Anda di halaman 1dari 8

KONTAMINASI MIKROPLASTIK PADA LAUT DAN IKAN

OLEH :
MOH AFIEF R MOKODOMPIT
NIM. 19111101142

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2023
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Semakin tingginya aktivitas manusia telah menimbulkan berbagai dampak
terhadap lingkungan di sekitarnya. Salah satu dampak yang ditimbulkan adalah
munculnya cemaran mikroplastik yang akhir-akhir ini telah diketahui sudah
menyebar mulai dari daerah teresterial hingga daerah akuatik. Saat ini
mikroplastik dapat ditemukan mulai dari di peralatan-peralatan kosmetik
(Andrady, 2011) hingga di endapan sedimen yang ada di dasar samudera pasifik
(Zhang dkk., 2020).
Mikroplastik adalah partikel plastik yang berukuran ≤ 5 µm dan tidak dapat
larut dalam air (Hiwari dkk., 2019). Berdasarkan bentuk dan sifatnya,
mikroplastik terbagi menjadi 2 jenis, yaitu mikroplastik primer dan mikroplastik
sekunder. Mikroplastik primer berasal dari microbeads, kapsul, fiber, dan pellets.
Sedangkan mikroplastik sekunder berasal dari hasil sampah plastik yang terbawa
ke lautan, terpecah menjadi plastik yang berukuran kecil (Paulus dkk., 2020).
Saat ini mikroplastik tidak hanya dapat ditemukan di lingkungan melainkan
juga dapat terakumulasi di dalam tubuh organisme, salah satunya ikan. Pada
umumnya ikan dapat memakan mikroplastik yang ada di perairan karena
mikroplastik dianggap mirip dengan salah satu jenis makanannya. Sebagai contoh
ikan layang ditemukan telah memakan mikroplastik karena mikroplastik dianggap
sebagai copepod yang merupakan salah satu jenis makanannya (Ory dkk., 2017).
Mikroplastik yang terdapat di dalam endapan sedimen juga dapat termakan oleh
ikan-ikan bentik yang mencari makan di dasar perairan.
Ikan merupakan salah satu bahan pangan penting yang sering dikonsumsi oleh
manusia, karena selain rasanya lezat ikan juga memiliki nilai nutrisi yang baik.
Adanya kontaminasi mikroplastik pada ikan yang dikonsumsi manusia tentu akan
sangat merugikan bagi manusia. Masuknya mikroplastik ke dalam tubuh dapat
menyebabkan berbagai gangguan pada tubuh. Mikroplastik yang masuk ke dalam
tubuh dapat bersifat toksik bagi tubuh, juga partikel plastik dapat menyebabkan
kerusakan fisik pada sel tubuh dan jika dapat terabsorpsi melewati membran.

PAGE \* MERGEFORMAT i
PEMBAHASAN

A. Pengertian Plastik
Plastik merupakan bahan polimer pada yang dibentuk pada suhu dan
tekanan tertentu. Plastik dapat terbagi menjadi 3 kategori yaitu termoplastik,
termosets dan elastomer. Mikroplastik melunak saat dipanaskan dan mengeras
saat didinginkan. Jenis mikroplastik yaitu polietilen (PE), polipropilen (PP),
politetrafloro-etilen, poliamid (PA), polivinil clorid (PVC) dan polistirin (PS)).
Termoset tidak dapat melunak setelah dipanaskan (contoh: resin epoksi,
poliurettan (PU), resin poliester, bakalit). Elastomer adalah polimer elastis yang
dapat kembali ke tipe awal setelah ditarik (contoh: karet, neopren). (Widinarko
dan Inneke, 2018).
Jenis polimer pada mikroplastik dapat diuji menggunakan FTIR (Fourier
Transfrjom Infrared.). Uji FT-IR (Fourier Transfrom Infrared) yang digunakan
untuk analisis berdasarkan pengukuran intensitas infra merah terhadap panjang
gelombang. FT-IR dapat mendeteksi karakteristik vibrasi kelompok fungsi dari
senyawa pada sampel. FT-IR memberikan informasi seperti menentukan struktur
molekul pada polimer, identifikasi senyawa berikatan kovalen, mengetahui
kemurnian bahan, dan gugus fungsi molekul.

B. Pengertian Mikroplastik
Mikroplastik adalah suatu partikel plastik yang berukuran kecil yaitu 0,5
mm. Menurut para ahli mikroplastik belum didefinisikan secara pasti namun
kebanyakan peneliti mengambil objek partikel dengan ukuran minimal 300 μm.
Mikroplastik terbagi menjadi 2 kategori yaitu ukuran besar (1-5 mm) dan kecil
(<1 mm) (Kuasa, 2018). Menurut Widinarko dan Inneke (2018), mikroplastik
dapat didefinisikan sebagai partikel plastik kecil yang berukuran 5 mm atau lebih
kecil.
Sejak abad 20 produksi polimer plastik semakin meningkat, ketika dibuang
ke lingkungan. Lambat laun lingkungan tersebut akan mengalami penurunan
akibat abrasi, degradasi dan pemecahan fisik. Saat ini, industri-industri sudah
mulai membuat plastik dalam ukuran mikro dan nano dimana dapat memperburuk
kondisi lingkungan karena hal tersebut dapat menimbulkan bahaya bagi
lingkungan yang ada di sekitarnya (Widinarko dan Inneke, 2018). Menurut Kuasa
(2018) tipe-tipe mikroplastik dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, diantaranya
yaitu :
1) Fiber atau filamen
Jenis fiber pada dasarnya berasal dari pemukiman penduduk yang berada
di daerah pesisir dengan sebagian besar masyarakat yang bekerja sebagai nelayan.
Aktivitas nelayan seperti penangkapan ikan dengan menggunakan berbagai alat
tangkap, kebanyakan alat tangkap yang dipergunakan nelayan berasal dari tali
(jenis fiber) atau karung plastik yang telah mengalami degradasi. Mikroplastik
jenis fiber banyak digunakan dalam pembuatan pakaian, tali temali, berbagai tipe
penangkapan seperti pancing dan jaring tangkap.

2) Film
Film merupakan polimer plastik sekunder yang berasal dari fragmentasi
kantong plastik atau plastik kemasan dan memiliki densitas rendah. Film
mempunyai densitas lebih rendah dibandingkan tipe mikroplastik lainnya
sehingga lebih mudah ditransportasikan hingga pasang tertinggi.

3) Fragmen
Jenis fragmen pada dasarnya berasal dari buangan limbah atau sampah
dari pertokoan dan warung-warung makanan yang ada di lingkungan sekitar. Hal
tersebut yaitu antara lain yaitu: kantong-kantong plastik baik kantong plastik yang
berukuran besar maupun kecil, bungkus nasi, kemasan-kemasan makanan siap saji
dan botol-botol minuman plastik. Sampah plastik tersebut terurai menjadi
serpihan-serpihan kecil hingga tipe fragmen.

C. Dampak Mikroplastik bagi Organisme Laut


Dampak mikroplastik bagi organisme laut yaitu menunjukan bahwa
banyak organisme laut yang menelan mikroplastik. Hal tersebut yaitu organisme
bentik dan Pelagis, yang memiliki variasi yang strategi makan dan menempati
tingkat trofik yang berbeda. Organisme bentik yang menelan mikroplastik yaitu
teripang, kerang, lobster dari organime bentik tersebut bahkan lebih menelan
plastik yang berjenis fragmen dalam jumlah yang tidak proporsional berdasarkan
rasio tertentu plastik yang ada di pasir.
Cara mikroplastik mempengaruhi organisme akumulasi mikroplastik
dalam sedimen air dan konsumsi oleh bentik fauna air mungkin efek Icascading
dengan konsekuensi trofik dan ekosistem (misalnya dampak pada struktur
komunitas). Dampak mikroplastik di organisme bentik dapat juga mempengaruhi
tingkat tropik yang lebih tinggi. Dampak serupa juga dapat terjadi di habitat
pelagis, mikroplastik bisa mencapai densitas lebih tinggi dari yang terjadi secara
alami pada organisme planktoni. Dampak mikroplastik terhadap organisme laut
dapat mengalami luka internal atau eksternal, luka ulserasi, penyumbatan saluran
pencernaan, gangguan kapasitas makanan, kekurangan tenaga dan kematian.

D. Analisis Mikroplastik Pada Saluran Pencernaan Ikan


Identifikasi mikroplastik menggunakan metode yang telah dikembangkan
oleh Rochman et al., (2015). Sampel ikan didokumentasikan dan diidentifikasi
spesiesnya, lalu diukur panjang (total length) dan berat dari sampel ikan. Proses
identifikasi spesies ikan didasarkan pada buku Market Fishes of Indonesia yang
ditulis oleh White et al., (2013). Selanjutnya ikan dibedah menggunakan
dissecting set dan saluran pencernaannya diangkat lalu ditimbang beratnya
menggunakan timbangan digital laboratorium (KERN) dan telah dilakukan
kalibrasi pada timbangan. Setelah ditimbang, saluran pencernaan dari ikan
diletakkan dalam gelas ukur, setiap gelas yang terdapat saluran pencernaan ikan
diisi dengan larutan KOH (10%) dengan perbandingan 3:1 atau sampai saluran
pencernaan dari ikan terendam lalu diinkubasi selama 24 jam pada suhu 60° C.
Hal ini dilakukan untuk menghancurkan saluran pencernaan ikan (organik). Jika
masih ada sisa saluran pencernaan ikan pada tahap ekstraksi menggunakan KOH
10% maka perlu dilakukan ekstraksi kedua yaitu dengan menambahkan H2O2
(3%) sebanyak 5 ml pada tiap sampel lalu didiamkan selama 24 jam dengan suhu
ruangan (Yudhantari et al., 2019). Setelah saluran pencernaan dari ikan hancur,
selanjutnya disaring menggunakan kain saring dengan ukuran mesh sebesar 120
μm untuk memudahkan penyaringan sampel (Yudhantari et al., 2019). Sampel
yang telah tersaring, dibilas dengan aquades lalu dipindahkan ke kertas saring
whatman yang berukuran 11 μm lalu dilapisi dengan alumunium foil. Kemudian
sampel dikeringkan dengan oven untuk mempermudah proses identifikasi. Sampel
yang sudah kering lalu diidentifikasi dengan panduan menurut Viršek et al.,
(2016).

E. Distribusi Jumlah Mikroplastik yang Ditemukan Pada Ikan


Berdasarkan 68 paper yang telah diperoleh, terdapat 69 jenis ikan yang
telah diteliti, dengan jenis ikan yang paling sering diteliti adalah Sardinella sp,
yang terdiri atas Sardinella lemuru dan Sardinella fimbriata, yang telah dibahas
dalam 9 paper penelitian (Mirad dkk., 2020; Tobing dkk., 2020; Yudhantari dkk.,
2019; Agung, I C., & Hermawan., 2020; Kristani, 2020; Tuhumury dkk., 2021;
Hastuti dkk., 2019; Azizah dkk., 2019; Sarasita, 2019). Jenis ikan lainnya yang
sering diteliti adalah Rastrelliger sp yang dibahas dalam 8 paper, Siganus sp
dibahas dalam 5 paper, Lutjanus sp dibahas dalam 5 paper, Epinephelus sp
dibahas dalam 4 paper, dan Decapterus sp dibahas dalam 3 paper. Ikan Sardinella
sp, Rastrelliger sp, dan Siganus sp adalah ikan yang tergolong planktonivora
(Pradini dkk., 2001; Musdalifah., 2018). Ikan jenis ini memiliki kebiasaan makan
filter feeder, yaitu menyaring makanannya sehingga ada kemungkinan
mikroplastik dapat ikut termakan oleh ikan (Tobing dkk., 2020). Plankton yang
berada diperairan juga dapat mengakumulasi mikroplastik di dalam tubuhnya
(Mardiyana dkk., 2020), sehingga ikan yang memakan banyak plankton dapat
terjadi magnifikasi mikroplastik di dalam tubuh ikan tersebut. Ikan Sardinella sp,
Rastrelliger sp, dan Siganus sp termasuk jenis ikan yang sering dikonsumsi oleh
manusia karena memiliki rasa 62 yang lezat. Oleh karena tingginya minat
masyarakat dalam mengonsumsi ikan-ikan tersebut membuat penelitian terhadap
ikan jenis ini cukup sering dilakukan.

F. Distribusi Jenis Mikroplastik yang Ditemukan pada Ikan


Jenis kontaminan mikroplastik pada ikan yang paling sering tercatat
adalah jenis fiber yaitu sebesar 31.46%, fragmen yaitu 26.97%, dan film yaitu
sebesar 26.40%. Fiber tergolong ke dalam mikroplatik primer, sedangkan film dan
fragmen merupakan jenis mikroplastik sekunder yang berasal dari degradasi
limbah-limbah plastik besar yang mengapung di perairan. Bentuk mikroplastik
fiber umumnya berasal dari pencucian kain baju yaitu sisa benang pakaian dan tali
plastik yang terdegradasi. Tingginya sebaran mikroplastik jenis fiber diduga
berasal dari buangan limbah industri-industri tekstil, limbah domestik, benang
pancing atau tali (GESAMP, 2016). Mikroplastik yang terakumulasi ke dalam
tubuh organisme akan mengakibatkan kerusakan fisika dan kimia seperti
kerusakan organ internal dan penyumbatan saluran pencernaan, bersifat
karsinogenik dan gangguan endokrin. Dampak dari mikroplastik tersebut
menunjukkan mikroplastik sangat berbahaya untuk kehidupan organisme yang
ada di perairan laut (Rahmadhani, 2019)

Referensi
Agung, I.C., dan Hermawan, G., (2020), Kandungan Mikroplastik pada Ikan
Lemuru (Sardinella sp) di Selat Bali, JMRT, 2(1), pp. 51-59.

Alam, F.C., dan Rachmawati, M., (2020), Perkembangan Penelitian Mikroplastik


di Indonesia, Jurnal Presipitasi, 17(3), pp. 344-352.

Amelinda, Cindy., (2020), Keberadaan Partikel Mikroplastik pada Ikan Bandeng


(Chanos chanos) di Tambak Desa Bonto Manai Kabupaten Pangkep, Skripsi,
Universitas Hasanuddin, Makassar.

Amin, B., Febriani, I. S., Nurrachmi, I., dan Fauzi, M., (2020), Microplastics in
Gastrointestinal Track of Some Commercial Fishes from Bengkalis Waters, Riau
Province Indonesia, Journal of Physics: Conference Series, 1655(1), 012122.

Amirulloh, S.H., Setiawan, J.F., Budiarti, N.L., dan Diningrum, T.D.B., (2018),
Mikroplastik pada ikan konsumsi di Teluk Banten suatu ancaman besar bagi
kelangsungan iktiodiversitas dan perikanan, Jurnal, STIP, Papua Barat.

GESAMP, (2016), Sources, fate and effects of microplastics in the marine environment:
part two of a global assessment. In: Kershaw, P.J., Rochmann, C.M. (Eds.),
(IMO/FAO/UNESCOIOC/UNIDO/WMO/IAEA/UN/UNEP/UNDP Joint Group of
Experts on the Scientific Aspects of Marine Environmental Protection). Rep. Stud.
GESAMP No. 93 (220 p).

Anda mungkin juga menyukai