Anda di halaman 1dari 13

LIMBAH PLASTIK

MATA KULIAH KIMIA DASAR

Aldo Raventio Adam 1806148864 Teknik Lingkungan

Rudang Clarizza 1806 Teknik Lingkungan

Safira Dyah Kusumawardhani 1806200482 Teknik Lingkungan

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2019
ABSTRAK

Masalah utama negara-negara di dunia sampai dengan saat ini adalah kehadiran sampah,
termasuk Indonesia. Dari semua jenis sampah yang ada saat ini, sampah yang berasal dari plastik
merupakan yang jumlahnya paling besar. Industri maupun perdagangan selalu menggunakan
plastik karena dianggap lebih praktis dan ekonomis di hampir semua aktifitas termasuk rumah
tangga. Padahal dibalik besarnya fungsi dan manfaatnya juga terdapat bahaya yang sangat besar
pula. Berbagai usaha telah dilakukan untuk mengurangi limbah plastik tersebut. Salah satunya
adalah mengkonversi limbah plastik menjadi sumber energi. Para peneliti di seluruh dunia telah
membuktikan keberhasilan usaha tersebut. Pada kajian ini, dipaparkan beberapa metode yang
telah diteliti oleh para peneliti dalam mengkonversi limbah plastik, diantaranya adalah pirolisis
(thermal cracking), hydrocracking dan hidroisomerisasi. Selain metode proses, jenis katalis yang
digunakan dalam proses mempengaruhi tinggi rendahnya komposisi produk yang dihasilkan.
Dengan dikembangkannya metode tersebut, limbah plastik yang selama ini masih menjadi
permasalahan serius di masyarakat dapat menjadi sesuatu yang bermafaat bagi kepentingan
manusia dan lingkungan.

Kata kunci : Limbah plastik, Konversi, Katalis, Pirolisis

1. PENDAHULUAN 1999 menunjukkan bahwa volume


perdagangan plastik impor Indonesia,
Nama plastik mewakili ribuan bahan
terutama polipropilena (PP) pada tahun 1995
yang berbeda sifat fisis, mekanis, dan kimia.
sebesar 136.122,7 ton sedangkan pada
Secara garis besar plastik dapat digolongkan
tahun 1999 sebesar 182.523,6 ton, sehingga
menjadi dua golongan besar, yakni plastik
dalam kurun waktu tersebut terjadi
yang bersifat thermoplastic dan yang
peningkatan sebesar 34,15%. Jumlah
bersifat thermoset. Thermoplastic dapat
tersebut diperkirakan akan terus meningkat
dibentuk kembali dengan mudah dan
pada tahun-tahun selanjutnya. Sebagai
diproses menjadi bentuk lain, sedangkan
konsekuensinya, peningkatan limbah
jenis thermoset bila telah mengeras tidak
plastikpun tidak terelakkan. Menurut Hartono
dapat dilunakkan kembali. Plastik yang
(1998) komposisi sampah atau limbah plastik
paling umum digunakan dalam kehidupan
yang dibuang oleh setiap rumah tangga
sehari-hari adalah dalam bentuk
adalah 9,3% dari total sampah rumah
thermoplastic. Seiring dengan
tangga. Di Jabotabek rata-rata setiap pabrik
perkembangan teknologi, kebutuhan akan
menghasilkan satu ton limbah plastik setiap
plastik terus meningkat. Data BPS tahun
minggunya. Jumlah tersebut akan terus
bertambah, disebabkan sifat-sifat yang Akibat dari semakin bertambahnya
dimiliki plastik, antara lain tidak dapat tingkat konsumsi masyarakat serta aktivitas
membusuk, tidak terurai secara alami, tidak lainnya maka bertambah pula
dapat menyerap air, maupun tidak dapat buangan/limbah yang dihasilkan.
berkarat, dan pada akhirnya menjadi Limbah/buangan yang ditimbulkan dari
masalah bagi lingkungan. (YBP, 1986). aktivitas dan konsumsi masyarakat sering
Plastik juga merupakan bahan disebut limbah domestik atau sampah.
anorganik buatan yang tersusun dari bahan- Limbah tersebut menjadi permasalahan
bahan kimia yang cukup berbahaya bagi lingkungan karena kuantitas maupun tingkat
lingkungan. Limbah daripada plastik ini bahayanya mengganggu kehidupan makhluk
sangatlah sulit untuk diuraikan secara alami. hidup lainnya. Selain itu aktifitas industri
Untuk menguraikan sampah plastik itu yang kian meningkat tidak terlepas dari isu
sendiri membutuhkan kurang lebih 80 tahun lingkungan. Industri selain menghasilkan
agar dapat terdegradasi secara sempurna. produk juga menghasilkan limbah. Dan bila
Oleh karena itu penggunaan bahan plastik limbah industri ini dibuang langsung ke
dapat dikatakan tidak bersahabat ataupun lingkungan akan menyebabkan terjadinya
konservatif bagi lingkungan apabila pencemaran lingkungan. Limbah adalah
digunakan tanpa menggunakan batasan buangan yang dihasilkan dari suatu proses
tertentu. Sedangkan di dalam kehidupan produksi baik industri maupun domestik
sehari-hari, khususnya kita yang berada di (rumah tangga, yang lebih dikenal sebagai
Indonesia, penggunaan bahan plastik bisa sampah), yang kehadirannya pada suatu
kita temukan di hampir seluruh aktivitas saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki
hidup kita. Padahal apabila kita sadar, kita lingkungan karena tidak memiliki nilai
mampu berbuat lebih untuk hal ini yaitu ekonomis.Jenis limbah pada dasarnya
dengan menggunakan kembali (reuse) memiliki dua bentuk yang umum yaitu; padat
kantung plastik yang disimpan di rumah. dan cair, dengan tiga prinsip pengolahan
Dengan demikian secara tidak langsung kita dasar teknologi pengolahan limbah. Limbah
telah mengurangi limbah plastik yang dapat dihasilkan pada umumnya akibat dari sebuah
terbuang percuma setelah digunakan proses produksi yang keluar dalam bentuk
(reduce). Atau bahkan lebih bagus lagi jika % scrapt atau bahan baku yang memang
kita dapat mendaur ulang plastik menjadi sudah bisa terpakai. Dalam sebuah hukum
sesuatu yang lebih berguna (recycle). ekologi menyatakan bahwa semua yang ada
di dunia ini tidak ada yang gratis. Artinya
alam sendiri mengeluarkan limbah akan
tetapi limbah tersebut selalu dan akan
dimanfaatkan oleh makhluk yang lain. Prinsip
ini dikenal dengan prinsip Ekosistem (ekologi
sistem) dimana makhluk hidup yang ada di
dalam sebuah rantai pasok makanan akan
menerima limbah sebagai bahan baku yang
baru
2. TINJAUAN TEORI
Definisi Plastik dan Plastik sebagai
Limbah
Plastik merupakan salah satu hasil
inovasi bahan dalam bidang kimia yang
dikenal sebagai bahan yang serbaguna,
awet, tahan lama, dan praktis. Plastic juga
dikenal sebagai materi yang biaya
produksinya murah. Industri plastic terus- Gambar 1. Plastik sebagai Limbah
menerus berkembang atas tingginya Sumber: Google
permintaan pasar akan kebutuhan plastik
pada kehidupan manusia sehari-hari. Komponen Kimia dalam Plastik
Persentase penggunaan plastic untuk Plastik kresek mengandung senyawa
keperluan packaging adalah sebesar 40%, kimia berupa phthalates, bisephanol-A, dan
sedangkan sisanya adalah untuk keperluan 4-nonylphenol dimana senyawa tersebut
konstruksi, tekstil, sarana transportasi, listrik, dapat mengganggu proses fisiologi tubuh
dan lain sebagainya. hewan perairan seperti katak, ikan, dan
Di luar banyaknya kebermanfaatan lainnya. Komponen utama plastik sebelym
plastic yang begitu banyak, plastic membentuk polimer adalah monomer, yakni
menyimpan banyak masalah pula pada fase rantai yang paling pendek. Pola acak dari
pasca penggunaannya. Hal ini berkaitan susunan rantai monomer disebut amorf,
dengan sifat plastic yang awet dan tidak sedangkan pola yang hampir sejajar dan
mudah terurai sehingga plastic dapat disebut
sebagai ancaman bagi lingkungan.
Mengingat porsi terbesar penggunaan plastic
ada pada packaging, plastic banyak berakhir
sebagai bahan buangan yang tidak dapat
digunakan lagi. Plastic sebagai bahan teratur disebut kristalin. Kristalin dinilai
buangan inilah yang menjadikan plastic memiliki sifat yang lebih keras dan tegar.
sebagai limbah yang menimbulkan dampak Gambar 2. Monomer dan Polimer
negatif bagi lingkungan. Sumber: Google
Lamanya durasi sampah plastik untuk terurai
Limbah Plastik dari Perspektif Kimia menyebabkan semakin tertimbunnya
Dasar sampah plstik di TPA. Hal ini menyebabkan
Polimer merupakan material cepat terisinya kapasitas tamping TPA
yang tidak tahan terhadap temperature yang sehingga tidak tertutup kemungkinan untuk
tinggi. Hal ini dikarenakan susunan polimer TPA terlampaui kapasitas tampungnya.
yang tersusun dari monomer melalui proses Penduduk Indonesia yang
polimerisasi baik melalui proses adisi berjumlah 327 juta jiwa memproduksi
maupun kondensasi yang terjadi pada sampah setiap harinya. Pada tahun 2025,
temperature rendah. Plastik berisi aditif yang diperkirakan produksi sampah pada tahun
diperlukan untuk memperbaiki sifat kimia 2025 akan mencapai angka 130.00 ton
plastik itu sendiri. Bahan aditif yang sengaja perhari. Berasarkan data statisik
ditambahkan biasa disebut komponen non persampahan Indonesia, jumlah sampah
plastik, diantaranya berfungsi sebagai plastik yang mencapai 5,4 juta ton pertahun
pewarna, antioksidan, penyerap cahaya itu hanya 14 persen dari total produksi
ultraviolet, penstabil panas, penurun sampah di Indonesia". Selain itu,
viskositas, penyerap asam, pengurai berdasarkan data dari Badan Pengelolaan
peroksida, pelumas, peliat, dan lain-lain. Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Jakarta,
Setiap aktifitas manusia, baik di rumah, khusus di Jakarta tumpukan sampah telah
kantor, sekolah mapun di mana saja akan mencapai lebih dari 6.000 ton perhari dan
menghasilkan sampah. Dalam Undang- sekitar 13 persen dari jumlah tersebut berupa
Undang Nomor 18 tahun 2008 pasal 1 sampah plastik. Keseluruhan sampah yang
tentang sampah disebutkan bahwa sisa ada, 57 persen ditemukan di pantai berupa
kegiatan sehari-hari manusia dan/atau sampah plastik. Sebanyak 46 ribu sampah
proses alam yang berbentuk padat atau semi plastik mengapung di setiap
padat berupa zat organik atau anorganik mil persegi samudera. Kedalaman sampah
bersifat dapat terurai atau tidak dapat terurai plastik di Samudera Pasifik sudah mencapai
yang dianggap sudah tidak berguna lagi dan hampir 100 meter.
dibuang ke lingkungan. Seperti halnya Pembakaran sampah merupakan
sampah lain, sampah plastik akan berakhir di salah satu cara yang paling umum digunakan
tempat penampungan/pemrosesan akhir masyarakat untuk membasmi sampah
(TPA). Namun, sampah plastik akan lebih plastik. Cara ini dinilai efektif bagi
lama terurai jika dibandingkan dengan masyarakat pada umumnya karena mudah
sampah lainnya, misal sampah organik. dilakukan. Namun, pembakaran sampah,
terutama sampah plastic, sebenarnya akan
menimbulkan masalah baru. Pada umumnya, industry plastik
Gambar 3. Pembakaran Sampah saat ini sudah mengakomodir produk
Sumber: Google plastik yang ramah lingkungan
Secara kimiawi, suhu panas dimana plastik-plastik tersebut dapat
bahan yang dibakar pada ruang terbuka didaur ulang. Dalam produk-produk
o
adalah kurang dari 150 C dan hal ini tersebut tercantum symbol 3R
menyebabkan penguraian oksidasi terjadi dengan kode 1-7 sebagai berikut:
secara tidak sempurna. Selain itu, beberapa 1. Kode plastik 1 untuk jenis
jenis plastic apabila dibakar akan Polyethylene Terephthalate
menghasilkan senyawa dioksin yang bersifat (PETE). Plastik ini biasa
karsinogenik (penyebab kanker), digunakan untuk produk botol air
menyebabkan gangguan saraf, dan minum dalam kemasan.
mengganggu kesehatan reproduksi. Dengan 2. Kode 2, jenis plastik High-Density
beberapa bahaya yang dihasilkan dari Polyethylene (HDPE) yang biasa
pembakaran sampah, diperlukan edukasi digunakan untuk botol kemasan
pencegahan kepada masyrarakat umum. sabun atau deterjen.
Edukasi yang dinilai efektif dan efisien untuk 3. Kode plastik 3, jenis Polyvinyl
diterapkan adalah 3R (Reduce, Reuse, dan Chloride (PVC) yang biasa
recycle). Masyarakat dapat beralih ke plastik digunakan untuk produk pipa,
yang biodegradable (lebih mudah terurai kusen jendela, botol non-
secara biologis). Selain itu, plastik dapat makanan, mainan anak-anak,
diganti dengan tas yang dapat digunakan kursi plastik, atau komponen
berkali-kali. otomotif.
Gambar 4. Penggunaan Tas Belanja 4. Kode 4, plastik Low-Density
Polyethylene (LDPE) dan biasa
untuk kantong plastik, tempat
makanan.
5. Kode plastik 5, jenis
Polypropylene (PP) dan biasa
digunakan pada tutup botol,
tempat makanan (piring atau

yang Reuseable mangkuk), botol-botol obat dan

Sumber: Google botol minuman bayi.


6. Kode plastik 6, plastik polystyrene pembakaran kapur serta dapat
(PS) biasa kita kenal sebagai digunakan untuk bahan bakar ketel
styrofoam.
7. Kode 7 adalah untuk plastik lain
seperti san (styrene acrylonitrile),
abs (acrylonitrile butadiene
styrene), pc (polycarbonate) dan

nylon. Plastik kode 7 ini


digunakan untuk peralatan rumah uap yntuk pembagkit steam untuk
tangga, alat-alat elektronik, pembangkit listrik dengan skala yang
plastik kemasan, suku cadang kecil. Beberapa jenis plastik dapat
otomotif. Plastik-plastik tersebut diolah dengan teknologi pirolisis
dapat didaur ulang dengan sehingga dihasilkan fraksi
proses tertentu. hidrokarbon setara bensin atau solar.
Gambar 5. Kode Plastik Untuk keperluan non energi, sampah
Sumber: Google plastik dapat dimanfaatkan untuk
campuran aspal yang digunakan
Terdapat beberapa hal yang sebagai pelapis jalan.
dapat dilakukan oleh pihak terkait,
baik pemerintah maupun
professional. Salah satunya adalah
pengubahan plastik menjadi residu Gambar 6. Mesin Incinerator Pembakaran
melalui pembakaran menggunakan Sampah
incinerator yang menggunakan Sumber: Google
proses temperature tinggi sehingga
volume sampah menjadi lebih kecil. Gambar 7. Pemanfaatan Sampah Sebagai
Selain itu , plastik dapat dijadikan Bahan Campuran Aspal
sumber energy. Plastik dapat dibakar Sumber: Google
untuk tanur industri semen atau
3. APLIKASI TEORI menjadi minyak pelumas berkualitas tinggi.
Proses Konversi Limbah Plastik Hal ini disebabkan karena sifat kimia
Seperti yang kita ketahui, limbah senyawa hidrokarbon cair dari hasil
plastik menjadi ancaman serius bagi pemanasan limbah plastik mirip dengan
lingkungan tempat kita tinggal. Salah satu senyawa hidrokarbon yang terkandung
upaya baru yang telah dilakukan oleh banyak dalam minyak mentah sehingga dapat diolah
peneliti di dunia peneliti dalam menjadi minyak pelumas (Miller, et.al.,
meminimalisasi jumlah sampah plastik 2005).
adalah dengan mengubah limbah tersebut Pengubahan hidrokarbon cair hasil
menjadi sumber energi baru. Pada penelitian pirolisis limbah plastik menjadi minyak
tersebut, plastik dipanaskan dengan pelumas dapat dilakukan dengan
menggunakan metode pirolisis. menggunakan metode hidroisomerisasi dan
Metode pembakaran sampah hydrocracking. Hidroisomerisasi merupakan
sekaligus penyulingan bahan tanpa oksigen proses yang meng- gunakan katalis khusus
dengan suhu tinggi tersebut menghasilkan yang berfungsi menjadikan molekul-molekul
senyawa hidrokarbon cair mulai dari C1 isomer mempunyai viskositas yang tinggi,
hingga C4, dan senyawa rantai panjang tingkat titik beku yang rendah dan
seperti parafin dan olefin serta gas yang menjadikan pelumas dasar yang
aman bagi lingkungan. Adapun keuntungan isoparaffinik. Sedangkan pada
dari metode pirolisis untuk pembakaran hydrocracking, hasil dari proses pirolisis
limbah plastik yaitu beroperasi tanpa dimasukkan ke dalam tungku penyulingan
membutuhkan udara atau campuran pada tekanan atmosfir dan kemudian
hidrogen dan tidak memerlukan tekanan divakum untuk memisahkan unsur-unsur
tinggi, HCl yang terbentuk sebagai sebuah yang dihasilkan dari proses awal. Proses ini
produk dapat diperoleh kembali sebagai berguna dalam mengurangi atau
bahan baku, polutan-polutan dan pengotor menghilangkan aromatik dan komponen
menjadi terkonsentrasi sebagai residu polar yang dihasilkan dari proses pirolisis.
padatan, dan selanjutnya karena pirolisis Proses pengolahan limbah plastik
dilakukan pada sistem tertutup maka tidak menjadi sumber energi dapat berjalan
ada polutan yang keluar. Banyaknya plastik dengan baik apabila dalam prosesnya
yang terurai sekitar 60%, suatu jumlah yang menggunakan katalis. Katalis didefinisikan
cukup banyak (Miller, et. al., 2005). Struktur sebagai suatu senyawa kimia yang dapat
kimia yang dimiliki senyawa hidrokarbon cair mengarahkan sekaligus meningkatkan
tersebut memungkinkannya untuk diolah kinetika suatu reaksi, akan tetapi senyawa
tersebut (katalis) tidak mengalami perubahan degradasi PP & PE yang ternyata
kimiawi diakhir reaksi, dan tidak mengubah menghasilkan produk cair lebih rendah
kedudukan kesetimbangan kimia dari reaksi dibandingkan dengan gas (Uddin
tersebut et.al.,1997). Sedangkan Aguado, et.al.
(2000) meneliti pengaruh zeolit beta pada
Pengolahan Limbah Plastik dengan degradasi PP, LDPE dan HDPE pada suhu
0
Menggunakan Katalis 400 C didalam reaktor batch. Hasilnya
Pada proses konversi limbah plastik menunjukkan bahwa degradasi HDPE
menjadi sumber energi, katalis memegang menghasilkan selektifitas tinggi untuk produk
peranan penting dalam kualitas hidrokarbon C5 hingga C12 (70 %berat), sedangkan
yang dihasilkan. Katalis digunakan untuk untuk penguraian LDPE dan PP, selektifitas
menurunkan energi yang terjadi pada proses menjadi gasoline berkurang (sekitar 64
pembakaran, katalis juga berperan untuk %berat) tetapi proporsi untuk produk C1
menurunkan konsentrasi khlor yang ada hingga C4 lebih tinggi. Aktifitas zeolite dalam
pada cairan yang terbentuk sebagai hasil degradasi polimer bervariasi tergantung
produk pembakaran (Sakata, et.al., 1999). perbedaan struktur kimia dan komposisinya
Katalis yang digunakan pada umumnya (Mordi, et. al., 1994) .
adalah zeolite, polysilicate component, Nishino, et.al. (2003) meneliti
pseudoboehmite com- ponent dan clay degradasi katalitik dengan menggunakan H-
component (Aguado et.al., 2009). gallosilicates yang dilakukan di reaktor skala
Penelitian mengenai pengaruh bench dengan bahan baku diumpankan
katalis teradap proses konversi limbah secara semi kontinyu. Bahan baku yang
plastik menjadi sumber energi dilakukan oleh digunakan adalah poli-olefin dan bahan
beberapa peneliti, diantaranya adalah plastik lainnya yang berbentuk pelet yaitu
Sakata, et.al. (1996) yang mempelajari LDPE, linear LDPE, HDPE dan PP. Hasil
degradasi katalitik dari PP dan PE oleh menunjukkan bahwa komposisi propilen, dan
katalis silika-alumina pada reaktor semi iso butan meningkat. Lee, et. al. (2003)
batch. Berdasarkan penelitian tersebut, meneliti tentang degradasi polietilen (HDPE)
ternyata silika-alumina efektif dalam dan polistiren (PS) dengan bantuan katalis
meningkatkan laju degradasi dan produksi fluid catalytic cracking (FCC) beroperasi
minyak pelumas. Mereka juga mempelajari pada suhu 400 0C. Dari percobaan diperoleh
pengaruh jenis katalis lainnya terhadap bahwa gasoline yang terbentuk dari HDPE
degradasi polimer, seperti zeolit yang 86% dan 98% berasal dari PS.
digunakan sebagai katalis pada proses
Dilihat dari tingginya harga minyak menggunakan metode pirolisis. Metode
dunia dalam beberapa waktu terakhir yang pembakaran sampah sekaligus penyulingan
meroket hampir mencapai 100 dolar per bahan tanpa oksigen dengan suhu tinggi
0 0
barrel, sehingga akan berdampak terhadap (800 C hingga 1000 C) ini ramah
kenaikan besarnya subsidi yang dilakukan lingkungan karena menghasilkan gas CO2
pemerintah terhadap BBM. Salah satu dan H2O. Selain gas, ketika dipanaskan,
program pemerintah untuk mengurangi polietilen juga membentuk suatu senyawa
ketergantungan terhadap BBM adalah hidrokarbon cair mulai dari C1 hingga C4,
diversifikasi energi. Berdasarkan dan senyawa rantai panjang seperti parafin
pemanfaatannya, salah satu bahan bakar dan olefin yang memiliki bentuk mirip wax
yang dapat menggantikan BBM sekarang ini (lilin). Banyaknya plastik yang terurai adalah
secara langsung adalah biofuel (bahan bakar sekitar 60 %. Laju degradasi konversi
nabati). Dalam hal ini, biofuel dibatasi pada polietilen menjadi hidrokarbon cair telah
bio diesel, bioerosene dan bioetanol. diteliti oleh Lee et.al. (2003). Struktur kimia
Walaupun Landasan Hukum pengembangan yang dimiliki senyawa hidrokarbon cair
biofuel di Indonesia ditandai dengan Instruksi tersebut memungkinkannya untuk diolah
Presiden No.1 Tahun 2006 Mengenai Bahan menjadi minyak pelumas berkualitas tinggi.
Bakar Nabati dan Peraturan Presiden No.5 Hal ini disebabkan karena sifat kimia
tahun 2006 mengenai Kebijakan Pemakaian senyawa hidrokarbon cair dari hasil
Bahan Bakar Nabati sebesar 5% pada tahun pemanasan limbah plastik mirip dengan
2025, namun kenyataannya, proses senyawa hidrokarbon yang terkandung
pemakaian biofuel secara nyata masih dalam minyak mentah sehingga dapat diolah
memerlukan jangka waktu yang lama untuk menjadi minyak pelumas (Miller, et.al.,
sampai dihasilkannya produk siap pakai. 2005).
Pengubahan hidrokarbon cair hasil
Pengolahan Limbah Plastik Tanpa pirolisis limbah plastik menjadi minyak
Menggunakan Katalis pelumas dapat dilakukan dengan
[Pengolahan Limbah Plastik Polietilen (PE)] menggunakan metode hidroisomerisasi dan
Penelitian dalam mengubah limbah hydrocracking. Hidroisomerisasi merupakan
plastik menjadi minyak pelumas telah proses yang meng- gunakan katalis khusus
dibuktikan oleh Stephen J. Miller dkk. (2005) yang berfungsi menjadikan molekul-molekul
dalam publikasi penelitiannya pada Jurnal isomer mempunyai viskositas yang tinggi,
American Chemical Society. Miller tingkat titik beku yang rendah dan
memanaskan plastik polietilen menjadikan pelumas dasar yang iso-
paraffinik. Sedangkan pada hydrocracking, dari syngas mempunyai sifat kimia yang
hasil dari proses pirolisis dimasukkan ke sama dengan polyethylene.
dalam tungku penyulingan pada tekanan
atmosfir dan kemudian divakum untuk
memisahkan unsur- unsur yang dihasilkan
dari proses awal. Proses ini berguna dalam
mengurangi atau menghilangkan aromatik
dan komponen polar yang dihasilkan dari
proses pirolisis. Pada penelitian Miller
(2005), pengubahan hidrokarbon cair
menjadi minyak pelumas dilakukan dengan
menggunakan metode hidroisomerisasi.
Usaha pembuatan minyak sintetis
dari senyawa hidrokarbon cair bukanlah
suatu hal yang baru. Pada 1990-an,
perusahaan Chevron telah mencoba
mengubah senyawa hidrokarbon cair
menjadi bahan bakar sintetis untuk tujuan
komersial. Bahan baku yg digunakan untuk
menghasilkan senyawa hidrokarbon cair
berasal dari gas alam (umumnya gas
metana) melalui proses katalitik yang dikenal
ddengan proses Fischer-Tropsch. Pada
proses ini, gas metana diubah menjadi gas
sintetis (syngas), yaitu campuran antara gas
hidrogen dan karbonmonoksida, dengan
bantuan besi atau kobalt sebagai katalis.
Selanjutnya, syngas ini diubah menjadi
senyawa hidrokarbon cair, untuk kemudian
diolah menggunakan proses hydrocracking
menjadi bahan bakar dan produk minyak
bumi lainnya, termasuk minyak pelumas.
Senyawa hidrokarbon cair hasil pengubahan
Bibliography Tahir, I. (2018, December 13). Departemen
Setiana, I. (2014). Scientific Repository. Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu
Retrieved December 3, 2019, from Pengetahuan Alam. Retrieved 11 18,
Pengaruh senyawa kimia yang 2019, from Material Plastik dan
terkandung di dalam plastik kresek Permasalahan Lingkungan:
terhadap perkembangan embrio http://chemistry.ugm.ac.id/2018/12/m
katak: aterial-plastik-dan-permasalahan-
https://repository.ipb.ac.id/handle/12 lingkungan/
3456789/74288

DAFTAR PUSTAKA
[1] Aguado J, Serrano D.P, Escola J.M, Garagorri E, and Fernandez J. A. 2000. Catalytic
Conversion Poly- olefins Into Fuels Over Zeolite Beta,
Polym. Degrad. Stab., 70 (1) 97.
[2] Aguado J, Serrano D.P, San Miguel G, Escola J. M and Rodriguez J. M. 2006. Catalytic
Activity of Zeolitic and Mesostructured Catalysts in The
Cracking of Pure and Waste Polyolefins, J. Anal. Appl. Pyrolysis 78 (2007); 153 – 161
[3] Anonim. 2004. Summary Report : An Analysis of Plastic Consumption and Recovery in
Europe 2002 & 2003, Association of Plastic Manufacturers
in Europe (APME), Brussel, Belgium [4] Keane, M.A., 2007, Catalytic Conversion of Waste
Plastics : Focus on Waste PVC”, J. Chem. Technol. Biotechnol.,
82, 787-795
[5] Lee K.H, Shin D.H and Seo Y.H. 2003.
Liquid-Phase Catalytic Degradation of Mixture of Waste High Density Polyethylene and
Polystyrene Over Spent FCC Catalyst, Effect of Mixing Proportions of Reactants, Polym.
Degrad. Stab., 84, 123-127

Anda mungkin juga menyukai