MIROTA INDAH
INDONESIA, BUCINI, DAN MUSEUM COKELAT MONGGO
Disusun Oleh:
(152160131)
YOGYAKARTA
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga dalam penyususnan karya ini mengenai laporan
Kunjungan Industri di PT. MIROTA INDAH INDONESIA, BUCINI, dan MUSEUM
COKELAT MONGGO dengan baik dan tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada:
• Bapak/ ibu dosen yang telah mendampingi kami dalam melakukan kunjungan
Panitia pelaksana Entrepreneur Trip yang telah menyelenggarakan acara dengan sukses
• Seluruh staff karyawan PT. MIROTA INDAH INDONESIA, BUCINI, dan MUSEUM
COKELAT MONGGO
Dengan di susunya karya tulis ini kami berharap mudah-mudahan karya tulis ini
bermanfaat bagi pembaca.
Dengan tidak mengurangi rasa hormat kepada para pembaca kami sebagai
penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca,
untuk lebih kesempurnaannya karya tulis yang kami susun ini.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada dasarnya, semua Mahasiswa ingin selalu menambah pengetahuan dan wawasan di masa
perkembangan era globalisasi yang pesat ini. Menambah pengetahuan dan wawasan dapat
dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya dengan cara melalui Kunjungan Industri.
Di sini penulis mengunjungi PT. Mirota Indah Indonesia, Bucini Leather Bags and Shoes,
dan Museum Cokelat Monggo. Penulis dapat mengetahui proses pembuatan produk-produk
seperti roti, baju dan sepatu yang terbuat dari kulit sapi, serta pembuatan cokelat. Dan dapat
mengetahui kondisi- situasi saat bekerja agar dapat bekerja dengan baik.
C. WAKTU PELAKSANAAN
1. Waktu
Kegiatan kunjungan industri dilaksanakan pada tanggal 17 Februari 2018.
2. Tempat
Tempat pelaksanaan kunjungan industri dilaksanakan di PT. Mirota Indah Indonesia,
Bucini Leather Bags and Shoes, dan Museum Cokelat Monggo.
BAB II
PEMBAHASAN
Tenaga kerja yang dimiliki saat ini mencapai 120 karyawan. Terbagi menjadi
bagian produksi, administrasi, sales, marketing, teknisi, cleaning service, rumah
tangga, dan keamanan. Jam kerja yaitu terdiri dari produksi 1 shift di pagi hari (pagi-
siang) dan bagian packing 1 shift (siang-malam) .
Bucini memanfaatkan sumber daya manusia (SDM) dari warga sekitar pabrik
untuk memproduksi tas maupun sepatu. Hal ini berharap dapat membantu
memberikan lapangan pekerjaan dan meningkatkan kesejahteraan warga setempat.
Menurut pemilik "Bucini-M Joint Exclusif Leather" Rico Yudi Asmoro, para
pemuda dan pemudi dari wilayah setempat, terutama yang belum memiliki
pekerjaan tetap direkrut dan dilatih untuk membuat kerajinan tas dan sepatu kulit di
pabrik miliknya. Ada 160 karyawan yang terlibat dalam proses produksi dan
pemasaran, semuanya merupakan SDM lokal.
Industri kerajinan kulit tersebut dirintis sejak 1997 dan awalnya hanya
membuat dompet kulit, namun sekarang sudah memproduksi tas dan sepatu. Produk
kerajinan ini lebih banyak diekspor ke Eropa seperti Belanda, sedangkan untuk
pemasaran lokal hanya sedikit saja.
Nama "Bucini" sendiri berasal dari nama nenek Rico Yudi Asmoro yaitu
Sucini, dan biasa disapa dengan Bu Cini.
Saat ini industri kulit yang dirintis rata-rata memproduksi satu bulan dapat
mencapai 4.500 tas dan sepatu, dengan harga jual 200 ribu sampai 2 juta rupiah
untuk sepasang sepatu, dan tas dengan harga termurah yaitu 600 ribu rupiah.
Cokelat “truffle” yang dihasilkan pertama kali diberikan kepada teman - teman
Indonesianya dan secara langsung membuat teman - teman Indonesia tersebut
merasakan nikmatnya coklat tersebut.
Kemudian pria itu membuat cokelat lebih banyak lagi untuk dijual. Tujuannya
hanya untuk kesenangan serta mencari minat dan reaksi dari masyarakat, bukan
semata – mata untuk mencari keuntungan. Hal tersebut sangat menarik dan
menjadikan pria itu sebagai Pembuat cokelat pertama di Yogyakarta.
Perusahaan tersebut memiliki tim kecil yang penuh kreasi dan akhirnya
meluncurkan produknya yang pertama dengan nama Cacaomania yang berupa
cokelat praline yang ditujukan bagi kawula muda. Nama tersebut akhirnya
ditinggalkan karena nama tersebut terlalu umum dan mereka membutuhkan nama
yang khusus untuk dapat diluncurkan di pasaran.
Sejarah dari pemilihan kata “Monggo” berawal dari Tim Anugerah Mulia yang
sedang berkumpul untuk mencari inspirasi, yaitu Edo sebagai direktur, Burhan
sebagi staf kreatif, dan Thierry sebagai pembuat cokelat.
Mereka berusaha menemukan nama untuk cokelat tersebut yang memiliki tipikal
khas Yogyakarta. Nama tersebut harus mudah di dengar, mudah diingat dan unik.
Suatu kata dalam bahasa Jawa. Beberapa istilah muncul dalam diskusinya dan tiba
tiba salah seorang dari mereka mengucapkan “Monggo”...Yes! Yes!
Monggo adalah sebuah kata dalam bahasa Jawa yang berarti “silahkan” yang selalu
digunakan oleh orang – orang Yogya sambil mengacungkan ibu jari, ataupun ketika
kita lewat di depan orang, serta pada saat kita mengundang orang masuk ke rumah
atau meninggalkan rumah seseorang. Namun demikian banyak orang menggunakan
kata “Monggo” dan juga orang yang bukan berasal dari Yogya. Nama tersebut sangat
menggambarkan budaya Jawa, kota Yogyakarta, serta merupakan nama yang tepat
untuk nama cokelat.
Kesimpulan
1. Dengan adanya kunjungan industri kami menjadi lebih mengetahui bagaimana dunia
kerja yang sesungguhnya.
3. Memberikan peluang serta motivasi bagi kami untuk menciptakan lapangan pekerjaan
dan strategi berbisnis yang baik dan benar.
4. Mampu memberikan pemahaman yang luas serta wawasan mengenai pembuatan roti
yang baik dan benar, sejarah pembuatan cokelat Monggo, serta sejarah munculnya
industri kerajinan kulit Bucini-M Joint yang laris di pasar Eropa. Ada pula dengan
kunjungan ini kami dapat menjalin hubungan kerjasama yang baik dengan pihak
perusahaan.
Saran
Pada kesempatan kali ini kami ingin memberikan beberapa saran yang mungkin bisa
bermanfaat seperti, membangun kehidupan yang lebih baik dengan cara meningkatkan
kerjasama, saling percaya, menghargai pekerjaan orang lain dan selalu bersyukur dengan apa
yang telah dicapai serta mengutamakan kebersamaan demi tercapainya tujuan.