Anda di halaman 1dari 10

MASPARI JOURNAL

JANUARI 2016, 8(1):39-48

PENGGUNAAN SPEKTROFOTOMETER SEBAGAI


PENDETEKSI KEPADATAN SEL MIKROALGA LAUT

SPECTROPHOTOMETER UTILIZATION
AS MARINE MICROALGAE CELLS DETECTOR

Neviaty P Zamani1) dan Moh. Muhaemin2)


1)Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, FPIK, IPB, Bogor, Indonesia
Email: np_zamani@yahoo.com
2)Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, Indonesia

m_muhaemin@yahoo.com
Registrasi: 14 September 2015; Diterima setelah perbaikan: 16 Oktober 2015;
Disetujui terbit: 29 Desember 2015

ABSTRAK

Kemudahan penggunaan mikroskop untuk pengamatan kepadatan sel mikroalga tetap


memiliki keterbatasan sehingga perlu dicari suatu metode alternatif yang mampu
meminimalisir keterbatasan tersebut. Model regresi linier digunakan untuk memprediksi
peluang penggunaan spektrofotometer pada Densitas Optik (Optical Density, OD) dengan
panjang gelombang () 550 nm, 650 nm, dan 750 nm sebagai alternatif pengganti
mikroskop saat pengamatan kepadatan sel mikroalga. Hasilnya menunjukkan bahwa
walaupun seluruh panjang gelombang dapat secara representatif menggambarkan
kepadatan sel mikroalga, namun OD 650 nm menunjukkan hasil terbaik.

KATA KUNCI: Densitas optik, kepadatan sel, mikroalga laut, regresi linier.

ABSTRACT

An alternative method in microalgae density observation should be found to minimize


microscopes optical bias. Spectrophotometer could be used to subtitute microscope as a
function of linier regression model by using Optical Density (OD) approach. Three different
spectrophotometer Optical Densities (550 nm, 650 nm, dan 750 nm) showed that althought
all of wave length represented the high correllation to be used in describing the cell density
of microalgae, the OD 650 nm was the best fit.

KEYWORDS: Cell density, linier regression, marine microalgae, optical density.

1. PENDAHULUAN (Borowitzka dan Borowitzka, 1999).


Mikroalgae laut adalah sumber Bahkan banyak diantaranya yang
potensial beberapa produk senyawa digunakan sebagai pakan alami kultur
kimiawi yang bernilai ekonomis tinggi juvenil ikan dan krustase (Molina et al.,
antara lain PUFAs (Poly-Unsaturated Fatty 1999). Pada skala yang lebih besar,
Acids) (Belarbi et al, 2000; Muhaemin, monokultur mikroalgae dapat
2011), asam amino (Muhaemin, 2010), diaplikasikan pada kolam-kolam besar
pewarna alami (Lorenz and Cysewski, diluar ruangan (Tredici, 1999; Molina et
2000), biopolimer, and therapeutics al., 1999; Miron et al., 1999).
Neviaty P Zamani et al.
Penggunaan Spektrofotometer sebagai Pendeteksi
Kepadatan Sel Mikroalga Laut

Lorenz and Cysewski (2000) mikroskop untuk penghitungan


menyatakan bahwa mikroalgae laut kepadatan sel adalah menggunakan
memiliki kemampauan menyerap energi densitas optik dengan menggunakan
cahaya, foton, dan menyimpannya sebagai spektrofotometer. Spektrofotometer
energi kimiawi melalui proses adalah metode alternatif yang diharapkan
fotosintesis. Unit dasar perangkat lebih simpel dan relatif akurat jika
fotositesis adalah fotosistem. Energi dibandingkan dengan metode manual
cahaya diserap oleh pigmen carotenoid menggunakan mikroskop. Lebih simpel
dan chlorofil pada kompleks fotosistem karena tidak memerlukan metode
antena. Keragaman kemampuan absorpsi preparasi yang kompleks, dan lebih
bisa saja terjadi karena perbedaan rasio akurat karena menyertakan proses
pigmen carotenoid dan chlorofil dalam sel kalibrasi dan standardisasi hasil
mikroalga laut. Bahkan perbedaan divisi perhitungan sehingga mampu
dapat dijadikan indikasi perbedaan mengurangi efek bias. Walaupun
komposisi pigmen secara spesifik. penggunaan spektofotometer telah
Kemampuan absorpsi optimal dilakukan dilakukan secara spesifik untuk
oleh klorofil mikroalgae laut pada perhitungan carotenoid (del Compo et al,
panjang gelombang 650-700 nm, 2000); chlorofil (Zonneveld, 1998);
direntang sinar merah; sedangkan produktivitas primer, nutrien, sedimen
carotenoid pada panjang gelombang 400- (Triyati, 1985); dan logam berat (Franco
500 nm, direntang sinar biru (Miron et al, et al, 2004; Muhaemin, 2009); namun
2002). tingkat kelayakan penggunaannya untuk
Mikroalgae laut dapat menggunakan perhitungan kepadatan sel mikroalgae
hasil fotosintesis dan mengkonversinya perlu ditinjau lebih lanjut.
untuk pertumbuhan sel ataupun populasi. Keragaman bentuk umum sel
Pertumbuhan monokultur populasi mikroalgae yang tinggi pun cenderung
mikroalgae dapat diamati dengan menjadi pertimbangan penggunaan
menghitung jumlah sel per satuan volume spektrofotomater untuk perhitungan
media kultur yang digunakan atau disebut kepadatan sel mikroalgae laut. Fahrul
sebagai kepadatan sel. Metode et al (2008) menyatakan bahwa
perhitungan kepadatan sel cenderung keragaman bentuk mikroalgae laut yang
beragam. Metode perhitungan kepadatan tinggi menjadi alasan utama besarnya
sel yang paling sering dilakukan adalah bias hasil pengukuran kepadatan sel hasil
secara manual dengan menggunakan sampling di suatu perairan. Berdasarkan
bantuan mikroskop (Ferianita et al, pertimbangan tersebut, maka analisis
2008). Walaupun metode perhitungan kepadatan sel mikroalgae laut
kepadatan tersebut sangat umum menggunakan spektrofotometer dibatasi
digunakan, namun masih mengandung hanya pada jenis-jenis mikroalgae laut
kelemahan mendasar berupa kesalahan yang memiliki bentuk dasar dominan
perhitungan kepadatan sel yang berupa bulatan (spherical) dan
disebabkan oleh kesalahan preparasi merupakan hasil budidaya monokultur.
sampel, bias optik (yang cenderung Pembatasan tersebut diharapkan dapat
menurunkan tingkat akurasi hasil menghindarkan hasil analisis
perhitungan), dan belum tersedianya spektrofotometer dari bias yang tidak
kalibrasi/standardisasi hasil perhitungan diharapkan. Dasar pertimbangan lainnya
untuk meminimalisir subjektifitas adalah keragaman senyawa pigmen
pengamat. Salah satu metode yang bisa dominan microalga dan penggunaan
digunakan sebagai alternatif pengganti panjang gelombang menjadinya sebagai
40
Neviaty P Zamani et al.
Penggunaan Spektrofotometer sebagai Pendeteksi
Kepadatan Sel Mikroalga Laut

fungsi sensitivitas spektrofotometer Alat dan Bahan Penelitian


sebagai alat pedeteksi kepadatan Alat yang digunakan dalam
mikroalga yang tepat dan akurat. penelitian antara lain Haemocytometer,
mikroskop, spektrofotometer, pH meter,
2. BAHAN DAN METODE DO meter, refraktometer, termometer,
Tempat dan Waktu Penelitian akuarium, aerasi kit, botol film, pipet
Penelitian dilaksanakan pada tetes, gelas ukur, lampu TL 36 Watt,
tanggal 2-15 Maret 2014 bertempat di lampu UV, Ozoniser, rak kultur, dan
Laboratorium Budidaya Perikanan, kertas saring. Bahan-bahan yang
Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas digunakan dalam penelitian adalah air
Pertanian, Universitas Lampung. laut steril dan pupuk Conway, alkohol,
asam sulfat, natrium hidroksida, sodium
Alat dan Bahan Penelitian arsenit, dan brucine.
Biota kultur
Biota kultur yang digunakan dalam Rancangan penelitian
penelitian adalah beberapa jenis Waktu pengambilan contoh
mikroalgae laut berupa Nannochloropsis kepadatan mikroalgae dilakukan pada
sp, Dunaliella sp, Tetraselmis sp, Nitzschia jam kultur ke- 0, 2, 4, 6, 8, 10, dan 12.
sp, dan Porphyridium sp. yang dikultur Peletakan wadah kultur dilakukan secara
pada skala laboratorium di Laboratorium acak untuk memastikan bahwa setiap unit
Budidaya Perikanan, Jurusan Budidaya sampel mendapatkan peluang yang sama
Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas memperoleh perlakuan.
Lampung.
Tahapan penelitian
Media kultur Tahap awal yang dilakukan adalah
Media yang dipergunakan dalam mempersiapkan seluruh alat dan bahan
kultur mikroalgae berbentuk cair atau yang akan digunakan dalam penelitian.
larutan yang tersusun dari senyawa- Alat dan bahan yang digunakan untuk
senyawa kimia (pupuk) yang digunakan kultur mikroalgae harus dalam keadaan
sebagai satu-satunya sumber nutrien bagi steril agar tidak terjadi kontaminasi
mikroalgae tersebut dalam satu siklus biologis yang berasal dari organisme lain
kultur. Pupuk yang akan digunakan dalam yang bisa menjadi predator atau
penelitian adalah Conway. Komposisi kompetitor; ataupun kontaminasi fisik.
pupuk Conway yang digunakan adalah Penelitian dilakukan untuk
komposisi pupuk standar (Tabel 1). memperoleh data dari masing-masing
perlakuan yang akan diteliti. Prosedur
Tabel 1. Komposisi pupuk Conway skala kultur yang dilakukan dengan menyusun
laboratorium (Muhaemin, 2011) akuarium kultur pada rak kultur secara
acak dan diberi pencahayaan lampu TL 36
watt merk Philips dengan rasio
gelap:terang=0:24. Setiap unit percobaan
berisi air laut steril bervolume 4 liter,
beraerasi kuat, diberi pupuk Conway
sebanyak 1 ml/liter, diberi bibit awal
dengan kepadatan rata-rata 15.106 sel/ml
bervolume 3 liter, dan pengamatan
kepadatan tiap biota uji dilakukan
menggunakan haemocytomater beserta
41
Neviaty P Zamani et al.
Penggunaan Spektrofotometer sebagai Pendeteksi
Kepadatan Sel Mikroalga Laut

mikroskop dan spektrofotometer dengan Hubungan antara kepadatan sel


optical density (OD) 550nm, 650 nm, dan mikroalgae dan nilai absorbansi
750 nm. spektrofotometer dianalisis
menggunakan :
Variabel yang diamati a. model persamaan regresi linier
Hubungan regresi linier dibuat Y = aX + b
dengan menggunakan diagram pencar (Supangat, 2007).
antara kepadatan sel mikroalgae dengan b. Koefisien korelasi dihitung dengan
menggunakan mikroskop dan absorbansi menggunakan koefisien korelasi (r)
spektrofotometer. Kurva regresi linier (Steel dan Torrie, 1993)
dibuat dengan memetakan titik-titik hasil
perhitungan kepadatan sel tiap jenis r=
mikroalgae dengan hasil pembacaan nilai
absorbansi pada spektrofotometer. dan koefisien deterministik (R2)
Total volume sampel yang disiapkan
sebanyak 20 ml untuk setiap pengamatan. Keterangan:
Volume sampel tersebut terdiri dari a = slope atau gradien
sampel mikroalgae dan aquabides. b = intercept
Pengenceran terhadap sampel mikroalgae c = konstanta
dilakukan dengan menambahkan n = banyaknya sampel
aquades dengan selang sampel yang X = variabel independen
digunakan adalah 0, 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, Y = variabel dependen
16, 18, dan 20 ml. Setelah diencerkan
sampel mikroalgae tersebut dimasukkan Uji lanjut dilakukan dengan
ke dalam spektrofotometer dan dicatat menggunakan uji-t pada taraf nyata 5%
nilai absorbansinya. Pengamatan nilai dengan membandingkan kombinasi
absorbansi sampel tiap jenis mikroalga semua nilai koefisien korelasi (r) pada
tersebut dilakukan pada panjang setiap jenis mikroalga. Pengujian lanjut
gelombang () 550 A, 650 A, dan 750 tersebut tidak dilakukan untuk
A. Pengamatan pada tiap panjang membandingkan nilai koefisien korelasi
gelombang diulang sebanyak 5 kali. (r) antar jenis mikroalga.
Pengamatan kepadatan pada sampel yang
sama juga dilakukan dengan menghitung 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
kepadatannya menggunakan Perubahan kepadatan sel
haemocytometer dan mikroskop. Masing- merupakan indikasi awal pertumbuhan
masing hasil perhitungan kepadatan sel fitoplankton. Kepadatan sel beberapa
pada tiap jenis mikroalgae dan nilai jenis fitoplankton laut pada beberapa
absorbansi yang didapat selanjutnya panjang gelombang spektrofotometer
dipetakan secara dua dimensi dengan disajikan pada Gambar 1. Nilai absorbansi
kurva regresi linier. dan kepadatan sel fitoplankton dapat
Pengukuran pH, dan suhu media digambarkan dalam bentuk diagram
menggunakan pH meter dan termometer. pencar sederhana dengan menganggap
Pengukuran parameter tersebut nilai absorbansi sebagai variabel
dilakukan diawal dan diakhir pengamatan independen (X) penduga kepadatan sel
selama masa kultur mikroalgae dan sebagai variabel dependen (Y). Kelinieran
digunakan sebagai data pendukung. hubungan tersebut tampak dari
2.2. Analisis Data kecenderungan pola garis lurus hasil

42
Neviaty P Zamani et al.
Penggunaan Spektrofotometer sebagai Pendeteksi
Kepadatan Sel Mikroalga Laut

interpolasi yang terbentuk sebagai hasil diukur dengan menggunakan


diagram pencar antara nilai absorbansi spektrofotometer cenderung
dan kepadatan sel. Perubahan nilai menunjukkan nilai absorbansi yang
absorbansi dapat digunakan untuk berbeda. Perbedaan tersebut
memprediksi pertambahan kepadatan sel diindikasikan merupakan sinergi fungsi
fitoplankton sesuai dengan fungsi linier keragaman jenis dan
yang terbentuk. Kepadatan sel yang
panjang gelombang berbeda, fungsi keragaman jenis
spektrofotometer yang digunakan. diindikasikan dengan mengamati
Gambar 1 menjelaskan pengaruh perbedaaan kelandaian (gradien) garis
keragaman jenis fitoplankton terhadap yang terbentuk dari hasil interpolasi nilai
nilai absorbansi. Pada panjang gelombang absorbansi kepadatan sel fitoplankton.
() yang sama dan jenis fitoplankton yang

Gambar 1. Diagram pencar kepadatan sel (x 106) berdasarkan hasil pengukuran


spektrofotometer (absorbansi, ) pada panjang gelombang yang berbeda (550, 650,
dan 750 nm). Baris ke-1 Nannochloropsis sp, baris ke-2 Dunaliella sp, baris ke-3
Nitzchia.

Pelandaian suatu garis, gradien garis yang terbentuk; atau makin


menunjukkan makin makin kecilnya nilai menegak suatu garis maka makin besar
43
Neviaty P Zamani et al.
Penggunaan Spektrofotometer sebagai Pendeteksi
Kepadatan Sel Mikroalga Laut

nilai gradien garis yang terbentuk. Fungsi Kisaran nilai koefisien korelasi adalah -1<
keragaman jenis tersebut diduga r <1. Makin mendekati 1, maka hubungan
berkaitan erat dengan diameter sel sampel antara kedua variabel makin erat dan
yang digunakan. Makin besar diameter sel berkorelasi positif atau bersesuaian (X
maka peluang untuk mengabsorpsi dan membesar, maka Y membesar). Makin
atau memendarkan cahaya makin besar. mendekati -1, maka hubungan antara
Gambar 1 menggambarkan pula kedua variabel makin erat namun
bahwa respon spektral merupakan fungsi berkorelasi negatif atau berkebalikan (X
panjang gelombang () yang digunakan. membesar, maka Y mengecil). Makin
Pada panjang gelombang () yang berbeda mendekati 0, maka hubungan antara
dan jenis fitoplankton yang sama, nilai kedua variabel makin melemah atau
absorbansi menunjukkan kecenderungan bahkan cenderung tidak berkorelasi
adanya perbedaan. Proses pelandaian positif. Koefisien deterministik (R2) dapat
garis hasil interpolasi dapat digunakan untuk memprediksi kesesuaian
menindikasikan hal tersebut. Penambahan penggunaan model dugaan yang
panjang gelombang () akan cenderung digunakan terhadap variasi data yang
menyebabkan penegakan atau pelandaian tersedia. Kisaran nilai koefisien
garis hasil interpolasi tersebut. deterministik adalah 0<R2<1. Makin
Somathilake and Wedagedera (2012) mendekati 1, maka model yang digunakan
menyatakan bahwa respon spektral makin sesuai untuk menjelaskan
fitoplankton secara spesifik dapat keragaman data. Makin mendekati 0, maka
menggambarkan tingkat kesesuaian model dugaan tersebut makin tidak sesuai
penggunaan panjang gelombang () untuk menggambarkan keragaman data.
tertentu. Pelandaian garis hasil interpolasi Kecenderungan perubahan nilai
menunjukkan bahwa hubungan linier yang kepadatan pada setiap perubahan nilai
terbentuk cenderung melemah karena absorbansi dapat digambarkan dengan
perubahan kepadatan sel tidak sebesar menganalisis nilai intersep dan gradien
perubahan nilai absorbansi. Penegakan garis pada model linier sederhana yang
garis interpolasi menunjukkan bahwa terbentuk. Tabel 2 menggambarkan secara
hubungan linier yang terbentuk cenderung detail nilai gradien garis, intersep,
menguat karena perubahan kepadatan sel koefisien korelasi (r), deterministik (R2),
lebih besar dibandingkan perubahan pada dan intersep hasil interpolasi data
nilai absorbansinya. Lebih lanjut Cervino kepadatan sel dan absorbansi
et al (2003) menyatakan bahwa proses spektrofotometer.
penegakan garis hasil interpolasi tersebut Tabel 2 menggambarkan bahwa
bisa saja disebabkan oleh ketidaksesuaian kisaran nilai gradien garis adalah 2.107-
karakteristik spektral alat yang digunakan 7.107. Walaupun nilai gradien garis
untuk mengukur sampel. bervariasi, namun masih menunjukkan
Secara umum Steel and Torrie nilai positif. Hal tersebut mengindikasikan
(1993) menyatakan bahwa hubungan dua bahwa setiap perubahan pada nilai
variabel (dependen dan independen) absorbansi akan direspon dengan
dapat dinyatakan dengan menganalisis kecenderungan perubahan kepadatan sel
koefisien korelasi (r) dan koefisien yang bersesuaian. Sedangkan nilai
deterministik (R2), dan gradien garis intersep dapat dinyatakan sebagai nilai
beserta intersepnya. Koefisien korelasi (r) koreksi ataupun bias data kepadatan
dapat digunakan untuk menggambarkan terhadap nilai absorbansi yang terukur.
keeratan hubungan variabel tersebut. Nilai koefisien deterministik (R2)
bervariasi pada selang 0, 904 0,985 atau
44
Neviaty P Zamani et al.
Penggunaan Spektrofotometer sebagai Pendeteksi
Kepadatan Sel Mikroalga Laut

secara umum berada diatas 0,900 dan representatif untuk menggambarkan


mendekati 1. Nilai koefisien deterministik variasi data kedua variable yang
(R2) yang tinggi tersebut menggambarkan digunakan.
bahwa model linier yang digunakan dinilai
Walaupun masih dijumpai sejumlah () 650 nm. Sehingga dapat diduga bahwa
keragaman yang belum dapat dijelaskan pengukuran kepadatan sel secara lebih
secara lebih baik oleh model linier yang baik dapat dilakukan dengan
digunakan. Nilai koefisien deterministik menggunakan panjang gelombang ()
(R2) tertinggi dijumpai pada semua sepktrofotometer 650 nm.
pengamatan kepadatan sel fitoplankton
dengan menggunakan panjang gelombang

Tabel 2. Nilai gradien, intersep, koefisien deterministik (R2), dan korelasi (r). Huruf
kecil superscrip yang berbeda pada nilai koefisien korelasi (r) menunjukkan
hasil uji lanjut yang berbeda nyata.
Jenis Mikroalga OD Model Linier R2 r
Nannochloropsis sp. = 550 Y = 6.107X - 63115 0,904 0,951a
= 650 Y = 6.107X - 1.106 0,930 0,964b
= 750 Y = 7.107X - 1.106 0,924 0,961b
Dunaliella sp. = 550 Y = 2.10 X - 37880
7 0,951 0,975a
= 650 Y = 2.107X - 23706 0,983 0,991b
= 750 Y = 2.10 X - 27607
7 0,962 0,981c
Nitzschia sp. = 550 Y = 2.107X - 42803 0,983 0,991a
= 650 Y = 2.10 X - 58900
7 0,985 0,992a
= 750 Y = 3.107X - 49103 0,982 0,991a

Nilai koefisien korelasi (r) berada 4. KESIMPULAN


pada kisaran 0,951- 0,992 atau secara Model linier sederhana dapat
umum bernilai positif dan mendekati 1. menggambarkan keeratan hubungan
Hal tersebut menunjukkan bahwa antara kepadatan sel dan nilai absorbansi
tingginya keeratan hubungan antar merupakan fungsi sinergis keragaman
variabel kepadatan sel dan nilai jenis dan panjang gelombang
absorbansi. Perubahan nilai absorbansi spektrofotometer yang digunakan;
per satuan pengukuran akan direspon Spektrofotometer dengan Optical
positif dengan perubahan kepadatan sel Density (OD) 650 nm dapat digunakan
per satuan pengukuran yang digunakan. sebagai perangkat praktis penduga
Nilai koefisien korelasi (r) tertinggi kepadatan sel pada fitoplankton laut
dijumpai pada semua pengamatan berbentuk bulat pejal (spherical).
kepadatan sel fitoplankton dengan
menggunakan panjang gelombang () 650 DAFTAR PUSTAKA
nm. Sehingga dapat diduga bahwa
keeratan hubungan antara kepadatan sel Ajah P. 2010. Mass culture of Rotifera
dan nilai absorbansi secara lebih baik (Brachionus quadridentatus
dapat digambarkan dengan menggunakan [Hermann, 1783]) using three
panjang gelombang () sepktrofotometer different algal species. African
650 nm. Journal of Food Science. 4(3):80-85.

45
Neviaty P Zamani et al.
Penggunaan Spektrofotometer sebagai Pendeteksi
Kepadatan Sel Mikroalga Laut

Allen G. 1981. Laboratory Techniques in Hu H, Gao K. 2006. Response of growth


Biochemistry and Molecular Biology. and fatty acid compositions of
New York: Elsevier/North-Holland Nannochloropsis sp. to
Biomedical Press. environmental factors under
Barsanti L, Gualtieri P. 2006. Algae: elevated CO2 concentration.
Anatomy, Biochemistry, and Biotechnol Lett. 28:987992.
Biotechnology. United States of Hudaidah S, Muhaemin M, Agustina T.
America: CRC Press. 301 hal. 2013. Strategy of Nannochloropsis
Borowitzka GA, Borowtzka LJ. 1988. against environment starvation:
Microalgal Biotechnology. New York: population density and crude lipid
Cambridge Univ. Press. contents. Maspari Journal: Marine
Cervino JM, Hayes RL, Honovich M, Goreau Science Research. 5(2):64-68.
TJ, Jones S, Rubec PJ. 2003. Changes Lavens P, Sorgeloos P. 1996. Manual On
in zooxanthellae density, The Production and Use of Live Food
morphology, and mitotic index in for Aquaculture. Belgium: FAO
hermatypic corals and anemones Fisheries Technical Paper.
exposed to cyanide. Mar Poll Bull. Mirn AS, Garca MC, Camacho FG, Grima
46:573-586. EM, Chisti Y. 2002. Growth and
Del Campo JA, Jose M, Herminia R, Vargas biochemical characterization of
MA, Joaqun R, Guerrero MG. 2000. microalgal biomass produced in
Carotenoid content of chlorophycean bubble column and airlift
microalgae: factors determining photobioreactors: studies in fed-
lutein accumulation in Muriellopsis batch culture. Enzyme and Microbial
sp. (Chlorophyta). Journal of Technology. 31:10151023.
Biotechnology. 76:5159. Muhaemin, M. 2009. Cadmium peptides
Dhert P, Rombaut G, Suantika G, Sorgeloos complexes in Dunaliella salina cells.
P. 2001. Advancement of rotifer Journal of Coastal Development.
culture and manipulation techniques 13(1): 56-60.
in Europe. Aquaculture. 200:129 Muhaemin M. 2010. Biomass nutrient
146. profiles of marine microalgae
Fachrul MF, Ediyono SH, Wulandari M. Dunaliella salina. Jurnal Penelitian
2008. Komposisi dan Model Sains. 13(3):64-67.
Kemelimpahan Fitoplankton di Muhaemin M. 2011. Lipid production of
Perairan Sungai Ciliwung, Jakarta. Nanochloropsys under environment
Biodiversitas. 4:296-300. stress. Jurnal Penelitian Sains.
Franco LO, Maia RCC, Porto ALF, Messias S, 14(3):61-62.
Fukushima K, Takaki GMC. 2004. Muhaemin M. 2011. Dynamic response of
Heavy metal biosorption by chitin ultra violet absorbing in Dunaliella
and chitosan isolated from sp. Maspari Journal: Marine Science
Cunninghamella elegans (IFM Research. 3(2):20-23.
46109). Brazillian Journal of Resmawati MB, Masithah ED, Sulmartiwi
Microbiology. 35:243-247. L. 2012. Pengaruh pemberian pupuk
Goh LP, Loh SP, Fatimah MY, Perumal K. cair limbah ikan Lemuru (Sardinella
2009. Bioaccessibility of carotenoids sp.) terhadap kepadatan populasi
and tocopherols in marine Spirulina platensis. Journal of Marine
microalgae, Nannochloropsis sp. and and Coastal Science. 1(1):2233.
Chaetoceros sp. Malaysian Journal of Sari IP, Manan A. 2012. Pola pertumbuhan
Nutrition. 15(1):77-86. Nannochloropsis oculata pada kultur
46
Neviaty P Zamani et al.
Penggunaan Spektrofotometer sebagai Pendeteksi
Kepadatan Sel Mikroalga Laut

skala laboratorium, intermediet, dan


masal. Jurnal Ilmiah Perikanan dan
Kelautan. 4(2):123-127.
Somathilake LW, Wedagedera JR. 2012. On
the stability of a mathematical model
for coral growth in a tank. British
Journal of mathematics & computer
science. 2(4):255-280.
Steel RGD, Torrie JH. 1993. Prinsip dan
Prosedur Statistika: Suatu
Pendekatan Biometrik. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Supangat A. 2007. Statistika. Jakarta:
Prenada Media Group. Hal 334-350.
Triyati E. 1985. Spektrofotometer ultra-
violet dan sinar tampak serta
aplikasinya dalam oseanologi.
Oseana. 10(1): 39-47
Yanuaris LM, Kusdarwati R, Kismiyati.
2012. Pengaruh fermentasi
Actinobacillus sp. pada kotoran sapi
sebagai pupuk terhadap
pertumbuhan Nannochloropsis sp.
Jurnal Ilmiah Perikanan dan
Kelautan. 4(1):21-26.
Zoneveld C. 1998. Light-limited microalgal
growth: a comparison of modelling
approaches. Ecological Modelling.
113:4154.

47
Neviaty P Zamani et al.
Penggunaan Spektrofotometer sebagai Pendeteksi
Kepadatan Sel Mikroalga Laut

48

Anda mungkin juga menyukai