Anda di halaman 1dari 7

Subtema : Solusi dan Implementasi konservasi Pengolahan Sampah

SAMPAH PLASTIK : TEROR DI MASA DEPAN


Fitri Nawang Sari
Telkom University
haurafitri1@gmail.com
0895414970552

Keberadaan sampah plastik di Indonesia nampaknya semakin menambah permasalahan. Teknologi


yang semakin canggih nyatanya tidak menjadikan sampah plastik yang semakin menggunung dapat cepat
teratasi. Tidak hanya dibutuhkan teknologi dalam mengatasi masalah yang rumit ini, diperlukan kepedulian
sosial dari semua pihak agar lebih bijak menggunakan plastik.

Membahas sampah plastik sama halnya menguraikan benang kusut. Jutaan ton sampah belum
teratasi dan sepertinya akan terus bertambah karena kurangnya kepedulian masyarakat untuk menjalankan
gaya hidup minim sampah plastik. Padahal bukan tidak mungkin keberadaan sampah plastik yang
diproduksi dari limbah rumah tangga harian akan menjadi bom waktu yang bisa saja meledak suatu saat.

Kebiasaan penggunaan plastik sepertinya sulit untuk digantikan di masyarakat, plastik dinilai praktis
dan ringan serta awet dibandingkan dengan material lain. Plastik sekali pakai digunakan diberbagai lini
kehidupan, dari kantong plastik yang mempermudah membawa barang belanjaan hingga bubblewrap yang
digunakan untuk mengemas barang elektronik. Namun dibalik manfaatnya, belum banyak yang peduli
dengan satu hal yang membahayakan bagi kelangsungan hidup kita. Faktanya, plastik adalah material yang
sulit terurai. Perlu puluhan bahkan ratusan tahun bagi sampah plastik untuk dapat terurai dengan baik.
Bahkan, styrofoam yang berbahan plastik polistirena tidak dapat diuraikan sama sekali.

Minimnya kepedulian masyarakat terhadap gaya hidup minim sampah plastik juga diperparah
dengan kurangnya kepedulian masyarakat terhadap pengolahan sampah plastik. Arus perkembangan
teknologi serta pertukaran informasi yang begitu cepat tentu saja telah sedikit banyak mengedukasi
masyarakat tentang bahaya penggunaan plastik. Tetapi hal ini nampaknya seperti angin lalu, masyarakat
tetap tidak peduli dengan keberadaan sampah plastik yang mengancam lingkungan.

Berbagai permasalahan timbul dari keberadaan sampah plastik. Salah satunya banjir yang terus
melanda ibukota setiap tahunnya. Selain sistem drainase yang buruk, banjir disebut-sebut juga disebabkan
oleh keberadaan sampah yang menyumbat aliran sungai, sehingga air yang semestinya bisa mengalir ke
laut tertahan oleh keberadaan sampah di sepanjang bantaran sungai. Di dalam sebuah media massa
bahkan tertulis bahwa dalam sehari ada 30 ton sampah yang dibuang di bantaran sungai Ciliwung. Hal ini
tentu saja bisa menjadi teror yang nyata bagi keberlangsungan hidup kita di masa depan.

Selain itu, banyak tangan yang tidak bertanggung jawab membuang sampah plastik begitu saja di
alam. Dari pelosok daerah bahkan di pegunungan ditemukan sampah plastik. Dalam sebuah laman bahkan
tertulis sekitar 250 kilogram sampah ditinggalkan di gunung Semeru setiap hari, dan yang mendominasi
tentu saja sampah plastik. Akankah satu saat nanti anak cucu kita hidup diatas tumpukan sampah plastik?

Dalam film dokumenter karya Watchdoc yang tayang di media sosial youtube misalnya, ditayangkan
cuplikan tentang minimnya kepedulian terhadap bahaya penggunaan plastik terhadap lingkungan. Di
tayangan tersebut, K.M. Tatamailau milik Pelni menyajikan makanan bagi penumpang kapal dengan
kemasan styrofoam dan air mineral dalam kemasan botol plastik. Hal tersebut diperparah dengan cuplikan
yang memperlihatkan penumpang kapal maupun awak kapal membuang sampah plastik tersebut ke laut.
Jika sekali pelayaran tersebut membawa 600 orang penumpang dalam lima hari pelayaran, maka ada
sekitar 12 ribu styrofoam berikut botol plastik bekas air mineral yang dibuang di laut. Sungguh sangat
memprihatinkan jika hal tersebut terjadi terus menerus.

Teror sampah plastik di lautan kini kian nyata dengan ditemukannya bangkai ikan paus sperma
(Physeter macrosephalus) yang mati terdampar di bibir pantai pulau Kapota, kabupaten Wakatobi, Sulawesi
Tenggara pada 18 November 2018. Hal yang mencengangkan ternyata ditemukan enam kilogram sampah
plastik di dalam lambungnya.

Selain kejadian tersebut, masih banyak kejadian serupa yang terjadi di laut. Bahkan fakta
menunjukkan hewan yang hidup di laut mengira sampah plastik adalah makanan bagi mereka. Di dalam
lautan, berbagai spesies hewan yang hidup di dalamnya mengira sampah plastik adalah ubur-ubur karena
bentuk visualnya yang sama. Selain itu sampah plastik juga dikonsumsi oleh burung-burung laut. Sampah
plastik yang mengambang di laut menjadi media yang baik untuk pertumbuhan ganggang laut. Nahasnya
ganggang laut tersebut akan mengeluarkan aroma belerang yaitu dimethyl sulfide yang serupa dengan
aroma krill, crustacea kecil yang rusak secara alami di laut.

Sampah plastik telah merusak keindahan negeri ini. 10 Tahun yang lalu, pantai yang berada tidak
jauh dari rumah saya begitu bersih. Air yang bening dan pasir yang putih membuat saya selalu betah untuk
berlama-lama bermain di bibir pantai. Namun kini, hal itu berbeda. Bibir pantai ditutupi oleh onggokan
sampah plastik yang dibuang oleh pengunjung pantai, sedotan plastik warna-warni, kantong plastik, hingga
kemasan makanan tersebar menutupi indahnya pasir pantai.

Baru-baru ini bahkan dituliskan di sebuah laman, kumpulan sampah plastik yang mengambang di
Samudra Pasifik telah mencapai 1,6 juta km 2 atau hampir menyamai luas wilayah Indonesia yang memiliki
luas 1,9 juta km2. Bukan tidak mungkin seluruh permukaan laut kita dipenuhi oleh sampah plastik suatu saat
nanti.

Usaha yang tidak tepat untuk mengurangi keberadaan sampah plastik justru menimbulkan masalah
baru yang lebih berbahaya. Pembakaran sampah plastik ternyata dapat mengganggu Kesehatan tubuh.
Sampah plastik ketika dibakar akan melepaskan senyawa kimia yang bersifat karsinogenik di udara. Polutan
berbahaya ini bernama dioksin. Senyawa yang sangat berbahaya baik jangka pendek maupun jangka
panjang. Dalam jangka pendek senyawa ini dapat mengganggu fungsi hati maupun mengganggu Kesehatan
kulit. Sedangkan, dalam jangka panjang dapat menyebabkan menurunnya imunitas tubuh, terganggunya
sistem saraf dan yang paling mengerikan tentu saja kanker.

Lebih lanjut, sampah plastik kini telah menjadi masalah serius yang harus segera ditangani. Sebagai
manusia modern, tentu tidak mudah untuk menghentikan ketergantungan terhadap plastik. Tetapi, kita juga
tidak bisa terus menerus menutup mata melihat permasalahan ini. Ancaman terhadap lingkungan maupun
Kesehatan semakin nyata. Menghindari penggunaan plastik dalam kehidupan kita tentu tidak mungkin, kita
bisa saja memulainya dengan hal yang kecil. Misalnya mengurangi penggunaan plastik sekali pakai.

Salah satu solusi sederhana untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai adalah membawa
sendiri tas berbahan kain ketika akan berbelanja. Selain ramah lingkungan, tas ini juga dapat dicuci Kembali
ketika kotor. Langkah sederhana lainnya adalah membawa sendiri botol tumbler untuk mengurangi
ketergantungan pada air mineral kemasan plastik. Selanjutnya, langkah yang hampir serupa adalah dengan
membawa kotak makan ketika bepergian ataupun membeli makanan. Mungkin pada awalnya akan terkesan
kurang praktis, tetapi hal ini secara tidak langsung akan sedikit mengurangi konsumsi plastik sekali pakai.

Belakangan ini, kita tentu sering melihat berbagai kampanye untuk mengurangi penggunaan plastik
sekali pakai. Sedikit banyak kampanye tersebut mengedukasi masyarakat untuk mulai sadar akan bahaya
sampah plastik bagi lingkungan maupun kesehatan. Hal ini tentu membuat masyarakat akan beralih pada
sesuatu yang lebih ramah lingkungan.

Kesadaran masyarakat akan bahaya sampah plastik tidak hanya memberi dampak baik terhadap
lingkungan maupun kesehatan. Kampanye gaya hidup minim plastik juga memberi peluang usaha
masyakarat. Contohnya saja industri rumahan sekelas UMKM yang membuat goody bag atau tas belanja
berbahan kain yang ternyata tidak saja menambah pendapatan masyarakat tetapi juga turut memutar roda
perekonomian.

Selain tas belanja berbahan kain, ada sedotan bambu yang juga ramah lingkungan. Bambu telah
lama digunakan oleh manusia, tetapi tidak banyak yang tahu ternyata bambu memiliki sifat antibakteri. Jika
dipadukan dengan fungsi sebagai sedotan, tentu akan menambah manfaat bagi kesehatan dibanding
sedotan berbahan plastik.

Mengurangi penggunaan plastik ternyata semakin meningkatkan kreativitas manusia. Seperti


seorang warga India yang menciptakan edible cutlery yaitu alat makan yang bisa dimakan. Peralatan makan
ini terbuat dari campuran pati, beras, dan tepung gandum. Meski terbuat dari tepung-tepungan, peralatan
makan ini tidak mudah hancur dalam air maupun makanan panas dan dapat bertahan selama 20 menit.
Penemuan sederhana seperti ini tidak hanya memudahkan manusia tetapi juga ramah bagi lingkungan.

Tidak hanya berhenti disitu, solusi lain yang dapat ditawarkan adalah mengolah limbah plastik
menjadi bahan bakar. Seperti telah diketahui, material plastik diperoleh dari minyak bumi. Maka bukan hal
yang tidak mungkin jika tumpukan sampah plastik dapat dikurangi dengan mengolahnya menjadi bahan
bakar. Bahkan, seorang kakek lulusan SD di Blitar, Jawa Timur telah menemukan alat distilasi yang
mengubah limbah plastik menjadi berbagai bahan bakar, mulai dari solar hingga minyak tanah. Penemuan
ini nampaknya akan memberi angin segar dalam menangani sampah plastik jika digarap secara serius oleh
pemerintah.

Sebagai seorang mahasiswa, berbagai penemuan menarik di atas tentunya memacu kreativitas kita
untuk berinovasi. Dalam bidang keilmuan saya, yaitu bidang mode, saya bertekad untuk menciptakan
inovasi fashion yang berwawasan lingkungan dan memperhatikan kelestarian alam. Kesadaran yang sama
juga harus dimiliki oleh setiap mahasiswa sesuai bidang keilmuannya. Pihak kampus juga sudah selayaknya
mendukung kreativitas mahasiswa untuk terus mencetak berbagai penemuan yang brilian. Selain itu di era
sekarang sudah saatnya bagi universitas untuk menjadikan kampus yang tidak hanya berwawasan teknologi
juga berwawasan lingkungan.

Kesadaran dan kepedulian akan bahaya limbah plastik bagi lingkungan maupun kesehatan harus
ditumbuhkan sejak anak-anak. Orang tua bersama dengan pemerintah dalam hal ini Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan memberikan edukasi tentang kesadaran bahaya sampah plastik yang sederhana dan
menarik sehingga mudah dimengerti dan diterapkan oleh anak-anak.

Sosialiasi akan bahaya sampah plastik juga harus terus digaungkan, tidak hanya di perkotaan tetapi
harus merata hingga menyentuh pedesaan. Di perkotaan, telah banyak fasilitas maupun kampanye akan
bahaya sampah plastik. Tetapi, pemerintah pusat sebagai pembuat kebijakan juga harus membuat
peraturan dan memberikan sanksi yang tegas agar masyarakat jera. Di pedesaan. edukasi yang dilakukan
secara sederhana dan disertai solusi yang nyata. Adanya pelatihan tentang pengolahan sampah plastik
yang ramah lingkungan juga memberi nilai guna akan menarik dan menggugah kesadaran masyarakat di
pedesaan untuk lebih bijak menggunakan plastik dan menjadi tau bahaya sampah plastik bagi lingkungan.

Kampanye untuk mengedukasi masyarakat saja tidaklah cukup. Pemerintah perlu mendukung
gerakan ini dengan memberikan beberapa fasilitas penunjang. Salah satu contohnya adalah tempat
pengisian air minum gratis di ruang publik yang secara tidak langsung akan mengurangi keberadaan limbah
plastik air minum. Pemerintah juga sudah seharusnya mendukung kreativitas ataupun berbagai penemuan
putra-putri bangsa dengan memberikan fasilitas untuk melakukan riset dan penelitian.

Teror sampah plastik agaknya akan terus berlangsung jika kita tidak sedikit demi sedikit membuka
mata kita terhadap permasalahan yang ada. Kita akan terus dihatui oleh berbagai isu lingkungan yang terus
mengancam. Bumi pertiwi yang kian tua akan semakin tidak layak ditinggali. Sampah plastik bisa saja
menutupi seluruh permukaan kepulauan kita. Negeri yang dahulu tersohor akan kekayaan baharinya
mungkin tidak akan terdengar lagi. Masa depan anak cucu kita kini ada di tangan kita. Bukan hal yang bijak
jika kita terus membiarkan masalah sampah plastik ini semakin kusut.

Diperlukan kerjasama dari berbagai pihak untuk menuntaskan permasalahan ini. Namun, gerakan ini
bisa dimulai dari hal-hal kecil dari tiap individu. Jika masing-masing individu belum memiliki kesadaran untuk
peduli terhadap lingkungan, maka akan sulit untuk menerapkannya di masyarakat, peraturan yang dibuat
oleh pemerintah juga akan sia-sia karena peraturan tanpa kesadaran diri tentu menyebabkan masih ada
individu yang melanggar hukum.
Lampiran 1 Scan KTM
KTM yang discan

KTM
Lampiran 2 Lembar Pernyataan

Anda mungkin juga menyukai