Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Sampah plastik saat ini telah menjadi masalah yang cukup menghawatirkan,

terutama di wilayah perairan laut, ini disebabkan karena volume sampah yang masuk

ke perairan laut tiap tahun semakin meningkat, sampah plastik merupakan salah satu

partikel yang sangat susah untuk terurai di dalam perairan. Menurut (Galgani, 2015)

hampir 95% sampah di laut di dominasi oleh sampah jenis plastik dari total sampah

yang terakumulasi di sepanjang garis pantai permukaan bahkan dasar laut. Sampah

plastik akan mengalami degradasi di perairan yakni terurai menjadi partikel-partikel

kecil plastik yang disebut mikroplastik.

Mikroplastik merupakan partikel plastik dengan diameter berukuran kurang lebih 5

mm. Batas bawah ukuran partikel yang termasuk dalam kelompok mikroplastik belum

didefenisikan secara pasti namun kebanyakan penelitian mengambil objek minimal

300 µm. Mikroplastik terbagi menjadi 2 kategori ukuran besar yaitu (1-5 mm) dan

kecil (<1 mm) (Tankovic, 2015).

Microbeads digunakan dalam ratusan produk termasuk kosmetik, tabir surya, body

wash, pasta gigi, perawatan kulit, dan produk pembersih industri dan rumah tangga1-

3. Mereka digunakan untuk beberapa alasan, termasuk sebagai bahan pembersih atau

pengelupas kulit (sering menggantikan alternatif biodegradable alami) untuk

menyembunyikan garis kerut dalam kosmetik dan untuk meningkatkan rasa produk

yang diformulasikan seperti lotion. Microbeads menjadi populer di produk perawatan

pribadi pada 1990-an ketika mereka dilihat sebagai perumusan yang mudah dan

1
serbaguna oleh perusahaan.97 Perusahaan kosmetik menambahkan mereka ke

portofolio produk perawatan pribadi mereka, termasuk kosmetik, lotion, mencuci

wajah, pasta gigi, shampoo, tabir surya, cukur krim dan exfoliators. Mereka

memungkinkan kontrol yang lebih besar atas konsistensi produk dibandingkan dengan

alternatif alami.

Microbeads adalah bagian dari masalah pencemaran mikroplastik yang lebih luas.

Ukuran kecil mikroplastik berarti bahwa mereka dapat dicerna oleh kehidupan laut

dan memiliki potensi untuk mentransfer bahan kimia ke dan dari lingkungan laut. Ada

bukti kerusakan ekologis yang dihasilkan dari ini. Jika seseorang makan enam tiram,

kemungkinan mereka akan memakan 50 partikel mikroplastik. Ini masih merupakan

wilayah penelitian yang relatif baru dan tunduk pada ketidakpastian. Penelitian yang

relatif kecil telah dilakukan sejauh ini baik pada dampak potensial terhadap kesehatan

manusia atau ekonomi kelautan

II. Tujuan dan Lanjutan

II.I Tujuan Penelitian

1. Informasi ini untuk membantu mendorong penelitian lebih lanjut dan

terciptanya kegiatan mitigasi yang lebih mendominasi dan potensial yang

melibatkan konsumen, pembuat kebijakan, industri/produsen yang disebarkan

oleh LSM dan masyarakat sipil lainnya sehingga berkurangnya penggunaan

microbeads atau microplastik dalam produk perawatan kulit dan perawatan

pribadi

2
2. Mengumpulkan bukti tentang sejauh mana dampak lingkungan yang

ditimbulkan dari penggunaan produk perawatan kulit dan perawatan pribadi

yang mengandung microbeads dan microplastik dan kegiatan mitigasi tercipta

untuk melindungi ekosistem laut

3. Mengetahui tingkat kesadaran di antara produsen dan pengguna mengenai

produk yang mengandung microbeads dan microplastik dan dampaknya pada

lingkungan

4. Penggunaan produk perawatan kulit dan perawatan pribadi yang mengandung

microbeads atau microplastik dan produksinya dapat berkurang dalam lingkup

konsumen dan produsen sehingga kandungan microbeads dan microplastik di

laut Indonesia dapat berkurang

5. Mendesain ulang produk yang lebih ramah lingkungan, menggunakan bahan

kimia yang lebih aman, dan industri produk perawatan kulit dan perawatan

pribadi dapat berkontribusi mengurangi potensi ancaman kesehatan yang

ditimbulkan oleh microbeads dan microplastik pada ekosistem dan biota laut

serta ekosistem manusia

II.II Indikator keberhasilan

1. Adanya kegiatan mitigasi yang melibatkan LSM dan masyarakat sipil

2. Ekosistem air laut di Indonesia lebih bersih dan biotanya terlindungi dengan

adanya kegiatan mitigasi

3
3. Produsen dan pengguna telah berhenti memproduksi dan menggunakan produk

dengan kandungan microbeads dan microplastik pada PPKPP

4. kandungan microbeads di laut Bunaken 30-40 ribu partikel per kilometer

persegi pada tahun 2020, di laut Sulawesi 10-20 ribu partikel per kilometer

persegi pada tahun 2020, dan di laut Banda 3-4 ribu pertikel per kilometer

persegi pada tahun 2020 atau hilang sama sekali.

5. Industri dan produsen produk kosmetik dan perawatan pribadi telah

menggunakan bahan yang ramah lingkungan dan aman dalam kandungan

produknya

II.III Kendala dalam tercapainya beberapa tujuan

1. Penulis menggunakan data sekunder yang didapatkan dari search engine

seperti Google yang kemudian menghubungkan pada situs-situs publikasi

jurnal seperti academia dan sebagainya.

2. Belum berkembangnya penelitian lanjutan tentang isu ini di Indonesia dan di

Laut Indonesia sehingga kegiatan mitigasi yang melibatkan konsumen,

pembuat kebijakan, industri/produsen PPKPP tidak dapat dilakukan secara

meluas.

3. Sikap apatis akan kesehatan lingkungan dikalangan masyarakat sehingga

sedikitnya masyarakat yang mengetahui tentang isu ini

4
4. Karna sedikitnya kesadaran akan dampak penggunaan microbeads dan

microplastik dikalangan masyarakat sehingga pencegahan sulit dilakukan dan

penggunaan PKPP yang mengandung microbeads dan microplastik belum

berkurang

5. Industri dan produsen PPKPP lebih senang menggunakan microbeads atau

microplastik ketimbang menggantinya dengan bahan kimia ramah lingkungan

atau bahan lain yang lebih aman dikarenakan ekonomis dan hasilnya yang

lebih maksimal

II.IV Lembaga yang terakit

1. Fakultas Teknik Kimia, Universitas Bhayangkara Jaya

2. Fakultas Teknik Lingkungan, Universitas Bhayangkara Jaya

3. Fakultas Teknik Industri, Universitas Bhayangkara Jaya

II.V Sektor Masyarakat yang terpengaruh

1. Konsumen PPKPP

2. Industri dan Produsen

3. Pusat Riset, Lembaga Pemerhati Lingkungan, LSM, Masyarakat sipil

5
II.VI Kebutuhan dari program

1. Informasi dan hasil penelitian lanjutan paling terbaru dan akurat yang

mengangkat tentang isu ini di sekitaran perairan Indonesia

2. Kerjasama antara peneliti, LSM, dan masyarakat untuk melakukan penelitian

lebih lanjut dan kegiatan yang dapat mengurangi bahkan menghentikan

penggunaan microbeads dan microplastik

3. Produsen dan konsumen perduli akan kesehatan lingkungan dan ekosistemnya

4. Pengurangan penggunaan PPKPP mengandung microbeads/microplastik di

lingkup konsumen

5. Penelitian lanjutan mengenai inovasi bahan pengganti microbeads/microplastik

yang amamn dan ramah lingkungan bagi ekosistem di perairan, biotanya, dan

ekosistem manusia

II.VII Perubahan yang dimungkinkan

1. Ekosistem dan biota di Perairan Indonesia terlindungi dan lebih bersih dari

limbah plastic apapun

2. Penghapusan sebagai fase akhir dan larangan penggunaan microbeads atau

microplastik dalam PPKPP

3. Penggunaan microbeads pada PPKPP terhenti karna produsen dan konsumen

sudah sadar dampak yang ditimbulkan

6
4. Kandungan microbeads dan microplastik atau dan limbah plastik lainnya

menurun secara signifikan di perairan Indonesia

5. Terjadinya perubahan trend an revolusi produk pkpp pada sector industry dan

produsen yang secara langsung berkontribusi mengurangi potensi ancaman

kerusakan dan kesehatan lingkungan akan isu ini

II.VIII Aktifitas yang dibutuhkan

1. Upaya identifikasi lanjutan tentang kandungan microplastik di perairan

Indonesia

2. Langkah untuk memutuskan kawasan konservasi untuk penelitian beberapa

waktu kedepan

3. Merancang kegiatan mitigasi berupa kampanye untuk menghentikan

penggunaan microbeads

II.IX Ukuran dari aktivitas tersebut

Penelitian kualitatif / Survey kualitatif

7
BAB II

PEMBAHASAN

I. Tinjauan Pustaka

Microbeads/Microplastik/Nanoplastik

Microbeads adalah manik-manik plastik (umumnya polyethylene) berukuran

kurang dari 5mm, diproduksi untuk tujuan tertentu, termasuk untuk digunakan dalam

produk perawatan pribadi (seperti produk mandi, scrub wajah dan pembersih, dan

pasta gigi). Microbeads dan microplastik merupakan partikel plastik yang diameternya

berukuran kurang dari 5 mm. Batas bawah ukuran partikel yang termasuk dalam

kelompok mikroplastik belum didefinisikan secara pasti namun kebanyakan penelitian

mengambil objek partikel dengan ukuran minimal 330 μm3 (Storck, 2015). Mereka

ditambahkan ke produk untuk memberikan tekstur, bertindak sebagai agen penggosok

atau kasar, memperpanjang umur simpan produk, atau memberikan minat visual, dan

dirancang untuk dibilas dan dicuci langsung ke saluran pembuangan.

Serpihan plastik memiliki berbagai bentuk dan ukuran, tapi pada umumnya

ukurannya kurang dari lima milimeter (atau kira-kira seukuran biji wijen) disebut

"microplastics." Karena masih terbilang sebagai studi yang masih baru masih banyak

yang belum diketahui mengenai mikroplastik sendiri dan dampaknya bagi lingkungan.

Mikroplastik merupakan partikel plastik dengan diameter berukuran kurang lebih 5

mm. Batas bawah ukuran partikel yang termasuk dalam kelompok mikroplastik belum

didefenisikan secara pasti namun kebanyakan penelitian mengambil objek minimal

300 µm. Mikroplastik terbagi menjadi 2 kategori ukuran besar yaitu (1-5 mm) dan

kecil (<1 mm) (Tankovic, 2015).

8
Microbeads juga digunakan dalam produk dan proses industri lainnya seperti

produk pembersih udara, eksplorasi minyak dan gas, pencetakan tekstil, cetakan

otomotif, dan aplikasi medis.

Baru-baru ini, telah berkembang perhatian internasional pada dampak lingkungan

dari microbeads. Ketika digunakan dalam produk perawatan pribadi, microbeads dapat

memasuki lingkungan, terutama melalui limbah yang dibuang dari pabrik pengolahan

air limbah.

Microbeads adalah bagian dari masalah pencemaran mikroplastik yang lebih luas.

Ukuran kecil mikroplastik berarti bahwa mereka dapat dicerna oleh kehidupan laut

dan memiliki potensi untuk mentransfer bahan kimia ke dan dari lingkungan laut. Ada

bukti kerusakan ekologis yang dihasilkan dari ini. Jika seseorang makan enam tiram,

kemungkinan mereka akan memakan 50 partikel mikroplastik. Ini masih merupakan

wilayah penelitian yang relatif baru dan sarat akan ketidakpastian. Penelitian yang

relatif kecil telah dilakukan sejauh ini baik pada dampak potensial terhadap kesehatan

manusia atau ekonomi kelautan. Adanya rekomendasi bagi Pemerintah agar menyusun

strategi penelitian untuk menilai dan mengurangi polusi mikroplastik. Dampak

kesehatan manusia harus menjadi subjek prioritas untuk penelitian, bersama dengan

memeriksa cara-cara untuk mengurangi pencemaran mikroplastik dari barang-barang

konsumsi, khususnya pada produk perawatan kulit dan perawatan pribadi yang

terdapat pada pasta gigi, lotion, Detergent, facial wash, body wash, nail polish, face

and body scrub dan sebagainya.

9
II. Sumber microbeads

Lokakarya internasional pertama tentang keberadaan mikroplastik, dan hasil

akhir mikroplastik tentang limbah plastik di lingkungan laut yang diselenggarakan

pada tanggal 9-11 september 2008 di Univercity of Tacoma USA (NOAA, 2009)

menyepakati klasifikasi plastik menurut ukurannya mikroplastik memilki ukuran (<5

mm – 330 µm) dan nanoplastik (<330 µm). Partikel mikroplastik (>330 µm < 5 mm)

yang tersebar luas diseluruh pusaran arus lautan dunia (5 gyres) diduga kuat berasal

dari proses peluruhan yang sangat lambat, baik partikel-partikel yang mengapung

ataupun melayang-layang dalam kolom air, maupun keping-kepingan plastik yang

mengalami degradasi menjadi serpihan – serpihan yang lebih kecil yang akhirnya

berlabuh di pantai – pantai seluruh dunia. Nanoplastik memiliki ukuran yang bahkan

lebih kecil < 0.330 mm dan banyak digunakan dalam bahan-bahan

perawatan/kosmetik seperti pasta gigi dan sabun pencuci muka (facial scrub) yang

mengandung plastik dalam bentuk polyethylene glycol disingkat PEG (NOAA’s

Marine Debris Program).

Microbeads dan microplastik dapat terlihat dengan mata telanjang, namun ada

juga yang tidak terlihat, akan tetapi berpotensi memberi dampak negatif baik bagi

biota maupun perairan. Masalah kesehatan manusia dicurigai melalui akumulasi

mikroplastik dalam rantai makanan danatau penyerapan racun ke plastik saat terbawa

melalui arus laut (Eriksen et al., 2014).

Mikroplastik primer adalah plastik yang langsung dilepaskan ke lingkungan

dalam bentuk partikel kecil, yang berasal dari produk–produk yang mengandung

10
partikel plastik (misalnya gel mandi), juga dapat berasal dari proses degradasi benda

plastik besar selama proses pembuatan, penggunaan atau perawatan seperti erosi ban

atau degradasi tekstil sintetis saat mencuci Sumber lain dari pencemaran plastik yang

berukuran nano juga terdeteksi ada produk- produk kosmetik kecantikan, khususnya

untuk perawatan/pemutihan muka yang diketahui mengandung exfoliants yang

mengandung plastik dalam bentuk polyethelene glycol disingkat PEG, serta bahan

pemutihan berbentuk halus lainnya, polyester atau acrylic beads yang juga sangat

sering digunakan untuk perawatan kapal. Berikut tabel bahan-bahan yang biasa

digunakan untuk microbeads atau microplastik.

polymer examples of functions in pccp formulations


nylon-12 (polyamide-12) Bulking, viscosity controlling
, opacifying (e.g. wrinkle creams)
 
Abrasive, film forming, viscosity controlling, binder for
Polyethylene powders
   
Adhesive, film formation, hair fixative; viscosity
Poly(ethylene terephthalate) controlling
, aesthetic agent, (e.g. glitters in bubble bath, makeup)
 
Polyurethane Film formation (e.g. facial masks, sunscreen, mascara)
   
ethylene/acrylate copolymer Film formation in waterproof sunscreen
, gellant (e.g. lipstick, stick products, hand creams)
 
trimethylsiloxysilicate (silicone Film formation (e.g. colour cosmetics, skin care, sun
resin) care)
   
Tabel.1

11
III. Hasil Penelitian

Peneliti Balai Riset dan Observasi Laut KKP, Dr. Agung Yunanto menemukan

pencemaran di Selat Makassar, Selat Bali, Selat Rupat, Taman Nasional Laut (TNL)

Taka Bonerate Flores, TNL Bunaken, TNL Bali Barat, dan bahkan Laut Banda. Bila

suatu perairan banyak sampah plastik, maka akan berpotensi juga tercemar sampah

mikroplastik.

Hasil penelitian KKP juga mendata tingkat cemar mikroplastik di beberapa

daerah, seperti Bunaken 50 hingga 60 ribu partikel per kilometer persegi. Laut

Sulawesi antara 30 sampai 40 ribu partikel per kilometer persegi, dan Laut Banda

sekitar 5 hingga 6 ribu partikel per kilometer persegi pada tahun 2017.Walaupun

kandungan mikroplastik di Laut Banda sedikit, ada kemungkinan bisa lebih tinggi

karena data tersebut merupakan hasil sampling saat kapal riset Baruna Jaya VIII LIPI

berlayar.

Di Eropa, Environmental Investigation Agency memperkirakan bahwa terdapat

antara 68.500 dan 275.000 ton plastik yang lebih besar (dengan potensi untuk terpecah

menjadi mikroplastik) setiap tahun memasuki lingkungan laut. Menurut Grantham

Institute, Imperial College London, jumlah total plastik mengambang di permukaan

laut adalah antara 7.000 dan 236.000 metrik ton, sementara jumlah plastik yang

memasuki lautan pada tahun 2010 saja adalah 4,8 hingga 12,7 juta ton. Dr Erik van

Sebille, menyoroti perbedaan ini. esenjangan besar antara jumlah plastik yang

memasuki lautan dan jumlah yang mengambang adalah karena lebih dari 99% dari

12
semua plastik samudera berada di waduk selain di permukaan - kolom air dan lantai

samudra, dan pantai (Dr Erik van Sebille).

Litter Percentage of debris items  


Locality Source
type represented by plastic  
1992 International Coastal Shorelin
Cleanups e 59 Anon (1990)
Corbin and Singh
St. Lucia, Caribbean Beach 51 (1993)
Corbin and Singh
Dominica, Caribbean Beach 36 (1993)
Georgia, USA Beach 57 Gilligan et al. (1992)
Gregory and Ryan
Argentina Beach 37–72 (1997)
Gregory and Ryan
50 South African beaches Beach >90 (1997)
5 Mediterranean beaches Beach 60–80 Golik (1997)
Gregory and Ryan
South Australia Beach 62 (1997)
Tokyo Bay, Japan Seabed 80–85 Kanehiro et al. (1995)
Lara-Dominguez et al.
Mexico Beach 60
(1994)
National Parks in USA Beach 8 Manski et al. (1991)
Halifax Harbour, Canada Beach 54 Ross et al. (1991)
Williams and Tudor
South Wales, UK Beach 63 (2001)

Tabel.2

Tidak hanya pada media air, ternyayta mikrobeads atau mikroplastik juga

sudah ditemukan pada media tanah. Distribusi mikroplastik diteliti di Kecamatan

Muara Badak Kabupaten Kutai Kartanegara pada bulan Mei 2015. Sampel sedimen

diambil dari 4 stasiun yang mewakili pemukiman penduduk, dekat sungai, dekat

pantai dan jauh dari pemukiman penduduk. Sampel sedimen diambil menggunakan

pipa paralon pada kedalaman 0-10 cm – 10-20 cm, kemudian diamati dan dihitung

kelimpahan mikroplastik. Hasil penelitian menunjukan bahwa jenis mikroplastik yang

ditemukan adalah fragmen, film dan fiber. Pada stasiun 1 ditemukan fragmen berkisar

13
100,2-201,3 partikel/kg, film berkisar 69,6-79,9 partikel/kg dan fiber berkisar 43,1-

50,9 partikel/kg, stasiun 2 ditemukan fragmen berkisar 146,5-238,8 partikel/kg, film

berkisar 53,2-81,9 partikel/kg dan fiber berkisar 48,8-75,2 partikel/kg, stasiun 3

ditemukan fragmen berkisar 204,2-207,9 partikel/kg, film berkisar 107,7-126,5

partikel/kg dan fiber berkisar 26,1-39,9 partikel/kg, stasiun 4 ditemukan fragmen

berkisar 167,6-220 partikel/kg, film berkisar 59,7-69,5partikel/kg dan fiber berkisar

47,5-55,3 partikel/kg.

Begitu pula penelitian yang dilakukan di beberapa pantai lainnya oleh

Departemen Biologi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut

Pertanian Bogor pada tahun 2016. Dari data yang didapat jumlah Mikroplastik

(partikel/mL) di Pantai Ancol dengan hasil nilai rata-rata 406 partikel/mL, nilai

maksimum 668 partikel/mL, nilai minimum 201 partikel/mL. Pantai Palabuhanratu

dengan hasil nilai rata-rata 525 partikel/mL, nilai maksimum 892 partikel/mL, nilai

minimum 255 partikel/mL. Dan Pantai Labuan dengan hasil nilai rata-rata 207

partikel/mL, nilai maksimum 742 partikel/mL, dan nilai minimum 35 partikel/mL.

Penelitian kandungan mikroplastik juga dilakukan pada ikan. Kandungan

mikroplastik yang terdapat di saluran pencernaan ikan kakap (Lutjanus sp.) dan kerapu

(Epinephelus sp.) paling banyak terdapat di lokasi penelitian pantai Palabuhanratu.

Mikroplastik yang ditemukan berjumlah rata-rata 16 partikel/ikan. Selanjutnya pantai

Labuan Banten dengan rata-rata mikroplastik yang diperoleh sebesar 15.5

partikel/ikan. Lokasi yang mengandung mikroplastik paling sedikit pada saluran

pencernaan ikan kakap (Lutjanus sp.) dan kerapu (Epinephelus sp.) paling rendah

14
terdapat pada pantai Ancol dengan rata-rata mikroplastik yang diperoleh yaitu sebesar

8 partikel/ikan.

Lokasi data ikan jumlah mikroplastik pada ikan(partikel/ikan)


Penelitian jenis panjang (cm) rata-rata maksimum minimum
kakap 23,75 10 10 6
Ancol
kerapu 25,50 6 6 1
kakap 27,65 18 18 8
Palabuhanratu
kerapu 24,60 14 14 12
kakap 29,82 18 18 4
Labuan
kerapu 27,00 13 13 2
Tabel.3

IV. Dampak pada lingkungan

A. Dampak pada ekosistem

Dengan semakin mengecilnya ukuran partikel seperti ikan dan copepod

(zooplankton) juga telah terdeteksi. Hewan–hewan laut lainnya seperti polychaeta,

crustacean, echinodermata, bryozoans dan bivalvia juga menelan partikel plastik, baik

yang berukuran mikro atau nano (Moos et al, 2012). Mikroplastik dapat mengapung

atau tenggelam karena berat massa jenis mikroplastik lebih ringan daripada air laut

seperti polypropylene yang akan mengapung dan menyebar luas di lautan.

Mikroplastik lainnya seperti akrilik lebih padat daripada air laut dan kemungkinan

besar terakumulasi di dasar laut, yang berarti bahwa sejumlah besar mikroplastik pada

akhirnya dapat terakumulasi di laut dalam dan akhirnya akan mengganggu rantai

makanan di perairan (Seltenrich, 2015). Kontaminasi mikroplastik saat ini menjadi

perhatian utama mengingat besarnya dampak yang ditimbulkan (Reed, 2016) .

15
Dampak mikroplastik pada biota di perairan yaitu berpotensi menyebabkan

kerugian tambahan. Masuknya mikroplastik dalam tubuh biota dapat merusak saluran

pencernaan, mengurangi tingkat pertumbuhan, menghambat produksi enzim,

menurunkan kadar hormon steroid, mempengaruhi reproduksi, dan dapat

menyebabkan paparan aditif plastik lebih besar sifat toksik (Wright et al., 2013).

Dampak kontaminasi sampah plastik pada kehidupan di laut dipengaruhi oleh ukuran

sampah tersebut. Sampah plastik yang berukuran kecil, seperti benang pancing dan

jaring, yang mengganggu sistem fungsi organ pada organisme (Carr, 1987).

Hewan laut yang menelan mikoplastik termasuk organisme bentik dan pelagis,

yang memiliki variasi strategi makan dan menempati tingkat trofik yang berbeda.

Invertebrata laut bentik yang menelan mikroplastik, termasuk teripang, kerang,

lobster, amphipods, lugworms, dan teritip. Beberapa invertebrata bahkan lebih

memilih partikel plastik, teripang dari habitat bentik menelan fragmen plastik dalam

jumlah yang tidak proporsional berdasarkan rasio tertentu plastik dengan pasir. Dalam

habitat pelagis laut, mikroplastik tertelan oleh berbagai taksa zooplankton dan oleh

ikan dewasa serta larva ikan. Penyelidikan air tawar pertama masuknya plastik pada

biota menunjukkan bahwa hewan-hewan dari beragam habitat, rantai makanan, dan

level tropik yang berbeda menelan mikroplastik. Bahkan pada tingkat organisme

paling dasar, beragam komunitas mikroba yang termasuk heterotrof, autotrof,

predator, dan simbion, terkontaminasi mikroplastik (Zettler, 2013).

Organisme filter-feeding lebih mungkin menelan partikel plastik berukuran

mikro dan nano daripada banyak organisme dan ini menarik dari perspektif kesehatan

manusia ketika organisme tersebut dipanen untuk konsumsi manusia. Studi

16
laboratorium telah menunjukkan bahwa partikel plastik dapat diambil oleh sel-sel

epitel yang melapisi usus (Von Moos et al. 2012) dan translokasi di dinding usus

(Browne et al. 2008). Sebuah studi baru-baru ini dari dua spesies bivalvia berbudaya

untuk konsumsi manusia (kerang biru Mytilus edulis dan tiram Crassostrea gigas)

menyarankan bahwa konsumen kerang Eropa dapat mencerna 11.000 partikel plastik

per tahun per orang (van Cauwenberghe dan Janssen 2014). Namun, belum mungkin

untuk mengukur tingkat risiko. Banyak penelitian di masa lalu berfokus pada polutan

tunggal dan prioritas yang dapat teradsorpsi ke plastik di lingkungan laut dan dampak

konsumsi terkait. Muncul ilmu mengakui pentingnya melihat mikro di lingkungan laut

sebagai menyediakan beberapa stres termasuk kurang asupan makanan, serapan bahan

kimia, pencucian aditif kimia termasuk ftalat dan kekhawatiran atas beberapa polimer

hadir dalam mikroplastik yang dapat mentransfer postestion monomer karsinogenik

dan estrogenik (Rochman 2013)

B. Dampak pada kesehatan

Mikroplastik hadir di berbagai macam kelompok yang sangat bervariasi dalam

hal ukuran, bentuk, warna, komposisi, massa jenis dan sifat lainnya. Ada banyak

hewan laut yang menjadi korban dari limbah akibat rasa acuh manusia. Buruknya,

hewan laut juga dikonsumsi manusia. Mikroplastik bersifat karsinogenik, berbahaya

kalau terakumulasi manusia. Terlebih, wilayah Jawa memiliki 712 Wilayah

Pengelolaan Perikanan (WPP). Profesor Akbar Tahir dari UNHAS Makasar sudah

menemukan ikan teri dan tongkol yang tercemar mikroplastik di pasar Makasar .

Kepala Pusat Oseanografi, Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia (LIPI), Dirhamsyah,

Jika Microplastik masuk kedalam pencernaan ikan, masih dapat dikeluarkan, tetapi

17
akan bahaya jika mikroplastik masuk kedalam peredaran darah dan daging ikan pula.

Penelitian di UNHAS menyebutkan ikan-ikan yang disampling, mengandung

mikroplastik dan nano plastik. Akan tetapi, LIPI sendiri masih menyempurnakan

penelitian mengenai pengaruh mikroplastik dalam darah hewan laut. Pusat Penelitian

Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2O LIPI) akan melakukan

penelitian lebih lanjut hingga tahun 2019.

Begitu mikro dan nano-plastik PPKPP memasuki lingkungan laut mereka akan

bergabung dengan populasi partikel plastik dari sumber lain, termasuk partikel yang

dihasilkan dari fragmentasi. Memang, mereka akan sangat sulit dibedakan. Satu

perbedaan adalah bahwa plastik PPKPP akan memiliki aditif dengan batasan terbatas

dibandingkan dengan beberapa jenis plastik lain yang mungkin mengandung,

misalnya, retardan api dan stabilisator UV. Namun, kontaminan organik yang ada di

air laut, seperti PCB, akan diserap ke dalam partikel PPKPP dengan cara yang mirip

dengan partikel plastik lainnya, sesuai dengan kinetika reaksi yang terbentuk dengan

baik. Rute paparan yang mungkin untuk manusia, serta biota lainnya, akan serupa

untuk semua partikel plastik dengan ukuran tertentu. Ukuran partikel penting karena

dapat membatasi atau meningkatkan eksposur. Sebagai contoh, polistiren berukuran

nano ditunjukkan memiliki satu hingga dua orde dari afinitas yang lebih tinggi untuk

berbagai bifenil terklorinasi daripada polietilena berukuran mikro.

Karena ukuran, komposisi kimia, dan sifat fisiknya, mikro/nanoplastik sangat

berpotensi dapat mempengaruhi organisme air dan kesehatan manusia. Efek samping

dari mikro/nanoplastik dapat terjadi dari kombinasi toksisitas intrinsik plastik

(kerusakan fisik) : komposisi kimia (unit monomer dan aditif); dan kemampuan untuk

18
menyerap, berkonsentrasi, dan melepaskan polutan lingkungan (Bouwmeester et al.,

2015). Selain itu mikroplastik dapat berfungsi sebagai faktor patogen, berpotensi

membawa spesies mikroba ke perairan, mikroplastik yang telah mengkontaminasi

biota diberbagai tingkat trofik, ada kekhawatiran bahwa puing-puing dari plastik atau

bahan kimia yang teradopsi dapat berakumulasi di tingkat tropik yang lebih rendah.

Selanjutnya organisme tingkat trofik yang lebih rendah dikonsumsi, biomagnifikasi

berpotensi terjadi pada tingkat trofik yang lebih tinggi, ini akan mempengaruhi

kesehatan manusia (Rochman et al., 2015).

C . Dampak pada ekonomi

Ada perkiraan luas tentang dampak ekonomi mikroplastik. Kerusakan ekonomi

serius yang memanifestasikan dirinya sebagai kerugian langsung bagi masyarakat

pesisir, pariwisata, pengiriman dan penangkapan ikan. Seperti pada yang tertera pada

Laporan House of Commons Environmental Audit Committee pada tahun 2016 bahwa

biaya potensial di seluruh Uni Eropa untuk pembersihan pantai dan pantai dinilai

hampir € 630 juta per tahun, sementara biaya untuk industri perikanan bisa mencapai
19
hampir € 60 juta, yang akan mewakili sekitar 1% dari total pendapatan armada

penangkapan ikan Uni Eropa pada tahun 2010. Mereka menambahkan: Biaya sektor

juga bisa terjadi jika mikroba yang dicerna mempengaruhi ikan komersial dan saham

ikan cangkang, atau penjualan sebagai publik menjadi lebih sadar akan masalah ini

dan mengungkapkan kekhawatiran melalui kebiasaan belanja mereka. Biaya-biaya ini

termasuk biaya pembersihan, kehilangan ikan dan satwa liar, pengurangan pariwisata,

kerusakan kapal dan biaya penyelamatan dan risiko kesehatan manusia yang terkait

dengan kapal yang rusak.

Di Inggris, World Animal Protection UK menyatakan: Kotamadya

menghabiskan sekitar € 18 juta setiap tahun untuk membuang sampah pantai dan pada

tahun 2008 ada 286 penyelamatan di perairan kapal Inggris dengan baling-baling

busuk; menimbulkan biaya total antara € 830.000 dan € 2.189.000. EIA menyoroti

bahwa perkiraan kerusakan finansial secara keseluruhan dari plastik, tanpa

mengekstrapolasi dampak mikroplastik, terhadap ekosistem laut mencapai US $ 13

miliar setiap tahun. Dr Foster, Marine Conservation Society, menyoroti bahwa

sejumlah besar biaya ekonomi berasal dari termasuk dampak pada kerang dan industri

pariwisata. Namun, ada manfaat untuk mengatasi pencemaran mikroplastik di

lingkungan laut. MCS memperkirakan bahwa £ 250 juta pound dapat disimpan jika

mikroplastik tidak hadir di lingkungan laut.

20
BAB III

KESIMPULAN

Microbeads sangat kontroversial karena adanya beberapa alternatif yang layak

yang tidak memiliki dampak lingkungan yang sama. Di mana alternatif-alternatif

tersebut berasal dari alam, perusahaan harus memastikan bahwa mereka berasal dari

sumber yang berkelanjutan. Di mana mereka diproduksi secara buatan, mereka harus

memastikan bahwa penilaian dampak lingkungan yang tepat dilakukan. Pemerintah

harus memasukkan ketentuan-ketentuan ini dalam undang-undangnya.

Dampak terhadap lingkungan laut masih diteliti. Namun, ada bukti bahwa ada

ruang lingkup untuk kerusakan yang signifikan terhadap lingkungan laut. Polusi

mikroplastik berpotensi lebih merusak lingkungan daripada potongan plastik yang

lebih besar karena potongan-potongan kecil plastik lebih mungkin dimakan oleh satwa

liar dan memiliki area permukaan yang lebih besar yang dapat mentransfer bahan

kimia ke dan dari lingkungan laut.

Solusi yang paling efektif untuk mengatasi pencemaran mikroplastik di

lingkungan laut adalah dengan menanganinya di sumbernya. Ini berarti menghentikan

aliran mikro primer, dan plastik umum, memasuki lingkungan laut di tempat pertama.

Kami mendengar bahwa mengambil tindakan untuk mengatasi pencemaran plastik laut

di sumber adalah strategi terbaik, dan kami percaya bahwa ini juga merupakan opsi

yang paling layak dalam jangka pendek

Konsumen harus dapat mengetahui apakah produk yang mereka beli

mengandung microbeads. Industri ini gagal untuk memberi label produk yang

21
mengandung microbeads dengan jelas, dan perusahaan yang kami dengar enggan

untuk mengubah praktik pelabelan mereka. Peraturan untuk pelabelan juga gagal

memberikan kejelasan yang dibutuhkan konsumen. Dengan tidak adanya tindakan

yang berarti oleh perusahaan untuk memberi label produk mereka dengan lebih jelas,

kami merekomendasikan agar Pemerintah memperkenalkan label yang jelas skema

untuk microbeads sehingga konsumen dapat memilih apakah mereka ingin membeli

produk yang mengandung microbeads. Industri mengatakan kepada kami bahwa

pelabelan transparan microbeads akan menjadi undangan untuk tidak membeli produk

dengan microbeads masuk Transparansi sampai saat ini telah disediakan oleh inisiatif

oleh LSM. Kami menyadari bahwa ini adalah masalah transisional dan ada biaya yang

terkait dengan pengubahan label. Hasil yang kami sukai akan menjadi larangan

nasional untuk microbeads dalam kosmetik dan peralatan mandi pada akhir tahun

depan. Jika gagal, kami merekomendasikan agar Pemerintah memperkenalkan skema

pelabelan yang jelas untuk microbeads selama periode transisi dari fase sukarela untuk

memberikan transparansi bagi pelanggan.

Tindakan legislatif akan memiliki beberapa keuntungan bagi konsumen dan

industri atas pendekatan saat ini, sukarela, untuk microbeads. Ini akan menjadi

universal, memastikan kepercayaan konsumen dan mencegah perusahaan yang

bertanggung jawab menjadi lebih rendah. Ini akan memastikan definisi yang konsisten

digunakan oleh semua peserta industri. Ini juga akan mengirim pesan bahwa

Pemerintah serius menangani masalah polusi mikroplastik yang lebih luas. Dalam

bekerja menuju undang-undang tersebut, Pemerintah harus berkonsultasi secara luas

22
tentang implementasi untuk memastikan bahwa risiko utama - perusahaan-perusahaan

kecil yang dirugikan untuk dimitigasi.

23
DAFTAR PUSTAKA

UNEP (2015) Plastic in Cosmetics, H.A. Leslie (IVM)

Keberadaan Mikroplastik Pada Hewan Filter Feeder Di Padang Lamun Kepulauan


Spermonde Kota Makassar, Kuasa Sari

The Danish Environmental Protection Agency Strandgade 29 1401 Copenhagen K


www.eng.mst.dk (2015), Microplastics - Occurrence, effects and sources of releases to
the environment in Denmark, Carsten Lassen dkk

Environmental impact of microplastics 2016, House of Commons Environmental


Audit Committee

Study Report: Microbeads! Unfold Health Risk and Environmental Pollutant-


Copyright © ESDO,2016 BD

Report of the NJDEP-Science Advisory Board 2015, Human Health Impacts of


Microplastics and Nanoplastics, Dr. Judith Weis, Ph.D. dkk

Ecology and Health Research Centre, Department of Public Health,Wellington School


of Medicine and Health Sciences, University of Otago, Wellington, New Zealand, The
pollution of the marine environment by plastic debris: a review José G.B. Derraik

Distribusi mikroplastik pada sedimen di Muara Badak, Kabupaten Kutai Kartanegara,


Intan Sari Dewi dkk

Analisis Kandungan Mikroplastik Pada Pasir Dan Ikan Demersal: Kakap (Lutjanus
Sp.) Dan Kerapu (Epinephelus Sp.) Di Pantai Ancol, Palabuhanratu, Dan Labuan,
Dian Nur Hapitasari

www.gov.uk/government/publications, Proposals to ban the use of plastic microbeads


in cosmetics and personal care products in the UK and call for evidence on other
sources of microplastics entering the marine environment

www.mfe.govt.nz, .Managing microbeads in personal care product

Pusat Riset Kelautan, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Hydrodinamik,


Deteksi Mikroplastik Terhadap Kehancuran Laut

24

Anda mungkin juga menyukai