TINJAUAN PUSTAKA
3
4
dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup yang
lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara bijaksana, dengan
memperhitungkan generasi sekarang maupun generasi mendatang.
Waduk adalah tampungan yang berfungsi untuk menyimpan air pada waktu kelebihan agar
dapat dipakai pada waktu yang diperlukan. Usaha untuk mengatur keluar dan masuknya air pada
waduk disebut manajemen air. Hal ini bertujuan agar pengaturan air untuk kebutuhan manusia
dapat dilakukan dengan baik. Air yang diatur adalah air hujan atau sungai yang ditampung di
waduk, sehingga air dapat disediakan dalam waktu atau tempat yang tepat dalam jumlah yang
diperlukan. Fungsi utama waduk yaitu tampungan mati, tampungan efektif, dan tampungan
tambahan yang biasanya dimanfaatkan untuk pengendalian banjir (Widyawati, 2018).
2.4.2 Flokulasi
Flokulasi berasal dari bahasa latin flokulare yang artinya membentuk suatu flok yang
secara visual menyerupai suatu tumpukan dari wol atau struktur pori- pori yang banyak seratnya.
Mekanisme flokulasi dengan polielektrolit adalah dengan cara adsorpsi dan jembatan antar
partikel. Manurung, 2009, menyatakan bahwa flokulasi bergantung pada keberadaan senyawa
yang bertindak sebagai jembatan di antara partikel-pertikel koloid yang menyatukan partikel-
pertikel tersebut dalam suatu massa yang lebih besar yang disebut jaringan flok. Jadi flokulasi
adalah suatu proses pembentukan flok di mana terbentuk agregat atau gumpalan besar yang
6
dapat dengan mudah dipindahkan dari larutan. Sedangkan flokulan adalah suatu zat atau
senyawa yang dapat ditambahkan untuk terjadinya flokulasi. Flokulan biasanya merupakan
polimer dengan berat molekul yang tinggi dan membentuk rantai yang cukup panjang untuk
mengurangi gaya tolak-menolak di antara partikel-partikel koloid. Bila molekul polimer
bersentuhan dengan partikel koloid maka beberapa gugusnya akan teradsorpsi pada permukaan
partikel dan sisanya tetap berada dalam partikel. Bila partikel kedua ini terikat pula pada bagian
lain dari rantai polimer tersebut maka terjadi kompleks partikel dengan polimernya yang
berfungsi sebagai jembatan. Proses flokulasi terdiri dari tiga langkah yaitu :
1. Pelarutan reagen melalui pengadukan cepat (1 menit : 100 rpm).
2. Pengadukan lambat untuk membentuk flok-flok (15 menit : 20 rpm).
3. Penghapusan flok-flok dengan koloid yang terkurung dari larutan melalui sedimentasi
(15 – 20 menit : 0 rpm).
Menurut Manurung, 2019, poly aluminium chloride adalah salah satu produk polimer
aluminium yang digunakan untuk menetralkan muatan koloid serta membentuk jembatan
penghubung di antara koloid-koloid tersebut, sehingga proses koagulasi-flokulasi dapat
belangsung dengan efisien. polialuminium klorida mempunyai rumus molekul
Alm(OH)n(Cl)p(SO4)q. Produk ini dikarakterisasi dengan rasio molekuler OH/Al di antara 0,4 dan
0,6 serta stabilitasnya dipertahankan oleh adanya ion sulfat yang dapat menghambat polimerisasi
spontan dari pada produk. Pada umumnya polialuminium klorida mempunyai daya koagulasi -
flokulasi yang lebih besar dibandingkan dengan garam aluminium yang biasa seperti misalnya
tawas. Beberapa keuntungan yang dapat di catat dari penggunaan polialuminium klorida sebagai
koagulan-flokulan adalah :
Efektif pada pH 5 – 10
Jumlah lumpur yang dihasilkan lebih sedikit dibandingkan dengan penggunaan garam
aluminium yang biasa.
Efek korosi yang ditimbulkan jauh lebih kecil dibandingkan dengan garam aluminium
yang biasa.
7
2.6 Filtrasi
2.6.1 Pengertian Filtrasi
Menurut McCabe, 1993, filtrasi adalah suatu proses dimana campuran yang heterogen
antara fluida dan partikel - partikel padatan dipisahkan pada media filter atau medium penyaring
yang meloloskan fluida tetapi menahan partikel - partikel padatan. Fluida yang difiltrasi dapat
berupa cairan atau gas, aliran yang lolos dari saringan mungkin saja cairan, padatan, atau
keduanya. Fluida mengalir melalui media penyaring karena perbedaan tekanan yang melalui
media tersebut. Penyaring dapat beroperasi pada:
Tekanan di atas atmosfer pada bagian atas media penyaring,
Tekanan operasi pada bagian atas media penyaring,
Vakum pada bagian bawah.
Tekanan di atas atmosfer dapat dilakukan dengan gaya gravitasi pada cairan dalam suatu
kolom, dengan menggunakan pompa atau blower, atau dengan gaya sentrifugal. Dalam suatu
penyaring gravitasi media penyaring bisa jadi tidak lebih baik daripada saringan (screen) kasar
atau dengan unggun partikel kasar seperti pasir. Penyaring gravitasi dibatasi penggunaannya
dalam industri untuk suatu aliran cairan kristal kasar, penjernihan air minum, dan pengolahan
limbah cair.
cake pada kain Filtrat mengalir antara kain saring dan plate melalui saluran keluar. Filtrasi terus
dilakukan hingga frame dipenuhi padatan. Kebanyakan filter memiliki saluran pengeluaran yang
terpisah untuk tiap frame sehingga dapat dilihat apakah filtrat jernih atau tidak. Bila filtrat tidak
jernih, mungkin disebabkan kain saring rusak atau sebab lainnya. Ketika frame sudah benar –
benar terpisah plate dan frame dipisahkan dan cake dihilangkan, lalu filter dipasang lagi dan
digunakan.
Teknik ini mulanya digunakan untuk residu hasil industri, namun kini digunakan juga
untuk dewatering lumpur dari WTP (Water Treatment Plant). Residu dari WTP akan dipompa
diantara dua piringan dengan tekanan yang tinggi (350- 1575 kN/m2). Air akan melewati filter
dan padatan akan tertahan. Tekanan akan bertahan hingga kandungan padatan teah mencapai
kadar yang diperlukan (Aldeeb, 2000). Filtrat air tersebut akan memiliki kandungan padatan
tersuspensi kurang dari 10 mg/L. Teknik ini memerlukan biaya operasi dan perawatan yang
tinggi bila dibandingkan dengan sistem mekanikal dewatering lainnya.
Keuntungan dari plate and frame filter press yaitu pekerjaannya mudah hanya memerlukan
tenaga terlatih biasa karena cara operasi alatnya sederhana, dapat langsung melihat hasil
penyaringan yaitu keruh atau jernih, dapat digunakan pada tekanan yang tinggi, penambahan
kapasitas mudah cukup dengan menambah jumlah plate dan frame tanpa menambah unit filter
press, dapat digunakan untuk penyaringan larutan yang mempunyai viskositas yang tinggi, dan
dapat dipakai untuk penyaringan larutan yang mengandung kadar koloid relatif rendah. Kerugian
dari plate and frame filter press ini adalah kemungkinan bocor banyak dan operasinya tidak
kontinyu. Kerugian lain dari plate and frame filter press adalah tenaga kerja yang dibutuhkan
banyak karena dibutuhkan untuk membongkar dan memasang filter, selain itu membutuhkan
waktu yang lama (Montgomery, 1985).
sama dengan memasang saluran pembuangan khusus dan kran bercabang tiga. Keuntungan
filtrasi dengan saluran keluar yang terbuka adalah bila suatu kain filter mengalami kerusakan,
maka gangguan ini segera dapat diatasi, sedangkan filtrasi dengan pembuangan tertutup sesuai
untuk bahan - bahan yang mengandung racun dan berbau menyengat (Cheremisinoff, 1998).
Dimana :
= Penurunan tekanan keseluruhan
c = Penurunan tekanan cake
m = Penurunan tekanan di atas media
10
Nama
Bahan
Pengarang dan
No Baku Metode Hasil
Judul
1. Ying Qi, Lumpur limbah Filtrasi dengan Plate and Frame Hasil penelitain
Khagendra B. dari pengolahan Filter Press. Sampel lumpur menunjukan bahwa
Thapa, Andrew air di Victoria, dalam tangki 120 L tingkat pengeringan dan
F.A. Hoadley, Australia; batu dihomogenisasi dengan kandungan padatan cake
2016. bara lignit; pengadukan menggunakan meningkaat dan SRF
polielektrolit mixer tangki terbuka. Flokulasi berkurang secara efektif
“Benefit of lignite ZETAG7501 dan dilakukan dengan karena dosis
as a filter aid for ZETAG8125. menambahkan larutan polielektrolit
dewatering of polielektrolit 0,2 % dan ditingkatkan menjadi
digested sewage mempertahankan kecepatan optimal. Untuk dosis
sludge pengadukan 100 rpm. Lignit polimer 18,8 kg
demonstrated in ditambahkan dalam jumlah menghasilkan SRF
pilot scale trials” 8-10 kg dan dicampur pada sebesar 9,3 x 1012 m/kg
kecepatan pengadukan yang sedangkan untuk dosis
lebih lambat selama 60 detik. 24,1 kg menghasilkan
Kemudian dianalisa SRF. SRF 10 x 1012 m/kg.
2 Yatnanta Padma Lumpur biologis Metodenya menggunakan uji Hasil penelitian yang
Devia, 2009. IPAL SIER solid dan tes ekspresi. diperoleh yaitu
Rungkut, Pencampuran lumpur dengan penambahan kombinasi
“Pengaruh Surabaya; abu kapur dan abu terbang dengan kapur 100% dan abu
Penambahan terbang batu bara alat jar stirring. Uji solid untuk terbang 100% dalam
Kapur dan Abu kelas C PT. Tjiwi memeriksa kandungan TSS dari lumpur biologis lebih
Terbang Dalam Kimia; kapur cake lumpur dengan besar pengaruhnya
Laju Pelepasan teknis; aquades. penambahan bahan lain. Tes terhadap keefektifan
Air Dari Lumpur ekspresi dengan menggunakan pelepasan air dengan
Biologis (IPAL alat triton electronic filter press filter press tekanan
SIER)” akan menghasilkan cake lumpur 4 kg/cm2, dibandingkan
yang diukur waktu pelepasan dengan penambahan
air dan volume filtrate pada kapur saja atau abu
empat variasi tekanan. Analisa terbang saja. Besarnya
yang dilakukan yaitu pH, pengaruh ditunjukkan
temperature, TSS dan SRF. dengan penurunan nilai
SRF 90,48%
3. Syahru Air Sungai Tahap awal yaitu air baku Hasil penelitian yang
Ramadhani, Brantas, Oro-oro dianalisa turbiditas, warna dan diperoleh menunjukkan
Alexander Dowo, Malang; TSS. Kemudian air baku bahwa koagulan yang
Tunggul tepung biji kelor; ditambahkan tepung biji kelor paling efektif dalam
Sutanhaji, tepung PAC; 500 mg, PAC 250 mg dan menjernihkan air adalah
Bambang Rahadi serbuk tawas. tawas 20 mg/L lalu dilakukan PAC, dimana PAC
Widiatmono, pengadukan menggunakan jar mampu menurunkan
2013. test dengan kecepatan 150 rpm turbiditas sebesar
selama 5 menit dan 30 rpm 99,95%; kadar warna
“Perbandingan selama 30 menit. Kemudian sebesar 91,73% dan TSS
Efektivitas dilakukan pengendapan dan sebesar 55,53%. Tepung
Tepung Biji Kelor dilakukan analisa turbiditas, biji kelor mampu
(Moringa oleifera warna, TSS. menurunkan turbiditas
Lamk), Poly sebesar 95,39%; kadar
Aluminium warna sebesar 75,07%
Chloride (PAC), dan meningkatkan TSS
11
8. Anwar Fuadi, Bahan utama Bahan baku air waduk Pusong Setelah dilakukan proses
Munawar, yang digunakan diambil dari tiga pintu utama pengolahan air waduk
Mulyani. 2013. adalah air waduk sumber masuknya air ke waduk dengan menggunakan
Kota dengan kedalaman 30 cm koagulan Alkuminium
“Penentuan Lhokseumawe, dibawah permukaan air. Sampel sulfat (Al2SO4) ternyata
Karakteristik Air Tawas diambil waktu siang hari penyisihan jumlah COD
Waduk Dengan (Al2(SO4)3). Alat dengan kondisi cuaca cerah, tertinggi 41,67% pada
Metode yang digunakan selama 5 hari. Untuk minggu ke 3, jumlah
Koagulasi.” adalah COD pengolahan selanjutnya TDS tertinggi 10,95%
meter, reaktor, digunakan koagulan tawas pada minggu ke 4,
pH Meter, (aluminium sulfat) dengan analisis TSS yang
seperangkat alat konsentrasi 70, 90, 110, 130 tertinggi pada minggu ke
Jar Test, TDS dan 150 mg/liter. Analisa 5 sebesar 69,9%, nilai
meter, sampel dilakukan pada sebelum DHL yang tertinggi pada
turbidimeter, dan dan sesudah perlakuan. minggu ke 1 yaitu
Conductivity 3,56%, penyisihan
meter. turbiditas yaitu 83,95%
pada minggu ke 5,
penyisihan kesadahan
yaitu 31,81% pada
minggu ke 4 dan
penyisihan pH 2,66%
pada minggu ke 5.
Penurunan COD, TSS,
TDS, DHL, Turbidity,
kesadahan dan pH pada
13
penggunaan koagulan
(tawas) 150 mg/L.
9. Arief Pangestu, Air dan Kapur Membuat suspense CaCO3 Hasil penelitian
Devi Abriyani, (CaCO3) dalam air dengan komposisi menjelaskan bahwa
2016. 200 gram CaCO3 dan 20 L air semakin tingginya
pada mixing tank. Kemudian tekanan yang diberikan
“Pengaruh filtrasi sampel dengan maka semakin besarnya
Perbedaan menggunakan alat plate and harga α dan Rm. Hal
Tekanan frame filter press. Mencatat tersebut dapat dilihat
Terhadap Nilai waktu dan volume filtrat keluar. pada nilai α dan Rm
Efisiensi Proses Menjaga tekanan dalam tangki pada masing-masing
Filtrasi CaCO3 dengan mengatur bukaan percobaaan berturut-
dengan kerangan udara masuk selama turut adalah, α1 = 1,2 x
menggunakan tumpuhan penyaringan. 109 m/kg & Rm1 = 1,82
Plate and Frame Mengambil 30 ml filtrat x 1010 m-1 ; α2 = 2,2 x
Filter Press.” kemudian melakukan analisa 109 m/lg & Rm2 = 3,67 x
tahanan cake (α), tahanan 1010 m-1 ; α3 = 2,52 x 109
medium filter (Rm), yield dan m/kg & Rm3 = 5,22 x
kadar air. 1010 m-1 ; α4 = 3,95 x 109
m/kg & Rm4 = 5,67 x
1010 m-1.
10. Risdianto, 2007. Koagulan yang Penelitian ini dilakukan dengan Hasil penelitian ini
digunakan adalah menggunakan jartes sebagai menunjukan bahwa
“Optimisasi alumunium tahap proses dan turbidity meter variabel proses koagulan
Proses Koagulasi sulfat, fero sulfat untuk mengukur turbidity ferro sulfat dosis
Flokulasi untuk dan poly sebagai parameternya. untuk 200 mg/L, flokulan
Pengolahan Air alumunium satu kali tahapan proses katonik Polyethylene-
Limbah Industri chloride (PAC) diperlukan sekitar 40 liter air Imine dosis 5 mg/L dan
Jamu (Studi dengan dosis limbah. Selanjutnya, aktifkan kondisi pH = 7
Kasus PT. Sido 75 mg/L sampai pengadukan dengan kecepatan merupakan kondisi yang
Muncul)” 250 mg/L. 140 rpm selama 1 menit untuk paling optimal, hal ini
Flokulan yang pengadukan cepat kemudian dilihat dari penurunan
digunakan adalah turunkan kecepatan pengadukan nilai turbidity yang
flokulan anionik menjadi 45 rpm pada kondisi dihasilkan oleh variabel
Polyacrylic Acid ini tambahkan flokulan dengan proses tersebut yang
dengan dosis dosis tertentu, pengadukan mencapai 92.7% dengan
0.25 mg/L lambat dilakukan selama 15 nilai turbidity 14.0 FTU.
sampai 1 mg/L menit lalu biarkan air limbah Pada kondisi optimum
dan flokulan selama 15 menit setelah itu ini dosis koagulan fero
kationik sampel diambil untuk diukur sulfat dan flokulan
Polyethylene- nilai turbiditas dan kationik Polyethylene-
Imine dengan absorbansinya. Imine mampu
dosis 2 mg/L menetralisir muatan
sampai 5 mg/L. listrik negatif pada
permukaan partikel-
partikel koloid air
limbah sehingga
membuat gaya tolak
menolak antar partikel
koloid air limbah akan
melemah sehingga
partikel akan berdekatan
bergabung membentuk
flok.