar, berkecambah yang termasuk dalam
hal ini juga berpengaruh terhadap mutu III (Gambar 3). Hanya kadar
keamanan dan mutu produk pangan kotoran yang masih diatas syarat SNI biji
kakao yang dihasilkan (Ariyanti & kakao. Hasil ini kemungkinan
Suprapti, 2016). Biji kakao bersifat disebabkan pada saat pemecahan biji
sangat higroskopis (menyerap uap air) kakao basah banyak kotoran (kulit buah,
sehingga proses pengarungan dan daun, ranting) yang terikut masuk ke
penyimpanan yang tepat sangat penting. kotak fermentasi. Hal ini dapat
Dalam pengeringan biji kakao, berpengaruh pada harga jual biji kakao
Codex Alimentarius Commission fermentasi dikarenakan kadar kotoran
merekomendasikan lapisan biji kakao lebih banyak dan menurunkan kualitas
yang dikeringkan tidak boleh lebih tebal biji kakao fermentasi tersebut. Apabila
dari 6 cm untuk menghindari akan diproses lebih lanjut, biji kakao
pengeringan yang tidak cukup/ terlalu harus disortasi lebih dahulu untuk
lambat dan biji harus dikeringkan sampai memisahkan kotoran (sisa kulit buah
kadar air 6-8%. Area pengeringan harus dan daun kakao, kerikil, dan biji rusak)
ditempatkan jauh dari sumber dari biji kakao yang masih bagus.
kontaminan dan memperoleh paparan
sinar matahari maksimal dan ada

39
Karakteristik Mutu Biji Kakao…..(Melia)

12
10
8
6
F5
4
F6
2
0
Kadar Biji Kadar Biji Kadar Biji Kadar Kotoran Kadar Biji
Berjamur Slaty (biji/biji) Berserangga (waste) Berkecambah
(biji/biji) (biji/biji) (biji/biji) (biji/biji)

Gambar 3. Grafik perbandingan hasil uji syarat khusus biji kakao fermentasi 5 dan 6 hari.

Semakin lama waktu fermentasi Populasi jamur yang mendominasi


kadar biji berjamur makin tinggi. mikroflora pada biji kakao kering asal
Fermentasi biji selama 5 hari Indonesia didominasi oleh Aspergillus
menghasilkan biji kakao mutu 1, flavus dan Aspergillus niger (Rahmadi
sedangkan biji kakao hasil fermentasi 6 & Fleet, 2008).
hari termasuk dalam mutu 2. Kadar biji Kadar biji slaty biji kakao
berjamur merupakan syarat khusus SNI fermentasi 5 hari sebesar 4,67% jauh
2323-2008, yang mensyaratkan kadar lebih sedikit dibandingkan kadar biji
biji berjamur maksimum 2% untuk mutu slaty hasil fermentasi 6 hari sebesar
1, kadar biji berjamur maksimum 4% 11,33%. Kadar biji slaty menunjukkan
untuk mutu 2 dan mutu 3. Adanya bahwa biji kakao tidak dilakukan
kadar biji berjamur kemungkinan fermentasi dengan sempurna.
disebabkan karena proses pengeringan Kemungkinan proses fermentasi terjadi
yang tidak sempurna atau pada saat tidak secara merata ke seluruh biji
penjemuran terjadi hujan sehingga biji kakao sehingga menyebabkan biji slaty
kakao tidak kering, yang (warna ungu agak keabu-abuan)
memungkinkan terjadi pertumbuhan meningkat.
jamur. Tumbuhnya jamur juga dapat Kesalahan dalam proses
disebabkan karena biji yang belum fermentasi dapat menyebabkan biji-biji
kering disimpan pada ruang hasil fermentasi kurang beraroma dan
penyimpanan yang lembab. Untuk memiliki keasaman yang tinggi. Pada
mengontrol pertumbuhan jamur dapat fermentasi 1 hari, sebagian gula
dilakukan dengan merusak spora terbuang sehingga warna biji kering
melalui proses pemanasan. Sinar menjadi kuning merata tanpa bercak
matahari mempunyai daya fungisidal hitam ataupun cokelat. Fermentasi 2
karena memiliki spektrum ultraviolet, hari menyebabkan biji berwarna kuning
sehingga dapat membunuh jamur kecokelatan atau merah bata.
secara langsung (Semangun, 1990) Fermentasi 3 hari menyebabkan
terutama bila penjemuran biji kakao terbentuknya tanin yang komplek di
lebih lama waktunya. Ekologi jamur dalam biji yang mengalir ke kulit
pada proses fermentasi berasal dari sehingga biji berwarna cokelat.
populasi yang tumbuh dipermukaan Fermentasi 5-6 hari, warna cokelat
buah kakao. Proses kontaminasi jamur akan menjadi lebih gelap (Widyotomo
dari produk biji kakao kering et al, 2004). Pada proses fermentasi
dimungkinkan karena pengeringan terjadi penguraian senyawa polifenol.
tidak sempurna, titik kritis pada kadar Semakin tinggi kandungan polifenol
air 8% dan direkomendasikan 6-7%. dalam biji akan mendorong terjadinya

40
Jurnal Industri Hasil Perkebunan Vol. 12 No. 1 Juni 2017: 34-42

reaksi Maillard, dan dengan bantuan Sulawesi-Selatan-2015.pdf. Diakses


polifenol oksidase menghasilkan warna tgl 25 Agustus 2016.
kakao (Puziah, 2005). Perubahan – 6. Codex. (2013). Proposed Draft Code
perubahan komposisi polifenol selama of Practice for The Prevention and
Reduction of Ochratoxin A
fermentasi ditandai pengurangan warna
Contamination in Cocoa CX/CF 13/7/9.
ungu biji dan meningkatnya intensitas 7. Dinas Perkebunan Prov. SulSel.
warna kakao. Pada saat yang (2014). Data Luas Areal, Produksi,
bersamaan terjadi pengurangan Produktivitas dan Petani Perkebunan
konsentrasi polifenol dalam biji melalui Rakyat Per Komoditi Per Kabupaten
oksidasi senyawa polifenol keluar dari Provinsi Sulawesi Selatan Tahun
biji (Benard, 1989). Menurut Towaha 2014 (Angka Tetap).
dkk (2012), keragaan fisik maupun http://disbun.sulselprov.go.id/files_do
kimia biji kakao terbaik diperoleh dari wnload/Angka%20Tetap%202014.pdf.
hasil fermentasi sempurna (5-6 hari). Diakses tgl 25 Agustus 2016.
8. Direktur Jenderal Perkebunan,
Kementerian Pertanian. (2014).
SIMPULAN Statistik Perkebunan Indonesia 2013-
Hasil penelitian menunjukkan 2015 Kakao. Jakarta.
bahwa biji kakao fermentasi 5 dan 6 http://ditjenbun.pertanian.go.id/tinymc
hari dari Belopa, Kab. Luwu berukuran puk/gambar/file/statistik/2015/KAKAO
94 dan 95 biji per 100 gram, termasuk %202013%20-2015.pdf. Diakses tgl
golongan A. Berdasarkan syarat umum 25 Agustus 2016.
SNI 2323-2008, biji kakao fermentasi 5 9. Dumadi, S. . (2011). The Moisture
dan 6 hari belum memenuhi syarat Content Increase of Dried Cocoa
mutu untuk kadar air, sedangkan syarat Beans During Storage at Room
Temperature. JITE, 1(12), 45–54.
khusus biji belum memenuhi syarat
10. Hatmi, R. U., & Rustijarno, S. (2012).
mutu untuk kadar kotoran. Berdasar Teknologi Pengolahan Biji Kakao
syarat khusus, biji kakao fermentasi 5 Menuju SNI Biji Kakao 01-2323-2008.
dan 6 hari hasil penelitian dari Kab. BPTP Yogyakarta.
Luwu termasuk mutu III. 11. Hayati, R., Yusmanizar, Mustafril,
Fauzi, H. 2012. Kajian Fermentasi dan
DAFTAR PUSTAKA Suhu Pengeringan pada Mutu Kakao
(Theobroma cacao L.) Jurnal
1. Afoakwa, E. ., Budu, A. S., Brown, H. Keteknikan Pertanian. Vol. 26 No. 2.
M., Takrama, J. F., & Akomanyl. Hal. 129-135.
(2014). Changes in Biochemical and 12. Marwati, 2013. Pengaruh Lama
Physico-Chemical Qualities during Fermentasi Terhadap Mutu Biji Kakao
Drying of Pulp Pre-Conditioned and (Theobroma cacao L) yang Dihasilkan
Fermented Cocoa (Theobroma cacao) Petani Kakao di Teluk Kedondong
Beans. Journal of Nutritional Health Bayur Samarinda. Prosiding Seminar
and Food Science, 2(3), 1–6. Nasional Kimia. ISBN: 978-602-
2. Ariyanti, M., dan Suprapti. 2016. 19421-0-9. Hal. 218-222.
Cemaran Mikrobiologis Biji Kakao Asal 13. Mulato, S. (2011). Pengembangan
Sulawesi Barat dan Tenggara dan Teknologi Pascapanen Pendukung
Kaitannya dengan Keamanan Pangan. Upaya Peningkatan Mutu Kakao
Jurnal Standarisasi Vol.18 No. 1, hal Nasional.
53-61. 14. Mulato, S., Widyotomo, Misnawi,
3. Basri, Z. 2010. Mutu Biji Kakao Hasil Sanali, dan E. Suharyanto. 2004.
Sambung Samping. Media Litbang Petunjuk Teknis Pengolahan Produk
Sulteng, III, 112-118. Primer dan Sekunder Kakao. Bagian
4. Benard, W.M., 1989. Chocolate Cocoa Proyek Penelitian dan Pengembangan
and Confectionery. Third Edition. Kopi dan Kakao, Pusat Penelitian
California. Kopi dan Kakao Indonesia.
5. BPS Prov. SulSel. (2015). Statistik 15. Nasution, MZ, Tjiptadi W dan Laksmi
Daerah Prov. SulSel 2015. BS. 1985. Pengolahan Cokelat.
http://sulsel.bps.go.id/website/pdf_publ Bogor: Agroindustri Press.
ikasi/Statistik-Daerah-Provinsi- 16. Ndukwu, M. . (2009). Effect of Drying

41
Karakteristik Mutu Biji Kakao…..(Melia)

and Drying Air Velocity on the Drying Pengendalian Penyakit Tumbuhan.


Rate and Drying Constant of Cocoa Yogyakarta.
Bean. Agricultural Engineering 23. Towaha, J; Anggraini, D.A; Rubiyo.
International: The CIGR E. Journal 2012. Keragaan Mutu Biji Kakao dan
Manuscript, XI. Produk Turunannya Pada Berbagai
17. Permana, M., Sudjatha, W., Martini, Tingkat Fermentasi: Studi kasus di
Yeni. 1997. Pengaruh Lama Tabanan, Bali. Pelita Perkebunan Vol.
Penyimpanan Buah dan Lama 28 No. 3. 166-183
Fermentasi terhadap Mutu Biji Kakao 24. Wahyudi, T.T.R, Panggabean,
Kering. Jurnal Teknologi Hasil Pujiyanto (editor). 2013. Kakao,
Pertanian Denpasar. Vol 3, No 1. Manajemen Agribisnis dari Hulu ke
18. Puziah, H.S., 2005. Cocoa Hilir. Penebar Swadaya.
Fermentation. Pusat Penelitian Kopi 25. Widyotomo, S., Mulato, S., &
dan Kakao Indonesia, Jember. Handaka. (2004). Mengenal Lebih
19. Rahmadi, A. (2008). Safety of Cocoa Dalam Teknologi Pengolahan Biji
Products. Retrieved from Kakao. Warta Litbang Pertanian, 26,
http://foodreview.co.id/preview.php?vi 5-6.
ew2&id=55838#.VQfILo4jzQc. 26. Yusianto, H. Winarno dan T. Wahyudi,
20. Rahmadi, A., & Fleet, G. H. (2008). 1997. Mutu dan Pola Cita Rasa Biji
The Occurrence of Mycotoxigenic Beberapa Klon Kakao Lindak. Pelita
Moulds in Cocoa Beans from Perkebunan, 13, 171-187.
Indonesia and Queensland , Australia. 27. Zahouli, G.I.B; Guehi, S.T; Fae, A.M;
In Proceeding of International Seminar Koffi, L.B, and Nemlin,J.C. 2010.
on Food Science (pp. 1–18). Effect of Drying Methods on The
21. Rohan, TA. 1963. Processing of Raw Chemical Quality Traits of Cocoa Raw
Cocoa for Market. FAO Agric. Studies, Material. Advance Journal of Food
Rome. Science and Technology 2 (4): 184-
22. Semangun, H. (1990). Ekologi 190.
Patogen Tropika dan
Pemanfaatannya Dalam

42

Anda mungkin juga menyukai