Anda di halaman 1dari 2

Lebih dari 4,8 juta ton sampah plastik dari darat dibuang ke laut.

Khususnya, mikroplastik
(partikel plastic dengan ukuran < 5 mm diameter).
Mikroplastik membentuk 92,4% dari sampah plastik yang terutama terdiri dari polietilen (PE),
polypropylene (PP), polystyrene (PS), polivinil klorida (PVC), nilon, asam polilaktik, poliamida,
dan polietilen tereftalat (PET).

Tipe mikroplastik ini ada 2, yakni primer dan sekunder. Mikroplastik primer diproduksi dalam ukuran
yang sangat kecil, contohnya Polyethylene microbeads yang banyak terdapat pada produk kecantikan,
pasta gigi, scrub kulit, serat sintetis pada pakaian.
Sedangkan mikroplastik sekunder berasal dari degradasi plastik sekali pakai yang berukuran lebih
besar.

Mikroplastik tersebar luas di lingkungan laut global, hal tersebut disebabkan oleh adanya
peningkatan sumber sampah antropogenik di lingkungan perairan.

Ukuran mikroplastik yang sangat kecil dan jumlahnya yang banyak di lautan membuat sifatnya ubiquitous dan
bioavailability bagi organisme akuatik tinggi. Akibatnya mikroplastik dapat termakan oleh biota. mikroplastik
memungkinkan untuk masuk dalam tubuh biota laut seperti ikan dan bivalvia, akibatnya polutan ini dapat masuk
dalam sistem rantai makanan (aquatic food chain).

Mikroplastik yang dikonsumsi oleh biota laut tersebut menimbulkan risiko diantaranya
menyebabkan stres patologis, komplikasi reproduksi, penurunan laju pertumbuhan, stres
oksidatif, peradangan hati, dan akumulasi lipid di hati (Lu et al., 2016).

Meskipun mikroplastik tahan terhadap degradasi dan persisten di lingkungan, mereka dapat
didegradasi oleh beberapa mikroba.

Mikroorganisme bersifat oportunistik dan memiliki kemampuan untuk beradaptasi hampir di


setiap lingkungan. Mikroorganisme juga memiliki potensi untuk mengubah berbagai senyawa,
termasuk polimer plastik. Proses penguraian dengan memanfaatkan aktivitas mikroorganisme
tersebut disebut dengan biodegradasi.

oportunistik yaitu bakteri yang secara alami bukan berada di habitat suatu lingkungan tetapi
masuk akibat tercemarnya lingkungan tersebut dengan limbah manusia

Pada umumnya proses degradasi terjadi karena senyawa tersebut dimanfaatkan oleh
mikroorganisme sebagai sumber nutrisi untuk pertumbuhannya.

Selama degradasi polimer, pertama-tama mikroba menempel pada permukaan polimer, sehingga
dengan menempel pada permukaan polimer, mikroba dapat melakukan kolonisasi. Kolonisasi polimer
diikuti oleh sekresi enzim ekstraseluler, yang mengikat polimer dan menyebabkan pembelahan hidrolitik
(Lucas et al., 2008; Shah et al., 2008). Degradasi polimer tersebut akan membentuk formasi biofilm pada
permukaan polimer. Proses degradasi diawali dengan polimer yang dirubah menjadi monomer
kemudian monomer ini dimineralisasi menjadi karbon dioksida (CO2) dan air (H2O), yang digunakan oleh
mikroba sebagai sumber energi (Tokiwa et al., 2009). Sebagian besar polimer terlalu besar untuk melalui
membaran sel, jadi polimer harus dipolimerisasi menjadi monomer yang lebih kecil sebelum dapat
diserap dan didegradasi dalam sel mikroba.

Menggunakan mikroba untuk mendegradasi mikroplastik akan meningkatkan biodegradasi


tanpa menyebabkan kerusakan lingkungan (Bhardwaj et al., 2012). Oleh karena itu,
mengidentifikasi mikroba yang dapat mendegradasi mikroplastik adalah strategi yang
menjanjikan dan aman bagi lingkungan untuk memfasilitasi bioremediasi alami serta dapat
mempengaruhi pembersihan ekosistem alami tanpa menimbulkan dampak yang merugikan.
Hutan mangrove memiliki keanekaragaman mikroba yang signifikan (Kathiresan, 2003; Thatoi dkk., 2012), yang
memainkan peran penting dalam berbagai proses dan aplikasi lingkungan (Sahoo dan Dhal, 2009). Suhu, salinitas,
pH, dan kandungan bahan organik yang tinggi serta tingkat aerasi dan kelembapan yang rendah meningkatkan
kondisi substrat menjadi kondusif bagi perkembangan populasi mikroba. Selain itu, hutan mangrove bagian pesisir
juga sebagai tempat pembuangan limbah padat. sehingga pada hutan mangrove berpotensi terdapat bakteri
pendegradasi mikroplastik.

Tujuan Penelitian : untuk memberikan solusi remediasi lingkungan tercemar mikroplastik dengan menggunakan
isolat bakteri dari ekosistem mangrove di Semenanjung Malaysia. Penelelitian ini juga mengevaluasi potensi
bakteri laut yang diisolasi dari lingkungan mangrove untuk degradasi mikroplastik.

Anda mungkin juga menyukai