Anda di halaman 1dari 7

Pendahuluan:

Selamat datang di Forum Group Discussion (FGD) kali ini. Pada kesempatan ini, kita akan membahas
mosi yang berjudul "Dewan ini percaya bahwa, sampah plastik adalah salah satu sumber permasalahan
lingkungan. Sehingga adanya banjir dan permasalahan lainnya akibat limbah sampah plastik adalah hal
yang benar."

Pengenalan Masalah:

Sampah plastik telah menjadi salah satu permasalahan lingkungan global yang signifikan. Plastik adalah
bahan yang tidak mudah terurai secara alami dan membutuhkan waktu ratusan tahun untuk
terdegradasi. Ketika limbah plastik tidak dikelola dengan baik, dapat menyebabkan dampak negatif yang
luas terhadap lingkungan, termasuk banjir dan permasalahan lainnya.

Penyebab dan Dampak Sampah Plastik:

Konsumsi Plastik yang Tinggi:

Peningkatan konsumsi plastik sekali pakai, seperti kantong plastik, botol air minum, dan bungkus
makanan, menyebabkan produksi limbah plastik yang besar. Kurangnya kesadaran akan dampak
lingkungan dan kebiasaan konsumsi yang berlebihan memperparah masalah ini.

Managemen PT Pelindo III Waingapu memberi respon cepat terhadap masalah sampah plastik di
Pelabuhan Rakyat (Pelra) Waingapu.

Respon cepat ini dilakukan PT Pelindo III Waingapu dengan menempatkan empat tojg sampah
di Pelra Waingapu agar pengunjung yang membawa makanan maupun miniman dapat
membuang sampahnya ke tong sampah sehingga sampah plastik tidak bertebaran. Namun
pantauan sumbatimur.victorynews.id masih ada bagian lain Pelra Waingapu yang belum
memiliki tong sampah atau jauh dari tong sampah yang disediakan sehingga masih
terdapat sampah plastik berserakan.

Suparman menjelaskan, obyek wisata air terjun Lapopu merupakan salah satu spot destinasi di
Kabupaten Sumba Tengah yang selalu dikunjungi wisatawan asing dan Nusantara. Menurut dia, rata-
rata wisatawan cukup sadar akan kebersihan sampah di lokasi obyek wisata air terjun Lapopu.
"Permasalahannya tidak ada pengolahan sampah lanjutan. Selama ini sampah-sampah itu hanya
dibakar.

Manajemen Limbah yang Buruk:

Kurangnya infrastruktur dan sistem manajemen limbah yang efektif di banyak daerah menyebabkan
limbah plastik akhirnya mencemari lingkungan. Sampah plastik yang tidak diolah dengan baik dapat
menyumbat saluran air, termasuk parit dan sungai, serta menghambat aliran air saat hujan, yang
berpotensi menyebabkan banjir.

Dampak Terhadap Ekosistem:

Limbah plastik yang masuk ke lingkungan alami, seperti sungai dan lautan, dapat membahayakan
ekosistem air. Hewan laut dapat memakan plastik yang akhirnya menyebabkan keracunan dan
kematian. Selain itu, penumpukan sampah plastik juga dapat merusak ekosistem darat dan mengganggu
kehidupan satwa liar.

Kesehatan Manusia:

Paparan terhadap sampah plastik yang terurai dapat menghasilkan mikroplastik, yang dapat mencemari
sumber air dan sumber makanan. Mikroplastik dapat masuk ke rantai makanan dan berpotensi
mengganggu kesehatan manusia. Selain itu, pembakaran sampah plastik yang tidak terkontrol juga
dapat menghasilkan polusi udara yang berbahaya.

Solusi untuk Mengatasi Sampah Plastik:

Pendidikan dan Kesadaran Masyarakat:

Pendidikan dan kesadaran masyarakat tentang bahaya sampah plastik perlu ditingkatkan. Melalui
kampanye dan edukasi yang efektif, masyarakat dapat memahami pentingnya mengurangi, mendaur
ulang, dan memilih alternatif pengganti plastik sekali pakai.

Pengelolaan Limbah yang Terintegrasi:

Diperlukan sistem pengelolaan limbah yang terintegrasi dan berkelanjutan, termasuk infrastruktur daur
ulang, pemilahan limbah yang efektif, dan peningkatan fasilitas pengolahan limbah. Hal ini dapat
membantu mengurangi dampak negatif dari sampah plastik dan mendorong siklus produksi dan
konsumsi yang lebih berkelanjutan.
Baju tas tangan dan kerajinan lainnya

komunitas Anak Muda Sumba Peduli Lingkungan dari Desa Lapale Kecamatan Kota
Kabupaten Sumba Barat, mengajak masyarakat Sumba untuk peduli lingkungan dengan
meruba sampa pelastik menjadi modal usaha..

Kegiatan Festival “Transh To Cash” merupakan program Sumba Future


Changemakers  yang dikelola oleh Yayasan Save The Children Indonesi yang bertempat di
Kabupaten Sumba Barat. Melalui program ini, Save The Children  membimbingi anak-anak
muda dan berinovasi menciptakan karya-karya kreativitas dari bahan dasar Sampah
Plastik, seperti Kreatifitas yang dilakukan-oleh anak-anak muda dari Desa Lapale yang
memanfaakan Sampa Plastik menjadi modal usaha melalui berbagai hasil karya dengan
memiliki nilai ekonomi yang cukup menjanjikan.

Kebijakan dan Peraturan yang Tegas:

Pemerintah perlu mengimplementasikan kebijakan dan peraturan yang tegas terkait penggunaan dan
pengelolaan plastik. Hal ini dapat mencakup pembatasan penggunaan plastik sekali pakai, pengenaan
pajak atau denda terhadap penggunaan plastik, dan dukungan terhadap industri alternatif yang ramah
lingkungan.

Inovasi dan Riset Teknologi:

Investasi dalam inovasi dan riset teknologi yang mendukung pengurangan limbah plastik perlu didorong.
Ini termasuk pengembangan bahan plastik biodegradable, pengolahan limbah plastik menjadi produk
bernilai, dan solusi teknologi yang dapat mengurangi penggunaan plastik dalam produksi dan kemasan.
1. Reduce (Mengurangi): Proses ini berkaitan dengan mengurangi penggunaan
produk dan bahan yang dapat menyebabkan timbulnya sampah. Langkah-
langkah yang dapat diambil meliputi:
 Membeli barang dengan bijak: Membeli hanya barang-barang yang
benar-benar dibutuhkan dan mempertimbangkan produk yang tahan lama
dan bisa diperbaiki.
 Mengurangi kemasan: Memilih produk dengan kemasan minimal atau
menggunakan alternatif kemasan yang ramah lingkungan, seperti
penggunaan kantong belanja kain atau botol air tahan ulang.
2. Reuse (Memanfaatkan Kembali): Proses ini melibatkan penggunaan kembali
barang atau bahan sebelum membuangnya sebagai sampah. Beberapa cara
untuk memanfaatkan kembali barang dan bahan adalah:
 Menggunakan kembali barang: Menggunakan kembali botol minuman,
kantong belanja, atau wadah makanan untuk mengurangi kebutuhan akan
barang baru.
 Mendonasikan barang: Memberikan barang yang masih berfungsi kepada
orang lain atau yayasan amal.
3. Recycle (Daur Ulang): Proses ini melibatkan mengubah sampah menjadi bahan
baru atau produk yang dapat digunakan kembali. Beberapa langkah dalam
proses daur ulang meliputi:
 Pemilahan sampah: Memisahkan sampah berdasarkan jenis dan
memisahkan sampah yang dapat didaur ulang, seperti kertas, plastik,
logam, dan kaca.
 Pengumpulan dan pengolahan: Mengumpulkan sampah yang dapat
didaur ulang dan mengirimkannya ke fasilitas daur ulang untuk diproses
menjadi bahan baru.
 Pembuatan produk daur ulang: Menggunakan bahan daur ulang untuk
membuat produk baru, seperti botol plastik daur ulang atau kertas daur
ulang.

Selain itu, ada juga konsep "Rethink" (Mengubah cara berpikir) dan "Refuse" (Menolak),
yang sering ditambahkan sebagai bagian dari prinsip pengelolaan sampah yang
berkelanjutan. Rethink mendorong untuk mempertanyakan kebiasaan konsumsi kita
secara keseluruhan dan mencari alternatif yang lebih berkelanjutan. Sedangkan Refuse
menekankan pentingnya menolak barang-barang sekali pakai dan bahan yang tidak
ramah lingkungan.

Kesimpulan:
Sampah plastik adalah salah satu sumber permasalahan lingkungan yang signifikan. Dampaknya yang
merusak lingkungan, termasuk banjir dan permasalahan lainnya, perlu mendapatkan perhatian serius.
Dengan mengadopsi solusi berkelanjutan, melibatkan semua pihak terkait, dan mengubah perilaku
konsumen, kita dapat mengatasi masalah sampah plastik dan menjaga kelestarian lingkungan untuk
generasi mendatang.

Terima kasih atas perhatiannya. Sekarang, mari kita buka diskusi untuk mendengar pandangan dan
pendapat peserta FGD mengenai mosi ini serta pemikiran mereka tentang solusi yang dapat
diimplementasikan.

Contoh film

Judul Film : A Plastic Ocean


Director : Craig Leeson
Pemain : Craig Leeson, Tanya Streeter
Genre : Dokumenter
Durasi : 100 menit
Plastik bukanlah penyebab terkuat banjir, tetapi lebih merupakan salah satu faktor
penyumbang atau penyebab tambahan.

Film "A Plastic Ocean" (2016) adalah sebuah dokumenter yang disutradarai oleh Craig
Leeson. Film ini mengeksplorasi dampak negatif yang diakibatkan oleh sampah plastik
terhadap lautan dan ekosistemnya. film ini juga menghadirkan wawancara dengan para
ilmuwan, aktivis lingkungan, dan pemimpin komunitas

Dalam film ini, penonton dihadapkan pada perjalanan tim peneliti dan ahli laut yang
melakukan penyelidikan di berbagai lokasi di seluruh dunia. Mereka mengungkap
kenyataan tentang sejauh mana sampah plastik telah menyebar ke seluruh lautan dan
mempengaruhi kehidupan laut.

Film ini menyoroti konsekuensi serius dari kehadiran sampah plastik, termasuk
pencemaran air dan tanah, kerusakan terumbu karang, serta bahaya bagi beragam
spesies laut. Dalam perjalanannya Craig Leeson dan Tanya Streeter menemukan berbagai
permasalahan yang timbul akibat sampah plastik. Mulai dari paus yang mati akibat
menelan plastik dengan lebar 6 meter persegi hingga tidak bisa makan dan mengalami
kekurangan gizi, burung laut yang juga turut menjadi korban akibat sampah plastik yang
mengambang di lautan, serta kura-kura tempayan yang tidak bisa menyelam akibat ada
sejumlah plastik di perutnya yang menghasilkan gas.

Penyebab yang lebih parah lagi adalah sinar ultraviolet, gelombang laut, dan garam yang
menjadikan plastik pecah dan menjadi potongan-potongan kecil atau disebut
“microplastics” yang jauh lebih berbahaya.
Tidak hanya membahayakan bagi hewan tentunya akibat dari sampah plastik ini juga
membahayakan manusia. Dalam film ini menunjukkan pembakaran sampah plastik yang
dapat menimbulkan beberapa penyakit seperti pulmonial, tuberkulosis, emfisima, kanker,
hingga menyebabkan kemandulan.

Selain itu, film ini juga menghadirkan wawancara dengan para ilmuwan, aktivis
lingkungan, dan pemimpin komunitas yang berbagi pengetahuan dan solusi untuk
mengurangi dampak plastik. Mereka membahas alternatif yang lebih ramah lingkungan,
pentingnya pendidikan dan kesadaran masyarakat, serta perlunya tindakan kolektif
untuk mengatasi krisis sampah plastik.

Solusi

Baju tas tangan dan kerajinan lainnya

komunitas Anak Muda Sumba Peduli Lingkungan dari Desa Lapale Kecamatan Kota
Kabupaten Sumba Barat, mengajak masyarakat Sumba untuk peduli lingkungan dengan
meruba sampa pelastik menjadi modal usaha..
Kegiatan Festival “Transh To Cash” merupakan program Sumba Future
Changemakers  yang dikelola oleh Yayasan Save The Children Indonesi yang bertempat di
Kabupaten Sumba Barat. Melalui program ini, Save The Children  membimbingi anak-anak
muda dan berinovasi menciptakan karya-karya kreativitas dari bahan dasar Sampah
Plastik, seperti Kreatifitas yang dilakukan-oleh anak-anak muda dari Desa Lapale yang
memanfaakan Sampa Plastik menjadi modal usaha melalui berbagai hasil karya dengan
memiliki nilai ekonomi yang cukup menjanjikan.

Anda mungkin juga menyukai