Mikroalga
Mikroalga merupakan organisme tertua di bumi. Salah satu contoh mikroalga adalah
thallofita (Brennan, 2010). Mikroalga merupakan organisme prokaryotik
(Cyanobacteria, Cyanophyceae), eukariotik (alga hijau), dan diatom
(Bacillariophyta) yang dapat beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang
bermacam-macam dan berubah-ubah (Xia, 2015). Penggunaan mikroalga untuk
menghasilkan biodiesel sangat diperhitungkan dikarenakan kelebihan yang
dimiliki oleh mikroalga yaitu kandungan minyak yang tingi di dalam sel dan
kemampuan bereproduksi yang sangat cepat (Lam, 2012). Terdapat lebih dari
40.000 jenis mikroalga yang mengandung minyak dari biomassanya, yang
merupakan karakteristik yang bagus untuk produksi biodisel (Zhu, 2015).
Sistem open raceway pond terbuat dari saluran air yang memiliki aliran air
tersiklus dengan kedalaman 0,3 m (Chisti, 2007). Keunggulan sistem ini adalah
kemudahan dalam pengoperasiannya dan lebih hemat baya dibandingkan sistem
closed biophotoreactor (Rajvanshi & Sharma, 2012). Sistem ini menggunakan
kincir air untuk mengalirkan air dan membuat air tetap tersirkulasi dan
menghindari sedimentasi (Chisti, 2007). Raceway pond terbuat dari semen dan
disekat dengan plastik (Tan et al, 2017).
PBR merupakan sistem dimana konversi biologis dapat terjadi (Mata, 2010).
Konverto tersebut terjadi pada reaktor dimana fototrop (mikroba, alga, atau sel
tanaman) ditumbuhkan atau digunakan untuk melakukan reaksi biologis (Mata,
2010). Salah satu tipe photobioreactor adalah tubular photobioreactor. Sistem ini
menggunakan tabung besar berisi media dan air yang diberi aerator, dan terdapat
tabung transparan berukuran sekitar 0,1 m yang terbuat dari kaca atau plastik
untuk menangkap sinar matahari. Mikroalga disalurkan dari tabung kontainer
menuju tabung transparan dan kembali lagi menuju tabung kontainer secara terus
menerus (Chisti, 2007) Sistem ini memiliki kelebihan pada kuantitas dan kualitas
mikroalga yang dihasilkan lebih baik daripada sistem open pond (Rajvanshi
&Sharma, 2012) dikarenakan kondisi yang lebih terkontrol daripada open pond
(Chisti, 2007). Sistem ini dapat menggunakan cahaya matahari atau cahaya
buatan sebagai sumber energi bagi mikroalga (Rajvanshi & Sharma, 2012). Dari
segi biaya, sisem biophotoreactor memakan biaya yang lebih besar dibandingkan
dengan open pond system. Namun disisi lain sistem ini tidak memerlukan
lahanyang besar untuk proses kultivasi mikroalga (Tan et al, 2012). Karakteristik
lain dari biophotoreactor system adalah hanya menggunakan satu spesies kultur
mikroalga yang digunakan secara longitudinal (Mata, 2010). Sistem
photobioreactor dapat dilihat pada gambar 2.
Pada proses panen mikroalga terdapat beberapa metode. metode yang paling
sering digunakan adalah chemical coagulation, electrical coagulation,
flocculation, flotation, sedimentation, filtration, centrifugation.
3. Sedimentasi
Cara ini merupakan cara yang umum digunakan untuk memisahkan mikroalga
dengan air. Kepadatan jumlah mikroalga yang dihasilkan merupakan faktor
urama yang mempengaruhi kecepatan sedimentasi mikroalga. Separator lamella
dan tangki sedimentasi dapat digunakan untuk meningkatkan efisiensi
sedimentasi mikroalga (Brennan, 2010)
4. Filrtasi
5. Sentrifugasi
Sentrifugasi adalah prses yang digunakan untuk memisahkan dampuran air dan
ikroalga dengan menggunakan prinsip gaya sentrifugal. Saat ini. Metode
sentrifugasi telah banyak digunakan dalam memanen mikroalga dengan
efektifitas sebesar 95%. Kekurangan metode ini adalah biaya operasi yang tinggi
dan tidak cocok digunakan dalam skala yang besar (Gouveia, 2011).
D. Pengeringan
1. Press
Proses ini merupakan yang paling sederhana untuk mengekstrak minyak dari
mikroalga. Dengan menggunakan tekanan tinggi efektivitas ekstraksi
dapatmencapai 70-75% (Demirbas, 2011) dengan penggunaan katalis pelarut
berupa heksana, eter, dan benzena (Tan et al, 2017).
2. Solvent extraction
Teknik ekstraksi ini merupakan teknik yang umum digunakan untuk mengekstrak
minyak dari mikroalga (Lam, 2012) dengan menggunakan enzim untuk memecah
dinding sel mikroalga (Ranjan et al, 2010). Teknik ini memiliki kekurangan pada
penggunaan bahan kimia sebapai pelarut yang beracun bagi manusia dan
lingkungan. Bahan kimia yang digunakan sebagai pelarut berupa n-heksana,
metanol, etanol, dan campuran metanol-chloroform sangat efektif untuk
mengekstrak minyak dari mikroalga (Lam, 2012).
3. Supercritical extraction
Supercritical extraction merupakan proses ekstraksi sederhana yang dapat
mengekstraksi hampir 100% minyak dari mikroalga (Demirbas, 2011) Proses ini
menggunakan tenakan dan suhu tinggi untuk memecah dinding sel mikroalga.
Dalam prosesnya, CO2 cair digunakan dan dipanaskan sampai mencapai titik
tertinggi (Tan et al, 2017) CO2 cair ini kemudian berperan sebagai pelarut utama
dalam proses eksptraksi minyak (Demirbas, 2011). Keuntungan menggunakan
cara ini adalah waktu ekstraksi yang singkat, penggunaan pelarut yang tidak
beracun dan selektivitas yang tinggi. (Tan et al, 2017).
F. Produksi biodisel
1. Transesterifikasi
Minyak sayur dan mikroalga tidak bisa langsung begitu saja dipakai untuk mesin
disel karena memiliki kekentalan yang cukup tinggi (Gouveia, 2011). Kekentalan
yang dimiliki minyak mikroalga ini menyebabkan perlu dilakukan konversi
menjadi komponen dengan berat molekul lebih ringan melalui reaksi
transesterifikasi (Rawat, 2011). Proses ini bersifat reversible dan memiliki tiga
tahapan yaitu trigliserida diubah menjadi digliserida, digliserida diubah menjadi
monogliserida, dan monogliserida diubah menjadi ester (Anastopoulos, 2009).
Perbandingan ingkat kekentalan (viscosity) pada minyak mikroalga dengan
sumber yang lain tertera pada tabel 3.
Tabel 3. Perbandingan tingkat kekentalan minyak dari mikroalga dibendingkan
dengan minyak dari sumber lain (Gouveia, 2011).
Penggunaan katalis biasanya bersifat basa seperti NAOH dan KOH. Katalis dapat
digunakan pada suhu dan tekanan yang rendah dengan efektifitas konversi
biodisel mencapai 98% (Taher 2011). Katalis asam jarang digunakan karena
bersifat korosif dan memiliki waktu reaksi yang lama (Taher, 2011). Katalis asam
hanya akan digunakan bila minyak mengandung kadar asam lemak bebas yang
tinggi dalam proses transesterifikasi, penggunaan katalis asam menyebabkan
proses transesterifikasi memerlukan suhu dan tekanan yang tinggiuntuk mencapai
tingkat konversi biodisel maksimal (Tan, et al. 2017).
Katalis lain selain basa dan asam adalah penggunaan enzim sebagai katalisator.
Keunggulan pengunaan enzim ini adalah dapat mengkonversi minyak mikroalga
yang mengandung kadar asam lengak bebas yang tinggi, dan juga lebih hemat
energi karena tidak memerlukan kondisi yang terlalu ekstrim ntuk bereaksi
(Rawat, 2011). Enzim lipase ekstraseluler dan intraseluler merupakan enzim yang
digunakan sebagai biokatalis (Taher, 2011). Lipase ekstraseluler lebih cocok
dalam proses transesterifikasi karena memiliki stabilitas dan dapat digunakan
kembali (Taher, 2011).
2. Pirolisis
3. Thermochemical liquefaction
Demirbas A, Demirbas MF. 2011. Importance of algae Oil as Source of Biodiesel. Energy
Conversion and Management. 52. 163-170.
Grima EM, Belarbi EH, Fernandez FGA, Medina AR, Chisti Y. 2003. Recovery of
microalgal biomass and metabolites: process options and economics.
Biotechnology Advances. 20. 491-515.
L. Zhu, Microalgal culture strategies for biofuel production: A review. Biofuels, Bioprod.
Biorefin. 9 (2015) 801-814
Man Kee Lam, Keat Teong Lee. 2012. Microalgae biofuels: A critical review of issues,
problems and the way forward. Biotechnology Advances. 30 (2012) 673–690
Mata TM, Martins AA, Caetano NS. 2010. Microalgae for biodiesel production and other
applications: A review. Renewable and Sustainable Energy Review. 14. 217-232.
Pittman JK, Dean AP, Osundeko O. 2011. The potential of sustainable algal
biofuel production using wastewater resources. Bioresource
Technology. 102. 17-25.
Rajvanshi S, Sharma MP. 2012. Microalgae: A Potential Source of Biodiesel. Journal of
Sustainable Bioenergy Systems. 2. 49-59.
Ren T. 2014. Primary Factors Affecting Growth of Microalgae Optimal Light Exposure
Duration and Frequency. Graduate Theses and Dissertations. Iowa State
University.
Tan X, Uemura Y, Lim Jun W, Wong CY, Lee KT. 2017. Cultivation of microalgae for
biodiesel production: A review on upstream and downstream processing. Chinese
Journal of Chemical Enginerring. 22 (7) 1-46.