Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

MIKROPLASTIK

Disusun Oleh :

Kelompok 1

Dhea Novita Damayanti ( 185080100111002 )

Hoki Agustinus Ong Wijaya ( 185080100111004)

Fakhri Ayzumardi Azra ( 185080100111006 )

Siti Zumrotul Munawaroh ( 185080100111037 )

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat maha besar Allah SWT karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya lah sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu
acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam mempelajari mataka kuliah Ilmu Lingkungan
khususnya mengenai tentang Mikroplastik.

Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini kedepanya dengan
lebih baik. Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki
sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-
masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan Makalah ini.

Malang, 9 September 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………….i

DAFTAR ISI………………..……………………………………………………ii

BAB I : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang………………………………………………………………..1


1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………….1
1.3 Tujuan………………………………………………………………………...2

BAB II : PEMBAHASAN

2.1 Klasifikasi Respon Hewan Air………………………………………………..3

2.2 Istilah yang Berkaitan dengan Adaptasi………………………………………4

2.3 Respon Fisiologis Hewan Air………………………………………………...6

2.4 System Adaptasi Hewan Air………………………………………………….6

BAB III : PENUTUP

3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………...9

3.2 Saran…………………………………………………………………………..9

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………...…10

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sampah laut merupakan benda padat persistent yang dihasilkan oleh manusia secara
langsung atau tidak langsung dengan cara dibuang atau ditinggalkan di laut. Jumlah dari
keberadaan sampah laut semakin meningkat dan hampir 60-80% sampah laut terdiri sampah
plastik (Mooreet al., 2008). Presentase yang cukup tinggi membuat sampah plastik menjadi
salah satu cemaran yang dapat memberikan dampak buruk, tidak hanya pada lingkungan saja,
melainkan dapat memberikan dampak untuk biota yang ada pada lingkungan tersebut. Plastik
merupakan salah satu jenis sampah yang sangat dominan. penggunaannya dalam kehidupan
sehari-hari saat ini dapat mencapai angka yang cukup tinggi yaitu berkisar 75-80 juta ton
(Browneet al., 2008).

Berdasarkan data yang ada, sampah plastik yang dapat diproduksi diperairan
Indonesia mencapai 1,65 juta ton/tahun.Jambeck et al.,(2015) menjabarkan mengenai sebaran
limbah plastik yang ada di beberapa negara, salah satu diantaranya adalah Indonesia. Dalam
survei yang dilakukan, Indonesia merupakan negara pada posisi kedua setelah China dengan
jumlah limbah plastik tidak dikelola dengan baik yang tinggi. Pada data tersebut
menunjukkan bahwa Indonesia dapat menghasilkan limbah plastik sebanyak 0,48 – 1,29 juta
ton/tahun yang tersebar dilaut. Meningkatnya jumlah limbah plastik yang dihasilkan dapat
disebabkan karena semakin tingginya jumlah populasi penduduk dan aktivitas masyarakat.

Sifat plastik yang ringan, kuat, tahan lama, dan murah menyebabkan penggunaan
plastik terus meningkat dan sangat luas digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Dari sifat
plastik tersebut menjadikan plastik sangat berbahaya bagi lingkungan sekitar. Semakin
tingginya sampah plastik yang ada pada lingkungan akan memiliki potensi sebagai cemaran.
Selain itu plastik memiliki sifat yang tidak mudah terurai pada tanah maupun perairan,
sehingga dengan sifat yang demikian plastik dapat mengendap dan terakumulasi dalam kurun
waktu yang lama. Hampir 10% dari total keseluruhan plastik yang diproduksi akan dibuang
ke 2 sungai dan akan bermuara pada satu titik yaitu di laut. Hal tersebut secara tidak langsung
menjelaskan bahwa sampah plastik akan terus bertambah dan pada akhirnya akan bermuara
di perairan laut Indonesia. Sampah plastik dapat terurai menjadi bagian yang lebih kecil
dengan adanya aktivitas sinar UV serta adanya abrasi yang dihasilkan dari suatu aksi

4
gelombang. Pengertian dari mikroplastik itu sendiri merupakan bentuk dari plastik sekunder
yang memiliki ukuran lebih kecil (kurang dari 5 mikrometer) (Law dan Thompson, 2014).

Terdapat penelitian yang membuktikan mengenai adanya mikroplastik dalam bahan


pangan. Penelitian von Moss et al., (2012) mengungkapkan bahwa beberapa organisme laut
seperti ikan, kerang, dan mamalia laut secara tidak langsung menelan mikroplastik. Hal ini
diperkuat oleh Rochman et. al., (2015) bahwa terdapat mikroplastik pada beberapa sampel
ikan dan kerang yang diambil dari perairan Makassar, Indonesia. Dalam penelitian tersebut
ditemukan 60% dalam bentuk fragment, 37% dalam bentuk foam, 2% dalam bentuk film, dan
1% dalam bentuk monofilament.Pada penelitian yang dilakukan dengan menggunakan
beberapa biota tersebut tidak semuanya ditemukan partikel mikroplastik. Selain itu, sampel
yang digunakan tidak termasuk biota budidaya seperti ikan bandeng. Terdapat penelitian
yang menjelaskan bahwa cemaran mikroplastik tidak hanya dapat ditemukan pada biota saja,
tetapi dapat ditemukan pada air dan sedimen yang ada pada lingkungan tersebut. Dalam
jurnal Hidalgoet al. (2012) menjabarkan bahwa dalam sedimen dan air dapat ditemukan pula
mikroplastik berupa fragment, fiber, serta film. Penelitian yang dilakukan olehDewiet al.,
(2015) juga menyebutkan bahwa dalam sampel sedimen yang diambil dari lokasi yang berada
di Muara Badak ditemukan adanya partikel berupa mikroplastik. Hal tersebut dapat
memperkuat bahwa adanya cemaran limbah plastik saat ini sudah sangat tinggi dan tersebar
di lingkungan.

1.2 Rumusan Masalah

1.      Apa pengertian mikroplastik?


2.      Apa saja faktor penyebab mikroplastik ?
3. Bagaimana dampak yang ditimbulkan mikroplastik ?
4. Bagaimana solusi mengatasi mikroplastik ?

1.3 Tujuan

1.       Dapat mengetahui pengertian mikroplastik


2.       Dapat mengetahui faktor penyebab mikroplastik
3. Dapat mengetahui dampak yang ditimbulkan mikroplastik

5
4. Dapat mengetahui solusi mengatasi mikroplastik

6
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Mikroplastik

Mikroplastik merupakan bagian terkecil dari plastik yang berukuran >5 mm.
Mikroplastik yang masuk ke lingkungan akan terakumulasi di perairan dan tidak mudah
dihilangkan karena sifatnya yang persisten. Partikel mikroplastik ditemukan hampir 85%
pada permukaan laut. Mikroplastik dengan ukuran partikel < 5 mm sudah banyak
terdeteksi di banyak wilayah perairan di seluruh dunia. Banyaknya kelimpahan
mikroplastik sangat dipengaruhi oleh aktivitas dan sumber pencemarnya.

Mikroplastik adalah potongan plastik yang sangat kecil dan dapat mencemari


lingkungan. Meskipun ada berbagai pendapat mengenai ukurannya, mikroplastik
didefinisikan memiliki diameter yang kurang dari 5 mm

Terdapat dua jenis mikroplastik: mikro primer yang diproduksi langsung untuk
produk tertentu yang dipakai manusia (seperti sabun, deterjen, kosmetik, dan pakaian),
serta mikro sekunder yang berasal dari penguraian sampah plastik di lautan. Kedua jenis
mikroplastik ini dapat bertahan di lingkungan dalam waktu yang lama.

Mikroplastik dapat ditelan oleh organisme-organisme hingga akhirnya


mengalami bioakumulasi pada predator puncak, termasuk manusia. Mikroplastik telah
ditemukan dalam kotoran manusia, dan bahkan salah satu sumber utama masuknya
mikroplastik ke dalam tubuh manusia adalah garam. Efek mikroplastik terhadap
kesehatan saat ini masih diteliti.

2.2 Faktor Penyebab Mikroplastik


Terlepas dari penguraian plastik secara bertahap, mikroplastik ditemukan dalam
pengelupasan kulit dan tabung pasta gigi dalam bentuk microbeads. Artinya, ia
diproduksi sebagai besar dan kecil lalu akhirnya diubah menjadi serat mikroplastik.
Mikroplastik ditemukan di sekitar kita, di lautan, sungai, dan bahkan di tanah. Berbagai
penelitian yang dilakukan pada produksi plastik mikro menegaskan serat mikroskopis
dihasilkan ketika Anda mencuci bahan sintetis seperti poliester atau nilon yang biasa

7
ditemukan di pakaian yang dikenakan. Jadi, mikroplastik memasuki lingkungan melalui
hal-hal yang kita gunakan setiap hari. Ketergantungan yang berlebihan dari dunia pada
plastik berdampak buruk terhadap kerusakan lingkungan.
Sejumlah faktor telah diperkirakan sebagai penyebab banyaknya mikroplastik yang
ada di lingkungan perairan tawar. Beberapa di antaranya adalah perbandingan populasi
manusia dibandingkan dengan jumlah sumber air, letak pusat perkotaan, waktu tinggal
air, ukuran sumber air, jenis pengolahan limbah, dan jumlah saluran pembuangan. Para
peneliti mengatakan bahwa jumlah partikel pelagis tinggi ditemukan dalam danau-danau
dengan populasi manusia yang rendah akibat waktu tinggal air yang tinggi dan ukuran
danau yang besar. Mereka juga mengatakan bahwa pola tersebut juga menjelaskan alasan
danau-danau yang lebih besar mengandung lebih sedikit mikroplastik pelagis bila
dibandingkan dengan danau yang ukurannya lebih kecil namun densitas partikelnya lebih
tinggi. Di sisi lain, apabila kehadiran mikroplastik dihubungkan dengan pengolahan
limbah, para peneliti memprediksi bahwa banyaknya plastik yang dimanfaatkan untuk
suatu produk tertentu dapat dikaitkan dengan jumlah limbah mikroplastik yang tidak
dapat ditangkap oleh fasilitas pengolahan limbah sehingga mengapung di perairan.
Konsentrasinya juga mungkin bervariasi tergantung kedekatan fasilitas pengolahan air
limbah dengan wilayah tersebut.

2.3 Dampak Yang Disebabkan Mikroplastik

Polusi mikroplastik pada perairan memberikan dampak negatif. Pada orgnaisme di


lautan, efek secara fisik dari mikroplastik dapat dilihat saat mikroplastik berada pada
konsentrasi tinggi. Terkonsumsinya mikroplastik oleh organisme yang berada di lautan
mengakibatkan berkurangnya asupan nutrisi yang seharusnya didapat dari makanan. Hal
tersebut mengakibatkan rendahnya cadangan energi yang dimiliki organisme (Duis &
Coors, 2016). mikroplastik yang terkonsumsi tidak dapat dicerna oleh organisme, hal
tersebut mengkaibatkan organisme tersebut tidak dapat makan lagi padahal organisme
tersebut mengalami mal nutrisi. Selain itu pengkonsumsian mikroplastik misalnya pada
ikan di laut dapat mengakibatkan gangguan pernafaasan karena menyumbat insang
mereka (Lindsay, 2015).

Mikroplastik juga dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui rantai makanan.
Seperti yang kita tahu manusia kerap mengkonsumsi makanan laut seperti ikan dan

8
udang, dari situlah mikroplastik dapat masuk ke dalam tubuh manusia. Mikroplastik
banyak mengandung senyawa berbahaya seperti PCBs, logam, dan PBDEs, di mana
senyawa-senyawa tersebut dampat berbahaya jika terakumulasi di tubuh manusia
(Grossman, 2016). Mikroplastik juga dapat mempengaruhi ekosistem karena beberapa
mikroplastik mengandung komponn antimikroba. Komponen tersebut bersifat racun bagi
organisme seperti bakteri atau fungi yang memiliki peran penting di ekosistem (Wagner
& Lambert, 2018).
Bagi biota laut, sampah plastik dapat berakibat fatal. Sebagai contoh, seekor penyu
yang biasa memangsa ubur-ubur. Ketika berada di dalam air laut, plastik akan terlihat
layaknya ubur-ubur dan membuat si penyu akan langsung memakannya. Dampak buruk
plastik lainnya adalah ketika plastik berubah menjadi mikroplastik, biota laut seperti
plankton dapat memakan zat tersebut. Plankton yang kemudian dimakan oleh ikan dan
ikan itu nantinya akan dimakan oleh manusia. Hal ini membuat mikroplastik yang
awalnya berada di plankton bisa berpindah ke makhluk lain seperti ikan dan manusia. Hal
ini sesuai dengan hasil penelitian yang menemukan bahwa lapisan mikroplastik 'hinggap'
di dalam saluran cerna biota laut. Sistem rantai makanan membuat mikroplastik masuk ke
dalam tubuh manusia melalui biota-biota laut yang umum dikonsumsi manusia seperti
ikan. Namun, belum diketahui secara pasti bagaimana pengaruh atau efek mikroplastik
pada kesehatan manusia. Penelitian yang dapat diverifikasi baru mengetahui dampak
plastik berukuran besar. Plastik disebut dapat mengurangi kemampuan penyerapan
makanan dan nutrien lainnya pada hewan. Pada tingkat hewan ditemukan banyak ikan
mati karena plastik yang menghambat pencernaan dan melukai organ. Penelitian lain juga
menemukan, plastik yang melalui proses pembakaran akan berubah menjadi polutan.
Salah satunya adalah polutan dalam bentuk bioksin yang bersifat karsinogenik atau dapat
memicu kanker. Belum lagi bahan-bahan kimia lain yang terkandung pada plastik, yang
diketahui dapat membahayakan tubuh. 

2.4 Solusi Mengatasi Mikroplastik

Salah satu cara untuk mengatasi pencemaran mikroplastik adalah dengan


menggalakkan aksi-aksi bebas mikroplastik. Contohnya pada Desember 2015 di United
States, Presiden Obama sudah menandatangani "Microbead-Free Waters Act of 2015".
Aksi tersebut melarang perusahaan menggunakan microbeads (termasuk ke dalam

9
golongan mikroplastik) mulai dari Juli 2017. Selain itu, tindakan tidak membuang
sampah ke perairan juga dapat mendukung pencegahan pencemaran mikroplastik.
Sampah-sampah plastik dapat dikelola dengan melakukan aksi 3R (reduce,reuse, dan
recycle).
Penanganan pencemaran mikroplastik di perairan juga dapat dilakukan dengan
bantuna teknologi. Dapat diterapkankan teknologi pengolahan air limbah yang dapat
menyisihkan kandungnan mikroplastik. Tertiary treatmentsdapat diterapkan pada
pengelolahan limbah, contohnya seperti discfilter (DF), rapid sand filter (RSF), dissolved
air flotation (DAF) dan membrane bioreactor (MBR). MBR dapat menyisihkan
kandungan mikroplastik hingga 99,9% dari efluen primary treatment. Sedangkan RSF
dapat menyisihkan 97%, DAF 95%, dan DF 40% - 98,5% mikroplastik dari efluen
secondary treatment (Talvie, et. Al, 2018).
Mengubah kebiasaan: hindari, kurangi, pakai kembali, dan daur ulang plastik.
Memisahkan jenis sampah sejak awal sistem pengelolaan sampah di indonesia memang
masih tertinggal. Mendorong peran pemerintah melalui edukasi dan regulasi masalah
mendasar banyaknya cemaran sampah plastik adalah lemahnya kesadaran dan tanggung
jawab individu yang masih membuang sampah sembarangan, bahkan ke aliran sungai.
Dan tidak dikenakan hukuman dan denda terhadap orang yang membuang sampah
sembarangan.
Dukungan riset dan teknologi menghilangkan ketergantungan penggunaan plastik
seutuhnya juga bukan merupakan pilihan yang realistis, karena kebutuhan terhadap
plastik dalam kehidupan sehari hari sangat mendasar dan mencakup ke berbagai macam
sektor kehidupan. Industri makanan, elektronik, peralatan rumah tangga, dan industri
lainnya membutuhkan plastik untuk mengemas produk. Aksi bersih pantai kegiatan ini
merupakan partisipasi sukarela yang biasanya digagas oleh kelompok pemerhati
lingkungan, kelompok masyarakat, maupun pribadi dengan cara memungut dan
mengumpulkan sampah-sampah yang ditemukan di sepanjang pantai seperti botol
plastik, puntung rokok, dan sebagainya.

10
BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan

Mikroplastik merupakan bagian terkecil dari plastik yang berukuran >5 mm.
Mikroplastik yang masuk ke lingkungan akan terakumulasi di perairan dan tidak mudah
dihilangkan karena sifatnya yang persisten. Partikel mikroplastik ditemukan hampir 85%
pada permukaan laut. Mikroplastik dengan ukuran partikel < 5 mm sudah banyak
terdeteksi di banyak wilayah perairan di seluruh dunia. Banyaknya kelimpahan
mikroplastik sangat dipengaruhi oleh aktivitas dan sumber pencemarnya. Terlepas dari
penguraian plastik secara bertahap, mikroplastik ditemukan dalam pengelupasan kulit dan
tabung pasta gigi dalam bentuk microbeads. Artinya, ia diproduksi sebagai besar dan
kecil lalu akhirnya diubah menjadi serat mikroplastik. Mikroplastik ditemukan di sekitar
kita, di lautan, sungai, dan bahkan di tanah. Berbagai penelitian yang dilakukan pada
produksi plastik mikro menegaskan serat mikroskopis dihasilkan ketika Anda mencuci
bahan sintetis seperti poliester atau nilon yang biasa ditemukan di pakaian yang
dikenakan. Jadi, mikroplastik memasuki lingkungan melalui hal-hal yang kita gunakan
setiap hari. Ketergantungan yang berlebihan dari dunia pada plastik berdampak buruk
terhadap kerusakan lingkungan.

Polusi mikroplastik pada perairan memberikan dampak negatif. Pada orgnaisme di


lautan, efek secara fisik dari mikroplastik dapat dilihat saat mikroplastik berada pada
konsentrasi tinggi. Terkonsumsinya mikroplastik oleh organisme yang berada di lautan
mengakibatkan berkurangnya asupan nutrisi yang seharusnya didapat dari makanan. Hal
tersebut mengakibatkan rendahnya cadangan energi yang dimiliki organisme (Duis &
Coors, 2016). mikroplastik yang terkonsumsi tidak dapat dicerna oleh organisme, hal
tersebut mengkaibatkan organisme tersebut tidak dapat makan lagi padahal organisme
tersebut mengalami mal nutrisi. Selain itu pengkonsumsian mikroplastik misalnya pada
ikan di laut dapat mengakibatkan gangguan pernafaasan karena menyumbat insang
mereka (Lindsay, 2015). Salah satu cara untuk mengatasi pencemaran mikroplastik
adalah dengan menggalakkan aksi-aksi bebas mikroplastik. Contohnya pada Desember
2015 di United States, Presiden Obama sudah menandatangani "Microbead-Free Waters
Act of 2015". Aksi tersebut melarang perusahaan menggunakan microbeads (termasuk ke

11
dalam golongan mikroplastik) mulai dari Juli 2017. Selain itu, tindakan tidak membuang
sampah ke perairan juga dapat mendukung pencegahan pencemaran mikroplastik.
Sampah-sampah plastik dapat dikelola dengan melakukan aksi 3R (reduce,reuse, dan
recycle).

B. Saran

pada saat pembuatan makalah Penulis menyadari bahwa banyak sekali kesalahan dan
jauh dari kesempurnaan.Oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik serta sarannya
mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.

12
DAFTAR PUSTAKA

13

Anda mungkin juga menyukai