Anda di halaman 1dari 3

TUGAS KE-2

Anggota Kelompok :
● 1521014 - Yoshua Mayo Adi S
● 1521007 - Christofer Yehuda Rusli
● 1521005 - Daniela Ivana Graccy Kuo
● 1521008 - Sam Stevensen Panjaitan
● 1521016 - Damasus Dista Bima Nur Pratama

TERPERANGKAP GELOMBANG MIKROPLASTIK


https://www.cnnindonesia.com/longform/teknologi/20190929/pijar-terperangkap-gelomban
g-mikroplastik/index.html
(27/09/20; 18: 12 WIB)

Seekor paus pilot kepayahan terdampar di Thailand Selatan, April lalu. Dia ditemukan
nelayan setempat dalam kondisi lemah mendekati pantai di kanal perbatasan
Thailand-Malaysia. Hewan air itu sempat memuntahkan lima lembar plastik saat
dihalau kembali masuk laut. Namun nyawanya tidak terselamatkan. Dari pembedahan
pasca-kematian (nekropsi) ditemukan 80 lembar lagi kantong plastik dalam perutnya.
Nalar: Deduktif
Teknik Pengembang: sebab - akibat

“Plastik akan menutup saluran cerna. Jadi makanan yang masuk tidak dapat diproses
menjadi energi. Akhirnya paus kehilangan banyak energi…. Nah kalau 80 lembar
menurut saya sudah parah banget. Kematian menurut saya ya disebabkan plastik
tersebut,” kata drh Maulid Dio Suhendro menjelaskan dugaan sebab-musabab
kematian si paus.
Di Thailand, catatan tak resmi menyebut sedikitnya 300 hewan laut keracunan plastik
sampai mati tiap tahun. Mulai dari paus hingga kura-kura. Di Indonesia, situasinya
bisa jadi mirip meskipun tak ada catatan serupa.
Nalar: Deduktif
Teknik Pengembang: Sebab [ide pokok] - akibat [teknik pengembangan]

Sejauh ini satwa laut diduga menelan plastik ukuran besar itu tanpa sengaja – karena
mengira benda sintetis ini sejenis makanan yang mengapung di samudra. Plastik ini
akan masuk dalam sistem pencernaan dan kemudian mengganggu penyerapan nutrisi.
Di darat, kasus hewan menelan plastik juga bukan hal aneh. Sapi yang dibiarkan
bebas berkeliaran mencari tanaman semak, seringkali nyasar masuk tempat
pembuangan sampah dan memamah plastik. Awal Februari lalu di India hampir 50
ekor sapi mati karena diduga kebanyakan makan plastik. Setelah dibedah, limbah
yang ditemukan dalam tubuh hewan ternak dari sebuah peternakan dekat New Delhi
itu mencapai sekitar 80 kg.
Nalar: Deduktif
Teknik Pengembang: Perbandingan atau analogi: kalimat khusus

Di Indonesia kasus puluhan sapi mati diduga gara-gara konsumsi plastik sudah
muncul di media sejak bertahun-tahun lalu. Pada 2011, puluhan sapi juga mati di
Sidrap, Sulawesi Selatan, dengan puluhan kilogram plastik dalam perut.
Kalau hewan mati karena konsumsi plastik, apakah manusia juga bisa? Plastik dalam
ukuran besar seperti yang ditelan paus dan sapi mungkin tak akan dimakan manusia.
Namun lain hal kalau potongannya sangat kecil kurang dari 5 mm atau seukuran kutu
rambut – lazim disebut sebagai mikroplastik.
Nalar: Deduktif
Teknik Pengembang: Tanya [ide pokok] – jawab [kalimat pengembangan]

Sejauh ini penelitian menunjukkan polusi mikroplastik ditemukan hampir di seluruh


muka bumi, bahkan di palung laut terdalam. Dengan produksi plastik dunia yang
diperkirakan lebih dari 300 juta ton per tahun –separuhnya untuk produk sekali
pakai—situasi ini diperkirakan akan makin buruk. Forum Ekonomi Dunia (WEF)
memprediksi pada 2050 jumlah sampah plastik akan lebih banyak dibanding suplai
ikan. Sampah mikroplastik akan lebih banyak dari jumlah plankton. Meski akrab
dengan manusia, rasa plastik mungkin sukar didefinisikan.
Nalar: Deduktif
Teknik Pengembang: Alasan atau keterangan

Lalu bagaimana jika remahan ini masuk dalam air minum, terhirup saluran
pernapasan, atau dikonsumsi ternak dan ikan? Pertanyaan ini menjadi salah satu
fokus terpenting kajian ilmuwan di seluruh dunia saat ini. “Kita belum tahu. Belum
ada penelitian tentang ini di dunia. Sekarang kita tahu kebutuhannya sangat
mendesak karena polusi mikroplastik ternyata sangat masif di seluruh dunia,” kata
Reza Cordova, peneliti LIPI yang mendalami paparan mikroplastik di laut.
Nalar: Deduktif
Teknik Pengembang: Tanya [ide pokok] – jawab [kalimat pengembangan]

Dari 250 jenis air minum kemasan yang diambil dari 19 titik di sembilan negara
(termasuk Indonesia) dengan 11 merek yang berbeda, ditemukan 93% di antaranya
mengandung partikel plastik. Hanya 17 botol yang bebas mikroplastik.
Investigasi Orb Media sebelumnya juga menunjukkan publik mengonsumsi
mikroplastik dari air keran. Penelitian itu memperlihatkan 83 persen air keran yang
diambil contohnya dari 159 tempat di 14 negara di lima benua –termasuk di antaranya
Indonesia—mengandung mikroplastik. Berbagai media utama di seluruh dunia
menulis beritanya. Banyak orang pun terpana. Namun, menurut salah satu peneliti
dalam tim riset ini, Marie Kosuth dari School of Public Health Universitas Minnesota
di Amerika Serikat, hasilnya sebenarnya tak mengagetkan. “Sejujurnya, temuan ini
tidak terlalu mengejutkan buat saya jika mempertimbangkan betapa kita boros
dengan konsumsi plastik, terutama jenis yang sekali pakai. Bahwa masyarakat
kelihatan kaget mungkin karena sistem pengolahan limbah kita sangat efisien
menyembunyikan (atau mengubur atau membakar) limbah-limbah ini setelah kita
pakai,” kata Kosuth lewat email.
Untuk menyelesaikan studi pasca-sarjananya di bidang kesehatan lingkungan, Kosuth
juga menyelidiki kandungan plastik dalam garam yang diekspor ke Amerika Serikat
dan bir yang diproduksi secara lokal.
Hasilnya sama. Ada mikroplastik dalam produk-produk itu.
Nalar: Deduktif
Teknik Pengembang: Alasan atau keterangan

Siapa sih yang dengan sengaja mau makan plastik? Namun bukan berarti manusia
tidak mengonsumsi plastik, setidaknya dalam bentuk mikro. Bahkan hal ini sudah
berlangsung cukup lama di seluruh dunia. Orb Media, sebuah platform media yang
fokus pada isu yang mempengaruhi kemaslahatan warga dunia, menginvestigasi
kualitas air minum botolan di lima benua dan merilis penelitiannya pada September
tahun lalu.
Nalar: Deduktif
Teknik Pengembang: Tanya [ide pokok] – jawab [kalimat pengembangan]

Pendiri Orb Media, Molly Bingham, berpendapat bahwa yang mengejutkan bukan
temuan investigasi itu sendiri, melainkan kenapa dalam kondisi demikian parah
belum ada yang menyelidiki isu mikroplastik dalam minuman.
Bingham menilai keterkejutan publik itu adalah tanda investigasi lanjutan penting
dilakukan
“Sebagai bagian dari masyarakat global, kita semua perlu bekerjasama: industri,
pemerintah lokal dan nasional, warga negara, akademisi, aktivis. Untuk menyerukan
supaya makin banyak riset tentang ancaman, sumber bahaya dan potensi risiko
terhadap kesehatan manusia yang ditimbulkan mikroplastik.”
Nalar: Induktif
Teknik Pengembang: Alasan atau keterangan

Studi tentang dampak mikroplastik mulai tercatat dalam jurnal peer-review sekitar 45
tahun lalu. Artinya setelah plastik masif dipakai di seluruh dunia. Namun studi yang
fokus pada daya rusak plastik terhadap keragaman mahluk hidup baru mulai intensif
dilakukan dalam 1-2 dekade terakhir. Sebagian ilmuwan menilai ilmu pengetahuan
sudah tertinggal jauh dari laju polusi mikroplastik. Nenek moyang plastik belum
terlalu lama ditemukan. Plastik dalam pengertian yang dipahami paling umum saat ini
sebagai produk yang sepenuhnya sintetik diyakini ditemukan awal tahun 1900-an.
Nalar: Deduktif
Teknik Pengembang: Kalimat khusus (klasifikasi)

Produksi plastik pun meroket. Studi yang dirilis sekelompok ilmuwan di Majalah
Science Juli tahun lalu menyebut sejak teknologi modern mengolah plastik tahun
1950an, produksi plastik seluruh dunia mencapai 8,3 miliar ton. 6,3 miliar ton plastik
dari jumlah tersebut kini jadi limbah. Kurang dari sepersepuluhnya didaur ulang
tetapi sisanya dibakar (12%) atau dibuang begitu saja ke alam bebas (77%).
Nalar: Deskriptif - Naratif
Teknik Pengembang: Deskripsi : Kalimat Khusus

Anda mungkin juga menyukai