Anda di halaman 1dari 7

TUGAS TERSTRUKTUR

MATA KULIAH : LABORATORIUM KESEHATAN LINGKUNGAN


“PEMERIKSAAN PARAMETER MAKANAN: MIKROPLASTIK”

Dosen Pengampu :
Tri Marthy Mulyasari, SST, M.KL

Oleh :
Ulfah Faoziah
P1337433220074
Alih Jenjang D-IV Sanitasi Lingkungan

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN PURWOKERTO
PROGRAM STUDI SANITASI LINGKUNGAN PROGRAM DIPLOMA IV
TAHUN 2021
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM LABORATORIUM KESEHATAN LINGKUNGAN

Pertemuan : 10
ke-
Materi : Pemeriksaan Parameter Mikroplastik pada Sampel Makanan Ikan Laut
Tujuan : Mahasiswa mampu melakukan praktik pemeriksaan parameter kimia
mikroplastik sampel makanan ikan laut

A. Dasar Teori
Mikroplastik merupakan jenis sampah plastik yang berukuran lebih kecil dari 5 mm
dan dikelompokkan menjadi 2 jenis yaitu mikroplastik primer dan sekunder. Mikroplastik
primer diartikan sebagai mikro partikel yang sengaja diproduksi seperti untuk kebutuhan
kosmetik atau serat pakaian sintetis, sedangkan mikroplastik sekunder merupakan hasil
fragmentasi atau perubahan menjadi ukuran lebih kecil secara fisik tetapi molekulnya
tetap sama berupa polimer (Ekosafitri et al., 2015).
Mikroplastik terdapat bermacam-macam jenis dan bentuk, bervariasi termasuk
dalam hal ukuran, bentuk, warna, komposisi, massa jenis, dan sifat-sifat lainnya (Browne,
2015). Mikroplastik berada di laut melalui beberapa cara:
1. Fragmentasi plastik di laut
2. Mikroplastik langsung sampai ke laut
3. Mikroplastik yang secara tidak sengaja hilang dalam proses pengolahannya
4. Hasil pengolahan limbah yang dibuang ke lingkungan (Kershaw, 2015).
Mikroplastik yang masuk ke dalam perairan akan masuk ke dalam badan air dan
akhirnya akan mengendap di sedimen (Wright et al., 2013). Mikroplastik lebih banyak
ditemukan pada sedimen daripada di habitat muara atau pantai berpasir, pantai dan
habitatnya bersifat dinamis sehingga dapat terjadi erosi sedimen yang menyebabkan
partikel plastik mengalami pertambahan densitas. Mikroplastik yang mengendap di
sedimen dan terjadi secara terus-menerus akan menimbulkan akumulasi mikroplastik
pada lapisan sedimen yang lebih dalam. Sifat mikroplastik tersebut dapat mengalami
perubahan seperti densitasnya, yang disebabkan oleh paparan cahaya matahari yang
berkepanjangan di laut, pelapukan, dan biofouling (Hidalgo-Ruz et al., 2012).
Dampak bahaya yang ditimbulkan dari kandungan mikroplastik pada sedimen
adalah mengenai terganggunya ekologi perairan baik biotik maupun abiotik pada
ekosistem. Mikroplastik diperkirakan dapat lebih menyerap kontaminan pada suatu lokasi
yang terdapat konsentrasi pencemaran yang lebih tinggi dan waktu tinggal partikel yang
lebih lama, serta penyimpanan potensial dalam sedimen (Wright et al., 2013).
Mikroplastik memiliki kemampuan menyerap senyawa hidrofobik yang beracun dari
lingkungan (Cole et al., 2011). Sifatnya yang karsinogenik dan dapat mengganggu sistem
saluran kelenjar endokrin pada suatu biota (Rochman et al., 2015). Hal ini dikhawatirkan
akan berdampak buruk pada kondisi biota yang mengkonsumsi mikroplastik yang
terakumulasi pada sedimen di perairan sehingga dapat menyebabkan kerusakan baik fisik
maupun kimia pada organ internal dan mengganggu sistem saluran pencernaan (Ryan et
al., 2009).

B. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Cawan petri
b. Timbangan
c. Erlenmeyer
d. Beaker glass
e. Corong gelas
f. Gelas ukur
g. Pinset
h. Spatula
i. Saringan dengan pori 5 mm
j. Mikroskop
k. Penjepit
l. Kertas filter dengan ukuran 0.1 mikron
m. Aluminium foil
n. Oven
o. Inkubator
2. Bahan
a. Sampel makanan ikan laut
b. H2O2
c. KOH 10%

C. Prosedur Kerja
1. Timbang sampel sebanyak 50 gram yang telah diletakkan di cawan petri
2. Masukkan sampel ke dalam erlenmeyer menggunakan pinset
3. Tuang 150 ml KOH 10% dari gelas ukur ke cawan petri yang berisi sampel 50 gram
ikan laut
4. Tutup erlenmeyer yang berisi sampel dengan menggunakan aluminium foil
5. Lakukan inkubasi selama 1x24 jam dengan suhu 60oC di dalam inkubator
6. Setelah diinkubasi, saring sampel dengan menggunakan saringan pori 5 mm ke dalam
beaker glass untuk memisahkan tulang ikan
7. Saring sampel kembali dengan menggunakan kertas filter ukuran 0.1 mikron dan
corong gelas ke dalam erlenmeyer (kertas filter dijepit dengan penjepit)
8. Ambil kertas filter dari corong menggunakan pinset dan letakkan dalam cawan petri
yang telah diberi aluminium foil
9. Masukkan cawan petri yang telah berisi kertas filter tersebut ke dalam oven (suhu
kondisional sesuai kadar air kertas filter) selama 1x24 jam hingga kertas filter kering
dan siap diamati di bawah mikroskop
10. Amati kertas filter di bawah mikroskop (bentuk mikroplastik fragmen; film; fiber;
dan lain-lain) pada perbesaran 100 kali atau sesuai dengan kebutuhan

D. Hasil
Kami telah melaksanakan praktikum secara daring untuk pemeriksaan
mikroplastik pada sampel makanan ikan laut di ruang laboratorium kimia Kampus VII
Poltekkes Kemenkes Semarang. Mikroplastik yang ditemukan dapat berbentuk
fragmen, film, dan fiber.
E. Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, larutan H2O2 tidak digunakan karena,
larutan tersebut hanya digunakan ketika sampel tidak mau hancur setalah adanya
penambahan larutan KOH 10%.
Mikroplastik belum memiliki peraturan baku yang mengatur batas cemaran yang
diperbolehkan pada makanan, namun kadar mikroplastik dapat diketahui melalui rumus:

Kelimpahan =

Sumber : (Yudhantari, Hendrawan, dan Ria Puspita, 2019) dan (Maudy, Yunanto, dan
Yona, 2019)
Jumlah partikel mikroplastik ini dapat diketahui melalui pengamatan di bawah
mikroskop. Mikroplastik yang ada biasanya berbentuk fragmen, film, dan fiber.
1. Fragmen

Jenis mikroplastik fragmen memiliki ciri ciri bentuk berupa pecahan plastik,
tidak seperti jenis mikroplastik film yang berbentuk lembaran dan jenis mikropkastik
fiber yang berbentuk serabut (Septian, 2014). Proses degradasi plastik disebabkan
oleh radiasi sinar UV yang memicu degradasi oksidatif pada polimer. Selama berada
tahap degradasi, sampah plastik memiliki ciri - ciri seperti discolour, menjadi lebih
lunak dan mudah hancur dengan berjalannya waktu. Pengaruh mekanis lainnya yaitu
angin, gelombang laut, gigitan hewan dan aktivitas manusia yang dapat
menghancurkan bentuk plastik ke dalam bentuk fragmen-fragmen (Kershaw, 2015).
2. Film

Jenis mikroplastik film memiliki ciri ciri yaitu berbentuk seperti lembaran atau
pecahan plastik (Septian, 2014). Film merupakan polimer plastik sekunder yang
berasal dari fragmentasi kantong plastik atau plastik kemasan dan memiliki densistas
rendah (Septian, 2014).
3. Fiber
Jenis mikroplastik fiber biasa ditemukan di daerah pingir pantai, karena sampah
mikroplastik ini bersal dari pemukiman penduduk yang memiliki pekerjaan sebagai
nelayan (Nur dan Obbard, 2014). Mikroplastik fiber memiliki ciri ciri yang
menyerupai serabut atau jaring nelayan dan apabila terkena lampu ultraviolet akan
berwarna biru.

F. Kesimpulan
1. Kesimpulan
Jumlah partikel mikroplastik dapat diketahui pengamatan di bawah mikroskop.
Bentuk mikroplastik biasanya dapat berupa fragmen, film, dan fiber. Kemudian
untuk jumlah kelimpahan mikroplastik dapat dihitung melalui rumus jumlah
partikel mikroplastik dibagi dengan jumlah ikan/ kerang/sesuai yang diperiksa
(sampel dalam gram). Mikroplastik belum memiliki peraturan baku batas cemaran
mikroplastik yang diperbolehkan dalam makanan.
2. Saran
a. Untuk praktikum selanjutnya agar menggunakan alat dan metode yang lain
untuk menentukan kelimpahan mikroplastik pada makanan.
b. Sebaiknya, dalam melakukan pemeriksaan mikroplastik dilakukan lebih hati-
hati oleh praktikan, serta selalu mengikuti SOP laboratorium yang berlaku.
c. Sebaiknya, laboran dan praktikan harus selalu memperhatikan kevalidan
senstifitas alat agar hasil pengukuran yang didapatkan benar-benar akurat.

Anda mungkin juga menyukai