Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Akhir-akhir ini marak berkembang munculnya masalah di lingkungan
perairan baik di perairan sungai maupun di lautan yang berkaitan dengan
kontaminasi pencemaran sampah plastik. Sebagian besar sampah plastik yang
mencemari sungai akhirnya bermuara di lautan (Lebreton dkk., 2017).
Produksi plastik telah meningkat secara dramatis di seluruh dunia selama 60
tahun terakhir dan saat ini diakui sebagai ancaman serius bagi lingkungan laut
(Avio dkk., 2017). Sampah plastik di perairan ini menjadi permasalahan serius
di seluruh dunia, terlebih di Indonesia (Sahwan dkk., 2005). Plastik lazim
digunakan dalam berbagai penggunaan dalam kegiatan sehari-hari di
masyarakat baik dirumah tangga, industri, perdagangan, karena harganya yang
murah, ringan dan tahan lama (Wang, Tan, Peng, Qiu, Li, 2016).Menurut
Verschoor (2015) limbah plastik yang pada umumnya hanya digunakan sekali
pakai, telah menjadi masalah lingkungan global.Limbah plastik di alam terurai
menjadi mikroplastik. Kehadiran mikroplastik di lingkungan menjadi masalah
karena plastik bersifat persisten, sering kali mengandung bahan kimia yang
berpotensi toksik dan karsinogenik, karena dikonsumsi oleh organisme maka
akan mempengaruhi kehidupan perairan. Selain itu, sampah plastik dipastikan
mengotori lautan, meracuni biota laut, merusak terumbu karang dan akan
memberi dampak kerusakan bagi keseimbangan ekosistem laut. Sampah
mikroplastik ini dapat masuk ke dalam rantai makanan dan pada akhirnya
berdampak pada kesehatan baik manusia maupun lingkungan (Eriksen dkk.,
2014; Kole dkk., 2017; Wright dan Kelly, 2017). Selanjutnya Caruso (2015)
mengatakan bahwa kontaminasi mikroplastik lingkungan perairan yang
berasal dari air limbah, bahan baku industri dan pabrik pelet ini menjadi
prioritas penelitian di masa depan, karena telah diakui sebagai ancaman global
yang muncul dengan berbagai implikasinya terhadap kondisi sosial dan
lingkungan. Salah satu strategi dan pendekatan yang menarik untuk
mengendalikan pencemaran mikroplastik yang dapat dilakukan adalah dengan
pendekatan teknologi bioremediasi (Caruso, 2015; Alshehrei, 2017; Wei-Min
dkk., 2017), dengan memanfaatkan potensi mikroba atau bakteri indigenous
yang ditumbuhkan dalam lingkungan media yang terpapar mikroplastik yang
terkontrol. Penelitian mengenai bioremediasi mikroplastik ini sudah dilakukan
oleh beberapa peneliti. Pada makalah ini akan mengkaji hasil-hasil penelitian
yang berkaitan dengan teknologi bioremediasi dengan memanfaatkan potensi

1
mikroba atau bakteri indigenous dengan menggunakan metode kualitatif
deskriptif yaitu metode untuk menyelidiki obyek yang tidak dapat diukur
dengan angka-angka ataupun ukuran lain yang bersifat eksak dan cenderung
menggunakan analisis dengan pendekatan induktif.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah diatas, disusun rumusan masalah sebagai
berikut :
- Bakteri apa saja yang dapat menguraikan sampah plastik?
- Bagaimana cara bakteri tersebut menguraikan sampah plastik?

1.3 Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :


- Mengetahui kemampuan mikroba atau bakteri untuk mereduksi
mikroplastik dalam media yang terpapar mikroplastik pada skala
laboratorium
- Mengetahui perubahan bentuk morfologi bakteri setelah terjadinya
proses reduksi mikroplastik menggunakan Scanning Electro Microscop
(SEM).

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tinjauan Umum Limbah Sampah Plastik

Plastik adalah salah satu penemuan manusia yang paling berguna, namun
juga paling memusingkan.Berguna karena fleksibel dan antiair sehingga bisa
digunakan untuk banyak keperluan manusia.Memusingkan karena sulit untuk
diuraikan, termasuk oleh bakteri, sehingga sampah plastik selalu menjadi
masalah.
Dari kandungan materinya,sampah dikelompokan menjadi dua jenis yaitu
sampah organik (sampah yang berasaldari bagian hewan, tumbuhan dan
manusia) dan sampah anorganik (sampah yangberasal dari bahan mineral
seperti logam, kaca, plastik) .Polimer sintetik telah banyak berjasa dan
memberi kemudahan bagi kitadalam menghadapi kehidupan sehari-hari.Salah
satu polimer sintetik yangperkembangannya sangat pesat adalah
plastik.Kemudahan dan keistimewaan plastic sedikit banyak telah dapat
menggantikan bahan-bahan seperti logam dan kayu dalammembantu
kehidupan manusia.Sejak ditemukan oleh seorang peneliti dari
AmerikaSerikat pada tahun 1968 yang bernama John Wesley Hyatt, plastik
menjadiprimadona bagi dunia industri. Produksinya di seluruh negara lebih
dari 100 juta tonper tahunnya dan 40%-nya dibuang dengan cara ditimbun
tanah (Hadi, 2003).
Adabeberapa juta ton polimer sintetik (plastik) yang diproduksi di seluruh
dunia setiaptahun, dimana plastik yang paling umum digunakan adalah
Polyethylene (PE),Polypropylene (PP) dan Polycarbonate (PC) milik
kelompok termoplastik. Plastiklebih tahan terhadap serangan mikroba jika
jenis plastik tersebut sangat lama teruraikarena selama waktu singkat
kehadiran bakteri dalam evolusi alam tidak bisamerancang struktur enzim baru
yang mampu menurunkan polimer sintetis.Olehkarena itu sejumlah negara
telah melarang penggunaan plastik dalam satu decade terakhir untuk aman
dari lingkungan (Poonam, 2013).Sulchan dan Nur (2007), berdasarkan sifat
fisiknya plastik dibedakan menjadidua yaitu :
a. Plastik Termoset

Jenis plastik ini mengalami perubahan yang bersifat irreversible.Pada


suhutinggi jenis plastik termoset berubah menjadi arang.Hal ini disebabkan
struktur kimianya bersifat 3 dimensi dan cukup kompleks.Pemakaian termoset
dalam industry pangan terutama untuk membuat tutup botol. Plastik tidak
akan kontrak langsungdengan produk karena tutup selalu diberi lapisan
perapat yang sekaligus berfungsisebagai pelindung.

b. Jenis termoplastik

3
Sebagian besar polimer yang dipakai untuk mengemas atau kontak
denganbahan makanan adalah jenis termoplastik.Plastik ini dapat menjadi
lunak jikadipanaskan dan mengeras lagi setelah dingin.Hal ini dapat terjadi
berulang-ulangtanpa terjadi perubahan khusus.

2.2 Tinjauan Umum Biodegradasi Plastik


Biodegradasi polimer plastik merupakan suatu proses alami dimana
mikoorganisme menggunakan kompleks bahan organik sebagai sumber
karbon danenergi dan secara biologi mengubahnya menjadi bentuk yang lebih
sederhana.Sebagaimana mikroorganisme memiliki karakter yang berbeda-
beda, maka prosesdegradasi pun bervariasi dari satu mikroorganisme ke
mikroorganisme lainya (Das,2013).
Mikroorganisme yang banyak berperan pada proses biodegradasi
plastik adalah bakteri, jamur dan aktinomicetes. Proses terjadinya
biodegradasi film kemasanpada lingkungan dimulai dengan tahap degradasi
kimia yaitu proses oksidasi molekulyang menghasilkan polimer dengan berat
molekul rendah. Proses berikutnya adalahserangan mikroorganisme dengan
memanfaatkan enzim yang dihasilkannya. Selamabiodegradasi berlangsung,
terjadi proses depolimerasi dimana eksoenzim darimikroba akan memecah
polimer kompleks menjadi rantai pendek oligomer danmonomer sehingga
dapat melewati membran semi permeabel mikroba, yangkemudian dapat
digunakan sebagai sumber karbon dan energi.
Selanjutnya terjadiproses mineralisasi dimana terjadi pengubahan
fragmen oligomer dan monomermenjadi produk akhir seperti karbon dioksida,
air, atau metana (Gu, 2003).Kecepatan biodegradasi tergantung pada beberapa
faktor yakni kelembaban,jenis mikroorganisme, temperatur, pH, jenis polimer,
dan ketebalan polimer.Kondisibiodegradasi yang meliputi pH, suhu, nutrien,
mineral, oksigen, dan kelembabandisesuaikan dengan jenis mikroorganisme
yang digunakan. Bahan-bahan polimeryang dilepaskan ke lingkungan akan
mengalami degradasi secara fisika, kimia danbiologi atau kombinasinya yang
tergantung pada adanya kelembapan, udara,temperatur, cahaya (photo-
degradation), radiasi energi tinggi (UV, γ-radiation) atauoleh hadirnya
mikroorganisme (bakteri atau jamur) (Arutchelvi, 2008).Biodegradasi
melibatkan agen-agen mikroba dan tidak membutuhkanperlakuan panas.
Bahan-bahan organik dapat didegradasi dengan dua cara baik secaraaerobik
maupun anaerobik. Pada tempat pembuangan sampah dan sedimen, plastic
didegradasi secara anaerob sementara di komposit dan tanah, biodegrasi
secaraaerobik berlangsung.Biodegradasi aerobik menghasilkan air dan CO2,
sedangkanbiodegradasi anaerobik menghasilkan air, CO2, dan metan sebagai
hasil akhir.
Secaraumum, perubahan rantai panjang polimer menjadi CO2 dan air
adalah suatu prosesyang kompleks. Dalam proses ini, berbagai jenis
mikroorganisme dibutuhkan, yangmana satu jenis akan mendegradasi polimer
menjadi komponen-komponen yang lebihkecil, yang lain memanfaatkan
monomer dan mensekresikan senyawa sampahsederhana sebagai hasil
samping (Sangale, 2012).Menurut Arutchelvi (2008), biodegradasi polimer
meliputi beberapa tahapan adalah sebagai berikut:

4
a. Melekatnya mikroorganisme di permukaan polimer.
b. Pertumbuhan mikroorganisme dengan menggunakan polimer sebagai
sumberkarbon.
c. Degradasi primer polimer.
d. Degradasi akhir.
Mikroorganisme dapat melekat di permukaan, jika permukaan polimer
adalahhidrofilik.Karena PP dan PE hanya memiliki grup CH2, maka
permukaannya adalahhidrofobik.Permulaan degradasi secara fisika dan kimia
menyebabkan penyisipangrup hidrofilik pada permukaan polimer yang
membuatnya menjadi semakinhidrofilik (penyisipan grup hidrofilik juga
menurunkan energi permukaan). Suatu kali ketika organisme melekat di
permukaan, ia akan mulai bertumbuh denganmenggunakan polimer tersebut
sebagai sumber karbon.
Pada degradasi primer, rantaiutama terputus, menyebabkan pembentukan
fragmen dengan berat molekul rendah(oligomer), dimer, dan
monomer.Degradasi tergantung pada enzim ekstraseluleryang disekresikan
oleh mikroorganisme. Senyawa dengan berat molekul rendah inilebih lanjut
akan digunakan oleh mikroba sebagai sumber energi dan karbon(Arutchelvi,
2008).Selama proses degradasi, enzim-enzim ekstraseluler memecah
komplekspolimer membentuk rantai-rantai pendek atau molekul-molekul yang
lebih kecil,seperti oligomer, dimer, dan monomer, yang ukurannya cukup
kecil untuk melewatimembran semipermeabel mikroba. Proses ini disebut
depolimerisasi. Molekul-molekulrantai pendek ini selanjutnya akan
dimineralisasi menjadi produk akhir, yaituCO2, H2O, atau CH4, yang
selanjutnya akan dimanfaatkan sebagai sumber karbon danenergi (Gu, 2003).

2.3 Tinjauan Umum Bakteri Pendegradasi Plastik


Secara umum untuk mengetahui suatu jenis bakteri dapat dilakukan
denganisolasi dan identifikasi. Isolasi merupakan memisahkan bakteri satu
dengan bakterilain yang berasal dari campuran berbagai bakteri. Isolasi
dilakukan karena secaraalami, bakteri di alam ditemukan dalam populasi
campuran.Sedangkan identifikasibakteri merupakan langkah lanjutan dari
hasil isolasi.Identifikasi dapat ditentukanberdasarkan uji morfologi,
pertumbuhan dan biokimia (Purwoko, 2007).Salah satu mikroba yang
diketahui dapat membantu dalam proses degradasiplastik adalah bakteri.
Terdapat beberapa bakteri yang dapat mendegradasi plastic secara in vitro
dengan memanfaatkan plasticizers dalam plastik sebagai sumberkarbonnya
seperti Pseudomonas aeruginosa dan Brevibacterium sp. Untuk
dapatmerombak plastik, bakteri harus dapat mengkontaminasi lapisan plastik
danmenggunakan komponen pada plastik sebagai sumber nutrien. Kecepatan
bakteriuntuk mendegradasi sangat dipengaruhi oleh struktur dan jenis
mikroorganisme(bakteri) yang digunakan (Murti, 2014).

a. Bakteri Pseudomonas aeruginosa


Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri gram negatif, berbentuk
batanglurus atau lengkung berukuran sekitar 0,6x2 μm, ditemukan tunggal,
berpasangandan kadang-kadang membentuk rantai pendek, tidak memiliki

5
spora, tidakmempunyai selubung (sheath) serta mempunyai flagel. Bakteri
Pseudomonaaeruginosa memiliki dua atau tiga flagel sehingga selalu
bergerak, bakteri ini jugamampu tumbuh di lingkungan yang mengandung
oli dan bahan bakar minyaklainnya.Sehingga bakteri ini dapat digunakan
untuk mendegradasi polutanhidrokarbon yang ada di lingkungan perairan
maupun di tanah (Listiani, 2014).Pseudomonas aeruginosa adalah aerob
obligat yang tumbuh dengan mudahpada banyak jenis media pembiakan,
karena memiliki kebutuhan nutrisi yangsederhana.Medium paling
sederhana untuk pertumbuhannya terdiri dari asetat(untuk karbon) dan
ammonium sulfat (untuk nitrogen). Metabolisme bersifatrespiratorik tetapi
dapat tumbuh tanpa O2 bila tersedia NO3 sebagai akseptorelectron kadang-
kadang berbau manis seperti anggur yang dihasilkanaminoasetofenon
(Mayasari, 2005).Pseudomonas aeruginosa dalam biakan dapat
menghasilkan berbagai jeniskoloni sehingga memberi kesan biakan dari
campuran berbagai spesies bakteri.Tiap jenis koloni dapat mempunyai
aktivitas biokimia dan enzimatik berbeda sertapola kepekaan antimikroba
yang berbeda.Isolat dari tanah atau air mempunyai ciri koloni yang kecil
dan tidak rata.Pembiakan dari spesimen biasanyamenghasilkan satu atau
dua tipe koloni halus (Listiani, 2014).Pseudomonas aeruginosa membentuk
koloni halus bulat dengan warnafluoresensi kehijauan.Bakteri ini sering
menghasikan piosianin, pigmen kebirubiruanyang tak berflouresensi, yang
berdifusi ke dalam agar. SpesiesPseudomonas lain tidak menghasilkan
piosianin. Banyak strain Pseudomonasaeruginosa juga menghasilkan
pigmen piorubin yang berwarna merah gelap ataupigmen piomelanin yang
hitam (Jawetz, 2004).Pseudomonas aeruginosa tumbuh dengan baik pada
suhu 37-42°C,
pertumbuhannya pada suhu 42°C membantu membedakan spesies ini dari
spesiesPseudomonas lain. Bakteri ini oksidase positif dan tidak meragikan
karbohidrat.Tetapi banyak strain mengoksidasi glukosa. Pengenalan
biasanya berdasarkamorfologi koloni, sifat oksidase-positif, adanya pigmen
yang khas dan mudahtumbuh pada berbagai media pembiakan karena
kebutuhan nutrisinya sangatsederhana (Jawetz, 2004).Salah satu jenis
bakteri yang banyak diteliti dan memiliki kemampuanmendegradasi plastik
adalah Pseudomonas. Bakteri Pseudomonas termasuk dalamgolongan
bakteri gram negatif, tidak membentuk spora, berbentuk rod (batang),
motil dengan satu atau lebih flagela pada bagian tepi. Jenis bakteri obligat
aerob,tetapi beberapa spesies dapat tumbuh secara anaerob dalam kondisi
lingkunganyang terdapat nitrat di dalamnya.Termasuk dalam bakteri
katalase positif yaitudengan memetabolisme gula secara oksidatif
(Suhardjono, 2010).Kemampuan bakteri Pseudomonas aerugiosa
menyerang jaringanbergantung pada reproduksi enzim-enzim dan toksin-
toksin yang merusak bariertubuh dan sel-sel inang.Bakteri Pseudomonas
aeruginosa memiliki kemampuandalam mendegradasi hidrokarbon dan
dalam menghasilkan biosurfaktanmenunjukkan bahwa isolat Pseudomonas
sp berpotensi untuk digunakan dalamupaya bioremediasi lingkungan akibat
pencemaran hidrokarbon (Nugroho, 2006).Bakteri Pseudomonas secara
umum tidak memiliki enzim hidrolitik yangpenting dalam mendegradasi
polimer menjadi monomer namun bakteri inimemiliki system inducible

6
operon yang mampu menghasilkan enzim tertentudalam proses
metabolisme sumber karbon yang tidak biasa digunakan. Olehkarena itu
bakteri ini memiliki peran penting dalam proses biodegradasi
berbagaimacam polimer antara lain senyawa xenobiotik dan pestisida.
Salah satu jenisenzim yang dihasilkan oleh Pseudomonas sp yang berperan
dalam biodegradasiadalah serine hidrolase, esterase dan lipase (Mayasari,
2005).Pseudomonas sp menggunakan hidrokarbon alifatik untuk
pertumbuhannya.Penggunaan hidrokarbon alifatik jenuh merupakan proses
aerobik (menggunakanoksigen). Tanpa adanya oksigen, hidrokarbon ini
tidak didegradasi.Langkahpendegradasian hidrokarbon alifatik jenuh oleh
Pseudomonas sp. meliputi oksidasimolekuler (O2) sebagai sumber reaktan
dan penggabungan satu atomoksigen kedalam hidrokarbon teroksidasi
(Nugroho, 2006)Bakteri Pseudomonas aeruginosa memproduksi katalase,
oksidase danammonia dari arginin.Bakteri ini dapat menggunakan sitrat
sebagai sumberkarbonnya.Pseudomonas aeruginosa mampu mendegradasi
polutan hidrokarbonyang ada di lingkungan perairan maupun di tanah
(Mastang, 2017).

Gambar 2.1 Bakteri Pseudomonas aeruginosa (Mayasari, 2005).

Klasifikasi dari bakteri Psedeumonas aeruginosa sebagai berikut :


Kingdom : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Class : Gamma proteobacteria
Order : Pseudomondales
Family : Pseudomonadaceae
Genus : Pseudomonas
Spesies :Pseudomonas aeruginosa (Waluyo, 2009)

7
b. Bakteri Bacillus thuringiensis
Bacillus thuringiensis merupakan salah satu bakteri aerob,
bakteriindigenous pada tanah, air, permukaan tumbuhan, serangga mati
dan biji bijian.Bacillus thuringiensis merupakan salah satu bakteri patogen
bagi serangga. Bakteriini bersifat gram positif, berbentuk batang, memilki
flagella, membentuk sporasecara aerob dan selama sporulasi membentuk
kristal protein paraspora yang dapatberfungsi sebagai insektisida. Kristal
protein ini dikenal dengan namaNendotoksin. Spora yang dihasilkan oleh
Bacillus thuringiensis berbentuk ovaldan berwarna terang, rata-rata
memiliki dimensi 1,0-1,3 μm. Jika ditumbuhkanpada medium padat,
koloni Bacillus thuringiensis berbentuk bulat dengan tepianberkerut,
memiliki diameter 5-10 mm, berwarna putih, elevasi timbul
padapermukaan koloni kasar (Bahagiawati, 2002).
Bacillus thuringiensis merupakan bakteri gram positif.Bakteri gram
positifmemiliki dinding sel yang mengandung peptidoglikan dan juga
asam teikoat danasam teikuronat.Oleh sebab itu dinding sel bakteri gram
positif sebagian adalahpolisakarida (Khaeruni, 2012).Bakteri Bacillus
thuringiensis memiliki ciri koloni bakteri seperti berwarnaputih berbentuk
bulat, tepian berkerut dan bergelombang, elevasi timbul,
danpermukaannya kasar.Bakteri Bacillus thuringiensis merupakan salah
satu jenisbakteri yang dapat diisolasi langsung dari tanah, kotoran dan
bagian tumbuhan.Bakteri Bacillus thuringiensis dapat tumbuh pada
kisaran pH 6.4 sampai 7.5 dan mampu tumbuh optimum pada pH
7.0.Bacillus thuringiensis dapat tumbuhoptimum pada kisaran salinitas 20-
50 ppt karena bakteri Bacillus thuringiensismerupakan bakteri halotoleran
yang dapat mentolerir berbagai tingkat salinitas(Mastang, 2017).
Bacillus thuringiensis merupakan salah satu anggota Bacillus Cereus
grupbersama dengan Bacillus anthraxis.Bacillus thuringiensis mempunyai
ciri khususyaitu kemampuannya untuk menghasilkan protein kristal
protoksin intraselulerdari kelompok endotoksin sehingga dapat dibedakan
dengan Bacillus Cereus.Endospora berbentuk oval hingga silindris,
terletak parasentral atau terminal.Bakteri tersebut dapat nonmotil atau
motil dengan adanya flagela tipe peritrik(Bahagiawati, 2002).Bakteri
Bacillus thuringiensis memiliki kemampuan membentuk Kristal (tubuh
paraspora) bersamaan dengan pembentukan spora yaitu pada waktu
selmengalami sporulasi.Kristal tersebut merupakan komplek protein
yangmengandung (toksin dan endotoksin) yang terbentuk dalam sel 2-3
jam setelahakhir fase eksponesial dan baru keluar dari sel pada waktu sel
mengalami autolysis setalah sporulasi sempurna. Sembilan puluh persen
kirstal terdiri dari proteindengan asam amino asam aspartat dan arginin,
sedangkan lima persen terdiri darikarbohidrat yaitu mannosa dan glukosa
(Jiwanjaya, 2014).Penggunaan patogen serangga (entomopatogen)
terutama bakteri dipandangsangat baik dalam pengendalian hama
berwawasan lingkungan.
Bacillusthuringiensis adalah salah satu bakteri berpotensi untuk
digunakan sebagaipengendali hayati. Banyak strain dari bakteri ini yang
menghasilkan protein yangberacun bagi serangga (Khaeruni,

8
2012).Bacillus thuringiensis sebagai makhluk hidup melakukan
serangkaian reaksimetabolisme di dalam selnya. Metabolisme terdiri dari
proses sintesis(anabolisme) antara lain sintesis enzim dan proses
penguraian (katabolisme)diantaranya fermentasi, proteolitik, lipolitik,
yang dikatalis oleh enzim. Bacillusthuringiensis yang berasal dari habitat
yang berbeda memiliki perbedaan sifatmetabolisme yang dilihat dari
karakter biokimianya (Mastang, 2007).

Gambar 2.2 Bakteri Bhacillus thuingiensis (Aguskrisno, 2011).

Kasifikasi dari bakteri Bacillus thuringiensis sebagai berikut :


Kingdom : Eubacteria
Phylum : Firmicutes
Class : Bacilli
Order : Bacillales
Family : Bacillaceae
Genus : Bacillus
Spesies :Bacillus thuringiensis (Cohen, 2015).

2.4 Mekanisme Bakteri Pengurai Plastik

para ilmuwan baru-baru ini menemukan jenis bakteri yang dapat memakan botol
plastik. Mereka sedang mencoba membuat jenis bakteri ini bekerja lebih cepat.
Penemuan bakteri pemakan plastik bukan solusi lengkap untuk mengatasi polusi
plastik. Namun bakteri ini dapat membantu menciptakan proses daur ulang plastik
yang lebih ramah lingkungan

Pada 2016, ilmuwan dari Jepang menguji berbagai bakteri yang ada di pabrik daur
ulang botol. Mereka menemukan bahwa Ideonella sakaiensis 201-F6 dapat
mencerna plastik polythylene terephthalate (PET) yang digunakan untuk membuat
botol minuman sekali pakai. Bakteri tersebut mencerna plastik dengan
mengeluarkan enzim (sejenis protein yang dapat mempercepat reaksi kimia) yang

9
dikenal sebagai PETase. Enzim ini memutus ikatan kimia dalam PET. Pecahan
molekul-molekul ini cukup kecil hingga bakteri dapat menyerapnya dan
menggunakan karbon di dalamnya sebagai sumber makanan.

Meskipun ada enzim dari bakteri lain yang diketahui dapat mencerna PET secara
perlahan, enzim yang baru ditemukan ini rupanya berevolusi secara spesifik untuk
mencerna plastik. Enzim ini mungkin lebih cepat dan lebih efisien dan memiliki
potensi untuk daur-ulang biologis.

Menggunakan enzim dari bakteri di bio-reaktor untuk memecah plastik untuk


didaur ulang masih lebih mudah diucapkan daripada dilakukan. Enzim tetap sulit
berinteraksi dengan plastik karena sifat fisiknya.

PET yang digunakan dalam botol minuman memiliki struktur semi-kristal, yang
berarti molekul-molekul plastik sangat padat dan sulit bagi enzim untuk
mencapainya. Studi terbaru menunjukkan bahwa enzim yang dimodifikasi
mungkin bekerja dengan baik karena bagian dari molekul yang terlibat dalam
reaksi sangat dapat diakses, sehingga mudah bagi enzim untuk menyerang
molekul PET bahkan yang paling dalam.

Peningkatan sederhana

Perbaikan pada aktivitas PETase tidak dramatis, dan kita belum pada tahap
menemukan solusi untuk krisis plastik kita. Tapi penelitian ini membantu kita
memahami bagaimana enzim yang menjanjikan ini memecah PET. Penelitian ini
juga memberi petunjuk bagaimana kita bisa membuatnya bekerja lebih cepat
dengan memanipulasi bagian aktifnya.

Merekayasa enzim agar bekerja lebih baik daripada yang telah berevolusi secara
alami bukan hal yang wajar. Mungkin pencapaian ini mencerminkan fakta bahwa
bakteri yang menggunakan PETase baru saja berevolusi untuk bertahan hidup
pada plastik buatan manusia ini. Ini menciptakan peluang bagi para ilmuwan
peluang untuk menyalip evolusi dengan merekayasa bentuk-bentuk PETase yang
dioptimalkan.

Namun ada satu kekhawatiran. Sementara bakteri yang dimodifikasi yang


digunakan dalam bioreaktor cenderung sangat terkontrol, fakta bahwa ia telah
berevolusi untuk mengurai dan mengkonsumsi plastik menunjukkan bahwa bahan
yang sangat kita andalkan mungkin tidak betul-betul tahan lama seperti yang kita
duga.

Jika lebih banyak bakteri mulai makan plastik di alam liar, maka produk dan
struktur yang dirancang untuk bertahan bertahun-tahun bisa terancam. Industri

10
plastik akan menghadapi tantangan serius untuk mencegah produknya menjadi
terkontaminasi dengan mikro-organisme yang lapar.

Pelajaran dari antibiotik mengajarkan kepada kita bahwa kita lambat dalam
mengejar mutasi bakteri. Tapi mungkin penelitian seperti ini bisa membuat
ilmuwan mencuri start.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Maka dapat disimpulkan, bahwa bakteri Pseudomonas aeruginosa mampu


mendegradasi plastik warna biru dengan berat kehilangan plastik sebesar 13,3
% dan plastik warna hijau dengan berat kehilangan plastik sebesar 11,7 %.
Sedangkan bakteri Bacillus thuringiensis hanya mampu mendegradasi plastik
biru saja dengan persen berat kehilangan plastik tertinggi sebesar 15 %. Dan
hasil perhitungan dari regangan plastik menunjukkan bahwa bakteri
Pseudomonas aeruginosa memberi perubahan yang kecil pada plastik biru
sebesar 0,0004 cm begitupun pada bakteri Bacillus thuringiensis memberi
perubahan yang kecil sebesar 0,0018 cm, sehingga tidak terjadi perubahan
yang nyata.

3.2 Saran

1. Sebaiknya pada masyarakat kiranya mampu mengidentifikasi terlebih


dahulu apakah ada bakteri yang terkandung dalam plastik.
2. Untuk mengurangi kemungkinan gangguan kesehatan akibat sampah plastik
(polimer sintetik) yang semakin banyak dapat dimulai dengan mengurangi
peggunaan plastik dan menggunakan bahan-bahan ramah lingkungan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2018. Ilmuwan Temukan Mikroba Pengurai Sampah Plastik. Tersedia :


https://m.cnnindonesia.com/teknologi/20180418120943-199-291653/ilmuwan-
temukan-mikroba-pengurai-sampah-plastik [18 April]

Das MP and Kumar S,. Influence of Cell Surface Hydrophobicity in Colonization and
Biofilm Formation on LDPE Biodegradation. Journal of Pharmacy and Pharmaceutical
Sciences. 2013.

Elpawati. (2015). Uji Coba Produksi Mikroorganisme Pengdegradasi (Penghancur) Sampah


Plastik. Jurnal Agribisnis, 9,11-22

Fachrul, Melati Ferianti dan Astri Rinanti. 2018. Biromediasi Pencemar Mikroplastik di
Ekosistem Perairan Menggunakan Bakteri Indigenous. Makalah.

Flasman, Emily. 2018. Ahli Kimia Menjelaskan Bagaimana Bakteri Memakan Plastik.


Tersedia: https://www.google.com/amp/s/theconversation.com/amp/ahli-kimia-
menjelaskan-bagaimana-bakteri-memakan-plastik-95761 [7 Mei]

Ivan, 2016. Mengurai Sampah Plastik Menggunakan Bakteri. Tersedia:


https://www.google.com/amp/s/beritagar.id/artikel-amp/sains-tekno/mengurai-sampah-
plastik-menggunakan-bakteri [12 Maret]

Menge, Katharina. 2018. Bakteri Pengurai Plasik Jadi Jalan Keluar Untuk Sampah Plastik di
Dunia. Tersedia:https://womantalk.com/news-update/articles/bakteri-pengurai-plastik-
jadi-jalan-keluar-untuk-sampah-plastik-di-dunia-DNaLY [17 April]

Riandi,M.I., Kawuri, R., Sudirga, S.K. 2017. Potensi Bakteri Pseudomonas sp. dan
Ochrobactrum sp. yang di Isolasi dari Berbagai Sampel Tanah Dalam Mendegradasi
Limbah Polimer Plastik Berbahan Dasar High Density Polyethylene (HDPE) dan Low
Density Polyethylene. JURNAL SIMBIOSIS V (2):58-63, September 2017. ISSN:
2337-7224. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Udayana
http://ojs.unud.ac.id/index.php/simbiosis.

Shovitri, Maya. (2014). Bakteri Tanah Sampah Pendegradasi Plastik dalam Kolom
Winogradsky. Jurnal Sains dan Seni POMITS, 3.

Syam, Fitri. (2017). Upaya Biodegradasi Limbah Plastik Berwarna (Gelombang Pendek)
Dengan Penambahan Bakteri Pseudomonas aeruginosa dan Bacillus thurigiensis
[skripsi]. Makassar(ID): Universitas Islam Negeri Alauiddin

13
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bakteri Pseudomonas aeruginosa.......................................................................7


Gambar 2.2 Bakteri Bhacillus thuingiensis............................................................................9

14
LAMPIRAN

15

Anda mungkin juga menyukai