Anda di halaman 1dari 6

J. Akad. Kim.

6(2): 86-91, May 2017


ISSN 2302-6030 (p), 2477-5185 (e)

PENGARUH LAMA WAKTU FERMENTASI TERHADAP KADAR


BIOETANOL DARI PATI UBI JALAR KUNING (Ipomea batata L)

The Influence of A Long Time Fermentation Againts bioethanol levels of Starch


Sweet Potato is Yellow (Ipomea batatas L)
*Fika Herlina Moede, Siang Tandi Gonggo, dan Ratman
Pendidikan Kimia/FKIP - University of Tadulako, Palu - Indonesia 94118
Recieved 06 March 2017, Revised 05 April 2017, Accepted 05 May 2017

Abstract
The sweet potato is yellow is one that the carbohydrate that is high, so it can be used as one of the
alternative raw materials for bioetanol. This study aims to determine the levels of ethanol sweet potato is
yellow through fermentation with the use of yeast bread with a variety of time 3, 4, 5, 6, dan 7 days at
room temperature. The results of research shows glucose levels derived from the process of hydrolysis using
acid HCl 21% are of 4,54% with high levels ethanol that optimum obntained through fermentation
use of yeast Saccharomyces cerevisiae of 9,70% over fermentation 5 days.
Keywords: Bioethanol, sweet potato is yellow, hidrolisis, fermentation
Pendahuluan
Cadangan minyak bumi yang semakin Ubi jalar merupakan komoditas sumber
menipis seiring dengan meningkatnya jumlah karbohidrat utama, setelah padi, jagung, dan
konsumen menyebabkan melonjaknya harga ubi kayu, serta mempunyai peranan penting
BBM dan krisis energi . Oleh karena itu semakin dalam penyediaan bahan pangan, bahan baku
banyak dikembangkan berbagai sumber energi industri maupun pakan ternak (Zuraida &
alternatif seperti energi matahari, energi air, Supriati, 2001). Bagian tanaman ubi jalar yang
energi panas bumi, dan berbagai sumber energi dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif
lainnya. Dasar pemilihan sumber energi yang adalah umbinya karena banyak mengandung
akan dimanfaatkan antara lain terbarukan pati atau karbohidrat sebesar 27,9% per 100
dan ramah lingkungan. Salah satunya adalah gram berat bahan. Hal ini memungkinkan
bioetanol (Rikana & Adam, 2008). untuk dapat digunakan sebagai bahan baku
Bioetanol merupakan etanol yang diproduksi industri berbasis pati dan sebagai salah satu
dari tumbuh-tumbuhan menggunakan alternatif untuk bahan baku pembuatan etanol
mikroorganisme melalui proses fermentasi. (Damardjati & Widowati, 1994).
Mikroorganisme yang paling banyak digunakan Etanol adalah alkohol yang didapat dari
dalam fermentasi alkohol adalah Saccharomyces fermentasi bahan-bahan yang mengandung
cerevisiae (ragi roti) karena harganya murah gula, pati atau selulosa. Etanol merupakan
dan lebih mudah didapat (Kartika, dkk., bahan yang sangat penting karena merupakan
1992). Bahan baku bioetanol dapat berasal bahan bakar cair dari sumber yang dapat
dari biomassa sumber pati (jagung, ubi kayu, diperbaharui (bioetanol). Bioetanol merupakan
sorgun, dan lain-lain), sumber gula (molasses, bahan bakar oksigenat yang mengandung 35%
nira tebu, nira kelapa, dan nira dari berbagai oksigen yang dapat mereduksi partikulat dan
tanaman lain), dan sumber selulosa (onggok, emisi NOx dari hasil pembakaran (Demirbas,
jerami padi, ampas tebu, tongkol jagung, dan 2005).
lain-lain sebagainya (Mulyono, dkk., 2011). Bioetanol dapat digunakan sebagai pengganti
BBM tergantung dari tingkat kemurniannya.
*Korespondensi: Bioetanol dengan kadar 95-99% dapat dipakai
Fika Herlina Moede sebagai bahan substitusi premium (bensin),
Program Studi Pendidikan kimia, Fakultas Keguruan dan sedangkan kadar 40% dipakai sebagai bahan
Ilmu Pendidikan, Universitas Tadulako
email: fikaherlina05@gmail.com substitusi minyak tanah (Rahmawati, 2010).
© 2017 - Universitas Tadulako Hidrolisis dapat menggunakan beberapa
86
Fika Herlina Moede Pengaruh Lama Waktu Fermentasi Terhadap Kadar .............

metode diantaranya yaitu metode kimia pertumbuhan dan perkembangbiakan yeast


(hidrolisis asam) dan metode enzimatis optimal, maka ditambahkan urea sebanyak 4
(hidrolisis enzim). Metode kimiawi dilakukan gram sebagai nutrient ke dalam media. Untuk
dengan cara hidrolisis pati menggunakan asam- memisahkan etanol yang terbentuk, dilakukan
asam organik, yang sering digunakan adalah proses destilasi pada suhu 90-95oC selama
H2SO4, HCl, dan HNO3 (Trifosa, 2007). kurang lebih 3 jam sehingga destilat tidak
Hidrolisis secara kimiawi memiliki banyak menetes lagi. Variasi waktu fermentasi yaitu 2,
keuntungan, yaitu biaya yang dibutuhkan relatif 3, dan 4. Hasil analisis menunjukkan bahwa
murah dibandingkan dengan cara enzimatik, waktu fermentasi pada hari ke-3 memiliki
sebab harga bahan kimia yang digunakan kadar etanol yang tertinggi yaitu 13,86%
relatif lebih murah dibandingkan harga enzim. dibandingkan dengan hari-hari lainnya.
Selain itu, proses hidrolisis dengan cara enzim Metode
membutuhkan waktu yang relatif lebih lama Alat dan Bahan
dibandingkan cara kimiawi (Novianti, dkk., Peralatan yang digunakan pada penelitian
2014). Menghidrolisis sampel menggunakan ini adalah neraca analitik, erlenmeyer, gelas
asam klorida yaitu untuk memperoleh kimia, labu ukur, gelas ukur, pipet tetes, corong,
monomer pati yaitu glukosa. Menurut (Mastuti penangas listrik, pH meter, batang pengaduk,
& Setyawardhani, 2010), proses hidrolisis aluminium foil, kertas saring, ayakan 40
pati yaitu pengubahan molekul pati menjadi mesh, magnet stirrer, oven, pompa vakum,
monomernya atau unit-unit penyusunnya blender, spektrometer UV-Vis, seperangkat alat
seperti glukosa. Glukosa yang dihasilkan dari evaporator dan alkoholmeter.
proses hidrolisis selanjutnya difermentasi Bahan yang digunakan yaitu ubi jalar
dengan bantuan ragi roti (Sacharomyces kuning, larutan HCl (Marck), larutan
cereviseae) untuk menghasilkan etil alkohol NaOH (Marck), urea ((NH2)2CO) (Marck),
(etanol) dan CO2 melalui reaksi sebagai berikut ammonium sulfat ((NH4)2SO4) (Marck), ragi
(Retno & Nuri, 2011): roti (saccharomyces cereviseae), reagen anthrone
(Marck) dan aquades (H2O).

Prosedur penelitian
Fermentasi adalah proses oksidasi yang Tahap Pendahuluan
meliputi perombakan media organik pada Ubi jalar dikupas kulitnya kemudian
mikroorganisme anaerob atau fakultatif dipotong-potong menjadi bagian-bagian
anaerob dengan menggunakan senyawa organik yang lebih kecil, dimbang sebanyak 4 kg,
sebagai aseptor elektron terakhir. Fermentasi kemudian dicuci hingga bersih dan selanjutnya
karbohidrat oleh khamir merupakan proses dikeringkan. Tahap selanjutnya, ubi jalar yang
penghasil etanol dan karbondioksida secara sudah kering dihaluskan menggunakan blender.
anaerob (Sudarmadji, dkk., 1989). Kecepatan Kemudian dikeringkan menggunakan oven
fermentasi etanol dipengaruhi oleh beberapa pada suhu 100oC selama 3 jam. Selanjutnya
faktor seperti susunan substrat, kecepatan mengayak ubi jalar yang telah dihaluskan
pemakaian zat gizi, tingkat inokulasi, keadaan dengan menggunakan ayakan 40 mesh.
fisiologis khamir, aktivitas enzim-enzim jalur
EMP, toleransi khamir terhadap gula dan Tahap hidrolisis
alkohol tinggi serta kondisi selama fermentasi Sebanyak 10 gram ubi jalar ditimbang
(Astuty, 1991). dan dimasukkan ke dalam 5 erlenmeyer,
Penelitian(Nur & Nuria, 2010) ditambahkan larutan HCl 21% sebanyak 100
mengukapkan bahwa ubi jalar putih mL. Selanjutnya, campuran larutan dipanaskan
merupakan tanaman pangan yang memiliki pada suhu 100oC selama 2 jam. Kemudian
kandungan glukosa yang cukup tinggi, berkisar larutan tersebut disaring dengan menggunakan
antara 15-20% setelah dihidrolisa. Kandungan kertas saring, dan dilanjutkan dengan mengukur
glukosa tersebut memungkinkan untuk filtrat yang diperoleh untuk mengethui kadar
dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan glukosanya dengan menggunakan spektrometer
bioetanol melalui proses fermentasi. Proses UV-Vis.
fermentasi secara anerob pada pH 4-5 Pengukuran kadar gula dengan
dengan menggunakan yeast (Saccharomyces menggunakan spektrofotometer UV-Vis
cereviside) sebagai mikroorganisme yang akan dilakukan dengan mengambil 1 mL sampel
menguraikan glukosa menjadi etanol. Agar hidrolisis kemudian diencerkan menjadi 50

87
Volume 6, No. 2, 2017: 86-91 Jurnal Akademika Kimia

mL. Dari hasil pengenceran selanjutnya diambil atau karbohidrat sebesar 27,9% per 100 gram
masing-masing 1 mL kemudian ditambahkan berat bahan. Pati ubi jalar yang dibuat dari
dengan reagen Anthrone sebanyak 5 mL dan umbi ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan
diukur absorbansinya pada panjang gelombang salah satu substrat yang dapat digunakan
630 nm. Hasil terbaik yakni yang memiliki dalam pembuatan etanol selain substrat
kadar gula tertinggi dalam perlakuan ini bergula dan berselulosa (Judoamidjojo, 1990).
digunakan untuk perlakuan lebih. Proses pembuatan bioetanol diawali dengan
mengeringkan sampel ubi jalar kuning dengan
Tahap Fermentasi bantuan sinar matahari yang dilanjutkan dengan
Proses fermentasi dilakukan dengan proses penghalusan hingga diperoleh sampel
mengambil filtrat dari hasil hidrolisis dan ubi jalar halus, yang mana sampel ubi jalar
masing-masing larutan tersebut di masukan halus tersebut yang akan dihidrolisis. Tahap ini
ke dalam erlemeyer. Kemudian ditambahkan merupakan tahap yang paling penting dalam
larutan NaOH 6 M hingga pH-nya menjadi proses pembuatan bioetanol, karena proses ini
4,5. Selanjutnya, menambahkan 4 gram menentukan jumlah glukosa yang dihasilkan
urea dan 4 gram ammonium sulfat ke dalam untuk kemudian dilakukan fermentasi menjadi
masing-masing larutan dan dipasteurisasi pada bioetanol. Menurut Musanif dalam (Assegaf,
suhu 80°C selama 15 menit lalu didinginkan. 2009), prinsip hidrolisis pati adalah pemutusan
Selanjutnya ditambahkan 8 gram ragi rantai polimer pati menjadi unit-unit dekstrosa
atau monosakarida yaitu glukosa (C6H12O6).
roti (Saccharomyces cereviseae). Setelah itu, Glukosa adalah suatu gula monosakharida
menutupnya dengan aluminium foil dan yang merupakan salah satu karbohidrat
dilakukan pendiaman dengan variasi waktu terpenting yang digunakan sebagai sumber
yaitu 3, 4, 5, 6, dan 7 hari pada suhu kamar. tenaga bagi manusia, hewan dan tumbuhan.
Glukosa dapat dihasilkan melalui hidrolisis
Tahap Pemisahan polisakarida atau disakarida dan dapat
Tahap pemisahan dilakukan dengan dibuat dari pati-patian (Devita, dkk., 2015).
memasukan larutan hasil fermentasi ke Proses hidrolisis dapat menggunakan
dalam labu alas bulat dan dipasang pada beberapa metode diantaranya yaitu metode
rangkaian alat evaporator. Pada proses ini kimiawi (hidrolisis asam) dan metode
dilakukan pemanasan pada suhu 80oC untuk enzimatis (hidrolisis enzim). Metode kimiawi
memisahkan etanol dari campurannya. Larutan dilakukan dengan cara hidrolisis pati
hasil evaporasi selanjutnya ditentukan kadarnya menggunakanasam-asam organik, yang sering
dengan menggunakan alkoholmeter (Osvaldo, digunakan adalah H2SO4, HCl, dan HNO3
dkk., 2012). (Trifosa, 2007). Hidrolisis menggunakan asam
klorida yaitu untuk memperoleh monomer
Hasil dan Pembahasan pati yaitu glukosa (Minarni, dkk., 2013).
Hasil penelitian analisis kadar etanol setelah Hasil yang diperoleh dari proses hidrolisis
fermentasi dapat dilihat pada Tabel 1. sampel ubi jalar kuning dengan menggunakan
asam klorida 21% adalah 90,857 ppm
Tabel 1 Kadar etanol hasil fermentasi atau sebesar 4,54%. Ariyani, dkk., (2013)
pembuatan bioetanol dari jerami padi dimana
kadar glukosa hasil hidrolisis dianalisis
dengan menggunakan spektrometer UV-Vis
dengan konsentrasi HCl yang optimum yaitu
pada konsentrasi HCl 21% dengan kadar
glukosa yang diperoleh sebesar 70,85 ppm.
Groggins dalam (Sukmawati & Milati, 2009),
menyatakan semakin banyak jumlah katalisator
yang dipakai makin cepat reaksi hidrolisis
terjadi dan dalam waktu tertentu pati yang
Fermentasi pati ubi jalar menggunakan berubah menjadi glukosa juga meningkat. Hasil
ragi roti diperoleh kadar etanol sebesar 9,70% hidrolisis tersebut selanjutnya difermentasi.
dengan waktu fermentasi selama 5 hari. Proses fermentasi merupakan proses
Tanaman ubi jalar yang dapat digunakan pemecahan karbohidrat dan asam amino
sebagai bahan bakar alternatif adalah secara aerobik, yaitu tanpa memerlukan
umbinya karena banyak mengandung pati oksigen. Senyawa yang dapat dipecah

88
Fika Herlina Moede Pengaruh Lama Waktu Fermentasi Terhadap Kadar .............

dalam proses fermentasi terutama adalah yang dilakukan, produksi etanol yang
karbohidrat, sedangkan asam amino hanya maksimum dapta dicapai pada temperatur 28-
dapat difermentasi oleh beberapa jenis 31°C. Penelitian (Duhan, dkk., 2013) puncak
bakteri tertentu (Assegaf, 2009). Prinsip dasar produksi alkohol dicapai pada suhu 35oC dan
fermentasi adalah mengaktifkan kegiatan mikroba akan tumbuh optimal pada kisaran
mikroba tertentu dengan tujuan mengubah temperatur 30-35oC. Hal ini menunjukan
sifat bahan agar dihasilkan suatu yang bahwa apabila pada suhu yang terlalu rendah,
bermanfaat Perubahan tersebut karena dalam maka proses fermentasi akan berlangsung secara
proses fermentasi jumlah mikroba diperbanyak lambat. Sedangkan pada suhu yang terlalu
dan digiatkan metabolismenya didalam bahan tinggi menyebabkan mikroba Saccharomyces
tersebut dalam batas tertentu (Assegaf, 2009). cerevisiae akan mati sehingga proses fermentasi
Salah satu jenis khamir yang biasa dipakai tidak dapat berlangsung. Selain pH dan
pada produk alkohol secara fermentasi adalah suhu, pemberian nutrisi juga mempegaruhi
Saccharomyces cerevisiae (Rahmawati, 2010). tumbuhnya Saccharomyces cerevisiae. Penelitian
Saccharomyces cerevisiae merupakan khamir ini menggunakan ragi Saccharomyces
yang paling penting pada fermentasi utama dan cerevisiae karena mikroba Saccharomyces
akhir, karena mampu memproduksi alkohol cerevisiae dapat menghasilkan alkohol hingga
dengan konsentrasi tinggi dan fermentasi 2% dalam 72 jam (O’Leary, dkk., 2004).
spontan (Rahmawati, 2010). Saccharomyces Proses fermentasi pada penelitian ini
cerevisiae merupakan galur terpilih yang biasa dilakukan selama 5 hari. Hasil fermentasi ubi
digunakan untuk fermentasi alkohol sebab jalar selanjutnya dievaporasi untuk memisahkan
mempunyai toleransi yang tinggi terhadap etanol dari campurannya pada suhu 80oC. Pada
alkohol. Saccharomyces cerevisiae dapat proses evaporasi senyawa yang menguap terlebih
memfermentasi sukrosa menjadi etanol pada dahulu adalah etanol karena memiliki titik
kondisi netral atau sedikit asam dalam kondisi didih yang rendah yaitu 78,3oC, dibandingkan
anaerob, pada kondisi ini 10% glukosa dapat dengan pelarutnya seperti air yang memiliki
direspirasi menjadi CO2 dan menghasilkan titik didih 100oC (Ariyani, dkk., 2013). Hasil
kadar etanol kurang dari 50% (Hawab, 2004). Evaporasi kemudian dilakukan pengukuran
Sebelum difermentasi pH larutan sampel kadar etanolnya dengan menggunakan alkohol
perlu dinetralkan menjadi pH 4,5. Keasaman meter. Hasil pengukuran kadar etanol dari 50
atau pH medium merupakan salah satu faktor mL alkohol dalam rentang waktu fermentasi
penting yang mempengaruhi pertumbuhan selama 5 hari dengan kadar gula reduksi
mikroorganisme dan pembentukan produk 4,54% diperoleh kadar etanol sebesar 9,70%.
dalam proses fermentasi karena setiap
mikroorganisme mempunyai kisaran pH Kesimpulan
optimal (Idral, dkk., 2012). Hal ini sesuai Kadar etanol ubi jalar kuning yang
dengan pendapat Roukas dalam (Azizah, dkk., difermentasi menggunakan ragi roti
2012) bahwa kisaran pertumbuhan mikroba (Saccharomyces cerevisiae) dengan alkohol 50
Saccharomyces cerevisiae yaitu pH 3,5-6,5 dan mL adalah 9,70%.
pada pH 4,5 adalah kondisi pH yang maksimal
dapat dicapai. (Fadel, 2000) mengungkapkan Ucapan Terima Kasih
bahwa produksi etanol yang optimum Penulis mengucapkan terimakasih kepada
diperoleh dengan penggunaan pH awal 4.0- kepala laboran Program Studi Pendidikan
6.0. (Graves, dkk., 2006) telah melakukan Kimia dan semua pihak yang telah membantu
penelitian bahwa tidak ada produksi etanol dalam pelaksanaan penelitian ini.
dibawah pH 4.0, dikarenakan pada pH tersebut
mikroba tidak dapat tumbuh, sedangkan
pada pH 6.0 adalah jumlah maksimum Referensi
untuk kedua-duanya. Sementara (Osman, Ariyani, E., Kusumo, E., & Supartono. (2013).
dkk., 2011) juga menyatakan hal yang sama, Produksi bioetanol dari jerami padi (oryza
bahwa laju pertumbuhan mikroba diperoleh sativa l). Jurnal Institut Teknologi Nasional,
pada pH 5.5 dan merupakan medium untuk 2(2), 168 - 172.
produksi etanol. Sedangkan (Rivera, dkk.,
2006) mempertimbangkan bahwa temperatur Assegaf, F. (2009). Prospek produksi bioetanol
sebagai variabel untuk mengevaluasi jumlah bonggol pisang (musa paradisiacal)
maksimum yang diharapkan sebagai parameter menggunakan metode hidrolisis asam
dari proses fermentasi. Berdasarkan penelitian dan enzimatis. Karya Tulis Daya Saing

89
Volume 6, No. 2, 2017: 86-91 Jurnal Akademika Kimia

Keunggulan dan Penguasaan IPTEKS dengan proses hidrolisis asam dan


(Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Seni. menggunakan saccharomyces cerevisiae.
Dso Purwokerto, Universitas Jenderal Jurnal Kimia Unand, 1(1), 34-39.
Soedirman Rso Semarang.
Judoamidjojo, M. (1990). Teknologi fermentasi.
Astuty, E. D. (1991). Fermentasi alkohol IPB-Press: Bogor.
kulit buah pisang (Musa sapientum Lamb)
dengan berbagai jenis inokulum. Tesis, Kartika, B., Sutanti, R., & Nuzulis, A. (1992).
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.Tidak Petunjuk evaluasi produk industri hasil
diterbitkan. pertanian. PAU Pangan dan Gizi UGM:
Yogyakarta.
Azizah, N., Al-Baarri, A. N., & Mulyani,
S. (2012). Pengaruh lama fermentasi Mastuti, E., & Setyawardhani, A. D. (2010).
terhadap kadar alkohol, ph, dan produksi Pengaruh variasi temperatur dan konsentrasi
gas pada proses fermentasi bioetanol dari katalis pada kinetika reaksi hidrolisis tepung
whey dengan substitusi kulit nanas. Jurnal kulit ketela pohon. Ekuilibrium, 9(1), 23-
Aplikasi Teknologi Pangan, 1(2), 72-77. 27.

Damardjati, D. S., & Widowati. (1994). Minarni, N., Ismuyanto, B., & Sutrisno.
Pemanfaatan ubi jalar dalam program (2013). Pembuatan bioetanol dengan
diversifikasi guna mensukseskan swasenbada bantuan saccharomyces cerevisiae dari
pangan. Balai Penelitian Tanaman Pangan, glukosa hasil hidrolisis biji durian (durio
3(2), 1-25. zhibetinus. Kimia Student Journal, 1(1), 36-
42.
Demirbas, A. (2005). Bioethanol from
cellulosic material: A renewable motor fuel Mulyono, A. M. W., Handayani, C. B., Tari,
from biomass. Energy Source, 27, 327-337. A. I. N., & Zuprizal. (2011). Fermentasi
etanol dari jerami padi. Karya Tulis Ilmiah.
Devita, C., Pratjojo, W., & Sedyawati, R. M. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada
S. (2015). Perbandingan metode hidrolisis Masyarakat Universitas Veteran Bangun
enzim dan asam dalam pembuatan sirup Nusantara Sukoharjo.
glukosa ubi jalar ungu. Indonesian Journal of
Chemical Science, 4(1), 15-19. Novianti, H., Supartono, & Siadi, K. (2014).
Pengolahan limbah serbuk gergaji kayu
Duhan, J., A, K., & Tanwar, S. (2013). sengon laut menjadi bioetanol menggunakan
Bioethanol production from starchy part of saccharomyces cerevisiae. Indonesian Journal
tuberous plant (potato) using saccharomyces of Chemical Science, 3(2), 147-151.
cerevisiae mtcc-170 Afri. J. Microbiol,
7(46), 5253-5260. Nur, & Nuria. (2010). Pebuatan bioetanol dari
ubi jalaar putih (ipomea batatas linneaaus).
Fadel, M. (2000). Alcohol production from Skripsi Jurusan Kimia, Universitas Sebelas
potato industry starchy waste. Egyp. J. Maret Surakarta, Fakultas Teknik, Program
Microbiol, 35(3), 273-287. Studi Diploma III Teknik Kimia: Tidak
diterbitkan.
Graves, T., Narendranath, N., K, D., &
Power, R. (2006). Effect of ph and lactic O’Leary, V. S., Green, R., Sullivan, B. C.,
or acetic acid on ethanol productivity by & Holsinger, V. H. (2004). Alcohol
saccharomyces cerevisiae in corn mash. J. production by selected yeast strains in lactase
Indust. Microbiol. Biotechnol, 33, 469-474. hydrolyzed acid whey. Jurnal Biotecnology
and Bioengineering, 19(7), 1019-1035.
Hawab. (2004). Pengantar biokimia. Erlangga:
Jakarta. Osman, M., Khattab, O., Hammad, I., &
El-Hussieny, N. (2011). Optimization
Idral, D. D., Salim, M., & Mardiah. (2012). of biofuel production by saccharomyces
Pembuatan bioetanol dari ampas sagu cerevisiae isolated from sugar cane bagasse.

90
Fika Herlina Moede Pengaruh Lama Waktu Fermentasi Terhadap Kadar .............

J. Am. Sci, 7(5), 485-492. Maciel, M., & FR, M. (2006). evaluation
of optimisation techniques for parameter
Osvaldo, Z. S., Panca, P. S., & aisal, M. (2012). estimation: Application to ethanol
Pengaruh konsentrasi asam dan waktu pada fermentation considering the effect of
proses hidrolisis dan fermentasi pembuatan temperature. J. Process Biochem, 41, 1682-
bioetanol dari alang-alang. Jurnal Teknik 1687.
Kimia, 2(18), 52-62.
Sudarmadji, S., Kasmidjo, R., Sardjono,
Rahmawati, A. (2010). Pemanfaatan limbah Wibowo, D., Margino, S., & Rahayu, E.
kulit ubi kayu (manihot utilissima pohl.) dan S. (1989). Mikrobiologi pangan. UGM
kulit nanas (ananas comosus l.) pada produksi Yogyakarta.
bioetanol menggunakan aspergillus niger.
(Skripsi Jurusan Biologi), Universitas Sebelas Sukmawati, R. F., & Milati, S. (2009).
Maret Surakarta, Fakultas Matematika dan Pembuatan bioetanol dari kulit singkong.
Ilmu Pengetahuan Alam: Tidak diterbitkan. Program Studi Diploma III Teknik Kimia,
Fakultas Teknik. Universitas Sebelas Maret
Retno, T. D., & Nuri, W. (2011). Pembuatan Surakarta.
bioetanol dari kulit pisang. Prosiding
Seminar Nasional Teknik Kimia Kejuangan. Trifosa, D. (2007). Konversi Pati Jagung Menjadi
Bioetanol Skripsi Program Studi Kimia,
Rikana, H., & Adam, R. ( 2008). Pembuatan FMIPA ITB, Bandung: tidak diterbitkan
bioethanol dari singkong secara fermentasi
menggunakan ragi tape. Laporan Penelitian Zuraida, N., & Supriati, Y. (2001). Usahatani
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik ubi jalar sebagai bahan pangan alternatif
Universitas Diponegoro. Semarang. dan diversifikasi sumber karbohidrat.
Buletin agrobio vol 4 no 1 Balai Penelitian
Rivera, E., Costa, A., Atala, D., Maugeri, F., Bioteknologi Tanaman Pangan. Bogor.

91

Anda mungkin juga menyukai