Anda di halaman 1dari 11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Limbah


Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun
domestik (rumah tangga), yang lebih dikenal sebagai sampah, yang kehadirannya pada suatu saat
dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila
ditinjau secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia Senyawa organik dan Senyawa
anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif
terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan
terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis
dan karakteristik limbah. Widjajanti, 2009, menyatakan bahwa karakteristik limbah dipengaruhi
oleh ukuran partikel (mikro), sifatnya dinamis, penyebarannya luas dan berdampak panjang atau
lama. Sedangkan kualitas limbah dipengaruhi oleh volume limbah, kandungan bahan pencemar
dan frekuensi pembuangan limbah. Berdasarkan karakteristiknya, limbah dapat digolongkan
menjadi 4 yaitu limbah cair, limbah padat, limbah gas dan partikel serta limbah B3 (Bahan
Berbahaya dan Beracun). Untuk mengatasi limbah diperlukan pengolahan dan penanganan
limbah. Pada dasarnya pengolahan limbah ini dapat dibedakan menjadi pengolahan menurut
tingkatan perlakuan pengolahan serta menurut karakteristik limbah.
Persoalan mendasar penanganan dan pengelolaan limbah yaitu tentang minimnya
pengetahuan pelaku usaha, utamanya dari kelompok industri kecil. Hal ini kemudian menjadi
pembenar tentang rendahnya kesadaran dari pelaku usaha industri kecil terhadap manajemen
penanganan dan pengelolaan limbah yang airnya akan dialirkan menuju waduk. Persoalan
lainnya yang terkait yaitu tidak adanya titik temu antara mereka yang dapat memanfaatkan
limbah dengan industri yang menghasilkan limbah. Padahal secara ekonomi sebenarnya semua
limbah dapat diolah untuk memberikan manfaat sehingga memberikan nilai dan keuntungan
ekonomi, yaitu tidak saja bagi pelaku industri, tetapi juga pihak pihak yang berkepentingan
terhadap limbah tersebut (Achillas, 2013).

2.2 Lumpur Waduk


Menurut Effendi, 2003, lumpur adalah campuran cair atau semi cair antara air dan tanah.
Lumpur terbentuk saat tanah basah. Secara geologis, lumpur ialah campuran air dan partikel
endapan lumpur dan tanah liat. Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat
hidup orang banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus

3
4

dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup yang
lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara bijaksana, dengan
memperhitungkan generasi sekarang maupun generasi mendatang.
Waduk adalah tampungan yang berfungsi untuk menyimpan air pada waktu kelebihan agar
dapat dipakai pada waktu yang diperlukan. Usaha untuk mengatur keluar dan masuknya air pada
waduk disebut manajemen air. Hal ini bertujuan agar pengaturan air untuk kebutuhan manusia
dapat dilakukan dengan baik. Air yang diatur adalah air hujan atau sungai yang ditampung di
waduk, sehingga air dapat disediakan dalam waktu atau tempat yang tepat dalam jumlah yang
diperlukan. Fungsi utama waduk yaitu tampungan mati, tampungan efektif, dan tampungan
tambahan yang biasanya dimanfaatkan untuk pengendalian banjir (Widyawati, 2018).

2.3 Pengolahan Limbah


2.3.1 Pengolahan Limbah secara Fisika
Menurut Riffat, 2012, proses pengolahan secara fisika merupakan metode pengolahan air
limbah dengan cara menghilangkan polutan secara fisika seperti sedimentasi, penyaringan,
screening dan lain-lain. Prinsip utama dari pengolahan limbah secara fisika adalah untuk
menghilangkan padatan yang tersuspensi pada air. Metode pengolahan secara fisika antara lain
sedimentasi dan filtrasi.
2.3.2 Pengolahan Limbah secara Biologi
Proses pengolahan limbah dengan metode biologi adalah proses penghancuran atau
penghilangan kontaminan dengan menggunakan bantuan mikroorganisme. Riffat, 2012,
menjelaskan bahwa tujuan utama pengolahan dengan metode biologi adalah menghilangkan dan
mengurangi bahan organik biodegradable dari air limbah ke tingkat yang dapat diterima sesuai
dengan ambang batas yang telah ditentukan. Pengolahan secara biologi juga digunakan untuk
menghilangkan nitrogen dan fosfor dari air limbah. Beberapa metode yang digunakan pada
proses pengolahan biologis antara lain proses anaerobik, aerobik, bioreaktor, dan lumpur
teaktifasi.
2.3.3 Pengolahan Limbah secara Kimia
Proses pengolahan air limbah secara kimia adalah proses yang melibatkan penambahan
bahan kimia untuk mengubah atau destruksi kontaminan. Proses pengolahan air limbah secara
kimia antara lain dengan menggunakan koagulasi dan adsorpsi (Riffat, 2012).
5

2.4 Koagulasi dan Flokulasi


2.4.1 Koagulasi
Menurut Manurung, 2009, koagulasi adalah peristiwa destabilisasi dari pada partikel-
partikel koloid di mana gaya tolak-menolak (repulsi) di antara partikel-partikel tersebut
dikurangi ataupun ditiadakan. Partikel - partikel koloid yang terdapat dalam suatu wadah ataupun
aliran air pada dasarnya bermuatan negatip pada permukaannya. Muatan ini menyebabkan gaya
tolak-menolak di antara partikel-partikel sehingga menghalangi terjadinya agregasi dari pada
partikel-paartikel menjadi agregat yang lebih besar. Senyawa koagulan adalah senyawa yang
mempunyai kemampuan mendestabilisasi koloid dengan cara menetralkan muatan listrik pada
permukaan koloid sehingga koloid dapat bergabung satu sama lain membentuk flok dengan
ukuran yang lebih besar sehingga mudah mengendap. Penambahan dosis koagulan yang lebih
tinggi tidak selalu menghasilkan kekeruhan yang lebih rendah. Dosis koagulan yang dibutuhkan
untuk pengolahan air tidak dapat diperkirakan berdasarkan kekeruhan, tetapi harus ditentukan
melalui percobaan pengolahan. Tidak setiap kekeruhan yang tinggi membutuhkan dosis
koagulan yang tinggi. Jika kekeruhan dalam air lebih dominan disebabkan oleh lumpur halus
atau lumpur kasar maka kebutuhan akan koagulan hanya sedikit, sedangkan kekeruhan air yang
dominan disebabkan oleh koloid akan membutuhkan koagulan yang banyak.
Koagulan dapat berupa garam-garam anorganik atau organik. Polimer adalah senyawa-
senyawa organik sintetis yang disusun dari rantai panjang molekul-molekul yang lebih kecil.
Koagulan polimer ada yang kationik (bermuatan positif), anionik (bermuatan negatif), atau
nonionik (bermuatan netral). Sedangkan koagulan anorganik mencakup bahan-bahan kimia
umum berbasis aluminium atau besi. Ketika ditambahkan ke dalam contoh air, koagulan
anorganik akan mengurangi alkalinitasnya sehingga pH air akan turun. Koagulan organik pada
umumnya tidak mempengaruhi alkalinitas dan pH air. Koagulan anorganik akan meningkatkan
konsentrasi padatan terlarut pada air yang diolah (Gebbie, 2015).

2.4.2 Flokulasi
Flokulasi berasal dari bahasa latin flokulare yang artinya membentuk suatu flok yang
secara visual menyerupai suatu tumpukan dari wol atau struktur pori- pori yang banyak seratnya.
Mekanisme flokulasi dengan polielektrolit adalah dengan cara adsorpsi dan jembatan antar
partikel. Manurung, 2009, menyatakan bahwa flokulasi bergantung pada keberadaan senyawa
yang bertindak sebagai jembatan di antara partikel-pertikel koloid yang menyatukan partikel-
pertikel tersebut dalam suatu massa yang lebih besar yang disebut jaringan flok. Jadi flokulasi
adalah suatu proses pembentukan flok di mana terbentuk agregat atau gumpalan besar yang
6

dapat dengan mudah dipindahkan dari larutan. Sedangkan flokulan adalah suatu zat atau
senyawa yang dapat ditambahkan untuk terjadinya flokulasi. Flokulan biasanya merupakan
polimer dengan berat molekul yang tinggi dan membentuk rantai yang cukup panjang untuk
mengurangi gaya tolak-menolak di antara partikel-partikel koloid. Bila molekul polimer
bersentuhan dengan partikel koloid maka beberapa gugusnya akan teradsorpsi pada permukaan
partikel dan sisanya tetap berada dalam partikel. Bila partikel kedua ini terikat pula pada bagian
lain dari rantai polimer tersebut maka terjadi kompleks partikel dengan polimernya yang
berfungsi sebagai jembatan. Proses flokulasi terdiri dari tiga langkah yaitu :
1. Pelarutan reagen melalui pengadukan cepat (1 menit : 100 rpm).
2. Pengadukan lambat untuk membentuk flok-flok (15 menit : 20 rpm).
3. Penghapusan flok-flok dengan koloid yang terkurung dari larutan melalui sedimentasi
(15 – 20 menit : 0 rpm).

2.5 Poly Aluminium Chloride

Menurut Manurung, 2019, poly aluminium chloride adalah salah satu produk polimer
aluminium yang digunakan untuk menetralkan muatan koloid serta membentuk jembatan
penghubung di antara koloid-koloid tersebut, sehingga proses koagulasi-flokulasi dapat
belangsung dengan efisien. polialuminium klorida mempunyai rumus molekul
Alm(OH)n(Cl)p(SO4)q. Produk ini dikarakterisasi dengan rasio molekuler OH/Al di antara 0,4 dan
0,6 serta stabilitasnya dipertahankan oleh adanya ion sulfat yang dapat menghambat polimerisasi
spontan dari pada produk. Pada umumnya polialuminium klorida mempunyai daya koagulasi -
flokulasi yang lebih besar dibandingkan dengan garam aluminium yang biasa seperti misalnya
tawas. Beberapa keuntungan yang dapat di catat dari penggunaan polialuminium klorida sebagai
koagulan-flokulan adalah :

 Efektif pada pH 5 – 10
 Jumlah lumpur yang dihasilkan lebih sedikit dibandingkan dengan penggunaan garam
aluminium yang biasa.
 Efek korosi yang ditimbulkan jauh lebih kecil dibandingkan dengan garam aluminium
yang biasa.
7

2.6 Filtrasi
2.6.1 Pengertian Filtrasi
Menurut McCabe, 1993, filtrasi adalah suatu proses dimana campuran yang heterogen
antara fluida dan partikel - partikel padatan dipisahkan pada media filter atau medium penyaring
yang meloloskan fluida tetapi menahan partikel - partikel padatan. Fluida yang difiltrasi dapat
berupa cairan atau gas, aliran yang lolos dari saringan mungkin saja cairan, padatan, atau
keduanya. Fluida mengalir melalui media penyaring karena perbedaan tekanan yang melalui
media tersebut. Penyaring dapat beroperasi pada:
 Tekanan di atas atmosfer pada bagian atas media penyaring,
 Tekanan operasi pada bagian atas media penyaring,
 Vakum pada bagian bawah.
Tekanan di atas atmosfer dapat dilakukan dengan gaya gravitasi pada cairan dalam suatu
kolom, dengan menggunakan pompa atau blower, atau dengan gaya sentrifugal. Dalam suatu
penyaring gravitasi media penyaring bisa jadi tidak lebih baik daripada saringan (screen) kasar
atau dengan unggun partikel kasar seperti pasir. Penyaring gravitasi dibatasi penggunaannya
dalam industri untuk suatu aliran cairan kristal kasar, penjernihan air minum, dan pengolahan
limbah cair.

2.7 Plate And Frame Filter Press

Gambar 1. Plate and frame filter press (Montgomery, 1985)


Menurut Geankoplis, 1993, plate dan frame filter press terdiri dari plate dan frame yang
tergabung menjadi satu dengan kain saring pada tiap sisi plate seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 1. Plate memiliki saluran sehingga filtrat jernih dapat melewati tiap plate. Slurry
dipompa menuju plate dan frame dan mengalir melalui saluran pada frame sehingga slurry
memenuhi frame. Filtrat mengalir melalui kain saring dan padatan menumpuk dalam bentuk
8

cake pada kain Filtrat mengalir antara kain saring dan plate melalui saluran keluar. Filtrasi terus
dilakukan hingga frame dipenuhi padatan. Kebanyakan filter memiliki saluran pengeluaran yang
terpisah untuk tiap frame sehingga dapat dilihat apakah filtrat jernih atau tidak. Bila filtrat tidak
jernih, mungkin disebabkan kain saring rusak atau sebab lainnya. Ketika frame sudah benar –
benar terpisah plate dan frame dipisahkan dan cake dihilangkan, lalu filter dipasang lagi dan
digunakan.
Teknik ini mulanya digunakan untuk residu hasil industri, namun kini digunakan juga
untuk dewatering lumpur dari WTP (Water Treatment Plant). Residu dari WTP akan dipompa
diantara dua piringan dengan tekanan yang tinggi (350- 1575 kN/m2). Air akan melewati filter
dan padatan akan tertahan. Tekanan akan bertahan hingga kandungan padatan teah mencapai
kadar yang diperlukan (Aldeeb, 2000). Filtrat air tersebut akan memiliki kandungan padatan
tersuspensi kurang dari 10 mg/L. Teknik ini memerlukan biaya operasi dan perawatan yang
tinggi bila dibandingkan dengan sistem mekanikal dewatering lainnya.
Keuntungan dari plate and frame filter press yaitu pekerjaannya mudah hanya memerlukan
tenaga terlatih biasa karena cara operasi alatnya sederhana, dapat langsung melihat hasil
penyaringan yaitu keruh atau jernih, dapat digunakan pada tekanan yang tinggi, penambahan
kapasitas mudah cukup dengan menambah jumlah plate dan frame tanpa menambah unit filter
press, dapat digunakan untuk penyaringan larutan yang mempunyai viskositas yang tinggi, dan
dapat dipakai untuk penyaringan larutan yang mengandung kadar koloid relatif rendah. Kerugian
dari plate and frame filter press ini adalah kemungkinan bocor banyak dan operasinya tidak
kontinyu. Kerugian lain dari plate and frame filter press adalah tenaga kerja yang dibutuhkan
banyak karena dibutuhkan untuk membongkar dan memasang filter, selain itu membutuhkan
waktu yang lama (Montgomery, 1985).

2.8 Pengoperasian Plate and Frame Filter Press


Pada filtrasi dengan pres filter horizontal, suspensi masuk pada bagian kepala melalui saluran
yang terbentuk oleh lubang - lubang di bagian atas plat. Pada press filter bingkai, suspensi
mengalir melalui bingkai - bingkai, sedangkan pada press filter kamar, suspensi mengalir di
antara plat - plat yang masuk ke dalam ruang filtrasi yang sesungguhnya. Filtrat menerobos
kedua sisi kain filter, kemudian mengalir ke belakang kain filter sepanjang alur - alur plat turun
ke dalam saluran. Saluran ini terbentuk dari lubang - lubang pada plat. Pada sistem tertutup filtrat
keluar di bagian kepala, sedangkan pada sistem terbuka filtrat mengalir dari masing - masing plat
melalui sebuah kran atau selang ke dalam saluran terbuka yang terletak di luar alat press.
Seringkali cara kerja sistem tertutup maupun sistem terbuka dapat diterapkan pada alat yang
9

sama dengan memasang saluran pembuangan khusus dan kran bercabang tiga. Keuntungan
filtrasi dengan saluran keluar yang terbuka adalah bila suatu kain filter mengalami kerusakan,
maka gangguan ini segera dapat diatasi, sedangkan filtrasi dengan pembuangan tertutup sesuai
untuk bahan - bahan yang mengandung racun dan berbau menyengat (Cheremisinoff, 1998).

2.9 Pressure Drop


Menurut McCabe, 1993, filtrasi adalah contoh khusus dari aliran melalui media berpori,
untuk kasus-kasus di mana hambatan untuk mengalir adalah konstan. Dalam penyaringan,
resistensi aliran meningkat dengan waktu sebagai media filter menjadi tersumbat atau cake filter
menumpuk. Jumlah utama yang menarik adalah laju aliran melalui filter dan penurunan tekanan
(pressure drop) di seluruh unit. Seiring berjalannya waktu selama penyaringan, laju aliran
berkurang atau penurunan tekanan (pressure drop) meningkat. dalam apa yang disebut filtrasi
tekanan konstan (constant-pressure filtration), penurunan tekanan dipertahankan konstan dan
laju aliran memungkinkan untuk turun seiring waktu; lebih jarang, penurunan tekanan semakin
meningkat untuk memberikan apa yang disebut filtrasi laju konstan (constant-rate filtration).
Dalam penyaringan cake, cairan melewati dua resistensi secara seri, yaitu dari cake dan dari
media filter. Resistensi filter-media, yang merupakan satu-satunya resistensi dalam
mengklarifikasi filter, biasanya hanya penting selama tahap awal penyaringan cake. Resistensi
cake adalah nol di awal dan meningkat dengan waktu sebagai hasil penyaringan. Jika cake dicuci
setelah disaring, kedua resistensi konstan selama periode mencuci dan media filter biasanya
diabaikan. Pressure drop secara keseluruhan setiap saat adalah jumlah dari tekanan turun di atas
media dan cake. Jika Pa adalah tekanan inlet, Pb adalah tekanan outlet, dan P’ adalah tekanan
pada batas antara cake dan medium, maka :
Pa - Pb = (Pa - P’) + (P’ - Pb) = c+ m

Dimana :
= Penurunan tekanan keseluruhan
c = Penurunan tekanan cake
m = Penurunan tekanan di atas media
10

2.10 Penelitian Terdahulu

Nama
Bahan
Pengarang dan
No Baku Metode Hasil
Judul
1. Ying Qi, Lumpur limbah Filtrasi dengan Plate and Frame Hasil penelitain
Khagendra B. dari pengolahan Filter Press. Sampel lumpur menunjukan bahwa
Thapa, Andrew air di Victoria, dalam tangki 120 L tingkat pengeringan dan
F.A. Hoadley, Australia; batu dihomogenisasi dengan kandungan padatan cake
2016. bara lignit; pengadukan menggunakan meningkaat dan SRF
polielektrolit mixer tangki terbuka. Flokulasi berkurang secara efektif
“Benefit of lignite ZETAG7501 dan dilakukan dengan karena dosis
as a filter aid for ZETAG8125. menambahkan larutan polielektrolit
dewatering of polielektrolit 0,2 % dan ditingkatkan menjadi
digested sewage mempertahankan kecepatan optimal. Untuk dosis
sludge pengadukan 100 rpm. Lignit polimer 18,8 kg
demonstrated in ditambahkan dalam jumlah menghasilkan SRF
pilot scale trials” 8-10 kg dan dicampur pada sebesar 9,3 x 1012 m/kg
kecepatan pengadukan yang sedangkan untuk dosis
lebih lambat selama 60 detik. 24,1 kg menghasilkan
Kemudian dianalisa SRF. SRF 10 x 1012 m/kg.
2 Yatnanta Padma Lumpur biologis Metodenya menggunakan uji Hasil penelitian yang
Devia, 2009. IPAL SIER solid dan tes ekspresi. diperoleh yaitu
Rungkut, Pencampuran lumpur dengan penambahan kombinasi
“Pengaruh Surabaya; abu kapur dan abu terbang dengan kapur 100% dan abu
Penambahan terbang batu bara alat jar stirring. Uji solid untuk terbang 100% dalam
Kapur dan Abu kelas C PT. Tjiwi memeriksa kandungan TSS dari lumpur biologis lebih
Terbang Dalam Kimia; kapur cake lumpur dengan besar pengaruhnya
Laju Pelepasan teknis; aquades. penambahan bahan lain. Tes terhadap keefektifan
Air Dari Lumpur ekspresi dengan menggunakan pelepasan air dengan
Biologis (IPAL alat triton electronic filter press filter press tekanan
SIER)” akan menghasilkan cake lumpur 4 kg/cm2, dibandingkan
yang diukur waktu pelepasan dengan penambahan
air dan volume filtrate pada kapur saja atau abu
empat variasi tekanan. Analisa terbang saja. Besarnya
yang dilakukan yaitu pH, pengaruh ditunjukkan
temperature, TSS dan SRF. dengan penurunan nilai
SRF 90,48%
3. Syahru Air Sungai Tahap awal yaitu air baku Hasil penelitian yang
Ramadhani, Brantas, Oro-oro dianalisa turbiditas, warna dan diperoleh menunjukkan
Alexander Dowo, Malang; TSS. Kemudian air baku bahwa koagulan yang
Tunggul tepung biji kelor; ditambahkan tepung biji kelor paling efektif dalam
Sutanhaji, tepung PAC; 500 mg, PAC 250 mg dan menjernihkan air adalah
Bambang Rahadi serbuk tawas. tawas 20 mg/L lalu dilakukan PAC, dimana PAC
Widiatmono, pengadukan menggunakan jar mampu menurunkan
2013. test dengan kecepatan 150 rpm turbiditas sebesar
selama 5 menit dan 30 rpm 99,95%; kadar warna
“Perbandingan selama 30 menit. Kemudian sebesar 91,73% dan TSS
Efektivitas dilakukan pengendapan dan sebesar 55,53%. Tepung
Tepung Biji Kelor dilakukan analisa turbiditas, biji kelor mampu
(Moringa oleifera warna, TSS. menurunkan turbiditas
Lamk), Poly sebesar 95,39%; kadar
Aluminium warna sebesar 75,07%
Chloride (PAC), dan meningkatkan TSS
11

dan Tawas sebesar 170,27%. Tawas


sebagai Koagulan mampu menurunkan
untuk Air Jernih.” turbiditas sebesar
93,44%; kadar warna
sebesar 87,55% dan TSS
sebesar 93,37%.
4. Muhamad Air dan Kapur Tahap awal percobaan ini Hasil percobaan dapat
Sahruromdon, (CaCO3) dilakukan pencampuran antara diketahui bahwa nilai
Irene Septiriana, air dengan CaCO3 yang tahanan cake yang
2015. kemudian mengaduknya dan terbaik terdapat pada
membuka kerangan udara. konsentrasi 1,5% dengan
“Filtrasi CaCO3 Menyaring dengan membuka jumlah 2 plate yaitu
menggunakan kerangan. Kemudian catat 4,012 x 1014 dan nilai
Filter Plate & waktu dan volume filtrate yang tahanan filter terbaik
Frame dengan ditampung. Selanjutnya juga terletak pada
Variasi membongkar alat dan konsentrasi 1,5% pada 2
Konsentrasi dan mengambil cake pada frame. plate yaitu 6,82 x 1012
Variasi Jumlah Menganalisa kadar air padatan serta efisiensi CaCO3
Plate & Frame” CaCO3. dan H2O terbesar pada
konsentrasi 1% dengan
nilai 96,92% dan
91,47%.
5. Ayu Ridaniati Limbah cair Pengambilan limbah cair tahu Penambahan koagulan
Bangun, Siti industri tahu dan 3 L dan disimpan di wadah tidak mempengaruhi
Aminah, Rudi serbuk biji kelor. pada suhu 4oC. Beaker gelas nilai pH limbah cair
Anas Hutahaean, masing-masing diisi dengan industry tahu. Lama
M. Yusuf sampel limbah sebanyak pengendapan optimum
Ritonga, 2013. 200 ml. Dilakukan analisa pH, adalah 60 menit dengan
turbiditas, TSS dan COD awal. penurunan turbiditas
“Pengaruh Kadar Kemudian serbuk biji kelor 7% 77,43%; TSS 90,32%
Air, Dosis dan ditambahkan dalam masing- dan COD 63,26% pada
Lama masing beaker gelas sebanyak dosis koagulan 5 g/L;
Pengendapan 2, 3, 4 dan 5 gr/ 200 ml limbah. kadar air 7%; pH akhir
Koagulan Serbuk Kemudian diaduk dengan limbah 4 dan ukuran
Biji Kelor kecepatan 300 rpm selama 3 partikel koagulan 70
Sebagai Alternatif menit, 80 rpm selama 12 menit mesh. Biji kelor
Pengolahan dan endapkan selama 50, 60, 70 merupakan koagulan
Limbah Cair menit. Analisa pH, turbiditas, yang efektif untuk
Industri Tahu.” TSS dan COD. limbah cair industri tahu
karena penurunan kadar
turbiditas, TSS dan COD
melebihi 50%.
6. Suci Yuliati, Bahan yang Perlakuan dosis kaporit yang Penggunaan dosis
2006. digunakan yaitu diberikan pada tahap ini adalah koagulan yang berbeda
efluen yang 5, 10, 15 mg/L. Penggunaan memberikan pengaruh
“Proses Koagulasi berasal dari bak dosis untuk alum sebanyak 15- nyata terhadap
Flokulasi pada sedimentasi 80 mg/L, dan untuk PAC penurunan kekeruhan
Pengolahan PT. Capsugel sebanyak 10-60 mg/L. dan warna pada proses
Tersier Limbah Indonesia, Penggunaan FeCl3 sebanyak koagulasi – flokulasi
Cair PT. Capsugel Cibinong, Jawa 50-300 mg/L. dengan menggunakan
Indonesia.” Barat. Koagulan alum, PAC, dan FeCl3.
yang digunakan Perbedaan pH
adalah alum memberikan pengaruh
padat, PAC nyata terhadap
padat, FeCl3 penurunan kekeruhan
12

padat, dan kaporit dan warna pada proses


padat. koagulasi – flokulasi
dengan menggunakan
alum, PAC, dan FeCl3.
Interaksi antara
perlakuan dosis dan pH
memberikan pengaruh
nyata terhadap
penurunan kekeruhan
pada proses koagulasi –
flokulasi dengan
menggunakan alum,
PAC, dan FeCl3.
7. Citra Kusuma Air dan CaCO3 Proses filtrasi dimulai dengan Hasil penelitian didapat
Parahita, 2018. mengalirkan larutan CaCO3 bahwa frame yang
melewati rangkaian alat filter paling optimum
“Pengaruh Waktu press yang terdiri dari 6 frame. menyaring endapan
Pengadukan dan Proses filtrasi dilakukan dengan adalah frame pertama,
Pengambilan waktu pengambilan dan waktu hal ini terjadi karena
Sampel Larutan aduk tetap, sehingga didapat aliran bahan masuk
CaCO3 4% filtrat dan cake. Cake dianalisa melalui frame pertama
terhadap Jumlah beratnya dan kadar air yang lalu mengalir menuju
Endapan pada hilang dengan cara pemanasan frame-frame selanjutnya
Alat Filter Press.” di dalam oven pada suhu tetap sehingga cake yang
110oC, waktu 40 menit. Berat tertinggi terdapat di
cake dan air teruapkan frame pertama dan akan
terbanyak menunjukkan nomer semakin berkurang di
plate optimum. frame-frame selanjutnya.

8. Anwar Fuadi, Bahan utama Bahan baku air waduk Pusong Setelah dilakukan proses
Munawar, yang digunakan diambil dari tiga pintu utama pengolahan air waduk
Mulyani. 2013. adalah air waduk sumber masuknya air ke waduk dengan menggunakan
Kota dengan kedalaman 30 cm koagulan Alkuminium
“Penentuan Lhokseumawe, dibawah permukaan air. Sampel sulfat (Al2SO4) ternyata
Karakteristik Air Tawas diambil waktu siang hari penyisihan jumlah COD
Waduk Dengan (Al2(SO4)3). Alat dengan kondisi cuaca cerah, tertinggi 41,67% pada
Metode yang digunakan selama 5 hari. Untuk minggu ke 3, jumlah
Koagulasi.” adalah COD pengolahan selanjutnya TDS tertinggi 10,95%
meter, reaktor, digunakan koagulan tawas pada minggu ke 4,
pH Meter, (aluminium sulfat) dengan analisis TSS yang
seperangkat alat konsentrasi 70, 90, 110, 130 tertinggi pada minggu ke
Jar Test, TDS dan 150 mg/liter. Analisa 5 sebesar 69,9%, nilai
meter, sampel dilakukan pada sebelum DHL yang tertinggi pada
turbidimeter, dan dan sesudah perlakuan. minggu ke 1 yaitu
Conductivity 3,56%, penyisihan
meter. turbiditas yaitu 83,95%
pada minggu ke 5,
penyisihan kesadahan
yaitu 31,81% pada
minggu ke 4 dan
penyisihan pH 2,66%
pada minggu ke 5.
Penurunan COD, TSS,
TDS, DHL, Turbidity,
kesadahan dan pH pada
13

penggunaan koagulan
(tawas) 150 mg/L.
9. Arief Pangestu, Air dan Kapur Membuat suspense CaCO3 Hasil penelitian
Devi Abriyani, (CaCO3) dalam air dengan komposisi menjelaskan bahwa
2016. 200 gram CaCO3 dan 20 L air semakin tingginya
pada mixing tank. Kemudian tekanan yang diberikan
“Pengaruh filtrasi sampel dengan maka semakin besarnya
Perbedaan menggunakan alat plate and harga α dan Rm. Hal
Tekanan frame filter press. Mencatat tersebut dapat dilihat
Terhadap Nilai waktu dan volume filtrat keluar. pada nilai α dan Rm
Efisiensi Proses Menjaga tekanan dalam tangki pada masing-masing
Filtrasi CaCO3 dengan mengatur bukaan percobaaan berturut-
dengan kerangan udara masuk selama turut adalah, α1 = 1,2 x
menggunakan tumpuhan penyaringan. 109 m/kg & Rm1 = 1,82
Plate and Frame Mengambil 30 ml filtrat x 1010 m-1 ; α2 = 2,2 x
Filter Press.” kemudian melakukan analisa 109 m/lg & Rm2 = 3,67 x
tahanan cake (α), tahanan 1010 m-1 ; α3 = 2,52 x 109
medium filter (Rm), yield dan m/kg & Rm3 = 5,22 x
kadar air. 1010 m-1 ; α4 = 3,95 x 109
m/kg & Rm4 = 5,67 x
1010 m-1.
10. Risdianto, 2007. Koagulan yang Penelitian ini dilakukan dengan Hasil penelitian ini
digunakan adalah menggunakan jartes sebagai menunjukan bahwa
“Optimisasi alumunium tahap proses dan turbidity meter variabel proses koagulan
Proses Koagulasi sulfat, fero sulfat untuk mengukur turbidity ferro sulfat dosis
Flokulasi untuk dan poly sebagai parameternya. untuk 200 mg/L, flokulan
Pengolahan Air alumunium satu kali tahapan proses katonik Polyethylene-
Limbah Industri chloride (PAC) diperlukan sekitar 40 liter air Imine dosis 5 mg/L dan
Jamu (Studi dengan dosis limbah. Selanjutnya, aktifkan kondisi pH = 7
Kasus PT. Sido 75 mg/L sampai pengadukan dengan kecepatan merupakan kondisi yang
Muncul)” 250 mg/L. 140 rpm selama 1 menit untuk paling optimal, hal ini
Flokulan yang pengadukan cepat kemudian dilihat dari penurunan
digunakan adalah turunkan kecepatan pengadukan nilai turbidity yang
flokulan anionik menjadi 45 rpm pada kondisi dihasilkan oleh variabel
Polyacrylic Acid ini tambahkan flokulan dengan proses tersebut yang
dengan dosis dosis tertentu, pengadukan mencapai 92.7% dengan
0.25 mg/L lambat dilakukan selama 15 nilai turbidity 14.0 FTU.
sampai 1 mg/L menit lalu biarkan air limbah Pada kondisi optimum
dan flokulan selama 15 menit setelah itu ini dosis koagulan fero
kationik sampel diambil untuk diukur sulfat dan flokulan
Polyethylene- nilai turbiditas dan kationik Polyethylene-
Imine dengan absorbansinya. Imine mampu
dosis 2 mg/L menetralisir muatan
sampai 5 mg/L. listrik negatif pada
permukaan partikel-
partikel koloid air
limbah sehingga
membuat gaya tolak
menolak antar partikel
koloid air limbah akan
melemah sehingga
partikel akan berdekatan
bergabung membentuk
flok.

Anda mungkin juga menyukai