Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS FILM “LAUTAN PLASTIK” DARI SEGI BIOETIKA

LAPORAN BIOETIKA

OLEH :
Grace Sheila Ivana Ginting
10617001

PROGRAM STUDI BIOLOGI


SEKOLAH ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2020
Daftar Pustaka
Abstrak ................................................................................................................................................. 3
I. Profil Film ..................................................................................................................................... 3
II. Jenis Kasus Bioetika .................................................................................................................. 5
III. Kriteria Pilihan ......................................................................................................................... 6
IV. Analisis Isi Film ....................................................................................................................... 7
V. Pencegahan Kasus yang sama ................................................................................................ 8
VI. Refleksi ..................................................................................................................................... 9
VII. Daftar Pustaka ....................................................................................................................... 10
Abstrak
Film “A plastic Ocean” yang merupakan jenis film dokumenter yang disutradarai oleh
Craig Leeson bercerita tentang keadaan lautan di beberapa negara yang terkontaminasi
oleh plastik. Dampak negatif yang dihasilkan dari sampah plastik yang ada menjadikan
film ini sebagai salah satu kasus bioetik. Kasus bioetik ini dibahas dari segi ekologi dan
juga kesehatan. Lingkungan yang terkontaminasi sampah plastik membuat kesehatan
biota-biota bahkan manusia terancam. Tiga faktor yang menjadi sebab sampah plastik
memenuhi lautan, yaitu gaya hidup manusia, manajemen sampah, dan juga pembuatan
plastik oleh industri. Ada beberapa upaya untuk mengurangi sampah plastik, seperti
mengubah gaya hidup dalam memakai plastik dan memperbaiki manajemen sampah
plastik.

I. Profil Film
 Jenis Film : Film Dokumenter
 Judul : A plastic Ocean
 Tahun produksi : 2011-2012
 Penulis dan Sutradara : Craig Leeson
 Produser : Jo Ruxton dan Adam Leipzig
 Sinopsis Film :
Berawal ketika Craig Leeson bersama beberapa kameramen melakukan
perjalanan di Lautan India pada tahun 2011 untuk melihat ikan paus biru (blue
whale). Mereka mendapatkan satu paus dalam keadaan mati, mengapung di
permukaan laut yang kotor penuh dengan minyak dan juga plastik. Craig
menanyakan kepada peneliti yang sudah bertahun-tahun meneliti ikan paus di
Lautan India penyebab kematian ikan paus itu. Peneliti tersebut menjelaskan
kematian ikan paus itu disebabkan keadaan air tempat tinggal ikan paus tersebut
telah terkontaminasi. Ia juga menjelaskan bahwa sudah lebih dari 2 ikan paus mati
dan penyebab kematiannya adalah isi perut dari ikan paus itu penuh dengan
plastik. Akibat kejadian itu, Craig dan rekan-rekannya berencana untuk merekam
dan juga menelusuri keadaan laut dan biotanya di beberapa negara.

Negara pertama yang mereka kunjungi adalah Tasmania. Di Tasmania,


pada saat itu lautnya bersih meskipun biota yang hidup disitu tidak banyak. Mereka
mendapatkan informasi dari masyarakat yang tinggal di pesisir pantai itu bahwa
laut tersebut pernah terkontaminasi oleh dioxins, zat yang mematikan bagi
mahkluk hidup di laut, yang berasal dari salah satu perusahaan industri Akibat
limbah dioxin yang mengkontaminasi laut itu, banyak biota-biota yang mati dan
masyarakat yang hidup mengandalkan komoditas laut bingung dan protes kepada
pemerintah atas pengelolaan industri tersebut. Pemerintah dengan tegas
melarang industri tersebut berjalan. Pada saat Craig mengunjungi tempat itu, laut
tersebut sedang mengalami rehabilitasi atau perbaikan secara alamiah.
Setelah Tasmania, Craig menuju Amerika Utara. Di The Great Lakes in
Amerika Utara, Craig menemukan banyak sampah plastik. Sampah-sampah
tersebut didominansi oleh plastik perawatan kulit dan kebersihan, seperti kemasan
sabun cuci muka dan pasta gigi. Anehnya lagi, sampah sebanyak itu bukan
berasal dari masyarakat yang tinggal disekitarnya melainkan dari aliran laut yang
membawanya serta dari transportasi pengangkutan sampah.
Menurut informasi yang mereka dapatkan dari pendapat ahli, sekitar 8 juta
ton plastik dibuang di lautan kita tiap tahun, kebanyak berasal dari daratan dan
berakhir di suatu hilir, yaitu laut. Plastik membawa malapetaka bagi lingkungan
laut dan tumbuhan, hewan, dan ikan yang hidup disekitar laut tersebut. Contohnya
seperti ikan paus yang makan dengan cara membuka mulutnya dan mengambil
air dalam jumlah besar, apapun yang ada di air tersebut pasti masuk dan berakhir
di perut ikan paus. Oleh karena itu, ikan paus yang mereka temukan di Laut India
mati dalam keadaan perut penuh plastik.

Selain mengkontaminasi ikan besar, plastik juga mengkontaminasi ikan


kecil dalam bentuk mikroplastik. Mikroplastik merupakan plastik dengan struktur
yang kecil seperti pellet yang berasal dari cacahan plastik besar yang hancur
akibat terpapar sinar matahari dan faktor fisik lingkungan lainnya. Dalam jaring-
jaring makanan, konsumen pertama dari jaring-jaring makanan yang
terkontaminasi oleh mikroplastik secara otomatis akan mengkontaminasi terhadap
konsumen pemakannya dan mungkin juga berakhir di manusia (Konsumen
terakhir). Jumlah mikroplastik semakin lama semakin banya atau terakumulasi di
konsumen terakhir, Menurut penelitian ahli, kandungan BPA dalam plastik dapat
mempengaruhi regulasi hormon dalam tubuh manusia, yaitu regulasi aktiivitas
estrogen sehingga mempengaruhi reproduksi manusia.

Pembuktian keberadaan mikroplastik dilakukan Craig dan rekan-rekannya


ketika berkunjung ke Laut Pasifik, Di lautan Pasifik, jika dilihat secara makro Craig
dan rekan-rekannya tidak menemukan masalah sampah plastik yang
mengkontaminasi laut tersebut di permukaanya. Namun, jika dilihat secara mikro,
ketika peneliti mengambil sejumlah air permukaan laut tersebut terlihat banyak
sekali partikel mikroplastik yang mengisi air itu. Dari kejadian tersebut, mereka
menyimpulkan semua keseluruhan lautan pasti sudah terkontaminasi mikroplastik.

Di Fiji, warganya membakar plastik dan memakainya untuk memasak. Dr.


Neal berpendapat bahwa asap plastik lebih berbahaya dari lautan yang dipenuhi
plastik dan sampah. Asapnya dapat merusak paru-paru, bahkan lebih berbahaya
dari pengaruh rokok. Selain penghuni laut, Seabirds, burung mirip albatross dan
shearwater, juga menderita karena plastik. Banyak burung mati karena secara
tidak sengaja memakan potongan kecil dari plastik atau mikroplastik ketika
memakan ikan dari laut. Hal ini dibuktikan oleh peneliti yang membelah perut
burung yang sudah mati, perutnya dipenuhi oleh plastik.
Selain ikan paus sebagai biota besar di laut lainnya yang menderita akibat
plastik adalah kura-kura dan lumba-lumba. Craig melihat biota-biota itu menderita
tersangkut plastik dan juga memakan plastik di Asinara, Italia. Keadaan laut di
Filipina juga lebih parah. Di Filipina ada sekelompok masyarkat yang hidup di
pesisir pantai, tinggal dekat dengan tempat penimbunan sampah dan juga mencari
uang dengan mengumpulkan sampah-sampah di sekitarnya dan menjualnya.
Banyak orang diantara masyarakat itu menderita penyakit paru-paru dan makanan
mereka juga terkontaminasi metana. Jauh dari tempat penimbunan sampah, Craig
dan rekan-rekannya berbincang dengan seorang pengamat lingkungan.
Pengamat lingkungan tersebut menjelaskan jumlah sampah yang ada di Filipina
memang sangat banyak, yaitu 1500 ton per hari. Pengamat tersebut sudah
melakukan bioremediasi (dengan menggunakan mikroba) dan phytoremediasi
(dengan menggunakan tumbuhan) untuk mengurangi sampah plastik, tetapi
upaya tersebut sia-sia karena perilaku masyarakat yang tidak bisa diubah dalam
menggunakan plastik.

Ada beberapa negara yang sudah sadar betapa merugikan dan


berbahayanya penggunaan plastik dan negara tersebut berhasil memanajemen
penggunaan plastik. Di Rwanda, pemerintahnya sudah menetapkan penggunaan
plastik dilarang secara keras. Begitu juga di Austin, penggunaan kantong plastik
dilarang. Di Jerman, plastik-plastik boleh untuk digunakan, tetapi harus
mempunyai barcode yang menandakan plastik tersebut boleh didaur ulang.

II. Jenis Kasus Bioetika


Film dokumenter tersebut saya pilih karena menyinggung keselamatan
kehidupan mahkluk hidup. Dalam film itu dibahas beberapa perlakuan dari negara-
negara masing-masing dalam menggunakan plastik. Aspek yang disinggung
adalah masalah ekologi dan kesehatan.
Aspek pertama yaitu ekologi. Ekologi berbicara tentang interaksi biota
dengan biota lainnya dan biota dengan lingkungannya. Pada film tersebut
diceritakan tentang lautan yang penuh dengan plastik dan juga mikroplastik (hasil
proses dekomposisi plastik) memberi dampak negative untuk kehidupan biota dari
mulai biota laut, udara, dan daratan, bahkan juga manusia. Contoh kasus yang
dibahas seperti kematian dari ikan paus, kura-kura laut, lumba-lumba, seabirids,
dan lainnya. Jadi, plastik membawa dampak negartif abgi kesehatan mahkluk
hidup.
Pada film tersebut juga disinggung dampak keberadaan atau pemakaian
plastik bagi manusia. Saat tim tersebut sedang berada di Fiji, mereka meneliti
pengaruh hasil pembakaran sampah plastik yang digunakan masyarakat untuk
memasak memberi dampak buruk bagi kesehatan paru-paru orang yang
menghirupnya. Mikroplastik yang merupakan cacahan hasil dekomposisi plastik
dapat terakumulasi di dalam tubuh manusia. Pada film tersebut dijelaskan
pengaruh penggunaan plastik untuk tempat penyimpanan makanan dapat
memengaruhi hormon reproduksi, khususnya bagi bayi. Jika bayi terus-menerus
terekspos plastik maka pada saat dewasa kemungkinan kemampuan
reproduksinya rendah.

III. Kriteria Pilihan


Film A Plasctic Ocean termasuk kasus bioetika berdasarkan parameter
penilaian dampak yang ditimbulkan akibat pemakaian plastik. Dampak yang
dihasilkan oleh plastik terdiri dari dua sisi yang bertentangan, yaitu positif dan
negatif. Dari segi positif, plastik memiliki nilai konsumsi instrinsik dan instrumental,
yaitu harga terjangkau, memudahkan akses, dan aman untuk dipakai. Sudah
banyak peralatan yang terbuat dari plastik, dari kemasan makanan dan minuman,
alat kesehatan, hingga penggunaan plasik di alat-alat elektronik. Beberapa alasan
yang menjadikan plastik sebagai bahan dalam membuat peralatan, yaitu ringan,
tidak menimbulkan penyakit yang berarti bagi konsumen, dan harganya yang
murah. Selain itu, pada waktu awal-awal penggunaan plastik dinilai dapat
membuat lingkungan lebih bagus karena dengan adanya plastik penggunaan
kertas berkurang yang otomatis penebangan pohon-pohon semakin berkurang.
Meskipun banyak keuntungan dari penggunaan plastik, tetapi jika berkaca
dari keadaan lautan di dunia penggunaan plastik sudah merusak lingkungan dan
mematikan biota-biota yang hidup sekitar laut tersebut, seperti yang sudah diulas
di film A Plastic Ocean. National Geographic mengestimasi 73 % pantai di dunia
dipenuhi plastik. Hanya 9% dari semua plastik yang telah diproduksi didaur ulang,
selebihnya dibuang ke laut dan dibakar yang mana dapat berpotensi
mengeluarkan polutan ke atmosfer. Bentuk dekomposisi plastik yang dinamakan
mikroplastik berbahaya karena bentuknya yang kecil sehinggga tidak mudah
dibersihkan atau dieleminasi dan juga bisa lebih mudah dicerna untuk biota laut
dan juga dapat terakumulasi di manusia (Goodwine, 2019).
Keadaan geografis dan aliran laut dapat membuat suatu kawasan tertentu
dipenuhi oleh sampah yang berasal dari daerah lainnya. Hal ini akan menjadikan
ketimpangan sosial dan juga berpengaruh pada kesehatan manusia. Penelitian
menunjukkan bahwa manusia memakan 100 serat plastik per makanan, padahal
makanan dari rumah bukan dari laut. Mikroplastik dapat menyebabkan mutasi
genetik manusia yang memperngaruhi kesuburan dan juga mengakibatkan kanker
atau obesitas. Selama proses dekomposisi, plastik mengakibatkan risiko
kesehatan yang berasal dari makanan dan air yang telah terkontaminasi. Di film A
plastic Ocean, Craig mengatakan bahwa lebih dari 80% plastik di laut berasal dari
daratan. Proses produksi juga menancam kesehatan manusia. Pembuatan plastik
membutuhkan polimerasi dengan pemanasan dengan suhu tinggi. Saat proses
tersebut berlangsung ada suatu zat kimia yang dinamakan "benzene", jika terkena,
dapat mengakibatkan leukimia dan kanker tulang.
Dari ulasan sisi positif dan negatif pemakaian plastik yang telah dipaparkan dapat
dilihat dampak negatif pemakaian plastik lebih berbahaya dan lebih banyak jika
dibandingkan dengan keuntungan penggunaan plastik. Dampak negatif yang
ditimbulkan juga bukan hanya memengaruhi kehidupan manusia, tetapi juga
memengaruhi kesehatan lingkungan dan juga kehidupan biota-biota. Jadi,
berdasarkan jumlah massa yang terkena dampak dan besar dampak, penyakit-
penyakit yang ditimbulkan dari pemakaian plastik menjadi parameter penilaian film
ini menjadi kasus bioetika.

IV. Analisis Isi Film


Pada film yang dikaji dapat disimpulkan beberapa faktor yang menjadi
sebab lautan penuh dengan plastik, yaitu gaya hidup manusia, manajemen
sampah yang diatur oleh pemerintah, dan pembuatan dan penggunaan plastik
oleh koorporat. Manusia seharusnya bukan hanya mengusahakan alam, tetapi
juga harus menjaga agar tetap ada di generasi selanjutnya. Hal itu yang menjadi
dasar ecological ethics (Hubbard, 2019). Gaya hidup manusia yang boros, tidak
memikirkan lingkungan, dan tidak memikirkan keberlanjutan sumber daya alam
merupakan pelanggaran terhadap ecological ethics. Pada film tersebut dapat
dilihat bahwa gaya hidup manusia dalam pemakaian plastik, khususnya plastik
sekali pakai, sangatlah boros.
Hal kedua yang disinggung di film tersebut adalah manajemen sampah
yang diatur oleh pemeritah. Sampah-sampah plastik diangkut dari kota-kota
menuju suatu daerah yang dekat dengan sungai ataupun laut dan dijadikan tempat
pengumpulan sampah. Contoh pada film pemerintah dengan manajemen sampah
yang buruk adalah di India, Cina, dan Filipina. Manajemen sampah di Filipina
dapat menyalahi etika kesehatan karena tempat pengumpulan sampahnya berada
dekat dengan pemukiman suatu kelompok masyarakat. Akibat sampah banyak
masyarakat dari kecil sudah mempunyai penyakit yang serius.
Hal ketiga yang disinggung di film tersebut adalah koorporat pembuat dan
pengguna plastik. Koorporat industri yang membuat plastik diketahui menyalahi
etika kesehatan karena proses pembuatan yang tidak sesuai standar. Proses
pembuatan yang disebut polimerisasi (menyatukan beberapa monomer)
memerlukan suhu tinggi. Perlakuan suhu tinggi terhadap bahan plastik
menyebabkan munculnya zat kimia, yaitu benzene. Jika zat tersebut terekspos ke
manusia, maka manusia tersebut dapat menderita penyakit leukemia dan kanker
tulang (Goodwine, 2019).
Akibat sampah plastik yang telah menyebar dan memenuhi sebagian lautan
kehidupan biota-biota menjadi sangat memprihatinkan. Probabilitas kepunahan
spesies-spesies tersebut semakin tinggi. Hal ini bertentangan dengan prinsip-
prinsip bioetika yang dapat diambil dari prinsip teori Deep Ecology, yaitu:
 Semua kehidupan mempunyai nilai intrinsiknya tersendiri, tidak bergantung
dengan kegunaannya pada manusia
 Keanekaragaman kehidupan membantu realisasi nilai-nilai yang ada pada
setiap spesies menjadi berharga
 Manusia tidak punya hak untuk mengurangi keanekaragaman terkecuali
untuk kebutuhan-kebutuhan penting, seperti makanan
 Dampak manusia bagi alam dapat menjadi berlebihan dan merusak. Gaya
hidup dan populasi manusia menjadi kunci utama dari dampak ini
 Keanekaragaman kehidupan dan budaya-budaya bisa mengurangi dampak
manusia bagi alam
 Pemerintah memengaruhi perubahan dasar ekonomi, teknologi, dan
struktur ideologi dari suatu negara
 Perubahan ideologi termasuk menghargai kualitas hidup daripada
mengikuti sampai peningkatan standar kehidupan yang lebih tinggi
Poin-poin prinsip tersebut dapat diimplementasikan sehingga akan terjadi
perubahan yang penting dalam mengatur interaksi manusia dengan alam
(Hubbard, 2019).

V. Pencegahan Kasus yang sama


Kasus plastik sebagai metode alternatif pengganti kertas di beberapa
penggunaannya sudah lama dipertentangkan. Paska perang dunia kedua plastik
mulai digunakan public karena dianggap alternatif yang dapat mengurangi
penebangan pohon untuk penggunaan kertas. Pada tahun 1960-an para pecinta
lingkungan mulai menggaungkan pendapatnya tentang proses produksi plastik
yang membahayakan dan dinilai tidak berkelanjutan dan pemakaian plastik yang
semakin masif. Jadi, pemakaian plastik sudah lama diperdebatkan dan sudah
menjadi masalah bagi lingkungan di seluruh dunia (Cotter, 2018).
Kasus ini telah dan terus dicari jalan keluarnya. Polusi plastik dapat dicegah
dari gaya hidup manusia. Gaya hidup manusia yang konsumtif harus perlahan-
lahan diubah menjadi gaya hidup yang berkecukupan. Belakangan ini, gaya hidup
tidak menggunakan plastik atau disebut zero waste sudah banyak dipromosikan
di akun-akun social media para pecinta lingkungan ataupun organisasi yang
bekerja di lingkungan. Beberapa gaya hidup zero waste, yaitu membawa stainless
straw, tumblr, tempat makan atau bekal sendiri, menggunakan totebag untuk
berbelanja. Daur ulang sampah juga merupakan gaya hidup yang bagus untuk
mengurangi sampah plastik.
Selain dari diri sendiri, restoran dan perusahaan industri plastik harus
memerhatikan dan bertindak untuk mengurangi sampah plastik. Tindakan yan
dapat dilakukan oleh perusahaan industri plastik adalah bekerjasama dengan
peniliti untuk membuat plastik yang ramah lingkungan, seperti misalnya
menggunakan celluloid menjadi bahan pembuat plastik atau bahan organik
lainnya. Hal ini dapat mencegah krisis kesehatan dan juga kerusakan lingkungan.
Restoran dapat mengambil tindakan, yaitu dengan memberi suatu hal yang
menarik (misalnya diskon makanan) bagi para pelanggan yang membawa tempat
makan dan minumnya sendiri dan bisa juga mengganti kemasan plastik menjadi
bahan-bahan organik lainnya (misalnya pipet menggunakan bambu).
Pemerintah juga mempunyai andil yang besar dalam manajemen sampah
plastik. Pemerintah dapat bekerjasama dengan koorporat besar dalam
mengurangi polusi plastik, seperti Nestle, Unilever, dan McDonalds. Selain
bekerjasama, pemerintah dapat menyumbangkan sebagian dana yang dimiliki
untuk komunitas yang bekerja dalam mengurangi polusi plastik sebagai bentuk
pemerintah mendukung dan sadar terhadap polusi plastik yang sudah terjadi. Aksi
pemerintah tentunya dilihat oleh rakyatnya dan rakyat bisa menjadi sadar kalau
lingkungannya menjadi hal penting untuk diperhatikan. Kesadaran masyarakat
dapat dimanfaatkan pemerintah menjadi aksi nyata untuk mengurangi sampah
plastik, seperti aksi nyata membersihkan pesisir pantai dari sampah plastik.
Pada tahun 2016 dalam forum World Economic ada pengajuan konsep
yang dinamakan Global Circulatory Economy. Tujuan konsep ini adalah
terciptanya pertumbuhan ekonomi tanpa adanya sampah. Ada tiga topik utama
dalam konsep ini, yaitu (1) Mengembangkan model-model keuangan dalam
mengembangkan dan kemajuan ekonomi, (2) Membantu membuat dan
menyesuaikan aturan acuan kerja untuk menetapkan batasan tertentu agar
meningkatkan perputaran ekonomi, (3) Melibatakan usaha sektor umum dan
pribadi dalam suatu kolaborasi agar meningkatkan dampak usaha terhadap
perputaran ekonomi. Konsep ini dapat dijadikan landasan pemikiran bagi
pemerintah untuk dapat megurangi sampah plastik (Goodwine, 2019).

VI. Refleksi
Film ini membuat saya tersadar bahwa seluruh kehidupan terkoneksi
dengan lingkungan. Hal ini dibuktikan dengan sampah plastik yang dihasilkan dari
rumah-rumah bisa sampai ke laut dan menjadi masalah bagi biota-biota dan
akhirnya terakumulasi di tubuh manusia. Jadi, jika laut tercemar maka ujung-
ujungnya akan memengaruhi kehidupan manusia. Sebab dari tercemarnya laut
juga berasal dari gaya hidup manusia dalam menggunakan plastik.
Saya sangat setuju terhadap pendapat ahli yang di-interview pada film
tersebut di Filipina. Banyak ilmu dan teknologi yang dipakai untuk mengurangi
kuantitas dari sampah plastik, tetapi hal yang utama diperlukan dalam mengurasi
sampah plastik adalah manusia harus mengubah gaya hidup dalam pemakaian
plastik. Gaya hidup yang boros dan mengesampingkan keberlanjutan sumber
daya alam untuk generasi selanjutnya tidak boleh dilakukan lagi. Gaya hidup yang
memakai sumber daya alam dan plastik yang efisien harus dibiasakan.
VII. Daftar Pustaka
Cotter, B. (2018). Ethical Problems with Plastic In the Ocean. Senior Theses,
113. Retrieved from https://doi.org/10.33015/dominican.edu/2019.HCS.ST.06
Goodwine, K. (2019). The Ethics of Single-Use Plastics. Student Research, 105.
Retrieved from https://scholarship.depauw.edu/studentresearch/105
Hubbard, R. (2019, Maret 7). Environmental Ethics: Deep Ecology. Retrieved
Oktober 21, 2020, from Youtube:
https://www.youtube.com/watch?v=byQ86TjwCEQ
Hubbard, R. (2019, Agustus 12). Environmental Ethics: The Land Ethic and Aldo
Leopold. Retrieved from Youtube:
https://www.youtube.com/watch?v=PgoOTtDkhdU

Anda mungkin juga menyukai