Anda di halaman 1dari 12

Grace Sheila Ivana Ginting

10617001
INDUSTRI BERBASIS KAYU DI INDONESIA: PROSPEK, PELUANG, DAN
TANTANGANNYA

Jenis Industri: Pulp dan Kertas

BAB I
PENDAHULUAN

Berdasarkan data yang diterbitkan oleh kementrian perdagangan, barang ekspor dari tahun
2012-2016 didominasi oleh produk nonmigas. Sebanyak 90,67 % komoditi ekspor adalah pada
sektor nonmigas. Pada sektor nonmigas, terdapat 5 komoditi unggulan yang menyumbangkan
volume ekspor terbesar, yaitu komoditas minyak kelapa sawit, perikanan, tekstil, kayu dan
olahannya dan kertas beserta barang dari kertas. Pada tahun 2011-2017, tren ekspor dari kelima
komoditas unggulan ini cenderung stabil. Dari kelima produk unggulan tersebut, komoditas pulp
dan kertas memiliki struktur industri yang sangat kuat dibandingkan yang lainnya. Hal ini
didukung oleh jumlah bahan baku yang melimpah di Indonesia (Indonesia Eximbank Institute,
2018).

Potensi industri pulp dan kertas di Indonesia layak untuk dikembangkan. Berdasarkan
kinerja ekspornya, industri kertas dan barang dari kertas selama 2016-2019 menunjukkan tren
naik. Berat ekspor komoditas hasil industri kertas pada tahun 2018 mencapai 9.476,1 ribu ton dan
meningkat menjadi 10.842 ribu ton pada tahun 2019, terjadi peningkatan sebesar 14,22 %. Dari
industri berhasil menyumbang devisa negara pada tahun 2018 sebesar US$7.259 juta dan
meningkat sebesar US$7.266,8 juta pada tahun 2019, mengalami kenaikan sebesar 0,11 %. Industri
bubur kertas (pulp) juga memiliki potensi untuk terus tumbuh. Berdasarkan kinerja ekspornya,
total nilai ekspor pulp dan kertas pada tahun 2019 naik sebanyak 5,43 % dibading tahun
sebelumya. Berat eskpor dari komoditas pulp dan kertas tahun 2019 juga naik sebesar 24,33 %
dibandingkan berat ekspor pada tahun sebelumya (Badan Pusat Statistik, 2020).

Pada tahun 2014, saat ini di Indonesia terdapat 84 perusahaan pulp dan kertas dengan
kapasitas sebesar 7,9 juta ton/tahun untuk pulp dan 12,9 juta ton/tahun untuk kertas. Dari data
ekspor tersebut Indonesia dicatat sebagai produsen pulp peringkat kesembilan di dunia dan posisi
keenam untuk produsen kertas terbesar di dunia (Harian Kontan, 2019). Meskipun potensi
Grace Sheila Ivana Ginting
10617001
Indonesia sebagai negara produsen pulp dan kertas sangat besar, terdapat berbagai masalah yang
harus dihadapi Indonesia dalam mempertahankan jumlah ekspor di industri ini. Berbagai masalah
tersebut datang dari dalam negeri dan juga luar negeri. Tulisan ini akan membahas tentang prospek,
peluang, dan tantangan yang akan dihadapi Indonesia khusus dalam industri pulp dan kertas.

Gambar 1. 1 Berat dan Nilai Ekspor Kertas dan Barang dari Kertas 2012-2019 (Badan Pusat Statistik,
2020)
Grace Sheila Ivana Ginting
10617001
BAB II
BAHAN BAKU
2.1 Jenis
Bahan baku pulp dan kertas adalah kayu dan kertas daur ulang. Proporsi dari setiap
bahan baku siatur berdasarkan target kualitas produk yang akan dihasilkan. Lebih dari 50
% bahan baku pulp dan kertas adalah kayu, karena kayu mempunyai sifat-sifat unggul,
yaitu rendemen tinggim kandungan lignin rendah dan kekuatan pulp dan kertas yang nanti
dihasilkan tinggi. Kebutuhan kertas daur ulang untuk memenuhi kebutuhan bahan baku
masih perlu diimpor karena di pasar domestik kuantitasnya masih belum mencukupi
(Anonim, 2010).

Jenis pohon yang telah diketahui di Indonesia ada sekitar 4000 jenis. Dari jumlah
tersebut, hanya 10 persen saja yang berperan penting dalam industri pulp dan kertas. Jenis
pohon yang sering ditanam di hutan tanam industri (jenis unggulan) adalah Acacia
mangium, Acacia crassicarpa, Eucalyptus pellita F.Mull, E. urogandis Heiden. Selain jenis
unggulan, terdapat juga jenis alternatif yang diduga dapat digunakan sebagai bahan baku
pulp dan sesuai dengan kriteria bahan baku pulp, yaitu Macaranga hypoleuca
Reichb,f,et.Zoll. (mahang putih), M. gigantean Muell.Arg (skubung), Anthocephalus
cadamba Miq. (jabon), Octomelas sumatrana M. (benuang bini), Camnosperma
coriaceum (Jack) Hall.f.ex Steen (terentang), Endospermim diadenumAiry Shaw.
(sesendok), Cratxylem arborescens (Vahl) Blume. (gerunggang) (Anonim, 2010).
Menurut penelitian Lestari & Yoswita (2003), terdapat 9 jenis pohon yang ada di Indonesia
Bagian Timur, yaitu Parinari corymbosa Miq, Horsfieldia sylvetris Ward, Dracontolemon
sp., Heritera sp., Calophyllum inophyllum L., Heritera sp., Shorea koordersii Brandis,
Emerllia sp. dan Adenandra brasii Kobuski.
Grace Sheila Ivana Ginting
10617001
2.2 Ketersediaan
Stuktur industri pulp & kertas di Indoesia sangat kuat karena tidak bahan bakunya
sudah ada di dalam negeri dan tersedia dalam jumlah yang banyak untuk jangka waktu
yang panjang, seperti Akasia dan Eucalyptus. Indonesia memiliki hutan tropis yang cukup
luas dan mempunyai peluang yang besar dalam mengisi kebutuhan pulp dunia di masa-
masa mendatang.

Produksi pulp dan kertas nasional diperkirakan meningkat masing-masing dari 10 juta ton
dan 12,7 juta ton di tahun 2019 menjadi 12,8 juta ton dan 16 juta ton di tahun 2024 (gambar
2.1).

Gambar 2. 1 Proyeksi Produksi Pulp dan Kertas Nasional


Grace Sheila Ivana Ginting
10617001
BAB III
PASAR

Konsumsi pasar dalam negeri terhadap kertas masih rendah karena pendapatan per kapita
masyarakat Indonesia yang masih rendah.Pada tahun 2019 konsumsi kertas di dalam negeri
sebesar 30 kg per kapita. Nilai ini sangat jauh jika dibandingkan kebutuhan oleh negara lain, seperti
Cina dan Amerika Serikat, yaitu sebesar 219 kg per kapita (Baqiroh, 2019). Jika dibandingkan
dengan konsumsi kertas di dalam negeri pada tahun 2013, yaitu sebesar 32,6 kg per kapita,
menunjukkan adanya penurunan nilai konsumsi kertas di dalam neger. Pada bulan September
2020, kebutuhan kertas di dunia pun menurun. Kebutuhan kertas di Eropa dan Cina masing-masing
turun sebanyak 4,6 % dan 4 % dibandingkan tahun sebelumnya (PAPEROne, 2020). Akan tetapi,
prosepek permintaan global terhadap kertas dan pulp dinilai akan semakin meningkat.

Pertumbuhan ekonomi saat ini cenderung stabil bahkan turun akibat pengaruh situasi
pandemi COVID-19 saat ini. Namun di sisi lain, pandemi COVID-19 memunculkan produk-
produk ekspor yang resilien dan berpotensi menjadi produk unggulan baru, Salah satu produk yang
tetap bertahan bahkan meningkat kuantitas ekspornya adalah produk trurunan pulp dan kertas,
yaitu tisu wajah/toilet, karton, tisu pembersih dan kertas. Kinerja ekspor produk-produk tersebut
meningkat signifikan di triwulan II 2020 ssehingga meningkatkan pangsa ekspor keempat produk
tersebut terhadap total produk kertas dari 26,2 % pada tahun 2019 menjadi 36,9 % (gambar 3.1).
Produk pulp dan kertas di Indonesia juga sudah terkenal di dunia perdagangan internasional. Pada
tahun 2019, Indonesia merupakan negara eksportir pulp terbesar ke-4 di dunia dan urutan pertama
untuk industri kertas. Kinerja ekspor tersebut menyumbang devisa hasil ekspor sebesar US$7,1
miliar atau sebesar 4 % dari nilai ekspor sektor nonmigas di Indonesia (Central Bank of Indonesia,
2019).
Grace Sheila Ivana Ginting
10617001

Gambar 3. 1 Perkembangan Ekspor Produk Turunan Kertas Nasional (Central Bank of Indonesia, 2019)

Prospek pasar internasional terhadap pulp dan kertas dinilai baik. Permintaan terhadap
produk pulp dan kertas diyakini akan terus bertumbuh disertai dengan pergeseran permintaan
produk. Situasi pandemi COVID-19 saat ini menjadikan pembelian barang-barang e-commerce
semakin menigkat. Hal ini mendorong kebutuhan produk kemasan yang terbuat dari kertas, sepeti
kotak kardus dan kertas kemasan untuk industri dan tranportasi, semakin meningkat. Situasi
pandemi COVID-19 juga menyadarkan masyarakat global tentang higienitas sehingga permintaan
terhadap prooduk kertas tisu juga meningkat. Akan tetapi, terjadi penurunan permintaan terhadap
produk kertas tulis dan akan terus menurun seiring tren digitalisasi. Jika dikalkulasi secara
keseluruhan, permintaan dunia terhadap pulp dan kertas akan meningkat (Central Bank of
Indonesia, 2019). Jadi, prospek industri pulp dan kertas nasional cukup cerah di masa depan karena
besarnya peluang pasar di perdagangan internasional dan tersedianya potensi pengembangan
bahan baku.
Grace Sheila Ivana Ginting
10617001
BAB IV
PELUANG DAN TANTANGANNYA

Peluang yang bisa dimanfaatkan oleh industri pulp & kertas adalah

1. Kondisi geografis Indonesia


Indonesia merupakan negara dengan iklim tropis. Pohon yang ditanam di iklim tropis
tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan di negara beriklim sedang atau dingin. Tanaman
Eucalyptus dan acacia mangium hanya membutuhkan waktu selama 7-8 tahun untuk siap
dipanen, sedangkan di negara beriklim sedang membutuhkan waktu sampai 25 tahun atau
lebih. Selain itu, keuntungan Indonesia memiliki iklim tropis juga adalah keanekaragaman
pohon-pohon yang dapat dimanfaatkan kayunya sangat banyak (Ibnusantosa, 2007).
2. Potensi luas izin hutan tanaman industri
Pemerintah sudah mengalokasikan kawasan hutan tanaman industri (HTI) sebesar 11,52
juta ha dari tahun 2013-2020. Proporsi HTI terbanyak untuk industri pulp, yaitu sebesar 8
juta ha. Tercatat pad atahun 2013 pembangunan HTI yang sudah terealisasikan adalah
sebesar 3,836 juta ha (Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia, 2017).
3. Harga bahan baku yang murah
Bahan baku kayu di Indonesia memiliki biaya yang relative murah. Hal ini dikarenakan
waktu tanam sampai panen pohon yang dibudidayakan relative cepat karena iklim tropis
yang dimiliki Indonesia. Tanaman eucalyptus dan acacia mangium yang banyak ditanam
di HTI rata-rata hanya membutuhkan sekitar 7-8 tahun untuk panen, berbeda dengan waktu
tanam pohon yang berada di negara dengan iklim subtropis perlu waktu 25 tahun atau lebih.
Perbandingan bahan biaya bahan baku dapat dilihat pada tabel 4. 1.
Grace Sheila Ivana Ginting
10617001

Tabel 4. 1 Perbandingan Harga Kayu di Berbagai Negara (Ibnusantosa, 2007)

4. Potensi ekspor
Indonesia memiliki prospek yang baik di pasar internasional. Harga biaya bahan baku yang
murah mampu menyaingi harga-harga pulp dan kertas dari negara produsen yang lain.
Selain Itu, ketersediaan bahan bakyu yang banyak di Indonesia menjadikan potensi
Indonesia untuk memnuhi kebutuhan pulp dan kertas dunia semakin besar. Kepercayaan
negara-negara lain terhadap kualitas pulp dan kertas yang diproduksi Indonesia dinilai
baik, terbukti dari peringkat Indonesia sebagai negara eksportir pulp dan kertas
(Ibnusantosa, 2007).

Tantangan yang dihadapi oleh industri pulp dan kertas di Indonesia adalah

1. Kebijakan antidumping
Dumping merupakan kegiatan penjualan barang ke luar negeri dengan harga yang lebih
murah daripada harga pasar domestiknya. Dalam aturan Pasal VI General Agreement On
Tariff and Trade yang diberukan oleh organisasi internasional World Trade Organization,
para pihak yang dirugikan akibat kegiatan dumping diperbolehkan untuk melakukan
tindakan balasan berupa pengenaan bea masuk anti-dumping (Khairuzzaman, 2016).
Peraturan ini dapat disalahgunakan oleh banyak pihak, seperti yang terjadi dengan harga
ekspor pulp & kertas. Dalam pasar global industri pulp dan kertas Indonesia dituduh
Grace Sheila Ivana Ginting
10617001
melakukan politik dumping sehingga dinilai menguntungkan negara sendiri karena
membuat bahan baku di dalam negeri menjadi lebih murah. Indonesia telah menyusun
regulasi agar barang-barang yang diekpor bukan merupakan barang mentah, melainkan
yang sudah diolah minimal telah diolah menajadi pulp. Namun, pengusaha industri ini
masih belum menerima regulasi tersebut sehingga disaat Indonesia melakukan ekspor pulp
dan kertas ke beberapa negara tersebut, Indonesia dikenakan biaya antidumping dan hal ini
merugikan produsen dan pelaku usaha (Indonesia Eximbank Institute, 2018). Contoh
produk yang dikenakan bea masuk antidumping adalah produk coated dan uncoated paper
oleh Amerika Serikat serta produk A4 copy paper oleh Australia yang sedang diupayakan
proses penyelesaiannya oleh World Trade Organization (Central Bank of Indonesia, 2019).
2. Faktor produksi
Produksi kertas di Indonesia membutuhkan bakan baku berupa kertas daur ulang. Sebanyak
50% produk kertas yang diproduksi di Indonesia menggunakan bahan baku kertas daur
ulang. Produksi domestik belum dapat memenuhi kebutuhan bahan baku tersebut sehingga
dilakukan impor. Tercatat dari tahun 2016-2020, impor bahan baku tersebut mengalami
tren kenaikan (gambar 3.2). Diperkirakan total kebutuhan kertas daur ulang mencapai 7,8
juta ton dimana 4,2 juta ton diantaranya dipenuhi melalui kegiatan impor (Central Bank of
Indonesia, 2019).

Gambar 4. 1 Perkemabangan Kebutuhan Kertas Daur Ulang (KDU) (Central Bank of Indonesia,
2019)
Grace Sheila Ivana Ginting
10617001
3. Permasalahan ekolabel
Seringkali, pemenuhan kebutuhan bahan baku untuk produksi kertas dan pulp berasal dari
hutan industri dan penebangan hutan secara illegal. Beberapa hutan tanam industri juga
menjadi area konflik dengan masrakat lokal. Sumber pemenuhan kebutuhan bahan baku
bagi para konsumer menjadi perhatian yang penting. Bahan baku untuk industri pulp dan
kertas haruslah dari hutan dengan sertifikasi ekolabel. Kriteria hutan dengan sertifikasi
ekolabel memenuhi tiga aspek, yaitu aspek kelestarian fungsi produk, aspek kelestarian
fungsi ekologi (lingkungan) dan aspek kelestarian fungsi sosial Ketiga aspek ini perlu
diperhatikan dan diantaranya harus ada satu yang diprioritaskan tergantung pada situasi
yang dialami hutan tanaman industri (Ibnusantosa, 2007).
Grace Sheila Ivana Ginting
10617001
BAB V
PENUTUP
Industri pulp dan kertas di Indonesia memiliki banyak potensi dan juga peluang. Luas
wilayah hutan yang dapat dimanfaatkan untuk industri ini dan berlimpahnya bahan baku
merupakan kunci potensi yang dimiliki negara Indonesia. Dari potensi tersebut, Indonesia
memiliki peluang yang besar untuk menjadi produsen terbesar dalam industri pulp dan kertas di
dunia. Prospek Indonesia untuk berkembang dalam industri juga didukung oleh permintaan global
terhadap pulp dan kertas yang diproyeksikan akan semakin meningkat. Di sisi lain, terdapat banyak
hambatan untuk mengembangkan industri ini, diantaranya adalah kebijakan antidumping, faktor
produksi, dan permasalahan ekolabel. Diperlukan strategy yang baik untuk menyelesaikan
hambatan-hambatan dalam permasalahan ini agar komoditas pulp dan kertas dapat meyumbang
lebih banyak dana untuk devisa negara.
Grace Sheila Ivana Ginting
10617001
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2010) .Rencana Penelitian Integratif (RPI) Tahun 2010-2014. Pengelolaan Hutan
Tanaman Penghasil Kayu Pulp. Jakarta, pp. 299–320.
Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia. (2017). Dampak Penerapan Regulasi Gambut Terhadap
Kinerja Industri Pulp dan Kertas. Jakarta: APKI.
Badan Pusat Statistik. (2020). Analisa Komoditi Ekspor 2012-2019. Jakarta: BPS RI.
Baqiroh, N. F. (2019, Juli 4). Nilai Ekspor Pulp dan Kertas Tertekan Harga Global. Retrieved
from Bisnis.com: https://ekonomi.bisnis.com/read/20190704/99/1119980/nilai-ekspor-pulp-dan-
kertas-tertekan-harga-global
Central Bank of Indonesia (2019). Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional. Laporan Nusantara,
p. 104.

Harian Kontan. (2019, Maret 12). Analisis Industri Pulp dan Kertas Indonesia. Retrieved from
Kontan.co.id: https://analisis.kontan.co.id/news/industri-pulp-dan-kertas-indonesia
Ibnusantosa, G. (2007). Prospek dan Tantangan Pengembangan Industri Pulp Dan Kertas
Indonesia

Indonesia Eximbank Institute (2018). Pulp & Kertas. Analisa Rantai Pasok (Supply Chain)
Komoditas Unggulan Ekspor Indonesia: Pulp & Kertas.

Dalam Era Ekolabeling dan Otonomi Daerah. Publikasi : Diskusi Seminar Pulp dan Kertas,
Departemen, p. 7.

Khairuzzaman, M. Q. (2016). Kebijakan Anti-Dumping World Trade Organization Sebagai


Bentuk Tindakan Proteksi: Studi Kasus Bea Masuk Anti-Dumping Uni Eropa Kepada Impr
Biodisel Indonesia. 4(1), pp. 64–75.

Lestari, S. B., & Yoswita. (2003). Sifat Pengolahan dan Sifat Fisik Pulp Sembilan Jenis Kayu dari
Indonesia Bagian Timur. Penelitian Hasil Hutan, 91-98.

PAPEROne. (2020, Desember 1). Paper Industry Updates. Retrieved from paperone.com:
https://www.paperone.com/media-news/paper-industry-updates

Anda mungkin juga menyukai