Anda di halaman 1dari 6

LEMBAR KERJA PRAKTIKUM

NAMA MAHASISWA : 1. THAHARAH OCTY WINAHYU


2. BIMA SAKTI PAMUNGKAS
3. JORDAN NANDA PRADANA
4. AFRIDA NUR TIFANI
5. ULFAH FAOZIAH

SEMESTER : I (SATU) – REGULER B

MATA KULIAH : TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL

WAKTU DAN LOKASI : 21 NOVEMBER 2017 – LABORATORIUM K3 KAMPUS


7 POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

A. MATERI PRAKTIKUM

1 JEIS PRAKTIKUM : Pengambilan Sampel Makanan

2 TUJUAN : Mahasiswa mampu memahami dan mepraktikkan


pengambilan sampel makanan yang telah ditentukan
sesuai dengan prosedur yang telah diajarkan.
3 METODE : -

B. DASAR TEORI
Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik
yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau
minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku
pangan dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan
atau pembuatan makanan atau minuman. Dalam bahan pangan, tentu saja belum
sepenuhnya steril dan masih dimungkinkan terdapat suatu koloni bakteri, oleh sebab
itu perlu dilakukan pengujian bahan makanan (Jutono, 1980).
Pengambilan dan penangan sampel bakteri dilakukan dengan botol niskin,
botol sampel, ice box. Peralatan yang digunakan untuk analis mikrobiologis antara
lain inkubator, autoklaf, mikroskop, colony counter, lampu bunsen, cawan petri,
tabung reaksi, dan jarum ose (Fardiaz, 1992).
Menurut Fardiaz (1992), metode yang dapat digunakan untuk menghitung
jumlah mikrobia di dalam bahan pangan adalah metode hitungan cawan. Prinsip dari
metode hitungan cawan adalah jika sel yang masih hidup ditumbuhkan pada medium
agar, maka sel tersebut akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat
dilihat langsung dan dihitung dengan mata tanpa menggunakan mikroskop. Metode
hitung cawan dapat dibedakan atas dua cara, yaitu metode tuang dan metode
permukaan. Pada metode tuang, jumlah sampel (1 ml atau 0,1 ml) dari pengenceran
yang dikehendaki dimasukkan ke dalam cawan petri, kemudian digoyangkan supaya
sampel tersebar merata. Pada metode permukaan, agar-agar steril dituangkan ke
dalam cawan petri setelah membeku sebanyak 0,1 ml, contoh yang telah diencerkan
diinokulasikan pada permukaan agaragar dan diratakan dengan batang gelas
melengkung (hockey stik) steril.
Perhitungan jumlah koloni dilakukan dengan hitungan cawan (Total Plate
Counts) berdasarkan pertumbuhan dapat dilihat langsung tanpa mikroskop (Fardiaz,
1992). Menurut Jutono (1980), tidak semua jumlah bakteri dapat dihitung. Ada
beberapa syarat perhitungan yang harus dipenuhi, yaitu :
1. Jumlah koloni tiap petridish antara 30-300 koloni, jika memang tidak ada yang
memenuhi syarat dipilih yang jumlahnya mendekati 300.
2. Tidak ada koloni yang menutup lebih besar dari setengah luas petridish, koloni
tersebut dikenal sebagai spreader.
3. Perbandingan jumlah bakteri dari hasil pengenceran yang bertururt-turut antara
pengenceran yang lebih besar dengan pengenceran sebelumnya, jika sama atau
lebih kecil dari 2 hasilnya dirata-rata, tetapi jika lebih besar dari 2 yang dipakai
jumlah mikrobia dari hasil pengenceran sebelumnya.
4. Jika dengan ulangan setelah memenuhi syarat hasilnya dirata-rata. Dalam
perhitungan jumlah mikroorganisme ini seringkali digunakan pengenceran. Pada
pengenceran dengan menggunakan botol cairan terlebih dahulu dikocok dengan
baik sehingga kelompok sel dapat terpisah. Pengenceran sel dapat membantu
untuk memperoleh perhitungan jumlah mikroorganisme yang benar. Namun
pengenceran yang terlalu tinggi akan menghasilkan lempengan agar dengan
jumlah koloni yang umumnya relatif rendah.
5. Pengenceran dilakukan agar setelah inkubasi, koloni yang terbentuk pada cawan
tersebut dalam jumlah yang dapat dihitung. Dimana jumlah terbaik adalah antara
30 sampai 300 sel mikrobia per ml, per gr, atau per cm permukaan (Fardiaz,
1992).
Prinsip pengenceran adalah menurunkan jumlah sehingga semakin banyak
jumlah pengenceran yang dilakukan, makin sedikit sedikit jumlah mikrobia, dimana
suatu saat didapat hanya satu mikrobia pada satu tabung. Inkubasi dilakukan selama
2 x 24 jam karena jumlah mikrobia maksimal yang dapat dihitung, optimal setelah
masa tersebut yaitu akhir inkubasi. Selama masa inkubasi, sel yang masih hidup akan
membentuk koloni yang dapat dilihat langsung oleh mata (Waluyo, 2004).
Hasil perhitungan dinyatakan dalam ALT (Angka Lempeng Tunggal)
(Djide,2005). Hasil yang didapat sebagai angka lempeng total harus mengikuti
aturan-aturan sebagai berikut :
1. Angka yang ditulis hanya dua angka, yaitu angka pertama di depan koma dan
angka kedua di belakang koma. Jika angka ketiga ≥ 5, maka dibulatkan menjadi
satu angka lebih tinggi dari angka kedua.
2. Apabila setelah pembulatan tersebut menyebabkan perubahan pada angka
pertama maka angka tingkat pengenceran dinaikkan menjadi satu angka lebih
tinggi daripada angka sebelumnya. Misalnya 1,95x103 diubah menjadi 2,0x 104.
3. Jika semua tingkat pengenceran menghasilkan angka kurang dari 30 koloni pada
semua cawan petri, maka hanya jumlah koloni bakteri pada tingkat pengenceran
terendah yang dihitung. Hasilnya dilaporkan sebagai kurang dari 3,0 dikalikan
tibgkat pengenceran tetapi jumlah yang sebenarnya harus dicantumkan dalam
tanda kurung.
4. Jika semua tingkat pengenceran menghasilkan jumlah lebih dari 300 koloni pada
semua cawan petri, maka hanya jumlah koloni bakteri pada tingkat pengenceran
tertinggi yang dihitung, misalnya dengan cara menghitung jumlah koloni pada
seperempat bagian cawan petri, kemudian hasilnya dikalikan 4. Hasil
perhitungan dilaporkan sebagai lebih dari 300 dikalikan dengan tingkat
pengenceran tetapi jumlah sebenarnya harus dicantumkan dalam tanda kurung.
5. Jika terdapat 2 tingkat pengenceran yang menghasilkan jumlah antara 30 dan 300
koloni dan perbandingan antara hasil tertinggi dan terendah dari kedua tingkat
pengenceran terendah ≤ 2, maka harus ditentukan rerata dari kedua nilai tersebut
dengan memeperhitungkan tingkat pengencerannya. Jika perbadingan anatara
hasil tertinggi dan terendah > 2, maka yang dilaporkan hanya hasil terkecil.

C. ALAT DAN BAHAN


Alat :
1. Ice Box
2. Ice Pack
3. Wadah alat (botol atau kantong plastik yang steril)
4. Sterilized dan cleaned glove
5. Sterilized spoon
6. Pisau potong steril
7. Lampu spirtus
8. Formulir isian
9. Catatan pengambil sampel
10. Spidol
Bahan :
1. Label
2. Alkohol 70%
3. Sampel makanan

D. CARA KERJA
1. Menyeterilkan semua alat untuk pengambilan sampel makanan.
2. Mengenakan sarung tangan steril atau membasuh tangan dengan alkohol 70%.
3. Mengambil sampel makanan 100-250 gram (padat) dengan pisau atau sendok steril
dengan memanaskan di atas lampu spirtus. Jika sampel cair, maka ambil sekitar
100-250 ml.
4. Memberi label pada sampel (jenis sampel, jenis lokasi, jenis pemeriksaan, jenis
parameter, waktu pengambilan, nama pengambil, paraf pengambil).
5. Memasukkannya ke dalam ice box.
6. Segera mengirimkan sampel ke laboratorium untuk diperiksa.

E. HASIL PRAKTIKUM
1. Hasil dari pengambilan sampel minuman

2. Hasil dari pengambilan sampel makanan


F. KESIMPULAN
Kami telah melakukan praktik pengambilan sampel makanan dan minuman parameter
mikrobiologis dan kimia.

Anda mungkin juga menyukai