Dosen Pembimbing
Ir. Rida Marpaung, MP.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas tanaman perkebunan
yang berperan dalam meningkatkan pendapatan negara. Perkembangan kakao terus
mendapatkan perhatian karena tanaman kakao merupakan salah satu komoditas tanaman
perkebunan penghasil ekspor yang berperan penting bagi perekonomian. Raharjo (2011)
menyatakan bahwa kebutuhan kakao di dunia terus mengalami peningkatan, sehingga
perluasan dan peningkatan produksi kakao juga harus menjadi perhatian untuk
ditingkatkan. Di Indonesia perluasan areal pertanaman kakao terus ditingkatkan, dengan
laju perluasan rata-rata areal tanaman kakao diatas 20% per tahun.
Kakao merupakan salah satu komoditi yang cukup banyak dimanfaatkan pada dunia
industri. Biji kakao dapat diolah menjadi berbagai macam produk. Produk utama dari biji
kakao adalah bubuk dan lemak kakao yang kemudian dapat diolah menjadi beberapa
produk baru yang bernilai ekonomi tinggi. Hal ini dikarenakan biji kakao mengandung
cita rasa dan warna khas yang sangat digemari dan banyak diminati. Pasta cokelat atau
cocoa mass dibuat dari biji kakao kering melalui beberapa tahapan proses untuk
mengubah biji yang kakao yang semula padat menjadi semi cair atau cair. Setiap ton
pasta cokelat membutuhkan 1,20 - 1,25 ton biji kakao kering. Pasta cokelat dapat
diproses lebih lanjut menjadi lemak dan bubuk cokelat yang merupakan bahan baku
utama berbagai produk makanan atau minuman cokelat.
Coklat merupakan makanan ringan yang berasal dari biji tanaman kakao yang di olah
menjadi pasta coklat ataupun bubuk coklat. Indonesia merupakan penghasil biji kakao
terbesar ke dua di Dunia. (Sumber: FAOSTAT Data, 2013). Penghasil terbesar masih di
pegang Pantai Gading, akan tetapi kwalitas biji kakao Indonesia masih masih dibawah
standart pasar internasional, di karenakan mutu dan sanitasi biji kakao sangat rendah.
Terdapat banyak faktor yang menentukan mutu biji kakao antara lain masih banyaknya
benda-benda asing seperti tanah dan batang-batang kecil dari pohon, selain itu biji kakao
Indonesia banyak yang tidak difermentasi.
Tahap penting selanjutnya adalah penyangraian. Penyangraian merupakan proses
penggorengan yang dilakukan tanpa menggunakan minyak. Tujuan utama dari proses ini
adalah membentuk warna dan aroma pada biji kakao. Untuk pembuatan bubuk cokelat
digunakan suhu 220o C selam 20 menit, tergantung dari jenis biji, aroma yang diinginkan
pada produk akhir serta jenis dan kapasitas mesin yang digunakan. Biji yang disangrai
akan memiliki warna coklat gelap serta aroma seperti roti bakar.
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui tahapan dalam pengolahan biji kakao menjadi coklat pasta
4) Penggilingan Kakao
Kakao yang sudah dipanggang lalu digiling
1.6 Kesimpulan
Kakao merupakan salah satu komoditi yang cukup banyak dimanfaatkan pada dunia
industri. Biji kakao dapat diolah menjadi berbagai macam produk. Produk utama dari biji
kakao adalah bubuk dan lemak kakao yang kemudian dapat diolah menjadi beberapa
produk baru yang bernilai ekonomi tinggi. Hal ini dikarenakan biji kakao mengandung
cita rasa dan warna khas yang sangat digemari dan banyak diminati. Pasta cokelat atau
cocoa mass dibuat dari biji kakao kering melalui beberapa tahapan proses untuk
mengubah biji yang kakao yang semula padat menjadi semi cair atau cair. Setiap ton
pasta cokelat membutuhkan 1,20 - 1,25 ton biji kakao kering. Pasta cokelat dapat
diproses lebih lanjut menjadi lemak dan bubuk cokelat yang merupakan bahan baku
utama berbagai produk makanan atau minuman cokelat.
Pasta cokelat adalah salah satu produk cokelat yang berbentuk pasta atau selai dan
dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan. Pasta cokelat merupakan salah satu pilihan
bahan yang sangat cocok digunakan sebagai pengganti cokelat batangan atau cokelat
bubuk pada berbagai macam resep makanan.
1.7 Lampiran