Anda di halaman 1dari 8

1

Mikroplastik Mengancam Kesehatan Biota Laut dan Manusia


oleh:
Karine Setiyadi Putri, 1806223441
(Email: karinestiyadi@gmail.com)

ABSTRAK

Makalah ini membahas tentang mikroplastik yang mencancam kesehatan makhluk hidup. Penelitian ini
menggunakan hasil pencarian informasi studi pustaka. Sumber pustaka yang digunakan adalah video dari Youtube,
artikel, serta jurnal mengenai materi yang bersangkutan. Penelitian ini membahas mengenai penggunaan plastik,
pengertian dan karakteristik mikroplastik, sumber-sumber mikroplastik, bagaimana mikroplastik mengancam
kesehatan biota laut dan manusia. Mikroplastik, yang memiliki ukuran <5mm, berasal dari sampah plastik pada saat
ini sudah mengkhawatirkan karena terdeteksi di banyak wilayah perairan seluruh dunia, termasuk Indonesia. Hampir
setiap hari kegiatan manusia bertemu dengan plastik. Plastik yang sulit terurai inilah yang mengancam kesehatan
makhluk hidup. Makhluk hidup yang akan dibahas adalah biota laut, dan dapat berujung kepada manusia. Di
samping itu, diperlukan solusi untuk menghentikan penggunaan plastik dan pengurangan limah plastik. Dalam hal
ini, dibutuhkan kesadaran dalam diri individu dan juga regulasi pemerintah. Untuk menumbuhkan kesadaran dalam
diri individu, dibutuhkan meningkatnya pengetahuan akan dampak negatif penggunaan sampah plastik.
Kata kunci: Mikroplastik, biota laut, manusia, kesehatan, plastik, dan solusi.

1. Pengantar
Plastik memiliki arti lentur atau mudah dibentuk dan terbuat dari rantai molekul yang
panjang, sehingga bersifat kuat, ringan, dan fleksibel. Pada awalnya, plastik diciptakan oleh
John Wesley Hyatt pada tahun 1869 untuk menggantikan gading yang telah dibatasi dengant
ujuan untuk menghindari penghancuran lingkungan bagi kebutuhan manusia yang terpenuhi.
Plastik merupakan sampah yang sulit terdegradasi. Penggunaan plastik bagi kehidupan
sehari-hari manusia sangat banyak sehingga sampah plastik sulit dikendalikan, khususnya di
negara berkembang seperti Indonesia. Sulitnya pengolahan sampah plastik dan pembuangan
tidak pada tempatnya juga merupakan penyebab dari munculnya masalah utama yaitu
sampah plastik di perairan. Tetapi, plastik bukan hanya materi yang berukuran besar dan
mudah dilihat. Terdapat pula partikel kecil plastik yang ukurannya kurang dari 5 mm,
disebut dengan mikroplastik.
Mikroplastik dapat berasal dari sumber-sumber yang berbeda, yang dibagi menjadi
dua sumber. Sumber pertama disebut juga dengan primary microplastic, merupakan
mikroplastik yang dibuat secara sengaja untuk keperluan manusia. Keperluan manusia yang
dimaksud adalah seperti keperluan kosmetik, pembersih wajah, ataupun pasta gigi. Primary
microplastic dalam hal ini dibuat sebagai amplas atau scrub pembersih. Di dalam primary
microplastic, terdapat partikel mikroplastik di dalamnya. Partikel tersebut disebut dengan
microbyte. Sumber kedua disebut juga dengan secondary microplastic, merupakan plastik
2

yang memiliki ukuran besar namun terurai menjadi serpihan-serpihan dengan proses yang
terjadi pada alam, seperti arus laut (IPB, 2013). Contoh lain dari secondary microplastic
adalah bahan pakaian yang bernama poliester, yang ketika dicuci berkali-kali, bahan poliester
dapat melepaskan benang-benangnya dan menjadi sumber dari mikroplastik. Mikroplastik
membahayakan kesehatan, baik untuk biota laut secara langsung maupun manusia, pengguna
plastik yang utama.

2. Kondisi mikroplastik di dunia dan Indonesia


Pada saat ini, pencemaran plastik di laut sudah di tahap mengkhawatirkan. Di
Samudera Pasifik, sampah plastik ditemukan 10 km di bawah laut. Hal ini dibuktikan oleh
penemuan sampah plastik tersebut oleh penjelajah laut asal Amerika Serikat, Victor
Vescovo, yang telah menyelam 10.927 m ke dasar Challenger Deep. Pada awalnya, Ia
menemukan empat spesies baru yang belum pernah ditemukan. Tetapi, ditemukan pula
kantong plastik dan bungkus permen (CNN Indonesia, 2019).
Setiap tahunnya, Indonesia mendapat kiriman berupa sampah plastik sekitar 100.000-
400.000 ton. Sampah tersebut merupakan konsumsi bekas manusia, yang membuat manusia
menjadi produsen sampah utama. Sampah plastik yang ditemukan masih didominasi dengan
plastik sekali pakai. Tim peneliti dengan coordinator Muhammad Reza Cordova dari Pusat
Penelitian Oseanografi-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2O-LIPI) mengkaji 18
pantai di Indonesia dengan cara memonitor sampah terdampar setiap bulannya.
Di seluruh area kajian, sampah plastik mendominasi sekitar 36%-38%. Terdapat pula
mikroplastik pada seluruh lokasi. Mikroplastik yang ditemukan ini bukan hanya terdapat
pada permukaan air, melainkan juga pada sedimen dan tubuh ikan (Cordova, 2019).
Mikroplastik yang ditemukan pada ikan teri dari genus Stoleporus, lebih banyak terdapat di
daerah Sumatera Selatan dibandingkan Jakarta. Ditemukan mikroplastik sekitar tiga partikel
pada setiap ikan, yang ukurannya 0.25 sampai dengan 1.25 partikel per gram. Ditemukannya
mikroplastik pada sedimen juga ditemukan pada area yang seharusnya bersih, yang cukup
mengkhawatirkan. Menurut Cordova, jumlah mikroplastik dalam air laut Indonesia
jumlahnya sama dengan jumlah mikroplastik pada Samudera Pasifik dan Laut Mediterania,
meskipun lebih rendah daripada pesisir Cina dan California.
3

3. Dampak buruk mikroplastik terhadap kesehatan biota laut


Mikroplastik dapat masuk ke dalam tubuh biota laut karena kesalahan konsumsi. Ikan
tidak dapat membedakan plankton yang merupakan makanan ikan, atau mikroplastik. Hal
tersebut disebabkan ukuran plankton dan mikroplastik yang sama. Selain itu, ada juga
plankton yang mengonsumsi plastik, yang kemudian dimakan ikan. Mikroplastik yang
termakan oleh biota laut dan terakumulasi melalui rantai makanan akan berdampak pada
spesies di dalam rantai makanan tersebut. Jika mikroplastik masuk ke dalam pencernaan
biota laut, mikroplastik dapat melukai saluran pencernaan.
Mikroplastik tidak langsung menyebabkan kematian secara langsung, tetapi dapat
menyakiti tubuh mulai dari merusak saluran pencernaan. Yang lebih buruknya, diperkirakan
pada 2050, jika tidak diberhentikan, jumlah sampah plastik akan lebih banyak dari jumlah
ikan di lautan. Hal tersebut juga berlaku pada mikroplastik dan plankton (Ambari, 2019). Hal
ini akan semakin mengancam kehidupan laut dan manusia.

4. Dampak buruk mikroplastik terhadap kesehatan manusia


Jika dilihat dari rantai makanan, manusia dapat mengonsumsi ikan atau biota laut
yang mengandung mikroplastik yang juga dapat membahayakan pencernaan manusia. Selain
pada ikan, mikroplastik juga ditemukan di bumbu dapur terdekat manusia, yaitu garam laut.
Pada penelitian tahun 2017, yang meneliti 21 tipe garam di Spanyol, keseluruhan tipe garam
meja tersebut ditemukan polyethylene-terephthalate, yang digunakan untuk membuat botol
plastik. Bahan ini membutuhkan 400 tahun untuk berdegradasi secara sempurna. Bahkan,
pada 0.3 mm garam, dapat memiliki partikel mikroplastik di dalamnya. Pada studi yang
dilakukan oleh Nature, ditemukan mikroplastik di dalam enam belas merk garam yang
berbeda. Merk dari enam belas garam tersebut diambil dari delapan negara yang berbeda
pula. Jenis dari mikroplastik yang ditemukan pada garam, berasal dari kantong plastik, tutup
botol, tempat makan dan lainnya.
Mikroplastik juga ditemukan dalam botol air minum yang dikonsumsi manusia
sehari-hari. Terdapat studi yang dilakukan oleh laboratorium kimia Universitas Indonesia,
yang bekerja sama dengan Tempo, untuk mengkonfirmasi temuan State University of New
York di Fredonia. Pada Sembilan sampel botol air minum berukuran 600ml, ditemukan
mikroplastik dengan ukuran beragam, yaitu 11-247 mikrometer. Dalam hal ini, air minum
4

yang diambil berasal dari 3 merk, yaitu Aqua, Le Minerale dan Club, air minum tersebut
dibeli dari pengasong, minimarket dan warung. Penemuan adanya mikroplastik pada air
minum yang dikonsumsi manusia dapat berpotensi menjadi bahaya karena dapat diserap dan
masuk aliran darah. Semakin kecil partikel dari mikroplastik itu sendiri, semakin mudah
diserap banyak sel yang dimiliki manusia.
Plastik diciptakan agar keras dan fleksibel, sehingga terdiri dari banyak molekul.
Plastik dapat melepas beberapa bahan kimia seperti PCB’s, nonyphelols, bisphenol A,
maupun phthalates. BPE, yang merupakan bahan pengeras plastik dapat mengganggu
hormone reproduksi pada manusia. Selain itu, Phthalates dapat menyebabkan kemaluan pria
mengecil. Plastik yang dibakar kurang dari 1500°C akan melepaskan PCB yang bersifat
karsinogenik yang merupakan pemicu kanker (IPB, 2013).

5. Penanganan terhadap mikroplastik


Belum terdapat solusi yang tepat untuk menghilangkan dampak plastik dan
mikroplastik. Tetapi, manusia dapat mengurangi dan mencegah adanya mikroplastik di biota
laut dengan langkah-langkah sebagai berikut (Wibawa, 2018):
1. Mengurangi masuknya pembuangan plastik dan mikroplastik ke lingkungan. Hal ini
dapat dilakukan mulai dari kesadaran diri setiap individu. Sebagai penghasil sampah
plastik utama, manusia dapat meminimalisasi penggunaan sampah plastik pula.
Misalnya dengan mengganti botol plastik dengan penggunaan tumbler, menggunakan
sedotan bambu, dan lain-lain. Selain itu, penggunaan katun dan menghindari poliester
juga dapat meminimalisasi sampah plastik yang dapat dihasilkan dari benang-benang
polyester.
2. Mengubah persepsi masyarakat tentang dampak plastik sehingga penggunaan plastik
berkurang. Masyarakat harus mengetahui dampak buruk bagi plastik dan kandungan
dalam plastik yang berbahaya.
3. Menilai pentingnya permasalahan plastik dan mikroplastik sebagai vector yang dapat
ditransfer pada organisme. Masyarakat harus mengetahui dampak buruk bagi plastik
yang dapat berujung kepada terancamnya kesehatan rantai makanan biota laut, dan
dapat berakhir pada manusia.
5

4. Menghitung resiko bahan kimia dari plastik yang tercerna, apalagi berukuran sangat
kecil seperti mikroplastik yang bahkan dapat masuk ke dalam sel-sel tubuh.
Dukungan pemerintah juga diperlukan untuk diperkuat dan mendukung tujuan
pembangunan berkelanjutan atau sustainable development goals (SDGs) pada tahun 2030.
Pemerintah dapat membuat regulasi untuk membatasi penggunaan kantong plastik, agar
sampah plastik berkurang. Di Indonesia, sudah ada gerakan diet kantong plastik di beberapa
kota Indonesia, seperti Banjarmasin, Bogor, Balikpapan, dan Denpasar. Kota-kota yang
melakukan gerakan diet sampah plastik merupakan kota yang memiliki banyak sungai
sehingga dapat mencegah sampah kantong plastik masuk ke laut. Pemerintah juga sudah
member dukungan dalam bentuk mengalokasikan dana setiap tahun hingga 2025 sebesar 13
triliun rupiah. Hal ini dilakukan agar 70 persen sampah di laut dapat mengalami penurunan,
dan juga untuk mengkaji sampah laut melalui penelitian. Tetapi, untuk target pengurangan
tersebut, diperlukan juga data dasar terkait jumlah sampah plastik yang masuk ke laut
Indonesia dan dihitung akumulasi serta dampaknya.
Selain di dalam negeri, Indonesia juga melakukan kampanye untuk membersihkan
laut dari sampah plastik di dunia internasional. Kampanye tersebut dilakukan Kementria
Kelautan dan Perikanan pada Sidang Umum Lingkungan PBB ke-3 (UNEA) yang
berlangsung di Kenya. Indonesia mengajak seluruh negara untuk mengurangi sampah plastik,
agar mikroplastik berkurang. Hal ini dilakukan karena sampah mikroplastik adalah
permasalahan dunia yang harus dihentikan secara bersama-sama juga.
Dibutuhkan pula bahan pengganti plastik yang memiliki bahan dasar organisme atau
tumbuhan. Dibutuhkan penelitian untuk menemukan bahan pengganti plastik yang tidak
menancam ekosistem laut dan manusia yang bersifat biodegradable. Plastik biodegradable
dapat digunakan layaknya plastik biasa, namun dapat terurai oleh mikroorganisme. Pada saat
ini, terdapat pemanfaatan limbah kulit udang dan kulit ari singkong sebagai bahan baku
plastik biodegradable (Fachry & Sartika, 2012).
Sebagai mahasiswa, terdapat hal-hal yang dapat membantu pengurangan sampah
plastik, mulai dari perbuatan kecil yang sederhana. Misalnya, menghindari konsumsi
makanan dan minuman dengan plastik sekali pakai, menggunakan sedotan bambu atau
logam, serta membuat program diet sampah plastik menggunakan kreativitas. Contoh
pelaksanannya adalah seperti yang dilakukan oleh Departemen Pengapdian Masyarakat BEM
6

Fakultas Psikologi UI 2019. Diadakan PELITA (Peduli Lingkungan Kita) yang merupakan
program kerja dalam bidang lingkungan. Hal ini memiliki latar belakang berdasarkan hasil
survei yang menyatakan hasil bahwa mahasiswa Psikologi UI kurang memiliki kesadaran
dan kemauan untuk menjaga lingkungan karena 47% mahasiswa yang masih sering atau
selalu membeli air mineral dalam botol plastik. Tujuan diadakannya PELITA adalah untuk
meningkatkan kemauan civitas Fakultas Psikologi UI untuk mengurangi penggunaan botol
plastik, meningkatkan kesadaran civitas Fakultas Psikologi UI terkait daur ulang kertas
bekas, dan melakukan sosialisasi mengenai isu lingkungan melalui publikasi. Publikasi yang
dilakukan oleh PELITA melalui media sosial dilakukan dengan tujuan mengintervensi
kepedulian civitas, terutama Fakultas Psikologi UI agar peduli dan memahami bahaya dari
penggunaan plastik yang berlebihan dan berkelanjutan.

6. Simpulan
Plastik merupakan bahan yang banyak digunakan oleh manusia, karena sangat
berguna dalam berbagai kegiatan sehari-hari manusia. Penggunaan plastik sangat dinikmati
oleh manusia. Akan tetapi, pengetahuan mengenai dampak negatif penggunaan plastik
kurang disadari oleh masyarakat. Plastik yang tidak dapat terurai dengan cepat akan
menimbun sampah yang merusak lingkungan. Pada hal ini, khususnya biota laut dan
manusia. Adanya mikroplastik yang merupakan partikel kecil plastik (<5mm), sangat
berbahaya dan dapat menjadi bom waktu jika tidak dikurangi mulai dari sekarang.
Rantai makanan yang ada dalam biota laut, jika terkontaminasi mikroplastik, akan
merusak pencernaan berupa penyumbatan usus serta keracunan bahan kimia yang berbahaya.
Hal tersebut juga dapat terjadi pada manusia. Tetapi, menghindari makanan laut tidak cukup.
Mikroplastik pada saat ini berada sangat dekat dengan kehidupan manusia, misalnya pada
botol air mineral dan juga garam. Maka dari itu, diperlukan penanganan segera dan
pencegahan sampah plastik agar tidak bertambah lagi. Pertama-tama, diperlukan
pengetahuan dan pemahaman yang cukup mengenai bahayanya kontaminasi mikroplastik
pada biota laut. Diperlukan juga regulasi pemerintah agar masyarakat dapat melakukan diet
plastik dan tercapainya target tujuan pembangunan berkelanjutan atau sustainable
development goals (SDGs) pada tahun 2030.
7

DAFTAR PUSTAKA

Ambari, M. (2019, January 16). Ancaman Mikroplastik Semakin Nyata di Kawasan Pesisir

Indonesia. Seperti Apa? Retrieved May 14, 2019, from

https://www.mongabay.co.id/2019/01/16/ancaman-mikroplastik-semakin-nyata-di-

kawasan-pesisir-indonesia-seperti-apa/

Browne, M. A., Crump, P., Niven, S. J., Teuten, E., Tonkin, A., Galloway, T., & Thompson, R.

(2011). Accumulation of microplastic on shorelines woldwide: sources and

sinks. Environmental science & technology, 45(21), 9175-9179.

CNN Indonesia. (2019, May 13). Peneliti Temukan Sampah Plastik 10 km di Bawah Laut.

Retrieved May 14, 2019, from

https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20190514041313-199-394594/peneliti-

temukan-sampah-plastik-10-km-di-bawah-laut

Cordova, M, R. (2019, January 27). Bom Waktu itu Bernama Mikroplastik. Retrieved May 14,

2019, from https://mediaindonesia.com/read/detail/213067-bom-waktu-itu-bernama-

mikroplastik

Fachry, A. R., & Sartika, A. (2012). Pemanfaatan Limbah Kulit Udang Dan Limbah Kulit Ari

Singkong Sebagai Bahan Baku Pembuatan Plastik Biodegradable. Jurnal Teknik

Kimia, 18(3).

IPB, H. (2017, April 3). Microplastik : Masalah Pencemaran Serius di Lingkungan Perairan.

Retrieved May 18, 2019, from http://himasper.lk.ipb.ac.id/microplastik/


8

Putri, L. N. (2018, December 03). Mengkhawatirkan, Mikroplastik Ditemukan dalam Garam dan

Ikan di Indonesia - Semua Halaman. Retrieved May 14, 2019, from

https://nationalgeographic.grid.id/read/131249836/mengkhawatirkan-mikroplastik-

ditemukan-dalam-garam-dan-ikan-di-indonesia?page=all

Seeker. (2018, July 20). Are You Seasoning Your Food With Microplastics? (You Totally Are).

Retrieved May 16, 2019, from https://www.youtube.com/watch?v=ZFgpudNSArI

Tempo.co. (n.d.). Mikroplastik dalam Botol Air Mineralmu | TEMPO.CO INVESTIGASI.

Retrieved from https://investigasi.tempo.co/240/mikroplastik-dalam-botol-air-

mineralmu

Wibawa, S. W. (2018, March 16). Disebut Ada di Dalam Air Kemasan, Apa Itu Mikroplastik?

Retrieved May 14, 2019, from

https://sains.kompas.com/read/2018/03/16/173400623/disebut-ada-di-dalam-air-

kemasan-apa-itu-mikroplastik

Wibawa, S. W. (2018, December 05). 5 Cara Kurangi Mikroplastik agar Kasus Paus Wakatobi

Tak Terulang Lagi Halaman all. Retrieved May 18, 2019, from

https://sains.kompas.com/read/2018/12/05/070500323/5-cara-kurangi-mikroplastik-

agar-kasus-paus-wakatobi-tak-terulang-lagi?page=all

Anda mungkin juga menyukai