Anda di halaman 1dari 64

ANGKA LEMPENG TOTAL / TOTAL PLATE COUNT

A. Definisi Angka Lempeng Total

Angka lempeng total adalah angka yang menunjukkan jumlah bakteri mesofil dalam tiap-tiap 1
ml atau 1 gram sampel makanan yang diperiksa. Prinsip dari ALT adalah menghitung
pertumbuhan koloni bakteri aerob mesofil setelah sampel makanan ditanam pada lempeng media
yang sesuai dengan cara tuang kemudian dieramkan selama 24- 48 jam pada suhu 35-37°C.

Uji angka lempeng total merupakan metode yang umum digunakan untuk menghitung adanya
bakteri yang terhadap dalam sediaan yang diperiksa.

Metode penentuan angka lempeng total ini digunakan untuk menentukan jumlah total
mikroorganisma aerob dan anaerob (psikrofilik, mesofilik dan termofilik) .

a. Psikofilik adalah kelompok mikroorganisme yang hidup pada suhu kurang dari 20°C,

b. Mesofilik adalah kelompok mikroorganisme yang hidup pada suhu 20 °C-40°C

c. Termofilik adalah kelompok mikroorganisme yang hidup pada suhu lebih besar dari 40°C.

Angka lempeng total aerob adalah jumlah mikroorganisma hidup yang membutuhkan oksigen
yang terdapat dalam suatu produk yang diuji. Pertumbuhan
mikroorganisme aerob dananaerob (psikrofilik, mesofilik dan termofilik) setelah contoh
diinkubasikan dalam media agar pada suhu 35°C ± 1°C selama 24 jam 48 jam ± 1 jam
mikroorganisme ditumbuhkan pada suatu media agar, maka mikroorganisma tersebut akan
tumbuh dan berkembang biak dengan membentuk koloni yang dapat langsung dihitung.

Populasi bakteri dihitung dengan cara mengencerkan sampel atau bahan uji, dilanjutkan dengan
melakukan inokulasi semua hasil pengenceran didalam media pelat. Jumlah koloni yang dapat
tumbuh pada pelat dihitung secara manual dengan bantuan “Colony Counter”. Jumlah koloni
yang memenuhi ketentuan perhitungan adalah 25-30 sampai 250-300 koloni pada media pelat.

Artinya: Bila percobaan menunjukan data terdapat populasi 20 koloni pada pelat hasil
pengenceran ke-4 dan 200 koloni pada pengenceran ke-3, maka kesimpulannya adalah bahan uji
mengandung = 200 x 10³ = 200.000 koloni bakter / mL atau perhitungan berdasarkan pada
koloni yang tumbuh pada hasil pengenceran ke-3.

Metode ini dapat dianggap yang paling sensitive kerena sel hidup yang dapat terhitung, beberapa
jenis mikroorganisme dapat dihitung sekaligus dan dapat digunakan utuk isolasi dan identifikasi
karena koloni yang terbentuk mungkin berasal dari satu sel induk.

Uji angka lempeng total dapat dilakukan dengan dua teknik, yaitu teknik cawan tuang (pour
plate) dan teknik sebaran (spread plate). Pada prinsipnya dilakukan pengenceran terhadap
sediaan yang diperiksa kemudian dilakukan penanaman pada media lempeng agar. Jumlah koloni
bakteri yang tumbuh pada lempeng agar dihitung setelah inkubasi pada suhu dan waktu yang
sesuai. Perhitungan dilakukan terhadap petri dengan jumlah koloni bakteri antara 30-300. Angka
lempeng total dinyatakan sebagai jumlah koloni bakteri hasil perhitungan dikalikan faktor
pengenceran.

Jika sel jasad renik yang masih hidup ditumbuhkan pada medium agar, maka sel jasad renik
tersebut akan berkembang biak membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dan dapat
dihitung dengan menggunakan mata tanpa mikroskop. Metoda hitungan cawan merupakan cara
yang paling sensitive untuk menentukan jumlah jaasad renik karena beberapa hal yaitu :

1. Hanya sel yang masih hidup yang dapat dihitung.

2. Beberapa jenis jasad renik dapat dihitung satu kali.

3. Dapat digunakan untuk isolasi dan identitas jasad renik karena koloni yang terbentuk
mungkin berasal dari jasad renik yang menetap menampakkan pertumbuhan yang spesifik.

B. Perhitungan Angka Kuman

Menghitung atau menentukan banyaknya mikroba dalam suatu bahan (makanan,


minuman, dan lain-lain) dilakukan untuk mengetahui sampai seberapa jauh bahan itu tercemar
oleh mikroba. Dengan mengetahui jumlah mikroba, maka dapat diketahui kualitas mikrobiologi
dari bahan tersebut. Bahan yang dapat dikatakan baik jika jumlah mikroba yang terkandung
dalam bahan tersebut masih di bawah jumlah standar yang ditentukan oleh suatu lambaga.
Kandungan mikroba pada suatu bahan juga sangat menentukan tingkat kerusakannya, serta dapat
ditentukan oleh tingkat kelayakan untuk dikonsumsi.

C. Persyaratan Perhitungan Angka Lempeng Total

Adanya jumlah angka lempeng total yang ditemukan pada suatu sampel dapat dijadikan acuan
bahwa sampel tersebut masih layak untuk dikonsumsi atau tidak. Adapun untuk batas
persyaratan perhitungan dari angka lempeng total adalah :

1. Mikroba yang dapat dihitung 30-300 koloni

2. <30 koloni, dianggap cemaran

3. >300 koloni, spreader atau tak terhingga sehingga tak dapat dihitung

4. Jumlah bakteri adalah jumlah koloni x factor pengenceran

5. Perbandingan jumlah bakteri dari pengenceran berturut-turut antara pengenceran yang


akhir dengan pengenceran yang sebelumnya

6. Jika sama atau kurang dari 2 maka hasilnya dirata-rata

7. Jika lebih dari 2 digunakan pengenceran sebelumnya.

D. Cara Perhitungan Angka Lempeng Total

Dari semua cawan petri yang telah diinkubasi, dipilih cawan petri dari satu pengenceran yang
menunjukkan jumlah koloni antara 30-300. Apabila terdapat lebih dari satu cawan petri yang
menunjukkan pertumbuhan koloni antara 30-300 maka digunakan 2 pengenceran. Jumlah koloni
rata-rata dari kedua cawan tersebut dihitung lalu dikalikan dengan factor pengencerannya.

Hasil menyatakan sebagai angka lempeng total dlam tiap gram contoh. Untuk beberapa
kemungkinan lain yang berbeda dari pertnyataan diatas, maka petunjuk sebagai berikut :

1. Bila satu diantara petri dari pengenceran yang sama menunjukkan jumlah 30-300 koloni,
dihitung rata-rata kedua cawan dikalikan factor pengenceran.
2. Bila pada cawan petri pada kedua tingkat pengenceran yang berurutan menunjukkan jumlah
antara 30-300 koloni, maka dihitung jumlah koloni dan dikalikan factor pengenceran
kemudian diambil rata-rata. Jika pengenceran yang lebih tinggi didapat jumlah koloni lebih
besar dari 2kali jumlah koloni pada pengenceran dibawahnya, maka dipilih tingkat
pengenceran terendah (missal pada pengenceran 10-2diperoleh 140 koloni dan pada
pengenceran 10-3 diperoleh 32 koloni, maka yang dipilih jumlah koloni pada tingkat
pengenceran 10-2 yaitu 140 koloni)

3. Bila dari seluruh cawan petri tidak ada satupun yang menunjukkan jumlah antara 30-300
koloni, maka dicatat angka sebenarnya dari tingkat pengenceran terendah dan dihitung
sebagai angka lempeng total perkiraan.

4. Bila tidak ada pertumbuhan pada semua cawan dan bukan disebabkan karena factor inhibitor,
maka angka lempeng total dilaporkan sebagai kurang dari satu dikalikan factor pengenceran
terendah

5. Bila jumlah koloni percawan lebih dari 300, maka cawan dengan tingkat pengenceran
tertinggi dibagi dalam beberapa sector (2,4, dan 8) jumlah koloni dikalikan dengan factor
pengencerannya. Hasil dilaporkan sebagai angka lempeng total perkiraan.

6. Bila jumlah koloni lebih besar dari 200 dari bagian cawan, maka jumlah koloni adalah
200x8xfaktor pengenceran. Angka lempeng total perkiraan dihitung sebagai lebih besar dari
jumlah koloni diperoleh. (Srikandi Fardiaz, 1989)

Total count

Total count yaitu jika perhitungan jumlah tidak berdasarkan pada jenis bakteri, tetapi secara
kasar terhadap golongan atau kelompok besar mikrooranisme umum seperti bakteri, fungi
mikroalge ataupun terhadap kelompok bakteri tertentu. Total count bacteria misalnya
ditentukan berdasarkan penamaan bahan dalam jumlah dan pengenceran tertentu kedalam media
umum untuk bacteria. Setelah melalui masa inkubasi pada temperature kamar selama waktu
maksimal 4 × 24 jam, perhitungan koloni dilakukan. Dianggap bahwa tiap koloni berasal dari
sebuah sel, maka jumlah koloni dapat diperhitungkan sebaga jumlah sel mewakili dan terdapat
didalam bahan yang dianalisis. Juga terdapat total count fungi dilakukan metoda yang sama,
kecuali temperature inkubasi 281˚C. Didalam pelaksaan agar selama pertumbuhan tidak
diganggu oleh koloni bakteri maka kepada permukaan media sebelumya diberi bahan yang akan
dianalisis, ditambah terlebih dahulu larutan asam laktat 3%.

Total count terhadap bakteri pathogen, khususya untuk penyebab sakit perut, seperti tifus,
paratifus, kolera disentri, dan sebagainya yang disebabkan oleh salmonella,
shigela dan vibrio,juga memerlukan media pengaya dan media selektif. Total count terhadap
bacteri penghasil racun, khususnya yang menyebar melalui air dan mengenai bahan makanan
dan disebabkan oleh bacteri aerobic (pseudomonas, Staphylococus) dan aerob (Costridium) serta
total count dan identifikasi jenis-jenis fungi penghasil mikotoksin khususnya yang termasuk
kelompok Aspergillus, penicililium, dan fusarium, juga sama seperti untuk golongan phatogen.

Prinsip metode ALT ini adalah apabila ada satu sel mikroorganisme yang masih hidup
ditumbuhkan pada medium yang sesuai, maka sel tersebut akan berkembang biak dan
membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dan dihitung dengan mata pada media yang
digunakan dan setelah dilakukan inkubasi pada suhu dan waktu tertentu.

Pengenceran

Bahan yang diperkirakan mengandung lebih dari 300 sel mikroba per mil per gram atau per cm,
memerlukkan perlakuan pengenceran sebelum ditumbuhkan pada medium agar didalam cawan
petri, sehingga setelah inkubasi akan terbentuk koloni pada cawan tersebut dalam jumlah yang
dapat dihitung, dimana jumlah yang terbaik adalah diantara 30 dan 300.

Pengambilan contoh dilakukan secara aseptis dan pada setiap pengenceran dilakukann
pengocokan kira-kira sebanyak 25 kali untuk memisahkan sel-sel mikroba yang bergabung
menjadi satu. Pengenceran secara desimal memudahkan dalam perhitungan jumlah koloni,
sedangkan pengenceran yang bukan secara decimal, misalnya 1 : 5, 1 : 25, dan seterusnya jarang
dilakukan karena tidak praktis dalam perhituntannya. Untuk mengetahui jumlah mikroba pada
permukaan luar bahan, contohnya dapat dilakukan dengan metode sebar.

Sebagai salah satu metode perhitungan metode hitungan cawan ini memiliki kelebihan dan
kekurangan (Fardiaz,1992).

Ø Kelebihan dari metode hitungan cawan:


1. Masih hidup yang hidup yang dihitung

2. Beberapa jenis jasad renik dapat dihitung sekaligus

3. Dapat digunakan untuk isolasi dan identifikasi jasad renik karena koloni yang terbentuk
mungkin berasal sari suatu jasad renik yang memiliki penamapakan pertumbuhan spesifik.

Ø Kekurangannya, yaitu:

1. Hasil hitungannya tidak menunjukkan jumlah sel yang sebenarnya, karena beberapa sel yang
berdekatan mungkin membentuk satu koloni.

2. Medium dan kondisi inkubasi yang berbeda mungkin menghasilkan nilai yang berbeda.

3. Jasad renik yang ditumbuhkan harus dapat tumbuh pada medium padat dan membentuk
koloni yang kompak dan jelas, tidak menyebar.

Sediaan yang telah dihomogenkan dan diencerkan dengan pengenceran yang sesuai ditanam
pada media agar (PCA= plate count agar), setelah inkubasi pada suhu 370c selama 24-48 jam
dihitung jumlah koloni yang tumbuh. Satuan perhitungan jumlah mikroba dikenal
dengan istilah Colony Forming Units (CFUs) untuk perhitungan bakteri dan kapang/khamir.

Factor pengenceran = pengenceran x jumlah yang ditumbuhkan

Jumlah koloni = jumlah x 1/ factor pengenceran

Syarat koloni yang ditentukan untuk dihitung adalah sebagai berikut:

1. Satu koloni dihitung 1 koloni.

2. Dua koloni yang bertumpuk dihitung 1 koloni.

3. Beberapa koloni yang berhubungan dihitung 1 koloni.

4. Dua koloni yang berhimpitan dan masih dapat dibedakan dihitung 2 koloni.

5. Koloni yang terlalu besar (lebih besar dari setengah luas cawan) tidak dihitung.

6. Koloni yang besarnya kurang dari setengah luas cawan dihitung 1 koloni.
PENENTUAN ANGKA LEMPENG TOTAL (ALT)

Metode penentuan angka lempeng total ini digunakan untuk menentukan jumlah total
mikroorganisma aerob dan anaerob (psikrofilik, mesofilik dan termofilik) pada produk
perikanan.
Istilah dan definisi :

Angka lempeng total aerob : Jumlah mikroorganisma hidup yang membutuhkan oksigen yang
terdapat dalam suatu produk yang diuji.

Inkubasi : Pengkondisian mikroorganisma untuk tumbuh dan berkembang biak sesuai dengan
suhu dan waktu yang diperlukan.

Koloni : Sel mikroba yang tumbuh pada media agar dan dapat dilihat secara visual.
Mikroorganisma : Kelompok organisma yang berukuran kecil dan hanya dapat dilihat dibawah
mikroskop.
Media Agar : Media padat yang digunakan untuk pertumbuhan mikrorganisme.
Psikofilik : Kelompok mikroorganisme yang hidup pada suhu kurang dari 20°C.
Mesofilik : Kelompok mikroorganisme yang hidup pada suhu 20 °C-40°C.
Termofilik : Kelompok mikroorganisme yang hidup pada suhu lebih besar dari 40°C.
Pertumbuhan mikroorganisme aerob dan anaerob (psikrofilik, mesofilik dan termofilik) setelah
contoh diinkubasikan dalam media agar pada suhu 35°C ± 1°C selama 24 jam 48 jam ± 1 jam
mikroorganisme ditumbuhkan pada suatu media agar, maka mikroorganisma tersebut akan
tumbuh dan berkembang biak dengan membentuk koloni yang dapat langsung dihitung.

6.Total Count
Dimaksud dengan total count yaitu kalau perhitungan jumlah tidak berdasarkan kepada jenis,
tetapi secara kasar terhadap golongan atau kelompok besar mikroorganisme umum seperti
bakteri, fungi mikroalge ataupun terhadap kelompok bakteri tertentu.
Total count bacteria misalnya ditentukan berdasarkan penanaman bahan dalam jumlah dan
pengenceran tertentu ke dalam media yang umum untuk bacteria. Setelah melalui masa inkubasi
pada temperature kamar selama waktu maksimal 4 x 24 jam, perhitungan koloni dilakukan.
Dianggap bahwa tiap koloni berasal dari sebuah sel, maka jumlah koloni dapat diperhitungkan
sebagai jumlah sel mewakili dan terdapat di dalam bahan yang dianalisis.
Juga terdapat total count fungi dilakukan metoda yang sama, kecuali temperature inkubasi 28
10 C. Di dalam pelaksanaan agar selama pertumbuhan tidak diganggu oleh koloni bakteri maka
kepada permukaan media sebelum diberi bahan yang akan dianalisis, ditambahkan terlebih
dahulu larutan asam laktat 3%.
Terhadap mikroalge, media yang digunakan harus bersifat semisolid atau cair, yaitu dengan
penambahantepung agar 50% dari yang diperlukan. Karena kalau penggunaan tepung agar sesuai
untuk bacteria ataupun fungi, pertumbuhan mikroalge akan lambat atau terhambat sama sekali.
Berbeda dengan biakan bakteri ataupun fungi, maka biakan mikroalge harus ditempatkan pada
tempat yang terang atau dikenai oleh cahaya matahari, selama 5- 15 hari.
Jenis media yang digunakan untuk perhitungan total count kelompok lain, pada dasarnya
berbentuk media selektif atau pengaya. Karena sifat selektifitas dari media, pada akhirnya
kalaupun ada bacteria yang tidak diharapkan dapat tumbuh dan berkembang didalamnya, selain
memerlukan waktu yang cukup lama (diatas 10 x 24 jam) juga koloni yang kemudian terbentuk
tidak dapat menjadi besra dan mudah hilang dari pengamatan dengan menggunakan mata biasa.
Pada umumnya karena kelompok bacteria tertentu memerlukan masa adaptasi/ aklimatisasi
terlebih dahulu, inkubasi di dalam temperature kamar memerlukan waktu antara 4-6 x 24 jam
baru koloni akan tampak jelas pertumbuhannya.
Misal, total count bakteri-pereduksi-sulfat, bakteri belerang dan bakteri-besi, dsb. Dari hasil
perhitungan ini akan diketahui sampai berapa jauh kandungan bakteri yang mempunyai
kemampuan untuk melakukan deteriosasi, korosi, dan degradasi terhadap benda (khususnya
benda-benda logam) di dalam perairan. Dapat juga ditentukan hubungan nilai antara kehadiran
kelompok bakteri di atas dengan nilai korosi pada benda-benda logam yang berhubungan
langsung dengan perairan.
Total count terhadap bakteri pathogen, khususnya untuk penyebab penyakit perut, seperti tifus,
paratifus, kolera, disentri, dsb, yang disebabkan oleh Salmonella, shigella dan Vibrio, juga
memerlukan media pengaya dan media selektif.
Total count terhadap bakteri penghasil racun, khususnya yang menyebar melalui air dan
mengenai bahan makanan dan disebabkan oleh bakteri aerobic (Pseudomonas,Staphylococcus)
dan anaerob (Clostridium) serta total count dan identifikasi jenis-jenis fungi penghasil
mikotoksin khususnya yang termasuk kelompok Aspergillus, Penicillium, dan fusarium, juga
sama seperti untuk golongan pathogen.
Dari hasil/data sementara ternyata bahwa pada lingkungan yang jelek populasi dan jumlah jenis
mikroorganisme tersebut sangat tinggi, sehinga kasus atau gejala penyakit dan keracunan juga
sangat tinggi. Khusus untuk fungi penghasil mikotoksin sangat ditakuti pertumbuhannya pada
bahan makanan, karena akan menghasilkan racun jamur (mikotoksin) yang bersifat karsinogenik
(dapat merangsang terjadinya kanker, terutama pada kanker hati).
Keberhasilan analisi terhadap kelompok pathogen dan penghasil toksin, baru dapat berhasil kalau
menggunakan media pengaya dan selektif. Hal ini mengingat pula bahwa kemungkinan besar
kehadiran kelompok tersebut di dalam substrat sagat sedikit atau jarang jumlahnya.
Penghitungan Jumlah Bakteri
Untuk menentukan jumlah bakteri dapat dilakukan beberapa cara:

Jumlah bakteri secara keseluruhan (total cell count).

Jumlah bakteri yang hidup (viable count).

Cara in hanya menggambarkan sel yang hidup,sehingga lebih tepat dibandingkan teknik pada
butir 1.
1) PENGHITUNGAN BAKTERI SECARA KESELURUHAN

a. Menghitung Langsung Secara Mikroskopis

Pada cara ini dihitung jumlah bakteri dalam satuan isi yang sangat kecil.Untuk ini digunakan
kaca objek khusus yang bergaris berbentuk bujur sangkar.Jumlah cairan yang terdapat antara
kaca obyek dan kaca penutup mempunyai volume tertentu,sehingga satuan isi yang terdapat
dalam satu bujur sangkar juga tertentu.
Pembesaran yang digunakan untuk melihat bakteri membatasi volume cairan yang
diperiksa.Hanya cairan yang mengandung bakteridalam jumlah tinggi yang dapat menggunakan
cara ini.Selain menghitung secara langsung dengan mata,dapat pula menggunakan alat
penghitung elektronik Coulter counter.Dengan alat ini dihitung semua benda yang memiliki
ukuran diameter 30 um,sehingga cairan yang akan dihitung jumlah bakterinya haruslah benar-
benar hanya mengandung bakteri.

b. Menghitung Dengan Cara Kekeruhan


Cara ini menggunakan spektrofotometer atau nefelometer.Dasar teknik ini adalah banyaknya
cahaya yang diabsorsi sebandig dengan banyaknya baktri pada batas- batas tertentu.
Cara ini akan diterangkan pada akhir bab ini, karena diperlukan keterampilan teknik menghitung
junlah hidup.
2. MENGHITUNG BAKTERI DENGAN METODE KERAPATAN OPTIK
Jumlah mikroorgamisme dalam suspensi dapat di tentukan dengan kerapatan
optik(OD=OPTIKAL DENSITY).Pengukuran kerapatan optik menggunakan kolorimeter yang
membiaskan cahaya dengan gelombang tertentu.Gelombang cahaya melewati suspensi bbiakan
dan banyaknya yang ditransmisikan setela melewati suspensi diukur jumlah cahaya yang
ditransmisikan setelah melewati suspensi biakan berbanding terbalik dengan jumlah
mikroorganisme dan jumlah cahaya yang diabsorpsi.Jumlah cayaha yang diabsorpi tergantung
pada bentuk dan besar sel.
Spektropotometer dapat mengukur kepekatan sel dalm suspensi dalam % T (transmittance )atau
OD(jumlah cahaya yang di absorpsi dan di sebarkan.)
Dalam mikrobiolog i di gunakan OD sebagai satuan hitungan,karena OD sebanding dengan
kepekatan sel dalam suspensi biakan.
Dalam menggunaannya,penentuan jumlah sel dan penggunaan OD memerlukan 2 tahap(gambar
7.3 dan 7.4).Pada tahap pertama spektropotometer dikalibrasi mempunyai daya absorpsi 0 bila
tidak ada sel.Ini dilakukan dengan memasukan kuvet yang berisi larutan pengencer yang
digunakan dalam perhitungan sel.Lazimnya larutan pengencer yang digunakan adalah
aquadestillata,nutrient broth,atau NaCl faali.
Kekeruhan biakan diukur dan nilai absorpsi dibaca.Nilai absorpsi sebanding dengan jumlah
mikroorganisme dalam sampel dan dapat digunakan untuk menduga jumlah mikroorganisme
dalam sampel.
Kerapatan optik suatu suspensi tidak langsung menunjukan jumlah sel dalam suatu
populasi,namun menunjukan jumlah cahaya yang disebarkan oleh populasi tersebut.untuk
memperoleh jumlah mikroorganisme,maka nilai kerapatan optik harus disetarakan terlebih
dahulu dengan jumlah mikroorganisme(CFU/ml).untuk memperoleh nilai ini dilakukan berbagai
pengenceran sampel yang digunakan dalam OD.jumlah mikroorganisme ditentukan dengan cara
jumlah hitung mikroorganisme hidup(viable count).setalah diperoleh nila ini dibuat kurva
kalibrasi dengan sumbu X sebagai jumlah hidup(viable count) dan sumbu Y sebagai nilai OD.
a.Penentuan Jumlah Hitung Dengan Mengukur Kerapatan Optik (OD).
Hari pertama

buat pengenceran bertingkat dari biakan E.coli.Pengenceran yang digunakan adalah ½,1/4 ,1/8
,1/16,dan 1/32.

- Tndai tabung yang mengandung 5ml TSB dengan faktor pengenceran (1/2-1/32)
- Campur biakan E.coli dengan baikm dengan cara menggoyang bagian dasar tabung
beberapa kali dengan jari telunjuk sedangkan tangan lainnya memegang ujung tabung (gambar
6.7)
- Pindahkan 5ml suspensi biakan E.coli ke dalam tabung dengan pengenceran ½,kemudian
campur dengan baik.
- Pindahkan 5ml dari pengenceran ½ kedalam tabung pengenceran ¼ kemiudian campur
dengan baik.
- Lakukan hal yang sama untuk memperoleh pengenceran 1/8,dan 1/16,dan 1/32.

Kalibrasi spektrofotometer untuk nilai absorpsi 0.0 dengan larutan pengencer TSB (Trypticase
Soy Broth)

- Atur panjang gelombang pada 686 nm.


- Nyalakan kolorimeter dan biarkan selama 20 menit.
- Atur kolorimeter sehingga jarum menunjukan absorpsi 0.0 dengan mengutar tombol
pengatur.
- Pipet 5ml TSB dan masukan kedalam kuvet.Perhatikan bahwa kuvet tetap bersih.Kuvet
yang tidak bersih menggangu jalannya cahaya sehingga membiarkan hasil yang menyimpang.
- Buka tempat penutup sampel,kemudian masukan kuvet yang mengisi TSB.
Tutup penutup tempat sampel.
- Atur absorpsi sehingga jarum menunjukan 0.0 dengan memutar tombol.
- Keluarkan kuvet yang berisi TSB.

Baca nilai absorpsi dari biakan E.coli.

- Pipet 5ml biakan E.coli dan masukan kedalam kuvet yang bersih gunakan teknik aseptis
sewaktu pemindahan biakan sehingga tidak mencemari peralatan yang digunakan.
- Masukan kuvet,tutup penutup temap sampel dan baca nilai absorpsi.
- Tulis hasil pembacaan pada kertas yang telah disiapkan.
- Keluarkan kuvet,dan bung biakan dalam pembuangan yang disediakan.
- Lakukan hal yang sama untuk memperoleh nilai absorsi dari pengenceran suspensi ½-
1/32.

laporkan hasil perapatan optik dari biakan E.coli serta pengenceran suspansi1/2-1/32.

Hari kedua
1.buat kurva kalibrasi dengan OD pada sumbu Y dan jumlah hidup pada sumbu X.
2. laporkan hasil pengukuran.

BAB II
MPN

Metode MPN (Most Probable Number) untuk uji kualitas mikrobiologi air dalam praktikum
digunakan kelompok Coliform sebagai indikator. Kelompok Coliform mencakup bakteri yang
bersifat aerobik dan anaeorobik fakultatif, batang gram negatif dan tidak membentuk spora.
Coliform memfermentasikan laktosa dengan pembentukkan asam dan gas dalam waktu 48 jam
pada suhu 35°C (Hadioetomo, 1993).
Dalam metode MPN digunakan medium cair, berbeda dengan metode cawan yang menggunakan
medium padat (Agar). Perhitungan dilakukan berdasarkan jumlah tabung yang positif, yaitu yang
ditumbuhi oleh mikroba setelah inkubasi pada suhu dan waktu tertentu. Pengamatan tabung
positif dapat dilihat dengan timbulnya kekeruhan atau terbentuk gas dalam tabung durham
(Sutedjo, 1991).
Mikroorganisme sebagai indicator kualitas air :
Panda pemeriksaan microbiologist yang rutin terhadap air untuk menentukan aman tidaknya
unstuck diminum, tidaklah cukup bila mendasarkan uji-uji yang digunakan hanya terhadap
adanya (terisolasinnya) mikroorganisme patogenik karena alasan sebagai berikut :

Kemungkinan besar pathogen masuk ke dalam air secara sporadic, tetapi karena tidak dapat
bertahan hidup lama mungkin saja tidak terdapat di dalam contoh air yang dikirimkan ke
laboratorium.

Bila terdapat jumlahnya amat sedikit, maka besar kemungkinan pathogen-patogen tersebut ridak
terdeteksi olah prosedur laboratories yang digunakan.

Hasil pemeriksaan laboratorium baru dapat diketahui setelah 24 jam atau lebih. Arabia ternate
ditemukan adanya pathogen sementara itu tentunya banyak orang telah mengkonsumsi air
tersebut dan telah tereksposi terhadap infeksi sebelum dapat dilakukan usaha untuk mengatasi
situasu tersebut.

Mikroorganisme indicator
Istilah “mikroorganisem indicator” sebagaimana digunakan dalam analisi air mengacu pada
sejenis mikroorganisme yang kehadirannya di dalam air merupakan bukti bahwa air tersebut
terpolusi oleh tinja dari manusia atau hewan merdarah panas. Artinya, terdapat peluang bagi
berbagai macam mikroorganisme patogenik, yang secara berkala terdapat dalam saluran
pencernaan, untuk masuk ke dalam ait tersebut.
Beberapa ciri penting suatu organisme indicator adalah :

teradpat dalam air tercemer dan tidak ada dalam air yang tidak tercemar.
terdapat dalam air bila ada patogen.

jumlah mikroorganisme indikator berkorelasi dengan kadar polusi.

mempnyai kemampuan bertahan hidup yang lebih besar daripada patogen.

mempunyai sifat yang seragam dan mantap.

tidak berbahaya bagi manusia dan hewan.

terdapat dalam jumlah yang lebih banyak daripada patogen (hal ini membuatnya mudah
terdeteksi).

mudah dideteksi dengan teknik-teknik laboratorium yang sederhana.

Beberapa spesies atau kelompok bakteri telah dievaluasi untuk menentukan sesuai tidaknya
untuk digunakan sebagai oeganisme indikator. Di antara organisme-organisme yang dipelajari,
yang hampir memenuhi semua persyaratan suatu organisme indikator yang ideal
ialah Escherichia coli dan kelompok bakteri koli lainnya. Bakteri-bakteri tersebut dianggap
sebagai indikator polusi tinja yang dapat diandalkan.
Escherichia coli dan bakteri koliform lain
Escherichia coli adalah penghuni normal saluran pencernaan manusia dan hewan nerdarah
panas. Biasanya tidak patogenik, anggota lain kelompok koliform ialah Klebsiella pneumoniae,
yang tersebar luas di alam; terdapat dalam tanah, air, dan padi-padian, dan juga dalam saluran
penceranaan manusia dan hewan. Eterobacter aerogenes, sejenis bakteri koliform yang terdapat
dalam saluran pencernaan manusia dan hewan juga terdapat dalam tanah, air. Koliform sebagai
suatu kelompok dicirikan sebagai bakrei berbentuk batang gram negative, tidak membentuk
spora, aerobic dan anaerobic fakultatif yang memfermentasi lactose dengan menghasilkan asam
dan gas dalam waktu 48 jam pada suhu 35 0C.
Kelompok koliform mempunyai beberapa cirri yang juga dimiliki oleh anggota-anggota
genus Salmonella dan Shigella, yaitu duagenera yang mempunyai spsies-spesies enteric
patogenik. Namun, ada perbedaan biokimiawi utama yangn nyata yaitu bahwa koliform dapat
memfermentasikan lactose dengan menghasilkan asam dan gas, sedangkan Salmonella dan
Shigella tidak memfermentasikan lactose.
Pemeriksaan bakteriologis untuk menentukan potabilitas air
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengambilan sampel air :

contoh air harus ditempatkan dalam botol yang steril.

contoh tersebut harus dapat mewakili sumbernya.

contoh air tidak boleh terkontaminasi selama dan setelah pengambilan.

contoh tersebut harus diuji segera setelah pengmbilan.

apabila ada penundaan pemeriksaan maka contoh tersebut harus disimpan pada suhu antara 0
sampai 10 0C.

Prosedur yang biasa digunakan adalah hitungan cawan (plate count) untuk menetapkan jumlah
bakteri yang ada dan uji-uji untuk menepakkan adanya bakteri koliform.
Pengujian bakteri Coliform yang berasal dari cemaran tinja (faecal coliform) secara serentak
dengan uji penegasan yang menggunakan media BGLB, maka dilakukan juga hal yang sama
yaitu 1 ose kultur yang positif dari LST Broth atau LB, dipindahkan ke dalam tabung EC
medium yang baru. Semua tabung MC medium yang telah diinokulasikan oleh kultur dari LST-
Broth, kemudian diinkubasikan pada suhu 45,5°C selama 24 jam dan hasil pembentukan gas
dicatat. Kerapatan bakteri faecal coliform diperkirakan dengan tabel MPN. Diferensiasi bakteri
coliform dapat diarahkan ke dalam reaksi IMVIC (Buckle, 1987).
Berbagai macam uji mokrobiologis dapat dilakukan terhadap bahan pangan, meliputi uji
kuantitatif mikroba untuk menentukan daya tahan suatu makanan, uji kualitatif bakteri patogen
untuk menenetukan tingkat keamanan dan uji indikator untuk menentukan tingkat sanitasi
makanan tersebut. Pengujian yang dilakukan terhadap tiap bahan pangan tidak sama tergantung
berbagai faktor, seperti jenis dan komposisi bahan pangan, cara pengepakan dan penyimpanan
serta komsumsinya, kelompok konsumen dan berbagai faktor lainnya (Djide, 2003).

BAHAN DAN CARA


1. Jenis sampel yang diteliti
Bahan-bahan yang diperiksa dalam penelitian ini adalah air minum untuk para pasien maupun
petugas rumah sakit yaitu air putih matang dan air teh, air mandi pasien yang ada di bangsal-
bangsal perawatan, air untuk keperluan masak di dapur umum, air cud alat-alat serta air cuci
tangan perawat. Sedangkan jenis makanan dan minuman yang diperiksa adalah nasi/bubur,
sayur/ lauk, daging/telur, roti dan susu dalam bentuk minuman.
2. Cara pengambilan sampel
Pengambilan sampel dilakukan secara aseptis. Untuk sampel air diambil sebanyak 200 ml dari
tiap-tiap jenis air yang diteliti dan ditempatkan pada botol steril. Untuk sampel makanan di-ambil
kira-kira sebanyak 10 gram untuk tiap jenis makanan yang diteliti dan dimasukkan ke dalam
wadah yang steril pula. Transportasi sampel dari rumah sakit ke laboratorium di-lakukan dengan
menempatkan sampel-sampel tersebut ke dalam box es dengan suhu sekitar 4° C.
3. Idenfikasi mikrobiologis
Identifikasi mikrobiologis dilakukan dengan menggunakan metode yang telah dibakukan oleh
WHO (1987)
Dalam identifikasi mikrobiologis ini terutama untuk sampel makanan dan
minuman pertama-tama dilakukan kultur terhadap masing-masing sampel dengan media spesifik.
Dari tahap kulturisasi kemudian dilakukan pemeriksaan lanjutan yang meliputi pe-meriksaan
mikroskopis setelah terlebih dahulu dilakukan penawaran Gram dan pemeriksaan yang lain
seperti uji biokimia dan uji serologi untuk identifikasi jenis mikroba tertentu. Identifilcasi
mikrobiologi ini ditujukan untuk deteksi beberapa jenis bakteri yang dapat menyebabkan infeksi
nosokomial
seperti : Staphylococcus sp, Pseudomonas, E. coil Salmonella, Shigella, Streptococcusm
Klebsiella, Proteus dan kuman-kuman gram negatip maupun gram positip lainnya. Identifikasi
mikrobiologi terhadap sampel air dilakukan dengan metode MPN (Most Probable Number) per
100 ml air. Metode ini ditujukan untuk mendeteksi adanya pencemaran air oleh tinja manusia.
Sebagai indikator terhadap pencemaran tinja manusia adalah adanya bekteri E.
coli/coliform dalam sampel air yang diperiksa.
BAB III
UJI BONTEREY

1.FERMENTASI KARBOHIDRAT
Uji fermentasi karbohidrat dilihat dari kemampuan mikroorganisme memfermentasikan berbagai
karbohidrat. Hasil akhir fermentasi ditentukan oleh sifat mikroba, media biakan yang
digunakan,serta factor lingkungan.glukosa termasuk senyawa yang paling seing digunakan untuk
fermentasi.
Untuk menentukan adanya fermentasi dilaboratorium digunakan media kaldu karbohidrat dan
media MR-VP. Pembentukanasam dapat ditentukan dengan menambahkan indikatorkedalam
media
Kaldu karbohidrat digunakan untuk uji pembentukan asam dan gas.dengan menggunakn tabung
smith atau tabung durham. Tabung smith digunakan bila jumlah dan macam gas yang dihasilkan
harus ditentukan, sedangkan tabung durham digunakan jika jumlah dan macam gas tidak
ditentukan. Bila terbentuk gas maka, gas masuk kedalam tabung durham dan mendesak cairan
dalam tabung ini. Gas ini terlihat sebagi gelembung udara yang terperangkap dalam tabung.
Kaldu karbohidrat mengandung 0,5-1% karohidrat. Yang sering digunakan adalah
glukosa,laktosa,dan manitol,maltosa dan sukrosa. Selain karbohidrat juga ditambahkan beef
extract dan peptone sebagai sumber nitrogen, vitamin dan mineral. Bila dalam fermentasi bakteri
ditumbuhkan dalam biakna cair yang mengandung glukosa, maka hasil fermentasi berupa
asam.asam yang dihasilkan akan menurunkan pH media biakan. Indicator yang digunakan aalah
merah fenol dan bromcesol purple. Bila dalam media biaka ditambahkan ditambahkan indicator
tersebut maka pembentukan asam ini ditandai oleh perubahan warna menjadi kuning, pada pH
>7, merah fenol berwarna merah sedangkan bromcesol purple berwarna ungu.
Bahan yang diperlukan :
Bahan : Escherichia coli
Staphilococcus aureus
Micrococcus luteus
Saccaromyces cereviciae
Media : kaldu karbohidrat
Glukosa, sukrosa, laktosa, maltosa dan manitol yang mengandung indikator BCP (brom cresol
purple). Selain BCP dapat digunakan PR (phenol red) sebagai indikator pH.
Cara kerja :
Hari pertama

Tandai tabung kaldu karbohidtar dengan : jenis karbohidrat, nama siswa, biakan yang
diinokulasikan, biakan yang digunakan untuk deret karbohidrat pertama adalah E. Coli, derat
kedua S. Aureus, deret ketiga M. Luteus, deret keempat S. Cereviciae dan deret kelima sebagai
kontrol.

Inokulasi deret karbohidrat pertama dengan E. Coli, derat kedua S. Aureus, deret ketiga M.
Luteus, deret keempat S. Cereviciae dan deret kelima sebagai kontrol. Lakukan inokulasu
dengan hati-hati sehingga tidak menimbulkan gelembung gas dalam tabung durham.

Inkubasikan kelima deret tabung dalam inkubator 35 0C selama 24 jam.

Hari kedua

Periksa adanya fermentasi karbohidrat dengan melihat pembentukan asam danm pembentukan
gas. Pembentukan asam terlihat sebagai perubahan warna kaldu karbohidrat menjadi kuning.
Pembentukan gas terlihat dalam durham. Perhatikan bahwa dalam tabung kontrol tidak terjadi
pembetnukan gas. Pembentukan gas dalam tabung kontrol dapat terjadi bila sewaktu diinokulasi
tabung yang berisi kaldu dikocook terlalu keras atau bila digunakan kaldu yang disimpan dalam
lemari es. Daya larut oksigen berkurang dalam kaldu yang dingin, namun sewaktu diinkubasikan
pada suhu 37 0C oksigen dapat terperangkap dalam tabung durham.
Laporkan hasil reaksi dalam kaldu karbohidrat.

2.UJI METHYL RED


Uji methyl red diguakan untuk menentukan adanya fermwntasi asam campuran beberapa bakteri
memefermentasikan glukosa dan menghasilkan berbagai produk sehingga akan menurunkan pH
media pertumbuhannya menjadi 5.0 atau lebih rendah. Penambahan indicator pH methyl red
dapat menunjukan adanya perubahan pH menjadi asam. Methyl red berwarna merah pada
lingkungan dengan pH 4.4 dan berwarna kuning dalam pH 6.2.
Fermentasi asa campuran ditentukan dengan cara menumbuhkan mikroorganisme dalam kaldu
yang mengandung glukosa, dan setelah masa inkubasi menambbahkan reagens methyl red
kedalam kaldu. Bila terjadi fermentasi asam campuran maka kaldu biakan berubah menjadi
kunin setelah penambahn methyl red. Uji ini sangat berguna dalam identifikasi kelompok bakteri
yang menempati saluran pencernaan.
Bahan yang diperlukan :
Escherichia coli
Enterobacter aerogenes
Kaldu MR-MV (methyl red- voges proskauer)
Cara mengerjakan :
Hari pertama

tandai tabung kaldu MR-MV dengan biakan bakteri yang digunakn

inokulasi kaldu MR-MV dengan biakan bakteri.

inkubasikan dalam 35 0C selama 5 x 24 jam

Hari kedua

tambahkan 5 tetes reagens methyl red ke dalam tabung MR-MP

Laporkan hasil nya.

Uji bersifat positif bila kaldu berwarna merah setelah penambahan reagens methyl red .
Uji negatif bila kaldu MR-MV berubah menjadi kuning atau jingga setelah penambaha reagens.
3.UJI VOGES-PROSKAUER
Uji ini digunakan untuk mengidentifikasi mikroorganisme yang melaksanakan fermentasi 2,3
butanadiol. Bila memfermentasikan karbohidrat menjadi 2,3 butanadiol sebagai produk utama,
akan terjadi pennumpukan bahan tersebut dalam media pertumbuhan. Penambahan 40% KOH
dan 50% larutan alphanaphtol dalam etanol dapat menentukan adanya asetoin yaitu senyawa
pemua dalam sintesis 2,3 butanadiol. Pada penambahn KOH adanya asetoin ditunjukan dengan
adanya perubahan warna kaldu enjad merah muda. Perubahan warna diperjelas dengan
perubahan warn aalpha naphtol.
Uji voges proskauersebenarnya merupakan uji tidak langsung ntuk megetahui adanya 2,3
butanadiol. Asetoin adalah senyawa pendahhulu dan selalu didapatka secera serentak sehingga
uji VP abash untuk menentukan adanya 2,3 butanadiol.
Bahan yang diperlukan ;
Biakan : Escherechia coli enterobacter aerogenes
Kaldu MR-MV (Methyl Red – Voges Proskauer )
Larutan 40 % KOH
Larutan 5 5 alpha-naphtol
Cara mengerjakan :
Hari pertama :
1) Tandai kaldu MR-MV dengan biakan bakteri iyang digunakan.
2) Inokulasi kaldu MR-MV dengan biakan bakteri.
3) Inkubasikan dalam 35 0C selama 24 – 48 jam.
Hari kedua

tambahkan 10 tetes larutan 40 % KOH dan 15 tetes larutan alpha-naphtol dalam kaldu MR-
MV.kocok tabung sehingga kaldu terlihat berbuih. Pengocokan dengan baik meningkatkan aerasi
sehingga terjadi paningkatan oksidasi 2,3 butanadiol menjadi asetoin dan memperjelashasil
reaksi uji ini. Hasil reaksi dapat trelihat paling lambat setelah 30 menit.

laporkan hasilnya.

Uji bersifat posotof bila kaldu berwarna merah dalam waktu 30 menit setelah penambahan
reagens.
Uji bersifat negatif bila kaldu MR-MV tidak memperlihatkan perubahan warna setelah
penambahan reagens.
4.UJI OKSIDASE
Uji ini berfungsi untuk menentukan adanya oksidasesitokrom yang ditemukan pada
mikroorganisme tertentu. Uji ini berguna dalam identifikasi mikroorganisme pathogen. Seperti
misalnya Neisseria gonorrhoea dan Pseudomonas aeruginosa. Kedua bakteri ini memberikan
hasilpositif dalam uji oksidase. Bila koloni bakteri yang bersifat oksidase positif diberi reagen
oksidase, maka warna koloni berbah menjadi hitam dalam waktu 30 menit. Perubahan wara ini
disebabakan oksidase sitokrom mengoksidasikan larutan reagens. Reagens yang dioksidasi
berwarna hitam, namun bila terjadi reaksi reduksi, tidak terjadi perubahan warna.
Bahan yang diperlukan :
Escherichia coli
Enterobacter aerogenes
Kaldu MR-MV (methyl red- voges proskauer)
Cara mengerjakan :
Hari pertama

Tandai tabung kaldu MR-MV dengan biakan bakteri yang digunakn

Inokulasi kaldu MR-MV dengan biakan bakteri.

Inkubasikan dalam 35 0C selama 5 x 24 jam

Hari kedua

Tambahkan 5 tetes reagens methyl red ke dalam tabung MR-MP

Laporkan hasil nya.

Uji bersifat positif bila kaldu berwarna merah setelah penambahan reagens methyl red .
Uji negatif bila kaldu MR-MV berubah menjadi kuning atau jingga setelah penambaha reagens.
5.UJI KATALASE
Katalase adalah enzim yang mengkatalasisakan penguraian hidroge peroksida menjadi air dan
O2. hydrogen peroksida bersifat toksik terhadap sel karena bahan ini menginativasikan enzim
dalam sel. Hydrogen peroksida tetrbentuk sewaktu metabolisme aerob,sehingga mikroorganisme
yang tumbuh dalam lingkungan aerob harus menuraika bahn toksik tersebut. Katalase adalah
salah satu enzim yang digunakan mikroorganisme untuk menguraikan hydrogen peroksida
adalah peroksidase. Pada penguraian hydrogen peroksida oleh peroksidase tidak dihasilkan
oksigen.
Uji katalase berguna dalam identifikasi kelompok bakteri bentuk kokus, uji katalase digunakan
untukmembedaka Staphylococus dan Streptococus. Kelompopk Streptococus bersifat katalase-
positif.
Penentuan adanya katalase diuji dengan larutan 3% H2O2 pada koloni terpisah. Pada bakteri yag
ersifat katalase positif terlihat pembentukan gelembung udara sekitar kolon. Reasi kmiawi yang
dikatalisiskan oleh enzim katalase terlihat berikut ini:
H2O2 H2O + ½ O2
Katalase gelembung udara
Bahan yang diperlukan :
Biakan : Streptococcus faecalis
Staphylococcus epidermidis
Larutan 3 % H2O2
Cara mengerjakan :

Tambahkan beberapa tetes reagens pada koloni terpisah S.epidermidis. lakukan hal yang sama
dengan S.faecalis.

katalase positif ditandai oleh pembentukan gelembung udara pada koloni dan sekitarnya.

Laporkan hasil pengujian

6.REDUKSI NITRAT
Beberapa organisme mampu menggunakan molekul buakan bukan oksigen sebagai akseptor
electron terakhir. Bila akseptor electron terakhir ini bukan merupakn oksigen maka
mikroorganisme tersebut melaksanakan respirasi anaerobic dengan menggunakan nitrat. Nitrat
ini dirduksi menjadi nitrit.
Kemampua mikroorganisme mereduksi nitrat dapat digunakan sebagai cirri dalam identifikasi
bakteri.Escherichia coli dan Pseudomonas aeruginosa mampu menggunakan nitrat sebagai
akseptor electron terakhir. Escherichia coli mereduksinya menjadi nitrit
sedangkan Pseudomonas aeruginosamampu mereduksinya lebih lanjut menjadi N2.
Uji nitrat dilakukan dengan menumbuhkan mikroorganisme dalam kaldu nutrient yang
mengandung 0,5% KNO3 dan tabung durham.setelah masa inkubasi diperhatikan adanya gas
dalam tabung durham dan nitrit dalam media. Gas yang terperangkap merupakan camouran gas
N2 dan CO2. gas N2 berasal dari penguraian sempurna nitrat sedangkan CO2 berasal dari
respirasi anaerobic. Keberadaan nitrit dalam media dapat diuji dengan asam sulfanilat dan
alphanaphtylamin. Nitrit dalam media biakan akan bereaksi dengan kedua bahan tersebut dan
terlihat sebagai perubahan warna menjadi merah atau merah muda.
Alphanaphtylamin bersifat karsinogenik sehingga asam sulfanilat dan alphanaphtylamin dapat
diganti dengan asam sulfamat. Asam sulfamat ( 4 gram asam sulfamat dalam 100 ml 20%
H2SO4 ) dalam media yang mengandung nitrit menyebabkan pembentukan gelembung gas
N2.sebagai hasil reduksi nitrat menjadi nitrit.
Bahan yang diperlukan :
Biakan : Escherichia coli
Pseudomonas fluorescens
Staphylococcus epidermidis
Kaldu nitrat (nutrient broth yang mengndung 0,5 % KNO2)
Asam sulfanilat
Larutan alpha-naphtiamin
Cara mengerjakan :
Hari pertama

Beri tanda pada tabung kaldu dengannama, tanggal, dan biakan mikroorganisme yang
diinokulasikan. Gunakan tabung kontrol untuk melihat pembentukan gas dalam tabung durham.

Inokulasikan tabung nitrat kecuali tabung kontrol.

Inkubasikan pada suhu 35 0C.

Hari kedua

Perhaikan adanya petumbuhan dalam biakan kaldu yang diinokulasi; tabung konrol harus tetap
bersih.

Perhatikan adanya pembentukan gas dalam tabung Durham.


Tambahkan 1 ml asam sulfanilat dan 1 ml alpha-naftilamin kedalam tabung biakan. Perhatikan
adanya perubahan adanya perubahan warna setelah penambahsn reagens.perubahan warna
menunjukkan bahwa nitrst direduksikan menjadi nitrit dan terjadinya proses respirasi anaerobik.
Pada tabung yang tidak menunjukkan warna, tambahkan bubuk Zn untuk mwlihat reduksi nitrat
menjadi amonium. Bila didapatkan nitrat dalam medium, maka kaldu berubah menjdai merah
muda atau merah karena Zn mereduksi nitrat menjadi nitrit, nitrit in bereaksi dengan reagens
sehingga terjadi warna merah.

Laporkan hasil pengujian.

7.UJI INDOL
Asam amino triptofan merupakan komponen asam amino yang lazim terdapat pada protein,
sehingga asam amino ini dengan mudah dapat digunakan oleh mikroorganismeakibat penguraian
protein.bakteri seperti E.coli mampu menggunakan triptofan sebagai karbon.
E.coli menghasilkan enzim triptofan yang mengkatalisikan penguraian gugus indol dan triptofan.
Dalam media biaka indolmenumpuk sebagai produk buangan sedangkan sebagian lainnya dari
molekul triptofan yang dapat memenuhi kebutuhan zat hara mikroorganisme.
Pembentukan indol dari triptofan oleh mikroorganismedapat diketahui dengan meumbuhksnnys
dalam mdia biakan yang kaa dengan triptofan.triptofan biasanya diberikan dalam bentuk
tripton.yaitu suatu polipeptida yang kaya dengan reidu tiptofan. Penumpukan indol dalam media
dapat diketahui dengan penambahn berbagai reagens. Yang akan bereaksi dengan indol dan
menghasilkan senyawa yang tidak larut dalam air dan berwarna merah dalam permukaan
medium.
Untuk ui ini digunakan media semi padat yang kaya akan triptofan. Untuk melihat adanya indol
dapat digunakan beberapa reagens yaitu Kovacs,Gore,Ehrlich.
Media untuk melihat pembentukan indol yang digunakan dilaboratorium brersfat semi padat,
oleh karena itu dapat digunakan juga untuk melihatpergerakan bakteri. Jika bakteri bergeraka
akan terlihat pertumbuhan disekitar tusukan dan juga permukaan media.media indol
diinokulasikan dengan menusukkan jarum kedalam media semi padat.
Bahan yang diperlukan :
Biakan : E.coli
Enterobacter aerogenes
Proteus vulgaris
Biakan semi padat yang kaya triptofan.
Reagens utnuk melihat pembentukan indol
Cara mengerjakan :
Hari pertama

Tandai tabung dengan nama, tanggal, dan mikroorganisme yang digunakan.

Inokulasi biakan semi-padat dengan cara menusukkan jarum sampai pada kedalaman ¾ bagian
dari permukaan media.

Inkubasikan pada suhu 350C selama 24-48 jam.

Hari kedua

Tambahkan reagens Ehrlich-Bohme ke dalam biakan semi-padat. Penumpukan indol dalam


media ditandai oleh warna merah pada permukaan media beberapa menit setelah penambahan
reagens.

Gambar pertumbuhan mikroba pada media semi solid.

Laporkan hasil pengujian

Uji Ehrlich-Bohme
Cairan A : para-metil-benzaldehida dalam alkohol 96%
Cairan B: cairan kalium persulfat jenuh (K2S2O3)
Reagens diteteskan ke ats biakan sebanyak 10-12 tetes, jika terdapat pembentukan indol akan
terlihat warna merah/merah muda pada bagian atas media biakan.
8.UJI HIDROGEN SULFIDA
Banyak protein kaya akan asam amino sisitein dan methionin. Asam amino dihasilkan untuk
memenuhi kebutuhan zzat hara. Adanya pengraian asam amino ditunjukan dengan adanya
pembentukan asam sulfide.
Mikrooganisme yang menghasilakn asamsulfida dibiakan dalam media yang kaya dengan asam
amino. Fe3+ yang terdapat dalm meia beraksi dengan H2S dan menghasilkan senyaa FeS yang
berarna hitam dan tidak larut dalam air.
Produksi asam sulfide dapat terlihat dengan menggunakan media yag mengandung sulfur dan ion
Fe2+
Media yang digunakan adalah TSIA (Triple Sugar Iron Agar).terutama digunakan untuk
identifikasi bakteri gram negative. Media ini mengandung 3 macam gula yaitu glukosa, laktosa
dan sukrosa, indicator merah fenol dan FeSO4 untuk memperlhatkan pembentukan H2S
yangditunjukan dengan adanya endapan hitam. Konentrasi glukosa adalah 0,1 dari konsentrasi
laktosa aatau sukrosaagar fermentasi glukosa dapatterlihatreaksi dilihat setelah 24-4 8 jam.
Reaksi yang dapat terlihat pada TSIA :

Butt bersifat asam (kuning) Slant bersifat Glukosa difermentasikan


basa (merah)

Pada seluruh media terlihat pembentukan Laktosa atau sukrosa atau keduanya
asam. Seluruh media berwarna kuning. difermentasikan. Pembentukan gas,
Pembentukan gas dibagian butt, media misalnya H2 dan CO2
kadangkala terpecah

Endapan hitam dibagiana butt Pembentukan H2S

Seluruh media berwarna merah, bagian butt Ketiga macam gula tidak difermentasikan
dan slant berwarna merah

9.UJI DEKARBOKSILASE LISIN


Dekarboksilasi merupakan proses penguraian gugus karboksil dari suatu molekul organik. Proses
dekarboksilasi asam amino lazimnya menghasilkan CO2 ; molekul yang telah
didekarboksilasikan digunakan dalam sebagai pemuka dalam sintesis berbagai komponen.
Proses dekarboksilasi asam amino seringkali juga digunakan untuk menetralisasikan lingkungan
asam. Sewaktu proses fermentasi mikroorganisme sering menghasilkan hasil sampingan yang
bersifat asam yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme.
Enzim dekarbiksilase mengenyahakan gugus asam dari gugus asam amino dan
menghasilkan amina yang menyebabkan media pertumbuhan bersifat basa. Proses dekarboksilasi
lisin dapat diketahui dengan menumbuhkan mikroorganisme dalam biakan yang mengandung
lisin. Krbohidrat yang dapat difermentasikan (glukosa) dan indicator pH untuk melihat
perubahan pH. Lazimnya indicator pH yang digunakan adalah brom cresol purple (BCP). Asam
yang dihasilkan dari proses fermentasi glukosa akan menurunkan pH media biakan dan
menyebabkan perubahan warna dari indicator pH.dari ungu menjadi kuning. Dalam suasana
asam ini proses dekarboksilasi lisin dapat berlangsung sehingga terjadi pembentukan amin yang
menetralisasikan suasana asam media pertumbuhan mikroorganisme. Proses netralisasi asam ini
terlihat sebagai perubahan warna dari kuning menjadi ungu seperti sediakala; perubahan warna
menjadi ungu ini menunjukan bahwa lisin mengalami dekarboksilasi
Uji dekarboksilasilisin merupakan salah satu uji yang digunakan dalam pencirian
mikroorganisme. Terutama yang menempati saluran pencernaan.
Bahan yang diperlukan :
Biakan : Eterobacter aerogenes
Citrobacter freudi
Kaldu dekarboksilase lisin yang mengandung lisin (LDC)
Kaldu dekarboksilase tanpa lisin (LDC)
Cara mengerjakan :
Hari pertama

Beri tanda pada tabung LDC dan DC dengan nama, tanggal, dan mikroorganisme yang
digunakan.

Innokulasi tabung LDC dan DC.

Lapisi media biakan yanh telah diinokulasi dengan 1 ml minyakmineral yang telah disterilkan.
Gunakan ipet pasteur untuk mengalirkan minyak kedalam tabung. Perhatikan bahwa ujung pipet
tidak menyentuh media biakan yang telah diinokulasi.

Inkubasi pada suhu 350C selama 48 jam.

Hari kedua

Perhatikan adanya perubahan warna dalam media biakan. Dekarboksilasi lisin ditunjukan oleh
warna ungu dalam kaldu LDC dan warna kuning tabung DC. Bila tabung LDC berwarna
kuning, maka lisin mungkin tidak dikarboksilasikan. Bila tabung LDC dan DC berwarna ungu ,
maka lisin tidak diddkarboksilasikan, karena mikroorganisme ttidak menghasilkan asam dari
fermentasi glukosa enzim dekarboksilase lisin tidak diaktivasikan. Kadangkala mikroorganisme
dapat mereduksikan BCP sehingga terjadi perubahan warna dari ungu menjdai tidak berwarna.
Perubahan warna media ini harus diukur dengan menggunakan kertas indikator pH.

Laporkan hasil pengujian.

10.UJI IMVIC
Untuk membedakan Enterobacter aerogenes dan Escherichia coli dilakukan Uji IMVIC yang
terdiri dari uji-uji : Indol-Methyl red-Voges Proskeur-Citrat.
Kedua mikroorganisme tersebut akan memberikan hasil sebagai berikut :
I M Vi C
E. coli + + - -
A. aerogenes - - + +
11.HIDROLISIS GELATIN
Gelatin adalah protein yang diperoleh sewaktu mereus tulang, tulang rawan atau tenunan ikat
hewani lainnya. Protein ini bila didinginkan membentuk gel, mikroorganisme tertentu mampu
menguraikan molekul sehingga asam amino yang dihasilkan dapat digunakn sebagi zat hara.
Hidrolisis gelatin oleh mikroorganisme dikatalisis oeh eksoenzim yang disebut gelatinase.
Gelatin yang telah dicerna tidak mampu membentuk gel dan bersifatcair. Kemampuan untuk
mencernakan gelatin dapat digunakan dalam penirian mikroorgansme. Sebagai contoh Serratia
marcecens dapat dibedakan dari Klebsiella pneumonia atau E. coli berdasarkan kemampuan
mencernakan gelatin untuk mengetahui sifatpatogen galur mukrooranisme karena sering kali
dikaitkan engan produksi enzim untuk menguraikan bahan pengikat, tenunan untuk memudahkan
penyebaran mikroorganisme.
Dalam laboratorium, pencairan gelatin di uji dengan cara menusukkan mikroorganisme yang
akan di uji ke dalam media semi padat yang mengandung nutrient broth dan gelatin. Media ii di
inkubasi dan di amati kemampuan mikroorganisme mencairkan glatin. Pada suhu 350C, gelatin
dapat mencairjika di iokulasi dengan mikroorganime yang mamou maupun yang tidak mampu
mencairkan gelatin. Berdasarkan hal tersebut gelatin harus di masukkan dalam lemari es selam
30 menit untuk mengetahui kemampuan mikroorganisme mencairkan gelatin. Bila
mikroorganisme mampumencerna gelatin, maka meia semi padat tetap bersifat cair Setelah
dikeluarkan dari lemari es. Sebaliknya bila mikrooranisme tidak mampu mencerna gelatin maka
media semi padat gelatin membeku kembali setelah dikeluarkan dari lemari es.
Bahan yang diperlukan :
Biakan : Escheria coli
Bacillus subtilis
Seratina marcesccens
Media biakan gelatin
Cara mengerjakan :
Hari pertama

Tandai tabung dengan gelatin dengan nama, tanggal, dan mikroorganisme yang diiujikan.

Media diinokulasi dengan cara menusukan mikoorganisme yang diujikan sedalam ¾ bagian dari
lapisan permukaan.

Inkubasikan pada suhu 350C selama 24 jam.

Hari kedua

Amati petumbuhan dalam media gelatin, kemudian masukkan tabung dalam lemari es selama 30
menit.

Amati pencairan gelatin setelah dikeluarkan dari lemari es. Pancairan gelatin dapat dilihat
dengan memiringkan tabung. Bila gelatin tetap dalam keadaan cair, maka mikroorganisme
mampu mencernakan atau menghidrolisiskan gelatin. Beberapa mikroorganisme mampu
mencernakan gelatin namun memerlukan waktu yang lama. Ini berarti bahwa medium gelatin
harus diinkubasikan kembali selama 1 minggu sebelum dapat dinyatakan bahwa hasil pengujian
bersifat negatif

laporkan hasil pengujian.

12. HIDROLISIS UREA


Beberapa mikroorganisme mampu menhasilkan urease yang menguraikan urea menjadi
ammonium dan CO2.aktifitas enzim urease ini dapat diamati dengan menumbuhkan
mikroorganisme dalam media biakan yang mengandung urea dan indicator pH (biasanya phenol
red).Bila urea dihidrolisiskan,NH4+ terakumulasi dalam media biakan dan menyebabkan pH
media menjadoi basa. Perubahan warna dari merah – jingga menjadi merah unggu merupalkan
petunjuk terjadinya hidrolisis urea.
Urea bersipat labil,sehingga media urea tidak dapat disterilisasikan dengan autoklaf.sterilisasi
dilakukan dengan filtrasi.
Bahan yang diperlukan :
Biakan : Escherichia coli
Proteus vulgaris
Media biakan agar urea (miring)
Cara mengerjakan :
Hari pertama

Tandai tabung dengan nama, tanggal dan mikroorganisme yang diuji.

Inokulasi agar miring dengan mikroorganisme.

Inkubasi pada suhu 35 0C selama 48 jam.

Hari kedua

Amati perubahan warna dari merah jingga menjadi merah ungu. Nila perubahan warna sulit
diamati karena pertumbuhan yang subur pada permukaan agar miring, bandingkan bagian “slant”
dengan bagian “butt”.

Laporkan hasil pengujian.

13.PENGGUNAAN SITRAT
Uji sitrat digunakan untuk melihat kemampuan mikroorganisme menggunakan sitra sebagai satu-
satunya sumber karbon dan energi. Untuk uji ini dapat digunakan medium sitrat-koser berupa
meium cair atau sitrat-simon berupa medium padat. Yaitu merupakan medium sintetik dengan na
sitrat sebagi satu-satunya sumber karbon, NH4+ sebagai sumber N dan brom thymol blue
sebagai indicator pH, sedangkan medium sitrat koser tidak mengandung indicator. Bila
mikroorganisme mampu menggunakan sitra maka asam akan dihilangkan dari medium biakan
sehingga meningkatkan pH dan mengubah warna medium dari hijau menadi biru. Perubahan
warna dari hijau menjadi biru menunjukan bahwa mikroorganisme mampu menggunakan sitrat
sebagi sumber karbon. Edangkan padamedium sitrat kser kemampuan mengguanakan sitrat
ditunjukan oleh kekeruhan yang menandakan adanya pertumbuhan.
Bahan yang diperlukan :
Biakan : Escherichia coli
Enterobacter aerogenes
Proteus vulgaris
Pseudomonas aeruginosa
Media biakan Simmons citrate agar
Cara mengerjakan :
Hari pertama

Tandai tabung Simmon’s citrate agar dengan nama, tanggal, dan nama mikroorganisme yang
diuji.

Inokulasi tabung agar dengan inokulum yang tipis.inokulum yang tebal kadangkala
menyebabkan mikroorganisme seakan-akan dapat tumbuh dalam Simmon’s citrate agar, sehingg
hasil pengujian dapat memberikan hasil yang tidak benar.

Inkubasi pada suhu 35 0C selama 48 jam.

Hari kedua

Perhatikan perubahan warna dengan melihat pertumbuhan dan perubahan warna dari hijau ke
biru.

Laporkan hsil pengujian.


BAB IV

MINIMUM INHIBITORY CONCENTRATE (MIC) Dan


MINIMUM KILLING CONCENTRATE (MKC)

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Mikroba


1) Faktor-faktor Fisik

Pengaruh Temperature

Temperatur merupakan salah satu faktor yang penting di dalam kehidupan. Beberapa jenis
mikroba dapat hidup di daerah temperatur yang luas sedang jenis lainnya pada daerah yang
terbatas. Pada umumnya batas daerah tempetur bagi kehidupan mikroba terletak di antara 0 oC
dan 90oC, sehingga untuk masin -masing mikroba dikenal nilai temperatur minimum, optimum
dan maksimum. Temperatur minimum suatu jenis mikroba ialah nilai paling rendah dimana
kegiatan mikroba asih berlangsung. Temperatur optimum adalah nilai yang paling sesuai /baik
untuk kehidupan mikroba. Temperatur maksimum adalah nilai tertinggi yang masih dapat
digunakan untuk aktivitas mikroba tetapi pada tingkatan kegiatan fisiologi yang paling minimal.
Daya tahan mikroba terhadap temperatur tidak sama untuk tiap-tiap spesies. Ada spesies yng
mati setelah mengalami pemanasan beberapa menit didalam medium pada temperature 60oC;
sebaliknya bakteri yang membentuk spora seperti genus Bacillus dan genus Clostridium tetap
hidup setelah dipanasi dengan uap 100oC atau lebih selama 30 menit. Oleh karena itu, proses
sterilisasi untuk membunuh setiap spesies bakteri yakni dengan pemanasan selama 15-20 menit
dengan tekanan 1 atm dan temperatur 121oC di dalam otoklaf.
Mengenai pH medium kenapa berpengaruh terhadap daya tahan mikroba terhadap pemanasan
bahwa sedikit perubahan pH menuju asam atau basa sangat berpengaruh terhadap pemanasan.
Sehubungan dengan hal ini, maka buah-buahan yang masam lebih mudah disterilkan dari pada
sayur mayur atau daging.
Golongan bakteri yang dapat hidup pada batas-batas temperature yang sempit, misalnya
Gonococcus yang hanya dapat hidup pada kisaran 30-40oC. golongan mikroba yang memiliki
batas temperatur minimum dan maksimum tidak telalu besar, disebut stenotermik. Tetapi
Escherichia coli tumbuh pada kisaran temperatur 8-46oC, sehingga beda (rentang) antara
temperatur minimum besar, inilah yang disebut golongan euritermik. Bila mikroba dipiara
dibawah temperatur minimum atau sedikit diatas temperatur maksimum tidak segera mati,
melainkan dalam keadaan dormansi (tidur).
Berdasarkan daerah aktivitas temperatur, mikroba di bagi menjadi 3 golongan, yaitu:

Mikroba psirkofilik (kryofilik) adalah golongan mikroba yang dapat tumbuh pada daerah
temperatur antara 0 C sampai 30 C, dengan temperatur optimum 15 C. kebanyakan golongan ini
tumbuh d tempat-tempat dingin, baik di daratan maupun di lauatan.

Mikroba mesofilik adalah golongan mikroba yang mempunyai temperatur optimum


pertumbuhan antara 25 C-37 C minimum 15 C dan maksimum di sekitar 55 C. umumnya hidup
di dalam alat pencernaan, kadang-kadang ada juga yang dapat hidup dengan baik pada
temperatur 40 C atau lebih.

Mikroba termofilik adalah golongan mikroba yang dapat tumbuh pada daerah temperature tinngi,
optimum 55 C-60 C, minmum 40 C, sedangkan maksimum 75 C. golongan ini terutama terdapat
di dalam sumber-sumber air panas dan tempat-tempat lain yang bertemperatur lebih tinggi dari
55 C.

Temperatur tinggi melebihi temperatur maksimum akan menyebabkan denaturasi protein dan
enzim. Hal ini akan menyebabkan terhentinya metabolisme. Dengan nilai temperatur yang
melebihi maksimum, mikroba akan mengalami kematian. Titik kematian termal suatu jenis
mikroba (Thermal Death Point) adalah nilai temperatur serendah-rendahnya yang dapat
mematikan jenis mikroba yang berada dalam medium standar selama 10 menit dalam kondisi
tertentu. Laju kematian termal (thermal Deat Rate) adalah kecepatan kematian mikroba akibat
pemberian temperatur. Hal ini karena tidak semua spesies mati bersama-sama pada suatu
temperatur tertentu. Biasanya, spesies yang satu lebih tahan dari pada yang lain terhadap suatu
pemanasan, oleh karena itu masing-masing spesies itu ada angka kematian pada suatu
temperatur. Waktu kematian temal (Thermal Death Time) merupakan waktu yang diperlukan
untuk membunuh suatu jenis mikroba pada suatu temperatur yang tetap.
Faktor-faktor yang mempengaruhi titik kematian termal antara lain ialah waktu, temperatur,
kelembaban, bentuk dan jenis spora, umur mikrroba, pH dan komposisi medium. Contoh waktu
kematian thermal (TDT/ thermal death time) untu bakteri E. coli yaitu dalam jangka waktu 20-
30 menit dan suhu 570C.

Kelembaban dan Pangaruh Kebasahan serta Kekeringan

Mikroba mempunyai nilai kelembaban optimum. Pada umumnya untuk pertumbuhan ragi dan
bakteri diperlukan kelembaban yang tinggi di atas 85%, sedangkan untuk jamur di perlukan
kelembaban yang rendah dibawah 80%. Banyak mikroba yang tahan hidup di dalam keadaan
kering untuk waktu yang lama, seperti dalam bentuk spora, konidia, artospora, klamidospora dan
kista.
Setiap mikroba memerlukan kandungan air bebas tertentu untuk hidupnya, biasanya diukur
dengan parameter aw (water activity) atau kelembaban relatif. Mikroba umumnya dapat tumbuh
pada aw 0,998-0,6. bakteri umumnya memerlukan aw 0,90- 0,999. Mikroba yang osmotoleran
dapat hidup pada aw terendah (0,6) misalnya khamir Saccharomyces rouxii. Aspergillus glaucus
dan jamur benang lain dapat tumbuh pada aw 0,8. Bakteri umumnya memerlukan aw atau
kelembaban tinggi lebih dari 0,98, tetapi bakteri halofil hanya memerlukan aw 0,75. Mikroba
yang tahan kekeringan adalah yang dapat membentuk spora, konidia atau dapat membentuk
kista.
Bakteri sebenarnya mahluk yang suka akan keadaan basah, bahkan dapat hidup di dalam air.
Hanya di dalam air yang tertutup mereka tak dapat hidup subur; hal ini di sebabkan karena
kurangnya udara bagi mereka. Tanah yang cukup basah baiklah bagi kehidupan bakteri. Banyak
bakteri menemui ajalnya, jika kena udara kering. Meningococcus, yaitu bakteri yang
menyebabkan meningitis, itu mati dalam waktu kurang daripada satu jam, jika digesekkan di atas
kaca obyek. Sebaliknya,spora-spora bakteri dapat bertahan beberapa tahun dalam keadaan
kering.
Pada proses pengeringan, air akan menguap dari protoplasma. Sehingga kegiatan metabolisme
berhenti. Pengeringan dapat juga merusak protoplasma dan mematikan sel. Tetapi ada mikrobia
yang dapat tahan dalam keadaan kering, misalnya mikrobia yang membentuk spora dan dalam
bentuk kista. Adapun syarat-syarat yang menentukan matinya bakteri karena kekeringan itu
ialah:

Bakteri yang ada dalam medium susu, gula, daging kering dapat bertahan lebih lama daripada di
dalam gesekan pada kaca obyek. Demikian pula efek kekeringan kurang terasa, apabila bakteri
berada di dalam sputum ataupun di dalam agar-agar yang kering.

Pengeringan di dalam terang itu pengaruhnya lebih buruk daripada pengeringan di dalam gelap.

Pengeringan pada suhu tubuh (37°C) atau suhu kamar (+ 26 °C) lebih buruk daripada
pengeringan pada suhu titik-beku.

Pengeringan di dalam udara efeknya lebih buruk daripada pengeringan di dalam vakum ataupun
di dalam tempat yang berisi nitrogen. Oksidasi agaknya merupakan faktor-maut.

Pengaruh Perubahan Nilai Osmotik

Tekanan osmose sebenarnya sangat erat hubungannya dengan kandungan air. Apabila mikroba
diletakkan pada larutan hipertonis, maka selnya akan mengalami plasmolisis, yaitu terkelupasnya
membran sitoplasma dari dinding sel akibat mengkerutnya sitoplasma. Apabila diletakkan pada
larutan hipotonis, maka sel mikroba akan mengalami plasmoptisa, yaitu pecahnya sel karena
cairan masuk ke dalam sel, sel membengkak dan akhirnya pecah.
Berdasarkan tekanan osmose yang diperlukan dapat dikelompokkan menjadi (1) mikroba
osmofil, adalah mikroba yang dapat tumbuh pada kadar gula tinggi, (2) mikroba halofil, adalah
mikroba yang dapat tumbuh pada kadar garam halogen yang tinggi, (3) mikroba halodurik,
adalah kelompok mikroba yang dapat tahan (tidak mati) tetapi tidak dapat tumbuh pada kadar
garam tinggi, kadar garamnya dapat mencapai 30 %.
Contoh mikroba osmofil adalah beberapa jenis khamir. Khamir osmofil mampu tumbuh pada
larutan gula dengan konsentrasi lebih dari 65 % wt/wt (aw = 0,94). Contoh mikroba halofil
adalah bakteri yang termasuk Archaebacterium, misalnya Halobacterium. Bakteri yang tahan
pada kadar garam tinggi, umumnya mempunyai kandungan KCl yang tinggi dalam selnya. Selain
itu bakteri ini memerlukan konsentrasi Kalium yang tinggi untuk stabilitas ribosomnya. Bakteri
halofil ada yang mempunyai membran purple bilayer, dinding selnya terdiri dari murein,
sehingga tahan terhadap ion Natrium.

Kadar Ion Hidrogen (pH)

Mikroba umumnya menyukai pH netral (pH 7). Beberapa bakteri dapat hidup pada pH tinggi
(medium alkalin). Contohnya adalah bakteri nitrat, rhizobia, actinomycetes, dan bakteri
pengguna urea. Hanya beberapa bakteri yang bersifat toleran terhadap kemasaman, misalnya
Lactobacilli, Acetobacter, dan Sarcina ventriculi. Bakteri yang bersifat asidofil misalnya
Thiobacillus. Jamur umumnya dapat hidup pada kisaran pH rendah. Apabila mikroba ditanam
pada media dengan pH 5 maka pertumbuhan didominasi oleh jamur, tetapi apabila pH media 8
maka pertumbuhan didominasi oleh bakteri. Berdasarkan pH-nya mikroba dapat dikelompokkan
menjadi 3 yaitu (a) mikroba asidofil, adalah kelompok mikroba yang dapat hidup pada pH 2,0-
5,0, (b) mikroba mesofil (neutrofil), adalah kelompok mikroba yang dapat hidup pada pH 5,5-
8,0, dan (c) mikroba alkalifil, adalah kelompok mikroba yang dapat hidup pada pH 8,4-9,5.
Contoh pH minimum, optimum, dan maksimum untuk beberapa jenis bakteri adalah sebagai
berikut :

pH
Nama Mikroba
Minimum Optimum Maksimum

Escherichia coli 4,4 6,6-7,0 9,0

Proteus vulgaris 4,4 6,6-7,0 8,4

Enterobacter 4,4 6,6-7,0 9,0


aerogenes

Pseudomonas 5,6 6,6-7,0 8,0


aeruginosa

Clostridium 5,0-5,8 6,0-7,6 8,5-9,0


sporogenes
Nitrosomonas spp 7,0-7,6 8,0-8,8 9,4

Nitrobacter spp 6,6 7,6-8,6 10,0

Thiobacillus 1,0 2,0-2,8 4,0-6,0


Thiooxidans

Lactobacillus 4,0-4,6 5,8-6,6 6,8


acidophilus

Untuk menumbuhkan mikroba pada media memerlukan pH yang konstan, terutama pada
mikroba yang dapat menghasilkan asam. Misalnya Enterobacteriaceae dan beberapa
Pseudomonadaceae. Oleh karenanya ke dalam medium diberi tambahan buffer untuk menjaga
agar pH nya konstan. Buffer merupakan campuran garam mono dan dibasik, maupun senyawa-
senyawa organik amfoter. Sebagai contoh adalah buffer fosfat anorganik dapat mempertahankan
pH diatas 7,2. Cara kerja buffe adalah garam dibasik akan mengadsorbsi ion H+ dan garam
monobasik akan bereaksi dengan ion OH-.

Tegangan Permukaan

Tegangan muka mempengaruhi cairan sehingga permukaan cairan tersebut menyerupai membran
yang elastis. Seperti telah diketahui protoplasma mikroba terdapat di dalam sel yang dilindungi
dinding sel, maka apabilaada perubahan tegangan muka dinding sel akan mempengaruhi pula
permukaan protoplasma. Akibat selanjutnya dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba dan
bentuk morfologinya. Zat-zat seperti sabun, deterjen, dan zat-zat pembasah (surfaktan) seperti
Tween80 dan Triton A20 dapat mengurangi tegangan muka cairan/larutan. Umumnya mikroba
cocok pada tegangan muka yang relatif tinggi.

Tekanan Hidrostatik

Tekanan hidrostatik mempengaruhi metabolisme dan pertumbuhan mikroba. Umumnya tekanan


1-400 atm tidak mempengaruhi atau hanya sedikit mempengaruhi metabolisme dan pertumbuhan
mikroba. Tekanan hidrostatik yang lebih tinggi lagi dapat menghambat atau menghentikan
pertumbuhan, oleh karena tekanan hidrostatik tinggi dapat menghambat sintesis RNA, DNA, dan
protein, serta mengganggu fungsi transport membran sel maupun mengurangi aktivitas berbagai
macam enzim. Tekanan diatas 100.000 pound/inchi2 menyebabkan denaturasi protein. Akan
tetapi ada mikroba yang tahan hidup pada tekanan tinggi (mikroba barotoleran), dan ada mikroba
yang tumbuh optimal pada tekanan tinggi sampai 16.000 pound/inchi2 (barofil). Mikroba yang
hidup di laut dalam umumnya adalah barofilik atau barotoleran. Sebagai contoh adalah bakteri
Spirillum.

Pengaruh Sinar

Kebanyakan bakteri tidak dapat mengadakan fotosintesis, bahkan setiap radiasi dapat berbahaya
bagi kehidupannya. Sinar yang nampak oleh mata kita, yaitu yang bergelombang antara 390 m μ
sampai 760 m μ, tidak begitu berbahaya; yang berbahaya ialah sinar yang lebih pendek
gelombangnya, yaitu yang bergelombang antara 240 m μ sampai 300 m μ. Lampu air rasa
banyak memancarkan sinar bergelombang pendek ini. Lebih dekat, pengaruhnya lebih buruk.
Dengan penyinaran pada jarak dekat sekali, bakteri bahkan dapat mati seketika, sedang pada
jarak yang agak jauh mungkin sekali hanya pembiakannya sajalah yang terganggu. Spora-spora
dan virus lebih dapat bertahan terhadap sinar ultra-ungu. Sinar ultra-ungu biasa dipakai untuk
mensterilkan udara, air, plasma darah dan bermacam-macam bahan lainya. Suatu kesulitan ialah
bahwa bakteri atau virus itu mudah sekali ketutupan benda-benda kecil, sehingga dapat terhindar
dari pengaruh penyinaran. Alangkah baiknya, jika kertas-kertas pembungkus makanan, ruang-
ruang penyimpan daging, ruang-ruang pertemuan, gedung-gedung bioskop dan sebagainya pada
waktu-waktu tertentu dibersihkan dengan penyinaran ultra-ungu.
2) Faktor-faktor Kimia

Fenol Dan Senyawa-Senyawa Lain Yang Sejenis

Larutan fenol 2 sampai 4% berguna bagi desinfektan. Kresol atau kreolin lebih baik khasiatnya
daripada fenol. Lisol ialah desinfektan yang berupa campuran sabun dengan kresol; lisol lebih
banyak digunakan daripada desinfektan-desinfektan yang lain. Karbol ialah lain untuk fenol.
Seringkali orang mencampurkan bau-bauan yang sedap, sehingga desinfektan menjadi menarik.

Formaldehida (CH2O)

Suatu larutan formaldehida 40% biasa disebut formalin. Desinfektan ini banyak sekali digunakan
untuk membunuh bakteri, virus, dan jamur. Formalin tidak biasa digunakan untuk jaringan tubuh
manusia, akan tetapi banyak digunakan untuk merendam bahanbahan laboratorium, alat-alat
seperti gunting, sisir dan lain-lainnya pada ahli kecantikan.

Alkohol

Etanol murni itu kurang daya bunuhnya terhadap bakteri. Jika dicampur dengan air murni,
efeknya lebih baik. Alcohol 50 sampai 70% banyak digunakan sebagai desinfektan.

Yodium

Yodium-tinktur, yaitu yodium yang dilarutkan dalam alcohol, banyak digunakan orang untuk
mendesinfeksikan luka-luka kecil. Larutan 2 sampai 5% biasa dipakai. Kulit dapat terbakar
karenanya , oleh sebab itu untuk luka-luka yang agak lebar tidak digunakan yodium-tinktur.

Klor Dan Senyawa Klor

Klor banyak digunakan untuk sterilisasi air minum. Persenyawaan klor dengan kapur atau
natrium merupakan desinfektan yang banyak dipakai untuk mencuci alat-alat makan dan minum.

Zat Warna

Beberapa macam zat warna dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Pada umumnya bakteri
gram positif iktu lebih peka terhadap pengaruh zat warna daripada bakteri gram negative. Hijau
berlian, hijau malakit, fuchsin basa, kristal ungu sering dicampurkan kepada medium untuk
mencegah pertumbuhanbakteri gram positif. Kristal ungu juga dipakai untuk mendesinfeksikan
luka-luka pada kulit. Dalam penggunaan zat warna perlu diperhatikan supaya warna itu tidak
sampai kena pakaian.

Obat Pencuci (Detergen)

Sabun biasa itu tidak banyak khasiatnya sebagai obat pembunuh bakteri, tetapi kalau dicampur
dengan heksaklorofen daya bunuhnya menjadi besar sekali. Sejak lama obat pencuci yang
mengandung ion (detergen) banyak digunakan sebagai pengganti sabun. Detergen bukan saja
merupakan bakteriostatik, melainkan juga merupakan bakterisida. Terutama bakteri yang gram
positif itu peka sekali terhadapnya. Sejak 1935 banyak dipakai garam amonium yang
mengandung empat bagian. Persenyawaan ini terdiri atas garam dari suatu basa yang kuat
dengan komponen-komponen. Garam ini banyak sekali digunakan untuk sterilisasi alat-alat
bedah, digunakan pula sebagai antiseptik dalam pembedahan dan persalinan, karena zat ini tidak
merusak jaringan, lagipula tidak menyebabkan sakit. Sebagai larutan yang encer pun zat ini
dapat membunuh bangsa jamur, dapat pula beberapa genus bakteri Gram positif maupun Gram
negatif. Agaknya alkil-dimentil bensil-amonium klorida makin lama makin banyak dipakai
sebagai pencuci alat-alat makan minum di restoran-restoran. Zat ini pada konsentrasi yang biasa
dipakai tidak berbau dan tidak berasa apa-apa.

Sulfonamida

Sejak 1937 banyak digunakan persenyawaan-persenyawaan yang mengandung belerang sebagai


penghambat pertumbuhan bakteri dan lagi pula tidak merusak jaringan manusia. Terutama
bangsa kokus seperti Streptococcus yang menggangu tenggorokan, Pneumococcus, Gonococcus,
dan Meningococcus sangat peka terhadap sulfonamida. Penggunaan obat-obat ini, jika tidak
aturan akan menimbulkan gejalagejala alergi, lagi pula obat-obatan ini dapat menimbulkan
golongan bakteri menjadi kebal terhadapnya. Khasiat sulfonamida itu terganggu oleh asam-p-
aminobenzoat. Asam-p-aminobenzoat memegang peranan sebagai pembantu enzim-enzim
pernapasan, dalam hal itu dapat terjadi persaingan antara sulfanilamide dan asam-
paminobenzoat. Sering terjadi, bahwa bakteri yang diambil dari darah atau cairan tubuh orang
yang habis diobati dengan sulfanilamide itu tidak dapat dipiara di dalam medium biasa. Baru
setelah dibubuhkan sedikit asam-p-aminobenzoat ke dalam medium tersebut, bakteri dapat
tumbuh biasa. Berikut ialah rumus bangun sulfonamide dan asam-p-aminobenzoat.

Antibiotik

Antibiotik yang pertama dikenal ialah pinisilin, yaitu suatu zat yang dihasilkan oleh jamur
Pinicillium. Pinisilin di temukan oleh Fleming dalam tahun 1929, namun baru sejak 1943
antibiotik ini banyak digunakan sebagai pembunuh bakteri. Selama Perang Dunia Kedua dan
sesudahnya bermacam-macam antibiotik diketemukan, dan pada dewasa ini jumlahnya ratusan.
Genus Streptomyces menghasilkan streptomisin, aureomisin, kloromisetin, teramisin,
eritromisin, magnamisin yang masing-masing mempunyai khasiat yang berlainan. Akhir-akhir
ini orang telah dapat membuat kloromisetin secara sintetik, obat-obatan ini terkenal sebagai
kloramfenikol. Diharapkan antibiotik-antibiotik yang lain pun dapat dibuat secara sintetik pula.
Ada yang kita kenal beberapa antibiotik yang dapat dihasilkan oleh golongan jamur, melainkan
oleh golongan bakteri sendiri, misalnya tirotrisin dihasilkan oleh Bacillus brevis, basitrasin oleh
Bacillus subtilis, polimiksin oleh Bacillus polymyxa.Antibiotik yang efektif bagi banyak spesies
bakteri, baik kokus, basil, maupun spiril, dikatakan mempunyai spektrum luas. Sebaliknya, suatu
antibiotik yang hanya efektif untuk spesies tertentu, disebut antibiotik yang spektrumnya sempit.
Pinisilin hanya efektif untuk membrantas terutama jenis kokus, oleh karena itu pinisilin
dikatakan mempunyai spektrum yang sempit. Tetrasiklin efektif bagi kokus, basil dan jenis spiril
tertentu, oleh karena itu tetrasiklin dikatakan mempunyai spektrum luas. Sebelum suatu
antibiotik digunakan untuk keperluan pengobatan, maka perlulah terlebih dahulu antibiotik itu
diuji efeknya terhadap spesies bakteri tertentu.

Garam – Garam Logam

Garam dari beberapa logam berat seperti air raksa dan perak dalam jumlah yang kecil saja dapat
menumbuhnkan bakteri, daya mana disebut oligodinamik. Hal ini mudah sekali dipertunjukkan
dengan suatu eksperimen.
Sayang benar garam dari logam berat itu mudah merusak kulit, maka alat-alat yang terbuat dari
logam, dan lagi pula mahal harganya. Meskipun demikian orang masih bisa menggunakan
merkuroklorida (sublimat) sebagai desinfektan. Hanya untuk tubuh manusia lazimnya kita pakai
merkurokrom, metafen atau mertiolat. ONa HgOH SHgCH2.CH3 CH3 NO3 COONa metafen
mertiolat
Persenyawaan air rasa yang organik dapat pula dipergunakan untuk membersihkan biji – bijian
supaya terhindar dari gangguan bangsa jamur. Nitrat perak 1 sampai 2% banyak digunakan untuk
menetesi selaput lendir, misalnya pada mata bayi yang baru lahir untuk mencegah gonorhoea.
Banyak juga orang mempergunakan persenyawaan perak dengan protein. Garam tembaga jarang
dipakai sebagai bakterisida, akan tetapi banyak digunakan untuk menyemprot tanaman dan untuk
mematikan tumbuhan ganggang di kolam-kolam renang.
3) Faktor-faktor Biologi

Netralisme

Netralisme adalah hubungan antara dua populasi yang tidak saling mempengaruhi. Hal ini dapat
terjadi pada kepadatan populasi yang sangat rendah atau secara fisik dipisahkan dalam
mikrohabitat, serta populasi yang keluar dari habitat alamiahnya. Sebagai contoh interaksi antara
mikroba allocthonous (nonindigenous) dengan mikroba autochthonous (indigenous), dan antar
mikroba nonindigenous di atmosfer yang kepadatan populasinya sangat rendah. Netralisme juga
terjadi pada keadaan mikroba tidak aktif, misal dalam keadaan kering beku, atau fase istirahat
(spora, kista).

Komensalisme

Hubungan komensalisme antara dua populasi terjadi apabila satu populasi diuntungkan tetapi
populasi lain tidak terpengaruh. Contohnya adalah:
- Bakteri Flavobacterium brevis dapat menghasilkan ekskresi sistein. Sistein dapat digunakan
oleh Legionella pneumophila.
- Desulfovibrio mensuplai asetat dan H2 untuk respirasi anaerobic Methanobacterium.

Sinergisme

Suatu bentuk asosiasi yang menyebabkan terjadinya suatu kemampuan untuk dapat melakukan
perubahan kimia tertentu di dalam substrat. Apabila asosiasi melibatkan 2 populasi atau lebih
dalam keperluan nutrisi bersama, maka disebut sintropisme. Sintropisme sangat penting dalam
peruraian bahan organik tanah, atau proses pembersihan air secara alami.

Mutualisme (Simbiosis)

Mutualisme adalah asosiasi antara dua populasi mikroba yang keduanya saling tergantung dan
sama-sama mendapat keuntungan. Mutualisme sering disebut juga simbiosis. Simbiosis bersifat
sangat spesifik (khusus) dan salah satu populasi anggota simbiosis tidak dapat digantikan
tempatnya oleh spesies lain yang mirip. Contohnya adalah Bakteri Rhizobium sp. yang hidup
pada bintil akar tanaman kacang-kacangan. Contoh lain adalah Lichenes (Lichens), yang
merupakan simbiosis antara algae sianobakteria dengan fungi. Algae (phycobiont) sebagai
produser yang dapat menggunakan energi cahaya untuk menghasilkan senyawa organik.
Senyawa organik dapat digunakan oleh fungi (mycobiont), dan fungi memberikan bentuk
perlindungan (selubung) dan transport nutrien / mineral serta membentuk faktor tumbuh untuk
algae.

Kompetisi
Hubungan negatif antara 2 populasi mikroba yang keduanya mengalami kerugian. Peristiwa ini
ditandai dengan menurunnya sel hidup dan pertumbuhannya. Kompetisi terjadi pada 2 populasi
mikroba yang menggunakan nutrien / makanan yang sama, atau dalam keadaan nutrien terbatas.
Contohnya adalah antara protozoa Paramaecium caudatum dengan Paramaecium aurelia.

Amensalisme (Antagonisme)

Satu bentuk asosiasi antar spesies mikroba yang menyebabkan salah satu pihak dirugikan, pihak
lain diuntungkan atau tidak terpengaruh apapun. Umumnya merupakan cara untuk melindungi
diri terhadap populasi mikroba lain. Misalnya dengan menghasilkan senyawa asam, toksin, atau
antibiotika. Contohnya adalah bakteri Acetobacter yang mengubah etanol menjadi asam asetat.
Thiobacillus thiooxidans menghasilkan asam sulfat. Asam-asam tersebut dapat menghambat
pertumbuhan bakteri lain. Bakteri amonifikasi menghasilkan ammonium yang dapat
menghambat populasi Nitrobacter.

Parasitisme

Parasitisme terjadi antara dua populasi, populasi satu diuntungkan (parasit) dan populasi lain
dirugikan (host / inang). Umumnya parasitisme terjadi karena keperluan nutrisi dan bersifat
spesifik. Ukuran parasit biasanya lebih kecil dari inangnya. Terjadinya parasitisme memerlukan
kontak secara fisik maupun metabolik serta waktu kontak yang relatif lama. Contohnya adalah
bakteri Bdellovibrio yang memparasit bakteri E. coli. Jamur Trichoderma sp. memparasit jamur
Agaricus sp.

Predasi

Hubungan predasi terjadi apabila satu organisme predator memangsa atau memakan dan
mencerna organisme lain (prey). Umumnya predator berukuran lebih besar dibandingkan prey,
dan peristiwanya berlangsung cepat. Contohnya adalah Protozoa (predator) dengan bakteri
(prey).
BAB V

OLIGODINAMIK

A.Pengertian dan Jenis Disinfektan


Zat antimikroba adalah senyawa yang dapat membunuh atau menghambat
pertumbuhan mikroorganisme. Zat antimikroba dapat bersifat membunuh mikroorganisme
(microbicidal) atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme (microbiostatic).
Disinfektan yaitu suatu senyawa kimia yang dapat menekan pertumbuhan
mikroorganisme pada permukaan benda mati seperti meja, lantai dan pisau bedah.
Adapun antiseptik adalah senyawa kimia yang digunakan untuk menekan
pertumbuhan mikroorganisme pada jaringan tubuh, misalnya kulit. Efisiensi dan
efektivitas disinfektan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:

Konsentrasi

Waktu terpapar

Jenis mikroba

Kondisi lingkungan: temperatur, pH dan jenis tempat mikroba hidup

Beberapa jenis disinfektan diantaranya adalah:


v
Pengujian zat disinfektan dengan kertas cakram
Cara kerja :
Inokulasikan E. coli dan Bacillus sp. Pada NA cawan sengan streak kontinyu.
Kertas cakram steril dicelupkan ke dalam larutan disinfektan (alkohol 70%,
LysoI 5%, betadin, dan hipoklorit 5%). Setelah diangkat, sisa tetes larutan yang
berlebihan pada kertas cakram diulaskan pada dinding wadah karena
dikhawatirkan larutan akan meluas di permukaan agar jika larutan terlalu
banyak.
Kertas cakram diletakkan dipermukaan agar dengan pinset. Tekan dengan
pinset supaya kertas cakram benar-benar menempel pada agar.
Inkubasi selama 48 jam pada 37 0C.
Zona hambat yang terbentuk diukur diameternya, bandingkan daya kerja
berbagai disinfektan.
Pengujian pengaruh daya oligodinamik
Logam-logam berat seperti Hg, Cu, Ag dan Pb bersifat racun terhadap sel
meskipun hanya dalam kadar rendah. Logam mengalami ionisasi dan ion-ion tersebut
bereaksi dengan bagian sulfihidril pada protein sel sehingga menyebabkan
denaturasi. Daya hambat atau mematikan dari logam dengan konsentrasi yang rendah
disebut daya oligodinamik.
Cara Kerja :
1.Inokulasikan E.coli dan Bacillus sp. pada cawan NA dengan streak kontinyu
2.Letakan koin tembaga dan seng ke dalam cawan dengan pinset
3.Inkubasi 370C selama 48 jam
4.Hitung zona hambat yang terbentuk dengan mengukur diameter daerah yang
jernih atau tidak ada pertumbuhan
B.Pengertian dan Jenis Antibiotik

Antibiotik adalah bahan yang dihasilkan oleh mikroorganisme atau sintetis


yang dalam jumlah kecil mampu menekan menghambat atau membunuh
mikroorganisme lainnya. Antibiotik memiliki spektrum aktivitas antibiosis yang
beragam.
Antibiotik dikelompokkan berdasarkan gugus aktifnya, misal antibiotik
macrolide, antimikroba peptida. Adapun penamaannya biasanya berdasarkan gugus
kimiawinya ataupun mikroorganisma produsernya, misalnya:
v ragam antibakteria:
- Penicillin dan cephalosporin
-Erythromycine
- Sulfa drugs
- Trimethoprim dan sulfamethoxazole
- Polymyxin B
- Quinolone
- Tetracycline
v Antifungi :
- Nystatin
- Azoles
Mekanisme kerja antibiotik antara lain :
v Menghambat dsintesis dinding sel
v Merusak permeabilitas membran sel.
v Menghambat sintesis RNA (proses transkripsi)
v Menghambat sintesis protein (proses translasi).
v Menghambat replikasi DNA.
Prosedur difusi-kertas cakram-agar yang distandardisasikan (metode Kirby-
Bauer) merupakan cara untuk menentukan sensitivitas antibiotik untuk bakteri.
Sensitivitas suatu bakteri terhadap antibiotik ditentukan oleh diameter zona hambat
yang terbentuk. Semakin besar diameternya maka semakin terhambat
pertumbuhannya, sehingga diperlukan standar acuan untuk menentukan apakah
bakteri itu resisten atau peka terhadap suatu antibiotik.
Faktor yang mempengaruhi metode Kirby-Bauer :
- Konsentrasi mikroba uji
- Konsentrasi antibiotik yang terdapat dalam cakram
- Jenis antibiotik.
- pH medium.
Cara kerja pengujian antibiotik dengan metode Kirby-Bauer :
1. Celupkan cotton bud (cotton swab) dalam biakan bakteri kemudian tekan kapas ke sisi tabung
agar air tiris
2. Ulaskan pada seluruh permukaan cawan Mueller-Hinton Agar secara merata.
3. Biarkan cawan selama 5 menit.
4. Kertas cakram dicelupkan dalam larutan antibiotik dengan konsentrasi tertentu.
4. Angkat, biarkan sejenak agar tiris, selanjutnya letakkan kertas cakram pada
permukaan agar.
5. Kertas cakram ditekan menggunakan pinset supaya menempel sempurna di
permukaan agar.
6. Inkubasi pada suhu 37 0C selama 24-48 jam.
7. Ukur diameter zona hambat (mm) kemudian bandingkan dengan tabel.
sensitivitas antibiotik.
Cara menginterpretasikan :
Ukur diameter zona hambat (zona jernih)
Misal didapatkan zona hambat suatu bakteri berdiameter 26 mm untuk Eryhtromycin.
Maka interpretasinya adalah bakteri tersebut peka terhadap antibiotik Eryhtromycin.
Resistent : tahan
Intermediate : medium
Susceptible : peka
BAB V1

POTENSI ANTIBIOTIK

Bakteri, dari kata lain bacterium adalah kelompok raksasa dari organisme hidup. Mereka
sangatlah kecil (mikroskopik) dan kebanyakan uniseluler (bersel tunggal), dengan struktur sel
yang relative sederhana tanpa nucleus/inti sel, cytoskeleton, dan organelle lain seperti
mitokondria dan kloroplas. Struktur sel mereka dijelaskan lebih lanjut dalam artikel mengenai
prokaryota, karena bakteri merupakan prokaryota, untuk membedakan mereka dengan organisme
yang memiliki sel lebih kompleks, disebut eukaryota. Istilah “bakteri” telah diterapkan untuk
semua prokaryota atau untuk kelompok besar mereka, tergantung pada gagasan mengenai
hubungan mereka.
Bakteri adalah yang paling berkelimpahan dari semua organisme. Mereka tersebar (berada
dimana-mana) di tanah, air dan sebagai simbiosis dari organisme lain. Banyak patogen
merupakan bakteri. Kebanyakan dari mereka kecil, biasanya hanya berukuran 0,5-5µm, meski
sebuah jenis dapat menjangkau 0.3 mm dalam diameter (Thiomargarita) mereka umumnya
memiliki dinding sel, seperti sel hewan dan jamur, tetapi dengan komposisi yang sangat berbeda
(peptidoglycan). Banyak yang bergerak menggunakan flagella, yang berbeda dalam strukturnya
dari flagella kelompok lain. Mikroorganisme, khususnya bakteri lebih kita kenal sebagai kuman
penyebab penyakit. Sejak lama manusia mencoba berbagai cara untuk menanganinya. Mulai dari
cara pengobatan dengan desinfektan dan antibiotik, sampai pada pemanfaatan makanan.
ANTIBIOTIK
Penemuan Alexander Fleming berupa antibiotik penisilin merupakan tonggak awal perlawanan
terhadap bakteri. Penggunaan antibiotik sampai sekarang merupakan cara yang paling efektif
untuk mengobati penyakit-penyakit yang disebabkan bakteri. Apabila diberi sesuai dosis yang
diperlukan, daya kerjanya tidak hanya dapat menghentikan daya tumbuh bakteri, melainkan juga
membasminya hingga tuntas.
Pada perkembangan selanjutnya penggunaan antibiotik ternyata memiliki dampak negatif yang
menghawatirkan. Penggunaan secara berlebihan yang tidak disrtai dengan ketepatan dalam
pemberian resep, serta kesalahan pola pemakaian pada penderita penyakit telah menyebabkan
resistensi bakteri terhadap antibiotik yang bersangkutan. Jika hal ini tidak segera diatasi, alih-alih
menyembuhkan penyakit, antibiotik justru membuat kuman penyakit menjadi lebih kuat.
Pemberian antibiotik secara tidak tepat juga dapat menyebabkan efek samping secara langsung
berupa kerusakan pada organ yang bisa menyebabkan kematian. Selain itu, bahan yang diberikan
secara berlebihan juga dapat membunuh bakteri-bakteri baik yang diperlukan tubuh.
2.1 Pengertian Antibiotik
Antibiotik adlah obat yang membunuh atau memperlambat pertumbuhan bakteri. Antibiotik
adlah salah satu ”Antimikroba”, yaitu kelompok obat yang mencakup antivirus, antijamur, dan
antiparasit. Obat semacam ini tidak berbahaya bagi tubuh manusia, sehingga dapat digunakan
sebagai mengobati infeksi. Istilah ini awalnya hanya digunakan untuk formulasi yang diperoleh
dari makhluk hidup, tetapi sekarang antimikrobial buatan juga termasuk didalamnya, seperti
sulfonamida.
Tidak seperti perawatan infeksi sebelumnya, yang menggunakan racun seperti striknin, antibiotik
dijuluki ”peluru ajaib”: obat yang membidik penyakit tanpa melukai tuannya. Antibiotik tidak
efektif menangani infeksi akibat virus, jamur, atau nonbakteri lainnya., dan individu antibiotik
sangat beragam keefektifannya dalam melawan berbagai jenis bakteri. Ada antibiotik yang
membidik bakteri gram negatif atau gram positif, ada pula yang sprektumnya lebih luas.
Keefektifannya juga bergantung pada lokasi infeksi dan kemampuan antibiotik mencapai lokasi
tersrbut. Antibiotik yang dimakan adalah pendekatan yang mudah jika efektif, dan
antibiotikmelalui infus digunakan untuk kasus yang lebih serius. Antibiotik kadang kala dapat
digunakan setempat, seperti tetes mata dan salep.
Antibiotik adalah segala macam bahan yang dihasilkan dan dikeluarkan suatu mikroorganisme
yang dapat menghambat atau membunuh mikroorganisme lain. Bahannya merupakan racun
spesifik yang dapat membunuh organisme saingan tanpa merusak sel-sel hidup disekitarnya.
Masing-masing tipe antibiotik memberikan efek yang berbeda tarhadap bermacam jenis bakteri.
Beberapa antibiotik membunuh bakteri dengan menghambat kemampuannya dalam mengubah
glukosa menjadi energi, atau menghilangkan kemampuan bakteri untuk membentuk dinding sel.
Apabila hal ini terjadi, maka bakteri tersebut tidak akan dapat berkembang biak dan kemudian
mati.
Sebagian besar bahan antibiotik adalah produk alami. Meskipun antibiotik awal yaitu penisilin
dihasilkan dari sejenis jamur, sekira 90% dari antibiotik yang digunakan sekarang diisolasi dari
bakteri. Beberapa jenis dihasilkan dari bahan sintesis yang dibuat dengan teknik rekayasa
dilaboratorium.
Selain penisilin dan turunannya, terdapat juga jenis-jenis antibiotik lain seperti streptomisin,
tetrasiklin, dan lain-lain. Jenis yang paling banyak diresepkan dokter sekarang ini adalah jenis
antibiotik Beta-laktam. Antibiotik ini dipilih karena tingkat selektivitasnya tinggi, mudah
didapat, dengan analog sintesis yang tersedia dalam jumlah yang banyak.
Antibiotik adalah kelas obat-obatan yang digunakan dalam mengobati penyakit berjangkit yang
disebabkan oleh kuman bacteria. Antibiotik bertindak dengan cara membunuh bacteria
(Bakterisida) atau merencat pertumbuhan bacteria (Bakteriostatik) bagi membolehkan system
ketahanan tubuh memusnahkannya.
Penemuan dan penciptaan antibiotik bermula pada tahun 1935 dianggap sebagai obat ajaib
karena dapat membunuh bacteria dan seterusnya menyelamatkan penduduk dunia daripada
kesengsaraan.
Hasil penemuan ini didapati berupaya mengurangkan kematian manusia akibat jangkitan
penyakit yang pada abad 18 hingga 20 apabila seluruh dunia mengalami masalah penyakit
berjangkit yang serius seperti penyakit kelamin, pneumonia, cirit-birit, meningitis, wabak
bubonik , batuk kering, demam kuning, tifus dan taun yang telah membunuh jutaan manusia.
Setiap antibiotik hanya efektif untuk jenis infeksi tertentu. Misalnya untuk pasien yang
didiagnosa menderita radang paru-paru, maka dipilih antibiotik yang dapat membunuh bakteri
penyebab radang paru-paru ini. Keefektifan masing-masing antibiotik bervariasi tergantung pada
lokasi infeksi dan kemampuan antibiotik mencapai lokasi tersebut.
Antibiotik oral adalah cara yang paling mudah dan efektif, dibandingkan dengan antibiotik
intravena (suntikan melalui pembuluh darah) yang biasanya diberikan untuk kasus yang lebih
serius. Beberapa antibiotik juga dipakai secara topikal seperti dalam bentuk salep, krim, tetes
mata dan tetes telinga.
Penentuan jenis bakteri patogen ditentukan dengan pemeriksaan laboratorium. Teknik khusus
seperti pewarnaan gram cukup membantu mempersempit jenis bakteri penyebab infeksi. Spesies
bakteri tertentu akan berwarna dengan pewarnaan gram, sementara bakteri lainnya tidak. Teknik
kultur bakteri juga dapat dilakukan dengan cara menganbil bakteri dari infeksi pasien dan
kemudian dibiarkan tumbuh. Dari cara ini bakteri tumbuh dan penampakannya dapat membantu
mengidentifikasi spesies bakteri. Dengan kultur bakteri, sensivitas antibiotik juga dapat diuji.
Penting bagi pasien atau keluarganya untuk mempelajari pemakaian antibiotik yang benar,
seperti aturan dan jangka waktu pemakaian. Aturan pakai mencakup dosis obat, jarak waktu
antar pemakaian, kondisi lambung (berisi atau kosong) dan interaksi dengan makanan dan obat
lain. Pemakaian yang kurang tepat akan mempengaruhi penyerapannya, yang pada akhirnya akan
mengurangi atau menghilangkan keefektifannya.
Bila pemakaian antibiotik dibarengi dengan obat lain, yang perlu diperhatikan adalah interaksi
obat, baik dengan obat bebas maupun obat yang diresepkan dokter. Sebagai contoh: Biaxin (
klaritomisin, antibiotik) seharusnya tidak dipakai bersama-sama dengan Theo-Dur (teofin, obat
asma). Berikan informasi kepada dokter dan apoteker tentang semua obat-obatan yang sedang
dipakai sewaktu menerima pengobatan dengan antibiotik.
Jangka waktu pemakaian antibiotik adalah satu periode yang ditetapkan dokter. Sekalipun sudah
merasa sembuh sebelum antibiotik yang diberikan habis, pemakaian antibiotik seharusnya
dituntaskan dalam satu periode pengobatan. Bila pemakaian antibiotik terhenti ditengah jalan,
maka mungkin tidak seluruh bakteri mati, sehingga menyebabkan bakteri resistan terhadap
antibiotik tersebut. Hal ini dapat menimbulkan masalah serius bila bakteri yang resistan
berkembang sehingga menyebabkan infeksi ulang.
2.2 JENIS-JENIS ANTIBIOTIK
1.Penisilin
Antibiotik moderen yang pertama, dan yang masih tergolong diantara yang masih bermanfaat
serta yang paling luas penggunaanya , ialah penisilin. Penisilin merupakan suatu kelompok
persenyawaan dengan struktur yang sekerabat dan sifat-sifat serta aktifitas yang agak berbeda .
semua penisilin mempunyai inti yang sama yaitu cincin β-laktam-thiazolidin: yang justru
memberikan sifat unik pada masing-masing penisilin ialah rantai sampingnyayang berbeda-beda.
Secara kimiawi penisilin di golongkan kedalam antibiotik β-laktam.
Cara kerja:Penisilin menghambat pembentukan dinding sel bakteri dengan cara mencegah
digabungkannya asam N-assetilmuramat, yang dibentuk dalam sel bakteri. Mekanisme kerja ini
konsisten dengan kenyataan bahwa penisilin hanya bekerja pada bakteri yang sedang tumbuh
dengan aktif. Sel-sel bakteri yang ditumbuhkan dengan adanya antibiotik ini akan menjadi luar
biasa besar ukurannya serta memiliki bentuk yang tak umum. Basilus yang dikenai penisilin
membentuk tonjolan-tonjolan pada dinding selnya sehingga sitoplasma mengalir kedalamnya.
Sel kehilangan sitoplasmanya karena lisis dan tertinggalah membran sitoplasma yang kosong
sebagai ”hantu”.
2.Sefalosforin
Sefalosforin merupakan sekelompok antibiotik yang dihasilkan oleh suatu spesies cendawan laut,
Chefalosforium acremonium. Kelompok kimiawinya sama seperti penisilin, yaitu β-laktam.
Sejumlah besar sefalosforium semi sintetis sudah dapat dibuat dan beberapa diantaranya bernilai
kemoterapeutik. Aktif terhadap banyak bakteri gram positif dan gram negatif. Tidak dirusak oleh
penisilinase, dam beberapa diantaranya stabil pada pH asam.
Cara kerja : seperti halnya penisilin sefalosforin juga melancarkan fek antibakterialnya dengan
cara menghambat sintetis tinggi sel bakteri. Sefalosforin bersifat baktrisid.
Streptomisin
Streptomisin dihasilkan oleh streptomyces griceus, suatu bakteri tanah yang diisolasi oleh
Waksman dan rekan-rekannya, yang melaporkan aktifitas antibiotik pada tahun 1994. Yang
terutama penting ialah penemuan mengenai aktifitas terhadap bacilus TBC, streptomisin
kemudian menjadi antibiotik utama untuk kemoterapi tuberculosis. Streptomisin efektif untuk
banyak bakteri gram positf dan gram negatif.
3.Inhibitor sintesis dinding sel bakteri, mencakup golongan Penicillin, Polypeptide dan
Cephalosporin, misalnya ampicillin, penicillin G.
4.Inhibitor transkripsi dan replikasi, mencakup golongan Quinolone,
misalnya rifampicin, actinomycin D, nalidixic acid.
5.Inhibitor sintesis protein, mencakup banyak jenis antibiotik, terutama dari golongan Macrolide,
Aminoglycoside, dan Tetracycline,
misalnya gentamycin, chloramphenicol, kanamycin, streptomycin, tetracycline, oxytetracycline;
6.Inhibitor fungsi membran sel, misalnya ionomycin, valinomycin.
7.Inhibitor fungsi sel lainnya, seperti golongan sulfa atau sulfonamida,
misalnya oligomycin, tunicamycin; dan
8.Antimetabolit, misalnya azaserine.
2.3 MEKANISME RESISTENSI MIKROBA
Mekanisme terjadinya resistensi terhadap senyawa antimikroba antara lain :
1)Mikroba mensintesis ensim yang dapat mengubah zat aktif menjadi tidak aktif.
2)Terjadinya perubahan pada tempt yang peka terhadap anti mikroba.
3)Hilangnya permeabilitas sel terhadap antimikroba.
4)Meningkatnya konsentrasi metabolit yang antagonis kompetitif dengan penghambat.
5)Mikroba membuat jalan metabolisme baru.
Contoh resistensi yang terjadi akibat mikroba mensintesis ensim yaitu resistensi mikroba
terhadap penisilin.Organisme tersebut menghasilkan ensim penisilinase yang mampu memecah
cincin beta-laktam penisilin menjadi penicilloic acid yang tidak aktif. Demikian pula
sefalosporin juga didegradasi oleh beta-laktamase. Banyak bakteri
yang mampu memproduksi beta laktamase, meliputi bakteri gram positip dan negativ.
Ensim ini mempunyai peranan besardalam menyebabkan resistensi bakteri gram positif terhadap
penisilin dan sefalosporin.Fisiologi produksi beta-laktamase kebanyakan bakteri gram negatif
berbeda dari bakteri gram positif.Bakteri gram negatif umumnya menghaslkan beta-laktamase
lebih sedikit dibanding gram positif dalam keadaan diinduksi,
kecuali Enterobacter dan Proteus yang mempunyai beta laktamase inducible sehingga dapat
memproduksi ensim cukup banyak. Pada gram negatif umumnya ensim ini terikat sel dan tidak
dilepas ke lingkungan sekitarnya. Pada organisme gram positif, beta laktamase merupakan
ensim inducible. Dengan adanya penisilin atau sefalosporin,
produksinya meningkat. Biasanya pada bakteri gram positif, ensim ini dilepas dari sel dan
merusak antibiotik yang ada di sekitarnya. Saat ini telah banyak dikembangkan derivat penisilin
yang mempunyai rantai samping berbeda dan mampu menghambat pertumbuhan bakteri
penghasil beta laktamase yang resisten ter-hadap benzil penisilin, misalnya methicillin dan
carbenicillin. Terhadap S. aureus yang tidak memproduksi beta laktamase, methicillin kurang
aktif dibanding benzil penisilin, tetapi aktif terhadap penghasil beta laktamase. Oleh karena itu
antibiotik ini berguna melawan infeksi yangdisebabkan bakteri gram positip.
Cermin Dunia Kedokteran No. 74, 1992 48
Carbenicillin sedikit aktif terhadap bakteri gram positip, aktivitasnya meningkat terhadap gram
negatif, terutama berguna melawan Pseudomonas. Resistensi beberapa strain bakteri gram
positip dan negatip terhadap kloramphenikol juga terjadi, karena asetilasi menjadi senyawa tidak
aktif. Strain resisten ini memproduksi kloram-phenikol asetiltransferase yang merupakan
ensim inducible pada S. aureus. Resistensi beberapa bakteri gram negatip terhadap berbagai
aminoglikosida juga karena inaktivasi secara ensimatis yaitu fosforilasi, adenilasi dan asetilasi.
Fosforilasi terjadi pada streptomisin oleh ensim streptomisin phospotransferase. Ensim ini hanya
bekerja pada streptomisin. Neomisin, kanamisin dan paromomisin mengalami phosporilasi
dengan adanya ensim
neomisin-kanamisin phospotransferase. Adenilasi juga dapat erjadi pada streptomisin, menjadi
derivat adenil oleh ensim streptomisin-spektinomisin adeniltransferase. Ensim gentamisin
adeniltransferase dapat merubah gentamisin c, kanamisin dan tobramisin menjadi derivat
adenil.Asetilasi, misalnya ensim kanamisin asetiltransferase mengasetilasi kanamisin, juga neo-
misin, gentamisin atau aminoglikosida lain.
Perubahan pada tempat yang peka terhadap antimikroba, juga dapat menyebabkan resistensi
mikroba. Contoh mekanisme ini yaitu hilangnya kepekaan ribosom terhadap streptomisin. Disini
terjadi perubahan komponen ribosom subunit 30 s, sehingga streptomisin tidak dapat berikatan
dalam waktu lama dan akibat-nya antibiotik ini tidak dapat mempengaruhi biosintesis protein.
Padahal kegiatan antibiotik ini mempengaruhi biosintesis pro-tein pada sel yang peka. Contoh
lain yaitu resistensi terhadap eritromisin yang terjadi karenaperubahan protein ribosom subunit
50 s pada S. aureus. Hilangnya permeabilitas sel terhadap antibiotik, diduga juga merupakan
salah saw cara terbentuknya mikroba resisten. Jika sel menjadi tidakpermeabel, makaantibiotik
tidakdapatmenem-bus ke dalam set. Untuk itu perlu tipe antibiotik bar’ yang dapat mempenetrasi
sel dengan cara lain misalnya dengan difusi. Permeabilitas sel berubah karena beberapa hal
antara lain sintesis barter permeabilitas dan perubahan mekanisme transport. Bakteri gram
negatif relatip lebih resisten dibandingkan gram positif terhadap antibiotik tertentu, mungkin
disebabkan oleh barier permeabilitas yaitu adanya lapisan lipoprotein dan lipo-
polisakarida pada gram negatip. Sebagai contoh, mutan E. coil telah meningkatkan resistensinya
terhadap ampisilin dan berkait-an dengan perubahan polisakarida. Beberapa pneumokoki resisten
terhadap streptomisin dan eritromisin mungkin juga karena mengembangkan barier
permeabilitasnya.Perubahan mekanisme transport antibiotikmungkin juga menyebabkan
hitangnya permeabilitas sel terhadap antibiotik. Antibiotik memasuki sel dengan mekanisme
transport spesifik. Pada beberapa set resisten, antimilroba gagal memasuki sel karena ada
perubahan beberapa komponen yang menyebabkan hilangnya fungsi transport. Misalnya pada
mutan E. coil yang resisten terhadap D-sikloserin; path sel yang peka, akumulasi antibiotik ini
terjadi dengan sistem transport yang secara normal membawa D-alanin atau glisin. Pada mutan,
fungsi transport ini berkurang dan resistensi terhadap sikloserin meningkat. Resistensi dapat
terjadi dengan cara meningkatkan sintesis metabolis yang antagonis kompetitip terhadap
antimikroba. Bila senyawa antimikroba menghambat pertumbuhan dengan cara antagonis
kompetitip terhadapmetabolit normal, makaresistensiterhadap antimikroba ini mungkin karena
meningkatnya produksi metabolit tersebut. Secara kompetitip antimikroba di-
gantikan dari tempat ikatannya. Sebagai contoh mutan resisten terhadap sulphonamid. Pada sel
ini konsentrasi para aminobenzoic acid lebih tinggi daripada sel yang peka terhadap
sulphonamid. Dengan cara ini mikroorganisme resisten dapat mempertahankan metabolismenya
bagi kelangsungan hidupnya. Di samping itu, dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya,
mikroba dapat membuat jalan metabolisme baru atau lain, untuk menghindari penghambatan
antimikroba terhadap jalan metabolisme yang normal, misalnya reaksi barn pada meta-bolisme
nukleotida purin dan pirimidin. Reaksi ini terjadi karena mikroorganisme tersebut menghindari
metabolisme normal yang dihambat oleh antimikroba. Sebagai contoh mutan E. coli resisten
dapat membentuk jalan metabolisme baru dalam mensintesis THFA (asam tetrahidrofolat)
karena adanya sulfatiazol. Telah banyak diketahui banyak cara mikroorganisme mela-wan efek
toksik substansi penghambat pertumbuhan, dengan perubahan genetika dan biokimia. Selain
perubahan tersebut, mekanisme resistensi terhadap antimikroba mungkin telah berkembang
sebelum zat ini digunakan oleh manusia di bidang medis, veteriner atau pertanian. Jadi ada
perbedaan antara resis-tensi bakteri yang diperoleh sesudah penggunaan
antimikroba (acquired) dan mikroba yang secara alamiah sudah resisten se-belum antimikroba
tersebut digunakan (inherent). Sebagai con-toh bakteri gram negatip Pseudomonas
aeruginosa; ia secara alami relatip lebih resisten terhadap kebanyakan antibiotik. Resistensi
inheren bakteri ini mungkin berkaitan dengan impemeabilitas lapisan luarsel
terhadapantimikroba, sehinggamampu mencegah tercapainya konsentrasi penghambatan di
dalam sel. Fleksibilitas. dan kemampuan populasi bakteri beradaptasi terhadap toksisitas
antimikroba dapat menimbulkan masalah resistensi. Bila antimikroba barn digunakan melawan
bakteri penyebab infeksi yang tidak memperlihatkan resistensi inheren,maka setelah beberapa
tahun penggunaan, bakteri tersebut mungkin menjadi resisten atau memerlukan konsentrasi lebih
besar untuk membinasakannya. Namun resistensi acquired kadang-kadang tidak muncul;
misalnya Streptococcus haemolyticus
masih peka terhadap benzil penisilin sesudah penggunaan 30 tahun. Resistensi munculnya
kadang-kadang sangat lambat. Memang munculnya organisme resisten dan laju penyebarannya
biasanya sukar diramal.

2.4 EFEK SAMPING


Disamping banyaknya manfaat yang dapat diperoleh dalam pengobatan infeksi, antibiotik juga
memiliki efek samping pemakaian, walaupun pasien tidak selalu mengalami efek samping ini.
Efek samping yang umum adalah sakit kepala ringan, diare ringan dan mual. Dokter perlu diberi
tahu bila terjadi efek samping seprti muntah, diare hebat dan kejang perut, reaksi alergi (seperti
sesak nafas, gatal dan bilur merah pada kulit, pembengkakan pada bibir, muka atau lidah, hilang
kesadaran), bercak putih pada lidah, gatal dan bilur merah pada vagina.
BAB VII

ANTIMIKROBIAL

Bahan kimia yang digunakan dalam pengobatan ( Kemoterapeutik ) menjadi pilihan bila dapat
mematikan bukan hanya menghambat pertumbuhan mikroorganeisme. BAhan kimia yang
mematikan bakteri disebut bakterisidal, sedangkan bahan kimia yang menghambat pertumbuhan
bakteri disebut bakteriosidal. Bahan antimicrobial dapat bersifat bakteriostatik pada konsentrasi
rendah, namun bersifat bakterisidal dalam konsentrasi tinggi.
Bahan kemoterapeutik yang baik mempunyai daya yang mematikan mikroorganisme, namun
tidak menyebabkan keracunan pada induk.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penghambatan mikroorganisme yaitu :

Kepekaan populasi mikroorganisme

Kepekaan terhadap antimicrobial

Volume bahan yang disterilkan


Lamanya bahan antimicrobial diaplikasikan terhadap mikroorganisme

Konsentrasi bahan antimicrobial

Suhu dan kandungan bahan organic

( Bibiana, 1995.hal.67-68 )
Pertumbuhan mikroorganisme dapat dikendalikan melalui proses fisika dan kimia. Pengendalian
ini dapat dilakukan dengan pembasmian atau pembunuhan dan penghambatan mikroorganisme.
Dapat menghambat bila pada konsentrasi rendah dan dapat mematikan bila konsentrasi tinggi.
2.1 Pengertian antimicrobial
Menurut pelezar dan chan ( 1998 ), zat antimicrobial adalah zat yang dapat mengganggu
pertumbuhan dan metabolisme melalui mekanisme penghambatan pertumbuhan
mikroorganisme. Zat antimicrobial adalah zat yang dapat mengganggu pertumbuhan dan
metabolism melalui penghambatan pertumbuhan bakteri. ( Boyd and Marr.1980:Pelezar,1998 )
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih zat antimicrobial kimiawi adalah :

Jenis zat dan mikroorganisme

Zat antimicrobial yang akan digunakan harus sesuai dengan jenis mikroorganismenya karena
memiliki kerentetan yang berbeda-beda

Konsentrasi dan antensitas zat antimicrobial

Semakin tinngi zat antimicrobial yang digunakan, maka semakin tinggi pula daya kemampuan
dalam mengendalikan mikroorganisme.

Jumlah Organisme

Semakin banyak mikroorganisme yang dihambat atau dibunuh, maka semakin lama waktu yang
diperlukan untuk mengendalikannya.

Suhu

Suhu yang optimal dapat menaikan efektifitas zat antimicrobial.

Bahan Organik
Bahan organic dapat menurunkan efektifitas zat antimicrobial dengan cara menginaktifkan bahan
tersebut atau melindungi mikroorganisme. Hal ini karena penggabungan zat dan bahan organic
asing membentuk zat antimicrobial yang berupa endapan sehingga zat antimicrobial tidak lagi
mengikat mikroorganisme. Akumulasi bahan organic terjadi pada permukaan sel
mikroorganisme sehingga menjadi pelindung yang mengganggu kontak antara zat antimicrobial
dengan mikroorganisme lain.
(Pelezar,1998)
Contohnya protein akan mengurangi daya kerja desinfektan, sedangkan panas akan mempercepat
daya kerjanya.
Untuk membandingkan kekuatan desinfektan dalam menghambat pertumbuhan bakteri dapat
digunakan cakram kertas.Caranya:

Cakram kertas dengan diameter tertentu dibasahi dengan desinfektan.

Letakan cakram kertas tadi pada lempengan agar yang telah diinokulasi.

Lempengan agar ini kemudian diinkubasi selama 2×24 jam.

Jika desinfektan menghambat pertumbuhan bakteri, maka terlihat daerah atau zona bening atau
jernih atau babas mikroba disekeliling cakram kertas. Luas daerah jernih inilah yang menjadi
ukuran kekuatan daya kerja desinfektan.

2.2 Pengertian Antibiotik


Antibiotik adalah obat yang membunuh atau memperlambat pertumbuhan bakteri. Antibiotik
adalah salah satu kelas “ Antimikrobial ” , yaitu kelompok obat yangmencangkup termasuk obat
antivirus,anti jamur, dan antiparasi. Obat semacam ini tidak berbahaya bagi tubuh manusia,
sehingga dapat digunakan sebagai mengobati infeksi. Istilah ini awalnya hanya digunakan untuk
formulasi yang diperoleh dari makhluk hidup, tetapi sekarang antimikroba buatan juga termasuk
didalamnya, seperti sulfonamide.
Tidak seperti perawatan infeksi sebelumnya yang menggunakan racun seperti Striknin, antibiotic
dijuluki “ Peluru Ajaib “ obat yang membidik penyakit tanpa melukai tuannya. Antibiotik tidak
efektif menangani infeksi akibat virus, jamur, atau non bakteri lainnya.
2.3 Bahan-bahan yang termasuk Antimikrobial
Buah Paria

Buah paria atau pare ( Momordica Chordatia ) berbentuk lonjok seperti mentimun yang dipenuhi
“ kutil “ ( bergelombang ). Rasanya pahit dan setelah dimasak buahnya menjadi manis, tapi
sayang sudah tak dapat dimasak lagi karena empuk. Meskipun paria banyak disenangi banyak
orang, paria dapat memperlancar peredaran darah. Buah paria dapat mengobati cacing kremi dan
juga obat demam.

Daun Edi

Kata orang-orang dahulu dapat mengobati gatal-gatal.


2.4 Oligodinamik
Beberapa logam berat pada konsentrasi rendah memiliki kemampuan untuk mematikan bakteri.
Kemampuan ini disebut daya oligodinamik. Oligodinamik adalah logam-logam yang memiliki
kemampuan untuk menghambat pertumbuhan atau membunuh bakteri. Pengikatan logam berat
oleh sel bakteri disebabkan oleh afinitas protein yang tinggi, pengaruh akumulasi ion logam
menyebabkan kematian sel bakteri.
Contoh oligodinamik yaitu :

Logam-logam alkali

Alkali tanah

Mangan

BAB VIII

KOEFISIEN FENOL
Keampuhan bahan antimkrobial sering kali dibandingkan dengan fenol. Fenol sering digunakan
untuk mematikan mikroorganisme. Koefisien fenol adalah bilangan pecahan yang menunujukkan
perbandingan kekuatan daya bunuh dari desinfektan dibandingkan dengan kekuatan daya bunuh
dari fenol sebagai pembanding dalam kondisi yang sama, yaitu jenis bakteri yang sama dan
waktu kontak yang sama.
Koefisien fenol kurang dari satu, berarti bahwa bahan antimicrobial tersebut kurang efektif
disbanding fenol. Koefisien lebih dari satu, berarti bahwa bahan antimicrobial tersebut lebih
efektif daripada fenol. Waktu untuk menguji antibiotika adalah 18-24 jam,sedangkan untuk mata
tidak mungkin selama itu.Oleh karena itu ,digunakan waktu tertentu dengan metode kontak
secara konvensional,waktu nyang paling cepatn adalah 2,5 menit paling lama 15 menit.Kekuatan
fenol untuk menguji desinfektan adalah tidak lebih dari 5%.
Koefisien fenol ditentukan dengan cara membagi pengenceran tertinggi dari sample yang
mematikan mikroorganisme dalam 10 menit tetapi tidak mematikanya dalam 5 menit(misalnya
pada pengenceran 1:350) terhadap pengenceran tertinggi fenol yang mematikan dalam waktu 10
menit tetapi tidak mematikan dalam waktu 5 menit (misalnya 1:90).Koefisien dari bahan
antimicrobial tersebut adalah 350:90=3,9.
2.1 Mikroba Uji
Untuk penentuan koefisien fenol dapat digunakan berbagai bacteria seperti :

Salmonella typhi

Untuk Salmonella typhi, stok biakan dilakukan dalam NA miring, transfer 1 bulan sekali,
inkubasi 2 hari pada 37 C kemudian disimpan pada suhu 2-5 C. Bila akan digunakan, harus
dilakukan inokulasi dalam Nutrient Broth, inkubasi dalam 22-26 jam pada suhu 37 C dan
ditransfer harian 4 hari berturut-turut, tetapi tidak lebih dari 30 kali.

Psedomonas aeruginosa

Untuk Psedomonas aeruginosa transfer harian tidak lebih dari 25 kali. Untuk penetapan (tes)
digunakan biakan dalam Nutrient Broth hasil inkubasi 22-26 jam pada suhu 37 C.

Staphilococus aureus

2.2 Ciri-ciri desinfektan yang ideal adalah :

Aktivitas antimicrobial pada konsentrasi rendah, harus mempunyai aktivitas spektrum luas.

Pelarutan harus dapat larut dalam air atau pelarut lain sampai taraf yang diperlukan untuk dapat
digunakan secara efektif.

Stabilitas, perubahan yang terjadi pada substansi bila dibiarkan beberapa hari harus seminimal
mungkin dan tidak boleh menghilangkan sifat antimikrobanya secara nyata.
Tidak bersifat racun.

Homogen.

Tidak tergabung dengan bahan organic.

Aktifitas antimicrobial pada suhu kamar.

Tidak menimbulkan karat dan warna.

Kemampuan menghilangkan bau yang kurang sedap.

Memiliki kemampuan sebagai deterjen dari pembersih.

Tersedia dalam jumlah yang besar dan harga yang pantas.

(Pelezar,1998)
2.3 Kelompok-kelompok utama bahan antimicrobial kimiawi adalah :

Fenol dan persenyawaan fenolat

Alkohol

Halogen

Logam berat dan persenyawaannya

Detergen

Aldehid

Kemosterilisator gas

2.3.1 Fenol dan persenyawaan fenolat


Fenol (asam karbolat), yang digunakan untuk pertama kalinya untuk Lister sekitar tahun 1860-an
di dalam pekerjaannnya untuk mengembangkan teknik-teknik pembedahan aseptic, telah lama
merupakan standar pembanding bagi desinfektan lain untuk mengevaluasi aktivitas
bakterisidalnya. Pada masa kini telah tersedia banyak desinfektan lain yang jauh lebih efektif dan
aktif pada konsentrasi yang lebih rendah. Persenyawaan-persenyawaan ini boleh jadi bekerja
terutama dengan cara mendenaturasikan protein sel dan merusak membrane sel. Kresol beberapa
kali lebih germisidal dibandinngkan dengan fenol;o-fenilfenol dan persenyawaan-persenyawaan
fenolat lain dengan derajat substitusi yang tinggi ternyata lebih efektif pada pengenceran yang
tinggi.
Persenyawaan fenolat dapat bersifat bakterisidal atau bakteriostatik bergantung kepada
konsenntrasi yang digunakan. Spora bakteri dan virus lebih resisten terhadap persenyawaan
tersebut dibandingkan dengan sel vegetative bakteri. Beberapa persenyawan fenolat bersifat
sangat fungsidal. pH alkalin dan bahan organic dapat mengurangi aktivitas antimicrobial fenolat.
Suhu rendah dan sabun juga akan mengurangi aktivitas antimicrobial fenolat. Senyawa-senyawa
fenolat merupakan salah satu desinfektan permukaan yang terbaik bagi benda-benda mati.
2.3.2 Persenyawaan alcohol
Etil alcohol dengan konsentrasi 50-70 % efektif terhadap mikroorganisme vegetative atau yang
tidak membentuk spora. Etil alcohol mempunyai aktivitas sporisidal yang rendah. Di dalam
bukunya Disinfection and Sterilitation, G.Sykes mencatat bahwa spora antraks dapat bertahan
didalam alcohol selama 20 tahun sedangkan spora Bacillus Subtilis selama 9 tahun.
Metil alcohol kurang bakterisida dibandingkan dengan etil alkohol. Senyawa ini sangat beracun,
bahkan uap dari persenyawaan ini dapat mengakibatkan kerusakan permanen pada mata,
sehingga pada umumnya tidak digunakan sebagai desinfektan. Alkohol dengan rantai karbon
lebih panjang seperti propel, buthil, amil,dll bersifat germisidal. Tetapi alcohol yang berat
molekulnya lebih tinggi daripada propel alcohol tidak bercampur sempurna dengan air, sehingga
tidak umum digunakan sebagai desinfektan. Propil dan isopropyl alcohol dengan konsentrasi
yang berkisar antara 40-80% berguna sebagai desinfektan kulit. Beberapa zat lain seperti iodium
dan gliserol telah dicampur dengan alcohol, beberapa diantaranya mempunyai efesiensi
antibacterial yang lebih baik.
Alkohol efektif untuk mengurangi flora mikroba pada kulit dan untuk desinfektan thermometer
oral. Alkohol dengan konsentrasi diatas 60% efektif terhadap virus, tetapi keefektifannya sangat
terpengaruhi oleh jumlah bahan protein asin didalam campuran. Protein asin itu bereaksi dengan
alcohol. Disamping itu alcohol juga merupakan pelarut lipid sehingga dapat merusak membrane
sel.
2.3.3 Halogen serta persenyawaannya
Keluarga halogen beranggotakan unsure-unsur flor,clor,brom dan iodium ialah yang paling luas
penggunaannya sebagai zat antimicrobial.
Iodium.
Zat ini merupakan salah satu bahan germisidal yang paling tua serta paling efektif, iodium telah
digunakan lebih dari 1 abad karena telah tercatat dalam united stated pharmacopeia sejak tahun
1830. Kelarutan iodium murni dalam air kecil sekali tetapi zat ini akan segera larut dalam
alcohol dan larutan kalium atau natrium iodide. Secara tradisional, iodium digunakan sebagai
bahan germisidal dalam bentuk yang dikenal sebagai iodium tinktur yang merupakan campuran
2% iodium dan 2% natrium iodine didalam 50% alcohol. Iodium juga digunakan dalam bentuk
iodoform, yaitu campuran iodium dengan zat aktif permukaan yang bekerja sebagai pembawa
dan pelarut iodium.
Iodium merupakan zat yang sangat efektif dan unik yaitu efektif terhadap segala macam bakteri,
spora, cendawan dan virus larutan iodium terutama digunakan untuk mengidentifikasi kulit,
khususnya sebagai desinfektan kulit sebelum oprasi.
Clor dan persenyawaannya
Clor sebagai gas ataupun dalam kombinasi kimiawi merupakan salah satu desinfektan yang
paling luas penggunaannya. Gas yang dimampatkan dalam bentuk cair digunakan hamper secara
universal untuk memurnikan cadangan air kotamadya.
Gas clor ditangani lagi berbahaya kecuali bila ada peralatan khusus untuk menyalurkannya.
Tersedia banyak persenyawaan clor lebih mudah digunakan daripada gas clor dan bila digunakan
dengan baik, sama efektifnya sebagai desinfektan.
2.3.4 Logam Berat serta persenyawaannya
Sebagian besar logam berat baik dalam bentuk unsure maupun bentuk persenyawaannya bersifat
merugikan bagi mikroorganisme. Yang paling efektif ialah Merkuri, Perak, Tembaga.
Persenyawaan logam berat banyak sekali memiliki aktivitas germisidal atau antiseptic.
Persenyawaan logam berat antimicrobial yang paling penting adalah yang mengandung Merkuri,
Perak dan Tembaga.
Salah satu cara kerja logam berat dan persenyawaannya ialah mendenaturasikan protein. Dalam
hal Merkuri klorid, penghambatan diarahkan pada enzim-enzim yang mengandung gugusan
sulfihidril.
2.3.5 Detergen
Zat pengurang tegangan permukaan atau zat pembasah yang terutama digunakan untuk
membersihkan permukaan benda disebut detergen. Salah satu contohnya ialah sabun tetapi sabun
tidak dapat bekerja dengan baik dalam air sadah. Sehingga mengembangkan pembersih baru
seperti surfaktan atau detergen sintesis.
Beberapa jenis sabun dan detergen bersifat bakterisidal.
Secara kimiawi, detergen diklasifikasikan sbb :

Detergen anionic yaitu detergen yang berionisasi dan sifat detergennya terletak pada anion

Detergen kationik yaitu detergen yang berionisasi dan sifat detergennya terletak pada kation

2.3.6 Aldehid
Blutaraldehid dan Formaldehid merupakan dua persenyawaan aldehid yang mempunyai berbagai
penerapan untuk mengendalikan populasi mikroorganisme.
Larutan Blutaraldehid 2% memperlihatkan aktivitas antimicrobial berspektrum luas. Digunakan
untuk mensterilkan peralatan eurologis, alat-alat berlensa dan perlengkapan medis yang lain.
Formaldehid berbentuk gas yang stabil hanya pada konsentrasi tinggi dan suhu yang tinggi pula.
Formaldehid juga diperdagangkan dalam bentuk larutan bernama formalin, yang mengandung
37-40% Formaldehid. Ciri buruk Formaldehid ialah menyebabkan iritasi pada kulit dan uapnya
berbahaya.
2.3.7 Kemolistrelisator gas
Pada masa kini dengan berbagai macam produk yang dibuat dari bahan yang tidak dapat
disterilkan dengan suhu tinggi atau kemosterilisator cairan. Sterilisasi kimiawi dengan
menggunakan gas merupakan cara yang efektif serta praktis untuk bahan-bahan. Dalam proses
ini, bahan itu dikenai gas didalam suatu ruangan tertutup pada suhu kamar. Setelah perlakuan,
gas tersebut dapat dengan mudah dikeluarkan atau dihilangkan. Bahan plastic yang peka
terhadap panas, seperti alat suntik, tabung reaksi, cawan petri dan pipet serta ruangan tertutup
dapat disterilkan dengan gas. Zat utama yang belakangan ini digunakan untuk sterilisasi dengan
gas ialah etienoksid.

Anda mungkin juga menyukai