Anda di halaman 1dari 12

Teknik Pemanenan Mikroalga Hidayati et al

TEKNIK PEMANENAN MIKROALGA NANNOCHLOROPSIS sp. YANG


DIKULTIVASI DALAM MEDIA LIMBAH CAIR KARET REMAH DENGAN
FLOKULAN ALUMINIUM SULFAT
[Harvesting Techniques Microalgae Nannochloropsis sp. Cultivated in Liquid Waste
Rubber Crumb Media by AluminiumSulphate Floccullant]

Sri Hidayati*, Otik Nawansih dan Via Febiana


Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung
Jl. Prof. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung 35145
*Email Korespondensi : sri.hidayati@fp.unila.ac.id

Diterima : 15-04-2015
Disetujui : 18-08-2015

ABSTRACT
This study was aimed to determine the best dosage for harvesting algaeusing
Aluminium Sulfat. This research done by harvesting microalgae Nannochloropsis sp.
which cultivated in the medium crumb rubber industrial wastewater (75% v/v) in an open
reactor with a working volume of 5L for 8 days with flocculation methode using aluminium
sulphate Al2(SO4)3 in dose of 50 , 100, 150, 200, 250, 300 mg/L, and 200 mg/L NaOH as a
comparison (control). The results showed that microalgae Nannochloropsis sp. in the
culivated medium crumb rubber industrial wastewater which was harvested using dose 150
mg/L of the flocculant agent aluminium sulphate Al2(SO4)3 by cell density 4055 x 104
sel/mL has the highest flocculation efficiency totalling 94,55%, dry biomass 0,7060 g/L,
and oil content 23,24%.
Keywords : Aluminium sulphate, Nannochloropsis sp, waste water

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan menentukan dosis penambahan aluminium sulfat yang
tepat dalam pemanenan Penelitian ini dilakukan dengan pemanenan mikroalga
Nannochloropsis sp. yang ditumbuhkan dalam medium limbah cair karet remah (75% v/v)
dalam reaktor terbuka dengan volume 5L selama 8 hari. Metode flokulasi yang dilakukan
menggunakan alumunium sulfat Al2(SO4)3 dengan dosis 50, 100, 150, 200, 250, dan 300
mg/L serta 200 mg/L NaOH sebagai pembanding (kontrol). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa mikroalga Nannochloropsis sp. yang ditumbuhkan dalam limbah cair karet remah
dan dipanen menggunakan flokulan aluminium sulfat Al2(SO4)3 dosis 150 mg/L dengan
kepadatan sel 4055 x 104 sel/mL memiliki efisiensi flokulasi tertinggi yaitu sebesar
94,55%, biomassa kering 0,7060 g/L, dan kandungan minyak 23,24%.
Kata kunci ;Alumunium sulfat, limbah cair, Nannochloropsis sp.

PENDAHULUAN dihasilkan bisa bervariasi antara 20 dan


50% (Demírbas, 2009; Kanda et al.,
Ada beberapa jenis mikroalga
2012;. Liam dan Philip, 2012), bahkan
yang dapat menghasilkan minyak untuk
dalam kondisi tertentu bisa mencapai 90%
bahan baku biodiesel, salah satunya
dari berat kering (Illman et al, 2000;. Chiu
adalah Nannochloropsis sp. Beberapa
et al . 2009). Kelebihan mikroalga yaitu
spesies mikroalga dapat diinduksi untuk
pada beberapa spesies memenuhi
maenghasilkan minyak yang tinggi
kebutuhan nutrisinya dari nitrogen dan
(Sheehan et al., 1998;. Cheirsilp dan
fosfor dari limbah (Chisti, 2007; Pérez-
Torpee, 2012). Kadar minyak yang

Jurnal Teknologi Industri & Hasil Pertanian Vol. 20 No.2, September 2015 97
Hidayati et al Teknik Pemanenan Mikroalga
Martínez et al., 2010; Pittman et al., Beberapa metode pemanenan
2011), juga mampu mengkonversi nutrisi mikroalga diantaranya adalah sentrifugasi,
untuk biomassa pada tingkat yang jauh filtrasi, sedimentasi dan flokulasi
lebih tinggi daripada budaya konvensional (Brennan, 2009). Teknik yang saat ini
dan tidak perlu menempati lahan banyak dipilih dalam pemanenan adalah
pertanian untuk budidaya, hanya flokulasi. Flokulasi merupakan kumpulan
membutuhkan air dan CO2 untuk mikroalga yang membentuk massa akibat
pertumbuhan (Mata et al., 2010;. Huan et penambahan bahan kimia atau zat organik
al., 2010). Hal ini menyebabkan (Thompson et al., 2010). Sel mikroalga
mikroalga menjadi salah satu alternatif umumnya berukuran 5-50μm dan dapat
untuk digunakan sebagai bahan baku pada membentuk suspensi cukup stabil dengan
industri biodiesel. Limbah cair karet bahan kimia yang memiliki muatan
mengandung N dan P yang cukup tinggi negatif pada permukaannya (Shelef et al.,
sehingga dapat dimanfaatkan sebagai 1984). Pemanenan sel mikroalga dengan
sumber nutrien untuk pertumbuhan flokulasi dianggap lebih baik daripada
mikroalga jenis Nannochloropsis sp. metode konvensional seperti sentrifugasi
(Hadiyanto et al, 2012). Beberapa spesies atau filtrasi karena dapat menghasilkan
mikroalga bahkan dapat tumbuh pada biomassa yang lebih baik secara kuantitas
kondisi lingkungan dengan kualitas air (Qasim et al, 2000).
yang rendah (Pérez-Martínez et al. 2010; Ada beberapa flokulan dapat
Pittman et al. 2011). Komalasari (2015) digunakan dalam proses pemanenan dan
menyatakan bahwa limbah cair karet salah satunya yaitu alumunium sulfat
remah dari outlet kolam fakultatif II Al2(SO4)3 . Penggunaan dosis Al2(SO4)3
mengandung N-NH3, P-PO4, dan N-total dalam pemanenan mikroalga harus tepat
berturut-turut sebesar 3,896, 1,497, dan agar proses flokulasi berjalan optimal dan
5,078 mg/L, ini merupakan media menghasilkan biomassa yang tinggi. Oleh
pertumbuhan yang paling baik untuk karena itu penelitian ini dilakukan untuk
kultivasi mikroalga Nannochloropsissp. menemukan dosis penambahan aluminium
Hal yang menjadi permasalahan sulfat yang tepat dalam pemanenan
dalam kultivasi alga yaitu pemanenan mikroalga agar diperoleh biomassa yang
(harvesting) untuk memisahkan mikroalga tinggi.
dengan mediumnya dengan cara separasi
padat-cair (Danquah, 2009). Proses ini BAHAN DAN METODE
berfungsi untuk memperoleh biomassa Bahan dan Alat
yang akan diproses lebih lanjut untuk
Bahan yang digunakan pada
menghasilkan produk-produk yang
penelitian ini adalah limbah cair karet
berguna. Proses pemanenan ini
remah PTPN VII Way Berulu yang
merupakan tahapan penting untuk
berasal dari outlet Fakultatif II IPAL
dilakukan. Beberapa kendala yang sering
pengolahan air limbah, mikroalga
dijumpai dalam proses pemanenan
Nannochloropsis sp. yang diperoleh dari
mikroalga adalah ukuran alga yang kecil
Balai Besar Pengembangan Budidaya
(3-30µm) serta konsentrasi mikroalga
Laut Lampung (BBPBL), air laut steril,
yang rendah di dalam mediumnya (0,5-5
pupuk conwy, Al2(SO4)3 teknis atau tawas
g/L) dan hal inilah yang menjadi
(kadar Al2O3 17%), NaOH p.a (BDH/
hambatan pemanfaatan mikroalga sejak
dulu (Pratama, 2011).

98 Jurnal Teknologi Industri & Hasil Pertanian Vol. 20 No.2, September 2015
Teknik Pemanenan Mikroalga Hidayati et al
Merck 6498), dan kloroform yang pengaduk kayu. Lalu didiamkan selama 1
diperoleh dari Bratachem. jam untuk memisahkan antara mikroalga
Peralatan yang digunakan dalam dengan medianya. Setelah 1 jam,
penelitian adalah reaktor terbuka yang dilakukan pemisahan antara mikroalga
terbuat dari kaca berukuran (35x14x19) dengan medianya dengan penyaringan
cm dengan volume kerja 5 L, yang menggunakan kain satin. Penelitian
dilengkapi dengan aerator. Alat yang dilakukan dalam 3 kali ulangan.
digunakan untuk analisis sampel adalah Pengamatan yang dilakukan pada
mikroskop, haemacytometer, handcounter, penelitian ini meliputi pengukuran
alumunium foil, oven, neraca analitik, pH kepadatan sel harian menggunakan
meter,kain satin, seperangkat alat sokhlet, mikroskop dan haemacytometer dan alat
dan peralatan penunjang lainnya. bantu handcounter (Sari, 2012),
Pengukuran pH menggunakan pH meter
Metode Penelitian (AOAC, 1990), persentase efisiensi
flokulasi (Harith et al., 2009). Biomassa
Penelitian ini dimulai dengan
hasil panen dengan metode gravimetri
melakukan kultivasi Mikroalga
(AOAC, 1990), dan Ekstraksi minyak
Nannochloropsis sp. selama 8 hari dalam
mikroalga pada perolehan biomassa
media limbah cair karet remah yang
tertinggi menggunakan alat sokletasi
berasal dari Kolam Fakultatif II IPAL
(AOAC, 1995).
PTPN VII Way Berulu dan dilakukan
pemanenan mikroalga dengan metode
HASIL DAN PEMBAHASAN
flokulasi menggunakan aluminium sulfat
Al2(SO4)3 dengan dosis 50, 100, 150, 200, Hasil penelitian menunjukkan
250, dan 300 mg/L serta 200 mg/L NaOH bahwa kepadatan sel mikroalga
sebagai pembanding (kontrol). Setelah Nannochloropsissp. cenderung mengalami
penambahan flokulan dilakukan peningkatan hingga hari ke- 8 (Gambar 1).
pengadukan cepat selama 1 menit
dilanjutkan pengadukan lambat selama 15
menit secara manual menggunakan

7000
Kepadatan Sel X 104

6000
5000
4000
3000
(Sel/mL)

2000
1000
0
1 2 3 4 5 6 7 8
Hari Ke-

Gambar 1. Kepadatan sel mikroalga Nannochloropsis sp. selama 8 hari kultivasi

Jurnal Teknologi Industri & Hasil Pertanian Vol. 20 No.2, September 2015 99
Hidayati et al Teknik Pemanenan Mikroalga

ke-2 yaitu sebesar 0,258. Hal ini


Kepadatan sel mikroalga menunjukkan bahwa dalam waktu kurang
Nannochloropsis sp. Meningkat setiap dari 24 jam, sel Nannochloropsis sp.
harinya hingga hari ke-8. Hal ini mampu menambah jumah kepadatan
menunjukkan bahwa mikroalga selnya sebanyak 384 x 104 sel/mL.
Nannochloropsis sp. dapat tumbuh dengan Dengan demikian, proses ini
baik di media limbah cair karet remah. membuktikan bahwa fase lag berlangsung
Kepadatan sel Nannochloropsis sp.terus cepat (kurang dari 24 jam). Pada hari ke-3
meningkat hingga hari ke- 8 mencapai laju pertumbuhan sel meningkat menjadi
6,434 X 107sel/mL. Kepadatan mikroalga 0,444 dengan peningkatan kepadatan sel
Nannochloropsis sp. yang terus meningkat sebesar 946 x 104 sel/mL. Pada hari ketiga
setiap harinya diduga karena limbah cair ini terjadi fase eksponesial yang ditandai
karet remah yang berasal dari kolam dengan pertambahan jumlah sel yang
fakultatif II mampu memenuhi kebutuhan tinggi dan laju pertumbuhan yang tinggi.
nutrien N dan P mikroalga untuk tumbuh. Menurut Wirosaputro (2002) pada fase ini
Pada penelitian ini kadar N total dalam tetap terjadi pertambahan sel namun laju
media (limbah kolam fakultatif II) yang pertumbuhannya menurun akibat adanya
digunakan yaitu 5,078 mg/L. Hasil kompetisi karena zat makanan yang
penelitian ini sesuai dengan hasil tersedia tidak sebanding dengan jumlah
penelitian Komalasari (2015) yang populasi sehingga hanya sebagian
melakukan kultivasi mikroalga populasi yang mendapatkan makanan
Nannochloropsis sp. pada berbagai jenis yang cukup dan dapat tumbuh serta
outlet limbah cair karet membelah. Pada penelitian ini belum
remahmenunjukkan bahwa media yang terjadi fase stasioner dan fase kematian
berasal dari kolam Fakultatif II mengalami karena pada penelitian ini mikroalga
peningkatan yang paling cepat dipanen pada hari ke-8 yang masih
dibandingkan dengan kolam Aerobik I dan merupakan fase penurunan laju
Aerobik II yaitu 3,3 x 107 sel/mL pada pertumbuhan.
hari ke-8 karena pemenuhan sumber
nutrien (N dan P) dari kolam Fakultatif II Pengukuran pH
lebih banyak dibandingkan dengan
Pengukuran pH pada penelitian
sumber nutrien yang tersedia. Penelitian
ini dilakukan pada saat akhir kultivasi
ini juga sejalan dengan penelitian Purba
(sebelum panen) dan setelah penambahan
dan Siburian (2012) yang menyatakan
flokulan alumunium sulfat atau Al2(SO4)3
bahwa kepadatan sel optimum
serta perlakuan kontrol (NaOH). Hasil
Nannochloropsis oculata diperoleh pada
pengukuran derajat keasaman (pH) dapat
penambahan nutrien NaH2PO4 sebanyak 5
dilihat pada grafik pengukuran pH
ppm ( 5 mg/L).
(Gambar 2).
Nannochloropsis sp. mampu
beradaptasi dengan baik dalam limbah cair
karet remah ini dibuktikan dengan laju
pertumbuhan spesifik rata- rata pada hari

100 Jurnal Teknologi Industri & Hasil Pertanian Vol. 20 No.2, September 2015
Teknik Pemanenan Mikroalga Hidayati et al

Gambar 2. pH awal dan akhir setelah penambahan flokulan (Al2SO4)3


bekerja optimum pada pH 5,3-5,6. Bila
pH awal yaitu pH sebelum dikaitkan dengan efisiensi flokulasi
dilakukan penambahan Al2(SO4)3 nilai pH (Gambar 3) penambahan Al2(SO4)3
setiap hasil kultivasi hampir sama yaitu sebanyak 150 mg dengan pH ±5,36 paling
berkisar antara 9,18-9,42. Tingginya nilai efisien untuk pemanenan mikroalga
pH disebabkan adanya aktivitas Nannochloropsis sp.
fotosintesis mikroalga serta terjadinya Perlakuan kontrol (K) dengan
penguraian protein dan persenyawaan penambahan NaOH 200mg/L tidak terlalu
nitrogen lain (Prihantini, 2005). memberikan pengaruh pada perubahan pH
Penambahan flokulan Al2(SO4)3 dapat pada saat pemanenan yaitu dari pH 9,37
menurunkan pH pada masing-masing menjadi 8,98. Hal ini dikarenakan NaOH
perlakuan sedangkan pada kontrol nilai sendiri juga bersifat basa sehingga tidak
pH relatif tetap. Semakin tinggi dosis mengubah pH kultivasi yang akan
Al2(SO4)3 yang ditambahkan dipanen. Penelitian Ferriols (2012) yang
menyebabkan pH menjadi semakin melakukan pemanenan mikroalga
menurun. Hal ini karena A Al2(SO4)3 Tetraselmis tetrahele menggunakan
l2(SO4) akan menghasilkan asam sulfat NaOH menunjukkan bahwa pada dosis
apabila bereaksi dengan cairan yang 200 mg/L pH supernatan cenderung basa
bersifat alkali. Dalam hal ini media dengan nilai pH 8,42.
kultivasi dianggap sebagai cairan yang
bersifat alkali karena mempunyai pH Perhitungan Efisiensi Flokulasi
9,18-9,42. Dengan demikian makin
Efisiensi flokulasi dapat dihitung
banyak dosis Al2(SO4)3 yang ditambahkan
dengan mengetahui kepadatan sel akhir
maka pH akan semakin turun, karena
Nannochloropsis sp.dan kepadatan sel
dihasilkan asam sulfat (Pulungan, 2012).
filtrat nya (Gambar 3).
Menurut Moraine et al (1980) dan
Friedman et al (1977) dalam Shelef et al.
(1984) fungsi alum sebagai flokulan akan

Jurnal Teknologi Industri & Hasil Pertanian Vol. 20 No.2, September 2015 101
Hidayati et al Teknik Pemanenan Mikroalga

Gambar 3. Persentase efisiensi flokulasi


mekanisme sweep coagulation atau
Pemanenan mikroalga penjebakan dalam presipitat. Mekanisme
Nannochloropsis sp. menggunakan ini menghasilkan flok berukuran besar,
flokulan dengan dosis Al2(SO4)3 150 mg/L mudah mengendap, sehingga memberikan
menghasilkan persentase efisiensi penurunan kekeruhan dengan efisiensi
flokulasi terbaik yaitu 94,55%. Hal ini yang lebih tinggi (Rachmawati et al.,
diduga terjadi karena pada dosis tersebut 2009).
terjadi pembentukan presipitat Al(OH)3 Efisiensi flokulasi terendah pada
secara sempurna sehingga proses flokulasi penelitian ini terjadi pada perlakuan
maksimal. Dosis aluminium sulfat 150 kontrol dengan pemanenan
mg/L menghasilkan pH 5,36 yang Nannochloropsis sp. menggunakan NaOH
merupakan pH optimum untuk proses pada dosis 200 mg/L dengan persentase
pemanenan mikroalga sehingga dihasilkan 72,91%. Hal ini diduga berkaitan dengan
efisiensi flokulasi yang tinggi. Menurut pH setelah penambahan NaOH. pH
Moraine et al. (1980), pH optimum untuk setelah penambahan NaOH pada
pemanenan mikroalga menggunakan alum penelitian ini yaitu 8,98. pH tersebut
adalah 5,3-5,6. Menurut Rachmawati et al. belum masuk pada rentang pH yang
(2009) efisiensi flokulasi mencapai menghasilkan flokulasi optimum, padahal
maksimum ketika muatan permukaan McClausand (1990) McClausand (1999)
benar-benar netral yaitu pada pH sekitar 6. melaporkan bahwa flokulasi optimal
Netralisasi muatan ini terjadi karena ion terjadi pada rentang pH 11,8-12. Pada pH
karboksilat yang bermuatan negatif pada kurang dari 11 seperti yang terjadi pada
hasil kultivasi mendapat proton akibat penelitian ini, muatan negatif pada
penambahan flokulan (Liu et al., 2013), permukaan sel tidak ternetralisir semua,
dan ini menghasilkan Akibatnya muatan sehingga flok yang dihasilkan lebih sedikit
permukaan sel berkurang dan sel menjadi dan berpengaruh pada persentase efisiensi
stabil dalam medium pertumbuhan serta flokulasinya (Pratama, 2012).
akan terbentuk flok yang lebih besar. Pengukuran Biomassa Mikroalga
Efisiensi flokulasi tertinggi diperoleh pada Nannochloropsis sp.
rentang pH optimum terutama disebabkan
oleh kehadiran presipitat dominan, yaitu
Al(OH)3 yang mendorong bekerjanya

102 Jurnal Teknologi Industri & Hasil Pertanian Vol. 20 No.2, September 2015
Teknik Pemanenan Mikroalga Hidayati et al

Perolehan biomassa kering pada 0,5368-0,7060 g/L (Gambar 4).


masing-masing perlakuan berkisar antara

Gambar 4. Perolehan biomassa kering dengan pemanenan menggunakan


konsentrasi flokulan (Al2SO4)3 yang berbeda
dilakukan pada hari ke-8, diasumsikan
Banyaknya biomassa yang fase puncak pertumbuhan
diperoleh pada proses pemanenan Nannochloropsis sp. sehingga perolehan
mikroalga berbanding lurus dengan biomassa akan tinggi. Perolehan
efisiensi flokulasi flokulan yang biomassa terendah diperoleh pada
ditambahkan pada masing- masing perlakuan kontrol dengan penambahan
perlakuan saat pemanenan. Biomassa yang flokulan NaOH sebanyak 200 mg /L hasil
dihasilkan dari proses pemanenan panen mikroalga dengan berat biomassa
mikroalga menggunakan Al2(SO4)3 yang kering 0,5368 g/L. Hal ini dapat terlihat
memiliki efisiensi flokulasi 86,46- 94,55% dari efisiensi flokulasi yang rendah pada
lebih besar dibandingkan dengan kontrol penambahan flokulan tersebut yaitu
yaitu antara 0,6097-0,7060 g/L. Pada sebesar 72,91%. Pada penambahan
perlakuan kontrol, biomassa mikroalga flokulan NaOH sebesar 200 mg/L hasil
yang dihasilkan adalah sebesar 0,537 g/L panen menghasilkan pH 8,98. Pada pH
dengan efisiensi flokulasi sebesar 72,91%. tersebut proses flokulasi belum terjadi
Dari penelitian ini terlihat bahwa pada secara maksimum sehingga diperoleh
dosis penambahan Al2(SO4)3 sebanyak efisiensi flokulasi yang rendah dan akan
150 mg/L menghasilkan efisiensi flokulasi mempengaruhi perolehan biomassanya.
tertinggi yaitu 94,55% dan perolehan Dari hasil penelitian ini, biomassa
biomassa tertinggi dengan berat kering tertinggi diperoleh dari proses pemanenan
0,7060 g/L. Hal ini dikarenakan pada mikroalga Nannochloropsis sp. dengan
dosis tersebut sel mikroalga di dalam berat kering sebesar 0,7060 g/L. Perolehan
media kultivasi terecovery secara biomassa kering tersebut, kemudian
optimum sehingga biomassa yang dianalisis lebih lanjut untuk mengetahui
diperoleh juga tinggi. Selain itu proses kandungan minyaknya.
pemanenan mikroalga harus dilakukan
saat mencapai puncak pertumbuhan
berdasarkan pola pertumbuhannya (Sari, Pengukuran Kandungan Minyak Pada
2012). Pemanenan Nannochloropsis sp. Perolehan Biomassa Tertinggi

Jurnal Teknologi Industri & Hasil Pertanian Vol. 20 No.2, September 2015 103
Hidayati et al Teknik Pemanenan Mikroalga

Analisis kandungan minyak biodisel. Perolehan biomassa


dilakukan pada perolehan biomassa tertinggiyaitu pada perlakuan pemanenan
tertinggi mikroalga Nannochloropsis sp. menggunakan Al2(SO4)3 150 mg dengan
untuk mengetahui potensi mikroalga perolehan biomassa kering rata-rata
Nannochloropsis sp. sebagai bahan baku 0,7060 g/L (Tabel 1).
Tabel 1. Kandungan Minyak Mikroalga Nannochloropsis sp.
Perlakuan Kandungan Minyak ( % )*
N3 (Ulangan 1) 27,51
N3 (Ulangan 2) 20,19
N3 (Ulangan 3) 22,02
Rata-Rata 23,24
Ket : * Dry Matter (Bahan Kering)

Hasil penelitian menunjukkan lipid sebagai cadangan makanan daripada


bahwa kandungan minyak pada mikroalga membentuk karbohidrat dan senyawa
Nannochloropsis sp. yang dipanen lainnya. Hal ini disebabkan karena
menggunakan Al2(SO4)3 150 mg mikroalga lebih banyak menggunakan
denganperolehan biomassa kering rata-rata atom karbon untuk membentuk lipid
0,7060 g/L adalah 23,24%. Persentase daripada karbohidrat sebagai akibat
kandungan minyak ini berbeda dengan meningkatnya aktivitas enzim asetil ko-A
beberapa literatur. Menurut John et al karboksilase. Kandungan nitrat-nitrogen
(2011) dan Mata et al.(2010) serta Chisti yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
(2007) umumnya kandungan minyak mikroalga berkisar antara 0,2 mg/L- 0,9
mikroalga Nannochloropsis sp. berkisar mg/L karena dapat menstimulir
antara 31- 68 % per berat kering. Menurut pertumbuhan alga dan tumbuhan air di
Inthe (2012) kandungan lipid perairan tersebut secara cepat (Darley,
Nannochloropsis sp. sebesar 39,6% 1982; Metcalf dan Eddy,1991). Pada
sedangkan menurut Ernest (2012) penelitian ini kadar N total dalam media
kandungan lipid Nannochloropsis sp. (limbah kolam fakultatif II) yang
yaitu sebesar 10. Perbedaan kandungan digunakan lebih tinggi dari kisaran
minyak ini diduga karena perbedaan tersebut yaitu 5,078 mg/L (Komalasari,
media yang digunakan untuk pertumbuhan 2015) sehingga kandungan minyak hasil
terutama kadar nitrogen dalam medianya. penelitian ini masih berada dibawah
Menurut Kawaroe et al. (2010), kisaran kandungan minyak
kadar N yang tinggi pada media kultivasi Nannochloropsis sp. pada umumnya.
merupakan faktor yang mempengaruhi Selain faktor media, faktor yang
rendahnya total lemak yang dihasilkan. mepengaruhi rendahnya kandungan lipid
Hal ini diperkuat dengan pernyataan yang diperoleh pada penelitian ini bila
Borowitzka dan Borowitzka (1988) bahwa dibandingkan dengan literatur adalah
faktor nutrisi nitrogen dalam medium akan kandungan bahan lain selain mikroalga
berpengaruh terhadap lipid intrasel dalam yang terikut dalam biomassa kering
mikroalga. Pada kondisi stress lingkungan mikroalga seperti yang berasal dari
yaitu konsentrasi nitrogen rendah, Al2(SO4)3 sebagai flokulan. Hal ini terlihat
mikroalga akan cenderung membentuk dari kadar abu yang terdapat pada

104 Jurnal Teknologi Industri & Hasil Pertanian Vol. 20 No.2, September 2015
Teknik Pemanenan Mikroalga Hidayati et al

biomassa kering mikroalga pada penelitian Borowitzka, M.A. and L.J. Borowitzka.
ini yaitu sebesar 35,89%. Penelitian yang 1988. Microalgal Biotechnology.
dilakukan oleh Purba dan Siburian (2012) Cambridge University Press.
yang dilakukan dengan memanen Cambridge. 488 hlm.
mikroalga Nannochloropsis oculata yang Brennan, L. and P. Owende. 2009.
dikutivasi pada penambahan nutrien Biofuels from microalgae- a review
NaH2PO4 sebanyak 5 ppm (5mg/L) of technologies for production,
dengan metode sentrifugasi menghasilkan processing and extractions of
kandungan lipid yang lebih tinggi dari biofuels and co-products.
penelitian ini yaitu sebesar 37,68%. Selain Renewable Sustain Energy
itu, rendahnya kandungan lipid juga Reviews. RSER-805: 21.
disebabkan karena tingginya temperatur Cheirsilp, Band S. Torpee. 2012.
pengeringan yang diterapkan yaitu 1050C. Enhanced growth and lipid
Penelitian yang dilakukan oleh Widjaja production of microalgae under
(2009) yang melakukan pengeringan mixotrophic culture condition:
Chlorellavulgaris pada temperatur 00C, effect of light intensity, glucose
600C, 800C, dan 1000C menujukkan concentration and fed-batch
bahwa lipidmaksimum diperoleh pada cultivation. Bioresource
temperatur pengeringan 00C yaitu dengan Technology.110: 510-516.
kandungan lipid sebesar 52,5%. Namun, Chisti, J. 2007. Biodiesel from
kandungan minyak mikroalga microalgae. Biotechnology
Nannochloropsis sp. yang dikultivasi Advances. 25: 294-306.
dalam media limbah cair karet remah dan Chiu S.Y, C.Y Kao, M.T Tsai, S.C Ong,
dipanen menggunakan Al2(SO4)3 dosis C.H Chen dan C.S Lin. 2009.
150 mg/ L pada penelitian ini masih Lipid accumulation and
berada dalam rentang kandungan minyak co2utilization of nannochloropsis.
mikroalga yang berpotensi untuk Oculata in response to CO2 aeration.
dimanfaatkan sebagai biodiesel yaitu Bioresource Technology. 100
berkisar antara 8-50% ( Milledge, 2011) (2):833-838.
sehingga mikroalga nannochlorpsis sp. Danquah, M., L. Ang, N. Uduman, N.
yang di kultivasi dalam outlet fakultatif II Moheimani, and G. Fordel. 2009.
media limbah cair karet remah memiliki Dewatering of microalgal culture
potensi sebagai bahan baku biodisel. for biodiesel production: exploring
polymer flocculation and tangential
KESIMPULAN flow filtration. Journal of Chemical
Mikroalga Nannochloropsis sp. Technology and Biotechnology 84
dalam media kultivasi limbah cair karet (7): 1078–1083.
remah yang dipanen pada ahari ke 8 Darley, W.M. 1982. Algal Biology: A
menggunakan flokulan aluminium sulfat Physiological Approach.
Al2(SO4)3 dengan dosis 150 mg/L dengan Department of Botany. The
kepadatan sel 4055 x 104 sel/mL memiliki University of Georgia. Georgia.176
efisiensi flokulasi tertinggi yaitu sebesar hlm.
94,55%, biomassa kering 0,7060 g/L, dan Demírbas, A. 2009. Production of
kandungan minyak 23,24%. biodiesel from algae oils. Energy
Source. 31:163-168.
DAFTAR PUSTAKA

Jurnal Teknologi Industri & Hasil Pertanian Vol. 20 No.2, September 2015 105
Hidayati et al Teknik Pemanenan Mikroalga

Ernest, P. 2012. Pengaruh Kandungan Ion StudiTeknologi Bioproses, Fakultas


Nitrat Terhadap Pertumbuhan Teknik, Universitas Indonesia.
Nannochloropsis sp. (Skripsi ). Depok.
Fakultas Teknik, Departemen John, R.P., G.S. Anishab, K.M.
TeknikKimia, Universitas Namboothiri and A. Pandemic.
Indonesia. Depok. 2011. Micro and macroalgal
Ferriols, V.M.E.N. and R.O. Aguilar. biomass: A renewable source for
2012. Efficiency of various bioethanol. Bioresource
flocculants in harvesting the green Technology. 102 (1): 186–193.
microalgae Tetraselmis tetrahele Kanda H, P. Li, T. Ikehara and M.
(Chlorodendrophyceae: Yasumoto-Hirose. 2012. Lipids
Chlorodendraceae). AACL Bioflux. extracted from several species of
5 (4): 265-273. natural blue-green microalgae by
Friedman, A.A., D.A. Peaks, and R. L. dimethyl ether; extraction yield and
Nichols. 1977. Algae separation properties. Fuel. 95: 88-92.
from oxidation pond effluents. Kawaroe, M., T. Prartono, A. Sunuddin,
Journal of the Water Pollution D.W. Sari, dan D. Augustine.
Control Federation. 49: 111-119. 2010.Mikroalga : Potensi Dan
Harith, T., F.M. Yusoff, M.S. Mohamed, Pemanfaatannya Untuk Produksi
M.Shariff, M. Din, and A.B. Ariff. Bio Bahan Bakar.Institut Pertanian
2009. Effect of different flocculants Bogor Press. Bogor.150 hlm.
on the flocculation performance of Komalasari, A. 2015. Studi Kemampuan
microalgae, Chaetoceros calcitrans, Pertumbuhan Mikroalga Pada
cells. African Journal of Media Limbah Cair Karet Remah
Biotechnology. 8 (21): 5971-5978 dengan Open Ponds System.
Hadiyanto H, S. Elmore, T. V. Gerven, A. (Skripsi). Jurusan Teknologi Hasil
Stankiewicz. 2013. Hydrodynamic Pertanian,Universitas Lampung.
evaluations in high rate algae pond Lampung.
(HRAP) design. Chemical Liam, B and O. Philip. 2010. Biofuels
Engineering Journal. 217(1): 231– from microalgae - a review of
239. technologies for production
Huan G, F. Chen , D.Wei, X. Zhang and processing, and extraction of
G. Chen. 2010. Biodiesel biofuels and co-products.
production by microalgal Renewable and Sustainable Energy
biotechnology. Applied Energy. 87: Reviews. 14:557-77.
38-46. Liu,J., Zhu, Y. Tao, Y. Zhang, A. Li, T.
Illman, A.M, A.H Scragg and S.W Shales. Li, M. Sang, and C. Zhang. 2013.
2000. Increase in Chlorella strains Freshwater microalgae harvested
calorific values when grown in low via flocculation induced by pH
nitrogen medium. Enzyme and decrease. Biotechnology for
Microbial Technology. 27(8): 631- Biofuels. 6:98.
635. Mata, T.M., A.A. Martins, and N.S.
Inthe, I.C.E. 2012. Efek Pencahayaan Caetano.2010. Microalgae For
Terhadap Produksi Biomassa Biodiesel Production And Other
Nannochloropsis Sp. Pada Reaktor Applications: A Review. Renewable
Pelat Datar. (Skripsi). Program

106 Jurnal Teknologi Industri & Hasil Pertanian Vol. 20 No.2, September 2015
Teknik Pemanenan Mikroalga Hidayati et al

and Sustainable Energy Reviews. Prihantini, N.B., B. Putri, dan R. Yuniati.


14: 217–232. 2005. Pertumbuhan Chlorella
McCausland, M.A., M.R. Brown, S.M. Spp. dalam medium ekstrak
Barrett, J.A. Diemar, and M.P. tauge (met) dengan variasi ph
Heasman. 1999. Evaluation of awal. Makara sains. Vol. 9 (1): 1-
live microalgae and microbial 6.
pastes as supplementary food for Pulungan, A.D. 2012. Evaluasi
juvenile Pacific oyster Pemberian Dosis Koagulan
(Crassostrea gigas). Journal Aluminium Sulfat Cair Dan
Aquaculture. 174:323–42. Bubuk Pada Sistem Dosing
Metcalf and Eddy.1991. Wastewater Koagulan Di Instalasi Pengolahan
Engineering: Treatment Disposal Air Minum PT. Krakatau Tirta
Reuse. McGraw-Hill Book Co. Industri. (Skripsi). Departemen
Singapore.1334 hlm. Teknik Sipil dan Lingkungan,
Milledge, J.J. 2011. Commercial Fakultas Teknologi
application of microalgae other Pertanian,Institut Pertanian
than as biofuels: a brief review. Bogor. Bogor.
Review in Environmental Science Purba, E. and K. Siburian. 2012. The
and Biotechnology. 10: 31-41. determination of salinity and
Moraine, R., G. Shelef, F. Sandbank, Z. nutrition (NaH2PO 4) profile in
Bar-Moshe, and I. Shvartzbard. Nannochloropsis oculata
1980. Recovery Of Sewage Borne cultivation to gain maximum lipid.
Algae: Flocculation And Jurnal Reaktor. 14 (2): 135-142.
Centrifugation Technique.In: Shelef Qasim, S.R., E.M. Motley, G. Zhu. 2000.
G, Soeder CJ, editors. Algae Water works engineering: planing
biomass. Amsterdam: Elsevier. 46- design and operation. 1st
531. edition.844 hlm.
Pérez-Martínez, C, P. Sánchez-Castillo Rachmawati, S.W., B. Iswanto, dan
and M.V Jiménez-Pérez. 2010. Winarni. 2009. Pengaruh pH pada
Utilization of immobilized benthic proses koagulasi dengan koagulan
algal species for N and P removal. aluminum sulfat dan ferri klorida.
Journal of Applied Phycology. 22: Jurnal Teknologi Lingkungan. 5
277-282. (2): 1829-6572.
Pittman, J.K, A.P Dean and O. Sari, I.P. dan A. Manan. 2012. Pola
Osundeko. 2011. The potential pertumbuhan Nannochloropsis
of sustainable algal biofuel oculata pada skala laboratorium,
production using wastewater intermediet dan masal. Media
resources. Bioresource Jurnal Ilmiah Perikanan dan
Technology. 102:17-25. Kelautan. 4 (2): 123-127.
Pratama, I. 2011. Pengaruh Metode Shelef, G., A. Sukenik, and M.Green.
Pemanenan Mikroalga Terhadap 1984. Microalgae harvesting and
Biomassa Dan Kandungan processing: a literature review.
Esensial Chlorella vulgaris. Technion Research and
(Skripsi). Fakultas Teknik DevelopmentFoundation ltd. pp
Universitas Indonesia. Jakarta.. 71.

Jurnal Teknologi Industri & Hasil Pertanian Vol. 20 No.2, September 2015 107
Hidayati et al Teknik Pemanenan Mikroalga

Sheehan J, T. Dunahay , J. Benemann


and P. Roessler. 1998. A Look
Back At The U.S. Department Of
Energy's Aquatic Species
Program: Biodiesel From Algae.
National Renewable Energy
Laboratory. USA, 1998.
Thompson, R.W., L. D’Elia, A. Keyser,
and C. Young. 2010. Algae
Biodiesel. Faculty Worcester
Polytechnic Institute. An
Interactive Qualifying
ProjectReport. pp47.
Wirosaputro, S. 2002. Chlorella Untuk
Kesehatan Global, Teknik
Budidaya Dan Pengolahan.
Gajahmada University Press.
Yogyakarta.118 hlm.

108 Jurnal Teknologi Industri & Hasil Pertanian Vol. 20 No.2, September 2015

Anda mungkin juga menyukai