OLEH :
UNIVERSITAS UDAYANA
2017
BAB 1
PENDAHULUAN
Cau Chocolate merupakan salah satu hasil inovasi produk olahan kakao yang
berpotensi untuk dikembangkan. Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan tanaman
perkebunan yang berasal dari Amerika Selatan dan telah dikembangkan hampir di
seluruh dunia (Afoakwa, 2010). Indonesia merupakan negara penghasil kakao ketiga
di dunia dengan produksi yang terus tumbuh 3,5% tiap tahunnya. Data dari Badan
PBB untuk Pangan dan Pertanian (FAO) menyebutkan, Indonesia memproduksi
574.000 ton kakao di tahun 2010. Jumlah produksi kakao tersebut sekitar 16% dari
produksi kakao secara global (Zakiya dan Pramesti, 2012). Jumlah produksi kakao
yang melimpah dan terus meningkat memungkinkan dilakukannya inovasi produk
pangan berbasis kakao di Indonesia.
Cau Chocolate merupakan salah satu produk olahan kakao yang sudah banyak
dikenal dan digemari oleh masyarakat. Cau Chocolate adalah coklat batangan yang
sudah diolah dengan rasa coklat yang umumnya dijual. Kekurangan yang dimiliki oleh
chocolate spread adalah kurang praktis dan mudah mengalami pemisahan lemak
(kerusakan sistem emulsi) jika disimpan terlalu lama sedangkan untuk kelebihannya
ini merupakan produk dalam negri yang bisa melewati pasar ekspor impor
1.2 Tujuan
PEMBAHASAN
Cau chocolates juga memiliki kebun coklat sendiri, jenis kakao yang
ditanam merupakan kakao mulia dan kakao lindak yang sudah ditanam selama 3
tahun. Coklat yang di hasilkan dari perusahaan ini merupakan coklat organik yang
dibuat dari proses organik, baik dikebun (penggunaan pupuk organik) maupun
proses pengolahannya yang dibuat tanpa menggunakan zat kimia agar coklat yang
dihasilkan baik untuk memelihara kesehatan jantung dan sangat baik sebagai anti
penuaan.
Dalam proses pengolahan biji kakao pada perusahaan ini, setelah kakao
dipanen maka akan dipisahkan dari kulit dan plasentanya, lalu biji kakao
difermentasi dalam keranjang yang berbentuk bulat dengan tingkat ketebalan yang
tidak terlalu tinggi. Penggunaan keranjang berbentuk bulat bertujuan untuk
memudahkan dalam proses pengadukan, karena tidak adanya sudut dalam wadah
sehingga biji kakao dapat mudah teraduk merata dan optimal. Sehari setelah
kakao mulai difermentasi akan terjadi penaikan suhu yang menjadi indikator
bahwa fermentasi berjalan dengan baik. Selanjutnya pengadukan diakukan terus
menerus sampai hari keempat fermentasi. Setelah dilakukan fermentasi maka biji
kakao direndam di dalam bak berisi air selama dua jam dengan tujuan untuk
menghentikan proses fermentasi, apabila fermentasi dilakukan lebih dari 5 hari
maka akan terjadi over fermentasi yang akan berpengaruh terhadap produk yang
dihasilkan. Setelah perendaman selama dua jam, akan dilakukan pencucian untuk
memisahkan pulp dari biji kakao, setelah itu ditiriskan lalu biji baru akan
dikeringkan dengan cara dijemur dibawah sinar matahari.
Bila pada proses pengeringan kurang bagus atau pada saat musim hujan
terlambat untuk diambil, biji kakao akan cenderung berwarna hitam. Hal ini
sebenarnya tidak terlalu penting karena biji bagian dalamnya masih bagus, tapi
karena pada perusahan ini membuat produk cocoa bean roasted (biji kakao
roasting) sehingga warna kulit kakao yang telah dikeringkan perlu diperhatikan.
Namun biji kakao yang tidak lolos pada pengujian warna untuk produk cocoa
bean roasted akan diolah menjadi produk lainnya yaitu produk coklat dan cocoa
powder.
Untuk pengolahan coklat pada pabrik ini dilakukan secara modern, namun
untuk paket wisata juga ada tersedia cara tradisional untuk mengolah coklat yang
digunakan sebagai alat edukasi bagaimana orang pada jaman dahulu mengolah
kakao yang ditujukan untuk wisatawan. Secara tradisional pengolahan coklat
dilakukan dengan proses penyangraian pada tungku, setelah selesai di sangrai biji
kakao akan ditumbuk untuk memisahkan kotiledon dari kulit. Setelah kotiledon
terlepas dari kulit, dilakukan penggilingan untuk menghaluskan kotiledon.
Setelah dihasilkan liquor akan langsung diseduh dengan air hangat dan diminum.
KESIMPULAM
2. Cau chocolate menanam kakao lindak dan kakao mulia yang ditanam
secara organik.