Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH BATU BATA

BAB 1

PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG

Pembangunan infrastruktur semakin berkembang seiring perkembangan zaman dan era


globalisasi baiks infrastruktur darat maupun infrastruktur air. Dalam pembangunan infrastruktur
tentunya terdiri atas beberapa material yang dapat membentuk infrastruktur tersebut. Seorang
engineer tentunya perlu memahami atau mengetahui tentang sifat dan bahan pembentuk dari
infrastruktur.

Banyak bahan material yang dapat digunakan untuk membuat infrastruktur dan salah
satunya adalah batu bata. Batu bata merupakan salah satu komponen yang penting dalam
pembangunan yang biasa digunakan sebagai material penyusun dinding. Batu bata biasa dipilih
sebagai bahan utama pembuatan dinding karena harganya yang relatif murah , mudah ditemui,
dan tahan terhadap panas.

Beberapa bangunan menggunakan batu bata sebagai bahan penyusun dinding, oleh sebab
itu diperlukan pengetahuan dan perhitungan serta pengujiannya agar dapat bertahan oleh keadaan
sekitar dan mampu menahan beban. Sifat dari batu bata juga diperlukan sebagai acuan dalam
material dan pembuatan infrastruktur bangunan.

II. RUMUSAN MASALAH

1. Apa definisi dari batu bata?

2. Apa sifat material dari batu bata?

3. Apa fungsi batu bata dalam pembangunan?

4. Apa kelebihan dan kekurangan batu bata sebagai bahan bangunan?

5. Apa saja cara pengujian batu bata?


III. TUJUAN PENULISAN

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui definisi, sifat-sifat, fungsi,
kelebihan dan kekurangan, serta perbedaan batu bata dengan bahan penyusun yang lain.
BAB 2

ISI

2.1 MATERI BATU BATA

2.1.1 DEFINISI BATU BATA

Secara umum batu bata adalah bahan bangunan yang telah lama dikenal dan dipakai oleh
masyarakat baik di pedesaan atau perkotaan yang berfungsi untuk bahan konstruksi.
Penggunaan batu bata banyak digunakan untuk aplikasi teknik sipil seperti dinding pada
bangunan gedung,bendungan,saluran dan pondasi.

menurut SNI 15-2094-2000 dan SII-0021-78 merupakan suatu unsur bangunan yang
diperuntukkan pembuatan konstruksi bangunan dan yang dibuat dari tanah dengan atau tanpa
campuran bahan-bahan lain, dibakar cukup tinggi, hingga tidak dapat hancur lagi bila
direndam dalam air.

2.1.2 JENIS-JENIS BATU BATA

Batu Bata Tanah Liat, terbuat dari tanah liat dengan 2 kategori yaitu bata biasa dan bata
muka.

• Bata biasa, memiliki permukaan dan warna yang tidak menentu, bata ini digunakan untuk
dinding dengan menggunakan morta (campuran semen) sebagai pengikat. Bata jenis ini
sering disebut sebagai bata merah.

• Bata muka, memiliki permukaan yang baik dan licin dan mempunyai warna dan corak
yang seragam. Disamping digunakan sebagai dinding juga digunakan sebagai penutup
dinding dan sebagai dekorasi.

Batu Bata Pasir – Kapur, sesuai dengan namanya batu bata ini dibuat dari campuran
kapur dan pasir dengan perbandingan 1: 8 serta air yang ditekankan kedalama campuran
sehingga membentuk batu bata.
Selain itu, jenis-jenis batu bata secara umum terdiri dari

1. Batu Bata Merah

Tanah yang digunakan pun bukan sembarang tanah, bahan utama pembuatannya
menggunakan tanah liat. Batu bata merah dibuat dari tanah liat yang dicetak, kemudian
dibakar. Tidak semua tanah liat bisa digunakan. Hanya yang terdiri dari kandungan pasir
tertentu. Umumnya memiliki ukuran: panjang 17–23 cm, lebar 7–11 cm, tebal 3–5 cm.

2. Batu Bata Batako

Secara umum, batu bata batako terbuat dari campuran semen dan pasir kasar yang dicetak
atau dipres. Konstruksi bangunan yang sering menggunakan batu bata batako di antaranya
adalah gudang, pagar, dan pos jaga. Batu bata batako memiliki ukuran yang relatif besar,
menjadikan pemasangannya lebih mudah dan cepat selesai.

Penggunaan batu bata batako ini juga cocok digunakan untuk dinding bagian luar rumah
karena sifatnya yang kuat dan kedap air. Sifat batu bata batako yang kedap air cocok untuk
melindungi rumah di lingkungan yang dikelilingi banyak air.
3. Batu Bata Berlubang

Biasa digunakan dalam konstruksi panel untuk struktur ringan dan struktur berbingkai
pada sebuah bangunan yang bertingkat, batu bata berlubang memiliki berbagai macam
bentuk; balok, melingkar, dan melintang.

2.1.3 STANDAR BATU BATA

Standardisasi menurut Organisasi Internasional (ISO) merupakan proses penyusunan dan


pemakaian aturan-aturan untuk melaksanakan suatu kegiatan secara teratur demi keuntungan
dan kerjasama semua pihak yang berkepentingan, khususnya untuk meningkatkan ekonomi
keseluruhan secara optimum dengan memperhatikan kondisi-kondisi fungsional dan
persyaratan keamanan.

syarat-syarat batu bata dalam SNI 15-2094-2000 dan SII-0021-78 meliputi beberapa
aspek seperti :

A. Sifat Tampak
Batu bata merah harus berbentuk prisma segi empat panjang, mempunyai rusuk-rusuk
yang tajam dan siku, bidang sisinya harus datar, tidak menunjukkan retak-retak.
B. Ukuran dan Toleransi

Standar Bata Merah di Indonesia oleh BSN (Badan Standardisasi Nasional) nomor 15-
2094-2000 menetapkan suatu ukuran standar untuk bata merah sebagai berikut :
Tabel 1. Ukuran dan Toleransi Bata Merah Pasangan Dinding
C. Kuat Tekan
Besarnya kuat tekan rata-rata dan koefisien variasi yang diijinkan untuk bata merah untuk
pasangan dinding sesuai.
Tabel 2. Klasifikasi Kekuatan Bata

D. Garam Berbahaya
Garam yang mudah larut dan berbahaya, antara lain, Magnesium Sulfat (MgSO4),
Natrium Sulfat (Na2SO4), Kalium Sulfat (K2SO4), dan kadar garam maksimum 1,0%, tidak
boleh menyebabkan lebih dari 50% permukaan batu bata tertutup dengan tebal akibat
pengkristalan garam.

E. Kerapatan Semu
Kerapatan semu minimum bata merah pasangan dinding adalah1,2gram/cm3.
F. Penyerapan Air
Penyerapan air maksimum bata merah pasangan dinding adalah 20%.

2.2 PEMBUATAN BATA

2.2.1 Cara pengelolaan batu bata

1. Bata Merah
Dalam pembuatan bata merah, bahan yang dibutuhkan berupa:

 Tanah Liat
 Air
 Abu
Selain bahan diatas juga diperlukan alat dalam pembuatannya, yaitu:

 Cangkul (Intinya alat buat menggali bahan baku berupa tanah liat)
 Cetakan bata
 Mesin Penggiling Bata
 Mesin Pembakar
Untuk pembuatan bata, terdapat beberapa step, yaitu:

a) Penggalian bahan mentah


Pada tahap ini, dilakukan penggalian tanah liat di daerah tertentu sedalam 1,5 sampai 2,5
meter tergantung kondisi tanah tersebut. Namun tanah tersebut telah dibersihkan dari sampah
dan akar-akar tanaman agar hasil yang didapatkan maksimal. Setelah itu dilakukan
pengumpulan dan penyimpanan hasil galian (berupa tanah liat), karena semakin lama
disimpan maka semakin baik pula hasilnya. Hal ini dikarenakan terjadi pembusukan
organisme dalam tanah liat tersebut selama proses penyimpanan.

b) Pengolahan bahan mentah


Setelah itu, dilakukan pengolahan bahan mentah tadi dengan mencampurkan air kedalamnya
yang kemudian akan digiling menggunakan mesin atau bisa juga mengaduknya dengan
tangan. Dalam air tersebut disarankan menggunakan air yang benar-benar steril terutama dari
garam, maksimal kandungan bahan dalam air adalah 20%.

c) Pembetukan bata
Bata dibentuk menggunakan cetakan yang telah disiapkan, namun sebelum memasukannya
permukaan cetakan ditaburi terlebih dahulu dengan abu dengan tujuan agar tanah liat tadi
tidak lengket. Agar hasil maksimal diperlukan tekanan agar tanah liat memenuhi cetakan
tersebut. Setelah itu cetakan dilepas dari tanah liat tersebut.

d) Pengeringan bata
Setelah dicetak, tanah liat tadi dikeringkan terlebih dahulu dengan suhu yang pas, karena
apabila terlalu lembab maka pengeringan akan memakan waktu yang lama sedangkan jika
suhu terlalu tinggi maka bata akan mudah pecah atau retak.

e) Pembakaran bata
Proses pembakaran dilakukan dengan tahapan tertentu, dimana pada tahap pertama yaitu
sekitar 120 °C, bata akan secara sempurna kering dari air. Setelah itu pada kisaran suhu 650
°C - 800 °C terjadi pembakaran sisa tumbuhan yang masih terdapat pada bahan mentah. Dan
pada suhu 920 °C - 1020 °C bata akan menjadi benar-benar padat dan berubah warna.
Namun perlu diperhatikan suhu diatas belum tentu tepat tergantung jenis tanah liatnya. Maka
setelah pembakaran selesai bata didiamkan terlebih dahulu.

2. Batako
Dalam pembuatan batako terdapat bahan-bahan yang peru dipersiapkan, berupa:

 Semen
 Air
 Kerikil
 Pasir halus (ukuran 5mm)
Selain bahan, terdapat alat yang membantu dalam proses pembuatan yaitu:

 Cetakan batako
 Ayakan pasir
 Kotak adukan
 Sendok semen
 Sekop
 Cangkul
 Ember dan ember penyiram
 Plastik (untuk menjaga kelembaban)

Pembuatan batako diawali dengan mengayak pasir agar mencapai ukuran yang telah
ditentukan.

a. Langkah pembuatan beton


Pada proses ini, campurkan pasir dengan semen didalam kotak adukan, kemudian
mengaduknya menggunakan tangan yang telah dilapisi plastik secara merata. Buat
gundukan seperti gunung dengan lubang ditengahnya menggunakan sekop dari hasil
adukan tadi. Setelah itu isikan air secara perlahan agar terbentuk pasta. Tambahkan
kerikil kedalam pasta tersebut dan aduk secara merata. Jika dirasa sudah lumayan kuat,
maka campuran tersebut siap dicetak
b. Langkah pencetakan batako
Campuran tadi dikumpulkan dalam ember agar mudah saat ingin menuangkannya ke
cetakan beton. Pada cetakan beton tambahkan oli, kemudian masukan campuran tadi
kedalam cetakan. Letakan alat tekan diatas dan dibawah cetakan yang kemudian alat
tersebut ditekan agar terbentuk batako. Jika dirasa sudah cukup maka batako tadi
dikeluarkan dari cetakan.

c. Langkah pengeringan
Setelah campuran tadi berbentuk balok maka diamkan agar terjadi proses pengeringan.
Kalau suhu yang diberikan pas maka batako bisa kering kira-kira 1 hari. Setelah kering,
kumpulan batako disusun atau ditumpuk (proses curing) selama seminggu. Setelah itu
batako siap untuk digunakan.

3. Hebel atau Bata Ringan


Pembuatan hebel atau bata ringan tentunya memerlukan bahan-bahan penyusun, yaitu
berupa:

 Semen sebagai bahan pengikat


 Pasir sebagai bahan pengisi
 Fly ash sebagai bahan pengisi
 Kapur sebagai bahan pengisi
 Air sebagai bahan pengencer
 Pasta alumunium sebagai bahan pengembang

Selain bahan penyusun juga diperlukan alat pembentuk bata ringan, yaitu:

 Cetakan khusus bata ringan


 Ember
 Cetok
 Cangkul

Berikut tahapan pembuatan hebel:

a. Pembuatan adukan bahan hebel


Pada tahap ini, dilakukan pencampuran antara binder(semen) dan filler (campuran fly ash,
kapur, dan pasir) dengan perbandingan 1:2. Setelah dirasa sudah cukup merata
pencampurannya, maka perlu ditambahkan air sekitar 40% dari total semen yang
digunakan, namun hal ini tidak berlaku jika massa jenis dari campuran tersebut belum
mencapai 1,8-2,2 kg/liter. Jika hal ini terjadi maka perlu ditambahkan air atau airnya
dikurangkan. Campuran ini harus terus diaduk sampai dirasa telah merata.

b. Percetakan hebel
Setelah campuran berhasil dibuat, maka tahap selanjutnya memcetaknya menggunakan
cetakan yang telah disiapkan. Tuangkan campuran kedalam cetakan, dan tekan agar
campuran memenuhi cetakan secara merata. Setelah dirasa cukup, maka diamkan sesaat
sampai campuran tadi bisa dipisahkan dari cetakannya. Setelah itu pisahkan cetakannya
dan hebel siap untuk dikeringkan.

c. Pengeringan hebel
Pada tahap ini hebel dibawa ke area pengeringan untuk dikeringkan selama 10 hari, namun
saat proses ini hebel terus disiram secara berkala. Setelah itu didiamkan selama 5 hari
tanpa pengeringan. Pada hari berikutnya hebel didiamkan di dalam gudang penyimpanan
sampai hari ke-20. Setelah itu hebel siap untuk digunakan.

4. Bata berlubang dan purpose made


Untuk bata berlubang dan bata purpose made hanya dilakukan modifikasi pada bentuk
batanya saja menggunakan mesin tertentu. Sehingga untuk bahan dan proses akan sama
dengan bata yang lain.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Batu bata adalah batu buatan terbuat dari tanah melalui cetakan berbentuk balok,
kemudian dibakar hingga mengeras dan dapat digunakan sebagai material penyusun
dinding suatu bangunan.
2. Umumnya batu bata berfungsi sebagai material penyusun dinding.
3. Jenis-jenis batu bata yang sering digunakan dalam suatu konstruksi bangunan adalah
bata merah dan bata ringan. Masing-masing dari jenis batu bata tersebut memiliki
kelebihan dan kekurangan.
4. Syarat-syarat batu bata dan batako yang sesuai dengan SNI adalah sebagai berikut.
 Bentuk standar bata ialah balok segi empat panjang, bersudut siku-siku dan
tajam, permukaan rata dan tidak retak-retak
 Ukuran standar
Modul M-5a: 190 x 90 x 65 mm, Modul M-5b: 190 x 140 x 65 mm, Modul M-
6: 230 x 110 x 55 mm
 Bata dibagi menjadi 6 kelas kekuatan yang diketahui dari besar kekuatan tekan
yaitu kelas 25, kelas 50, kelas 150, kelas 200 dan kelas 250. Kelas kekuatan ini
menunjukan kekutan tekan rata-rata minimal dari 30 buah bata yang diuji
 Bata merah tidak mengandung garam yang dapat larut sehingga pengkristalanya
(yang berupa bercak-bercak putih) menutup lebih dari 50% permukaan batanya.
5. Agar dapat mengetahui kualitas batu bata, ada beberapa hal yang harus diuji. Uji yang
biasa dilakukan adalah uji serap air, uji kekuatan, uji bentuk dan ukuran, uji bunyi dan
uji kandungan garam.
6. Kualitas batu bata harus yang baik dan matang pembakarannya, yang harus di
perhatikan juga persediaan bata dan tata cara memasang juga harus lebih diperhatikan.
B. SARAN

Berikut saran yang dapat kami nyatakan:


1. Untuk menjaga kualitas batu bata, agar permukaan tetap baik hendaknya batu bata
yang tidak layak pakai dipindahkan agar tidak tercampur dengan batu-batu yang
lain.
2. Disarankan dalam pelaksanaan pembuatan makalah tentang “batu bata” berusaha
minta kesempatan untuk turut serta dalam melaksanakan berbagai pekerjaan yang
ada sehingga semua pengetahuan yang dapat dibangku kuliah dapat dibandingkan
dengan kenyataan yang ada.
C. REFERENSI
http://arafuru.com/m/sipil/cara-membuat-bata-ringan-hebel-secara-manual.html
http://terapanteknologitepatguna.blogspot.com/2013/06/proses-pembuatan-batako.html
http://repositori.uin-alauddin.ac.id/1555/1/Andi%20Wahyuni%20Ardi.pdf

Anda mungkin juga menyukai