Anda di halaman 1dari 3

TUGAS PROYEK

TENTANG SAMPAH DUNIA

NAMA : VESSEL DIOS WIDIATRITAMA


KELAS : FASE E-SUPER
Nationalgeographic.co.id – Sebuah studi terbaru menyatakan bahwa
masalah sampah plastik di Bumi sudah berada di luar kendali dan perlu
upaya keras untuk menangani kekacauan tersebut.

Studi yang dipublikasikan pada jurnal Science mengungkapkan bahwa ada


24-34 juta metrik ton polusi plastik yang masuk ke lingkungan laut setiap
tahunnya. Itu sekitar 11% dari total sampah plastik di dunia.

Peneliti mengungkapkan, keadaan mungkin akan semakin buruk dalam


satu dekade mendatang. Diperkirakan jumlahnya akan meningkat hingga
53-90 juta ton pada 2030, dilansir dari IFL Science. 

Pada 2015, jumlah sampah plastik yang berada di saluran air dan lautan
adalah 8 juta metrik ton. Jika dunia ingin mengurangi polusi plastik hingga
kurang dari tingkat ini, maka dibutuhkan peran global yang luar biasa:
pengurangan 25-40% dalam produksi plastik di semua negara;
meningkatkan jumlah pengumpulan dan pengelolaan sampah hingga
setidaknya 60% di semua sektor ekonomi; dan pemulihan 40% emisi
plastik tahunan melalui langkah pembersihan.

Diperlukan upaya global yang terkoordinasi untuk mulai menangani


masalah ini, meskipun tampaknya beberapa negara memerlukan lebih
banyak fokus dan perhatian. Misalnya seperti Tiongkok, Indonesia, Filipina,
Vietnam, dan Sri Lanka yang merupakan pencemar terburuk di dunia.

Faktanya, Tiongkok sendiri sudah berperan setidaknya sepertiga dari


jumlah polusi plastik di Bumi. Namun, kesalahan tidak sepenuhnya ada
pada mereka. Banyak dari negara-negara Asia ini, terutama Tiongkok,
yang mengimpor sejumlah besar plastik dan barang daur ulang lainnya dari
luar negeri seperti Eropa dan Amerika Utara.

"Kecuali pertumbuhan produksi dan penggunaan plastik dihentikan,


transformasi fundamental ekonomi plastik ke kerangka kerja yang
didasarkan pada daur ulang sangat penting. Dengan begitu, plastik yang
tidak dapat digunakan lagi lebih bisa dihargai daripada hanya menjadi
limbah,” ungkap Chelsea Rochman, peneliti senior dan asisten profesor di
Department of Ecology & Evolutionary Biology, University of Toronto.

Skala kerusakan dan kematian yang disebabkan oleh sampah plastik


belum diketahui dengan pasti. Namun, itu jelas berdampak bagi kesehatan
ekosistem. Sebuah studi pada 2019 misalnya, mendokumentasikan sekitar
seribu peristiwa di mana hiu dan pari terjerat sampah plastik di laut.
Selain itu, banyak juga laporan mengenai paus yang mati dengan sampah
plastik di sistem pencernaan mereka.

Masalah lainnya, sampah plastik yang tadinya berupa jaring ikan atau botol


kemasan, pada akhirnya dapat terurai menjadi mikroplastik yang berukuran
sekitar 5 milimeter hingga 100 nanometer.

Partikel mikroplastik ini telah menyusup hampir ke setiap ekosistem di


Bumi, dari es Antartika hingga perut makhluk hidup terdalam di Bumi.
Mikroplastik bahkan dapat ditemukan di kotoran dan organ manusia.

Anda mungkin juga menyukai