ADIPRIMA SURAPRINTA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kerja praktek merupakan salah satu tugas wajib pada tahap sarjana bagi
seluruh Mahasiswa Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan
Perencanaan UPN Veteran Jawa Timur.
Dengan dilaksanakannya kerja praktek ini, diharapkan mahasiswa dapat
menambah ilmu pengetahuan dan pemahaman maupun informasi yang selama
ini belum pernah diperoleh dibangku kuliah, serta diharapkan dapat menimba
pengalaman secara langsung dari tenaga ahli dibidang pengolahan limbah yang
ada di PT Adiprima Suraprinta, yaitu suatu perusahaan yang memproduksi
kertas koran dan merupakan salah satu dari group Jawa Pos. Kerja praktek ini
dilaksanakan selama 1 bulan dan dimulai pada tanggal 01 Agutus 2016 sampai
dengan 31 Agustus 2016.
Lebih jauh lagi dengan adanya kegiatan kerja praktek ini, diharapkan
setelah selesai kuliah nanti, kami dapat bekerja sesuai dengan bidang ilmu yang
kami ambil dan tidak mengalami masalah yang berarti. Serta dalam kesempatan
ini pula, mahasiswa dituntut dapat mempersiapkan diri untuk mengabdikan diri
di masyarakat.
1.2
dari
pelaksanaan
kerja
praktek
ini
adalah
untuk
2.
3.
4.
5.
6.
1.3
2.
1.4
Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari pelaksanaan kerja praktek ini meliputi:
1. Proses produksi di PT. ADIPRIMA SURAPRINTA yang terdiri dari :
Bahan baku,
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengetahuan Industri Kertas di Dunia
Produksi pulp Dunia pada tahun 2010 masih didominasi oleh Amerika utara
dan Eropa sedangkan produksi kertas didominasi oleh negara Asia dan Eropa,
terlihat pada tabel 1.1.
Tabel 1.1. Produksi Pulp dan Kertas Dunia Tahun 2010
Uraian
Produksi Dunia
Amerika Utara
Eropa
Asia
Amerika Latin
Oceania
Afrika
Timur Tengah
Sumber : RISI, 2011
Pulp
Juta Ton
(%)
Kertas
Juta Ton
(%)
185.6
67.8
46.8
44.5
21.1
2.9
2.1
0.4
100,00
36.5
25.2
24.0
11.3
1.5
1.1
0.5
393.9
88.6
109.6
164.4
20.3
4.3
2.8
3.9
100,00
22.5
27.8
41.7
5.2
1.1
0.7
1.0
Pada Gambar 1.1, untuk kurun 2006 2010 terlihat adanya peningkatan.
produksi pulp dan kertas dan peningkatan konsumsi kertas. Ini bisa
digunakan sebagai data penyeimbang kampanye hitam, bahwa pertumbuhan
industri kertas Indonesia, tidak serta merta membabat habis hutan, tetapi juga
memanfaatkan kertas bekas sebagai bahan baku. Sumber : Direktori APKI, 2011
Gambar 1.1. Produksi-Konsumsi Pulp, Kertas, dan Kertas Bekas
Penggunaan bahan baku kertas bekas untuk pembuatan kertas akan semakin
meningkat seiring dengan tekanan internasional di bidang lingkungan hidup.
Pengembangan bahan baku kayu akan dilakukan oleh Negara-negara yang masih
memiliki potensi hutan yang cukup besar, seperti : Indonesia dan Negara-negara di
Amerika Latin, dengan sistem HTI dan penerapan SFM (Sustainable Forest
Management). Dalam rangka memastikan penggunaan bahan baku industri
kehutanan yang legal, Kementerian Kehutanan telah menerbitkan Peraturan Menteri
Kehutanan No. 38 tahun 2009 tentang Standar dan Pedoman Penilaian Kinerja
Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan Verifikasi Legalitas Kayu pada Pemegang
Izin atau pada Hutan Hak.
2.2.
Limbah
Limbah merupakan suatu barang (benda) sisa/buangan dari sebuah
kegiatan produksi yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak
dikehendaki lingkungannya, karena tidak bermanfaat/bernilai ekonomi lagi.
Limbah Industri bersumber dari kegiatan industri baik karena proses secara
langsung maupun tidak langsung. Limbah yang bersumber langsung dari
kegiatan yaitu limbah yang terproduksi bersamaan dengan proses produksi
sedang berlangsung dimana produk dan limbah hadir pada saat yang sama
2.3.
Air Limbah
Menurut SK Gubernur Jawa Timur No. 72 tahun 2013 yang tertera pada
bab 1 ketentuan umum - pasal 1, pengertian air limbah adalah sisa dari suatu
usaha dan atau kegiatan yang berwujud cair yang di buang ke lingkungan yang
dapat menurunkan kualitas lingkungan.
Menurut Bishop (2000), limbah cair merupakan material sisa dari suatu
proses produksi yang mengandung bahan-bahan organik maupun anorganik
yang mempunyai karekteristik tertentu. Limbah cair industri berbeda satu sama
lain dari segi komponen penyusun, konsentrasi, dan jumlah dari industri ke
industri dan dari fasilitas ke fasilitas dalam industri.
Limbah cair atau air limbah adalah air yang tidak terpakai lagi, yang
merupakan hasil dari berbagai kegiatan manusia sehari-hari. Dengan semakin
bertambah dan meningkatnya jumlah penduduk dengan segala kegiatanya, maka
jumlah air limbah juga mengalami peningkatan. Pada umumnya limbah cair
dibuang ke dalam tanah, sungai, danau dan laut. Jika jumlah air limbah yang
dibuang melebihi kemampuan alam untuk menerima atau menampungnya, maka
akan terjadi kerusakan lingkungan (Siregar, 2005).
Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat
tertentu tidak dikehendaki lingkungannya karena tidak mempunyai nilai
ekonomi. Limbah yang mengandung bahan polutan yang memiliki sifat racun
dan berbahaya dikenal dengan limbah B3, yang dinyatakan sebagai bahan yang
dalam jumlah relatif sedikit tetapi berpotensi untuk merusak lingkungan hidup
dan sumberdaya (Ginting, 2007).
Limbah cair bersumber dari pabrik yang biasanya banyak menggunakan
air dalam sistem prosesnya. Di samping itu ada pula bahan baku mengandung air
sehingga dalam proses pengolahannya air harus dibuang. Air terikut dalam
proses pengolahan kemudian dibuang misalnya ketika dipergunakan untuk
pencuci suatu bahan sebelum diproses lanjut. Air ditambah bahan kimia tertentu
kemudian diproses dan setelah itu dibuang. Semua jenis perlakuan ini
mengakibatkan buangan air (Dedistyawan, 2012).
Limbah cair (wastewater) adalah buangan dalam bentuk cair berasal dari
aktivitas masyarakat/rumah dan juga dari proses produksi industri. Pengolahan
limbah adalah proses untuk mengubah karakteristik dan komposisi limbah untuk
menghilangkan atau mengurangi sifat bahaya atau sifat racun yang dimilikinya
(Nurul Hidayat, 2013).
Air limbah rumah tangga mengandung :
1.
2.
3.
Air limbah yang masih baru ini mengandung padatan yang sangat halus dalam
suspense koloidal, polutan atau juga butiran kasar. Untuk komposisi air limbah
jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini :
organik
seperti
2.3.2
meramalkan kapasitas air limbah yang akan dibuang. Karena jika proses
produksi berubah, maka kapasitas air limbah yang dibuang berubah juga.
Perencanaan perluasan pasti akan menambah air limbah yang akan dibuang.
Karena itu, bila fasilitas pengolahan air limbah dibangun secara terpusat,
perlu mempertimbangkan proyeksi kapasitas air limbah di masa yang akan
datang.
b. Daerah perdagangan
Sumber dari daerah perdagangan meliputi lapangan terbang, hotel, gedung,
perusahaan, kantor, rumah makan, masjid, pasar, rumah sewaan dan lain
lain.
c. Daerah kelembagaan ( institusi )
Sumber dari daerah kelembagaan meliputi rumah sakit, rumah tahanan,
sekolah, asrama dan lain lain ( Pandebesie, 2002 ).
2.4
10
2.5
11
12
Total padatan adalah zat zat yang tertinggal sebagai residu penguapan
pada temperature 103 oC 105 oC. Zat zat yang hilang pada tekanan uap
tersebut tidak dapat didefiniskan sebagai total padatan.
2.5.2. Karakteristik Kimia
a. Senyawa organik
Kira kira 75 % suspended solid dan 40 % filterable solid dalam air
limbah merupakan senyawa senyawa organik. Senyawa organik tersebut
berasal dari kombinasi karbon, hidrogen dan oksigen serta nitrogen dalam
berbagai senyawa.
Senyawa organik yang terdapat dalam air limbah antara lain :
b.
Protein
Karbohidrat
Lemak dan minyak
Senyawa anorganik
= 40 60 %
= 25 50 %
= 10 %
karena penambahan
limbah baru ke dalam aliran tersebut. Konsentrasi unsur organik juga akan
bertambah dengan proses penguapan alami pada permukaan air dan akan
meninggalkan unsur anorganik dalam air. Adapun komponen komponen
limbah anorganik yang terpenting antara lain Alkalinitas, Khlorida, Nitrogen,
Fosfat dan Sulfat.
c. Gas gas
Gas gas yang terdapat dalam air limbah yang belum diolah antara lain
N2, O2, CO2, H2S, NH3 dan CH4. Dan ketiga gas yang disebut pertama, terdapat
dalam air limbah sebagai akibat adanya kontak langsung air limbah dengan
udara. Sedangkan ketiga gas yang terakhir berasal dari dekomposisi zat zat
organik oleh bakteri dalam air limbah.
\
2.5.3. Karektistik Biologis
13
menimbulkan gangguan pada permukaan air karena alga dapat timbul dengan
cepat dan menutupi permukaan air pada kondisi yang menguntungkan ( sampai
kedalaman alga secara cepat ), sehingga menyebabkan sinar matahari tidak
mampu menembus permukaan air.
2.6
14
BOD 5 hari lebih muda diukur dan suhu 20 oC merupakan tipikal temperatur air
pada musim panas (summer), sehingga mendekati optimum untuk bakteri di
lingkungan air (Metcalf & Eddy, 2004).
2.6.2. COD ( Chemical Oxygen Demand )
15
mengendap pada alat penjernih dan kolam pengendapan ( Metcalf & Eddy,
2003).
Padatan tersuspensi dapat dikatakan sebagai residu yang tidak dapat
disaring. Pengukurannya ditetapkan dengan menyaring sejumlah volume air
limbah melalui filter membran dalam cawan gouch. Berat kering dari jumlah
padatan tersuspensi diperoleh setelah satu jam pada suhu 103 oC. Padatan
terlarut merupakan residu yang dapat disaring.Pengukurannya dapat ditentukan
dengan berat contoh yang telah disaring dan diuapkan atau sebagai perbedaan
antara berat residu setelah diuapkan dan berat jumlah padatan tersuspensi.
2.7
2.7.1
Screening
Screening
merupakan
suatu
proses
pemisahan
padatan
untuk
Mixing
Mixing atau Pencampuran adalah suatu unit operasi yang penting di
beberapa tahap pengolahan limbah cair dimana limbah cair dicampur dijadikan
satu.
c.
Flotasi
Flotasi atau pengapungan merupak suatu proses pemisahan padatan
16
d.
Sedimentasi
Sedimentasi atau pengendapan merupakan suatu proses pemisahan
padatan berukuran kecil yang mudah mengendap dalam waktu relatif pendek.
Padatan akan mengendap karena berat jenis padatan tersebut lebih besar
dibandingkan berat jenis air.
e.
Filtrasi
Filtasi adalah pemisahan suatu komponen antara zat padat dan zat cair
dengan mempergunakan suatu alat yang disebut filter. Filter yaitu suatu bahan
yang berpori untuk menahan zat padat.
2.7.2
2.7.3
17
18
Bakteri
Contohnya : paramecium sp dan euglena
b.
2.8
2.8.1
meremoval suspended solid) dan flotasi (untuk removal lemak, minyak dan
sebagainya) ( Metcalf & Eddy, 2003 ).
1) Penyaringan ( Screening )
19
Adapun jenis jenis dari penyaring, secara garis besar dibagi menjadi
dua tipe. Hal ini didasarkan pada perbedaan ukuran bukaannya atau jarak
antara bar, yaitu :
a. Saringan kasar ( coarse screen )
Digunakan untuk menyaring benda padat dan kasar yang dapat merusak
peralatan Instalasi Pengolahan Air Limbah ( IPAL ) seperti pompa, pipa dan
sebagainya karena adanya penyumbatan pada peralatan tersebut. Biasanya
saringan kasar ini digunakan dalam unit pengolahan pertama. Tipenya secara
umum adalah bar rack (bar screen ), coarse wire dan communitor. Baik
secara manual maupun mekanik.
b. Saringan halus ( fine screen )
Bukaanya berkisar antara 2,3 6 mm, bahkan untuk instalasi tertentu bisa
lebih kecil dari 2,3 mm, tergantung dari padatan yang ada dalam air limbah.
Biasanya digunakan untuk pengolahan primer ataupun pra pengolahan.
2) Grit Chamber
Penghilangan bahan bahan kasar dapat dilakukan dengan bangunan
grit chamber atau pemisah solid sentrifugal. Grit chamber dirancang untuk
meremoval pasir, kerikil dan bahan bahan kasar lainnya yang mempunyai
berat gravitasi relatif tinggi, sehingga partikel partikel tersebut dapat
mengendap dengan sendirinya. ( Metcalf & Eddy, 2003 ).
Grit Chamber dalam pengolahan air limbah diletakkan setelah bar
screen dan sebelum bak pengendap pertama. Dimana fungsi dari bak
pengendap pertama adalah menghilangkan bahan bahan organik. Adanya
screen di depan grit chamber akan membuat proses dan perawatan grit
chamber semakin mudah.
Menurut Metcalf & Eddy, grit chamber adalah unit bangunan untuk
menghilangkan grit. Penghilangan ini bertujuan :
a. Melindungi atau mencegah terjadinya kerusakan pada peralatan mekanik dan
pompa akibat pemakaian yang tidak perlu dan abrasi yang terjadi pada
peralatan mekanik tersebut.
20
lama ( 10 menit) sehingga air tidak menjadi septic yang dapat mengakibatkan
bau yang tidak sedap karena terjadi proses anaerobik. Jadi, prinsip yang
digunakan adalah menghitung dimensi sumur pengumpul berdasarkan waktu
detensi maksimal ( 10 menit) bagi air limbah (Metcalf & Eddy, 1991 ).
4) Bak Pengendap 1 ( Primary Sedimentation )
Prinsip dasar bak pengendap I adalah memisahkan padatan tersuspensi
dan terlarut di dalam air limbah dengan menggunakan sistem gravitasi. Di dalam
bak ini terjadi reduksi SS sebesar 50 70 % dan direduksi BOD sebesar 25 40
% (Metcalf & Eddy, 2003). Efisiensi removal dari partikel yang memiliki
21
ukuran, bentuk, densitas dan specific gravity yang sama tidak tergantung pada
kedalaman bak, melainkan pada luas permukaan bak dan waktu detensi.
Berdasarkan karakteristik aliran dan fungsinya di dalam bak pengendap
I, maka terdapat empat zona, yaitu :
- Zona inlet, yaitu untuk memperluas aliran transisi dari influent ke aliran stady
uniform di zona pengendapan agar proses pengendapan di zona pengendapan
tidak terganggu.
- Zona pengendapan, yaitu untuk mengendapkan partikel diskrit yang ada di
dalam air limbah.
- Zona lumpur, yaitu untuk menampung partikel partikel solid yang berhasil
di endapkan.
- Zona outlet, yaitu untuk memperluas aliran transisi dari zona pengendapan ke
effluent.
Menurut Metcalf & Eddy ( 2003), dalam proses pengendapan, kecepatan
penggerusan perlu diperhatikan supaya partikel yang telah terendapkan tidak
tergerus dari dasar bak sehingga kecepatan horizontal partikel harus lebih kecil
daripada kecepatan penggerusan (kecepatan partikel yang telah terendapkan
untuk dapat bergerak menuju ke atas akibat adanya aliran yang turbulen).
2.8.2
1) Pengolahan Biologis
22
23
aerated lagoon semua zat padat dipertahankan dalam keadaan tersuspensi. Pada
sistem ini tanpa dilakukan resirkulasi dan biasanya diikuti dengan kolam
pengendapan yang besar. Pengurangan BOD5 mencapai > 50 % dengan waktu
retensi yang cukup panjang 2 6 hari.Kemampuan atau derajat untuk nitrifikasi
tergantung pada desain dan operasi. Biasanya dengan temperatur air limbah yang
tinggi namun loadingnya rendah, derajat nitrifikasinya besar ( Metcalf &
Eddy,2003).
- Trickling Filter
Merupakan proses attached growth, dimana berlangsung secara
aerobik. trikling filter adalah suatu reaktor di mana terdapat media batu atau
plastik sebagai media bagi mikroorganisme membentuk suatu lapisan biofilm.
Dalam reaktor ini air limbah dialirkan secara kontinyu melalui lapisan biofilm
yang terbentuk pada media. Kedalaman media batu antara 0.9 2.5 m (3-8 ft)
dan yang biasa digunakan rata rata pada kedalaman 1.8 m (6 ft). Bed media
batu ini biasanya berbentuk sirkulair, dan air limbah dialirkan dari atas bed
dengan menggunakan rotary distributor. Beberapa bangunan trickling filter yang
konvensional yang menggunakan batu sebagai medianya kini beralih
menggunakan plastik agar dapat menambah kapasitas pengolahannya. Sehingga
pada saat ini hampir semua bangunan trickling filter menggunakan plastik.
Lapisan yang terbentuk pada media batu atau plastik di dalam trickling
filter terdiri dari mikroorganisme untuk menguraikan bahan bahan substan
yang akan diremoval dari air limbah. Proses biologis yang terjadi di trickling
filter ini adalah proses aerobik dan adanya bakteri fakultatif, jamur, algae dan
protozoa. Binatang yang lebih besar seperti larva serangga juga ada. Bakteri
fakultatif adalah bakteri yang pertama tama mengikat bahan bahan organik
yang ada dalam air limbah. Juga bersamaan dengan bakteri aerobik dan
anaerobik ( Metcalf & Eddy,2003).
- Rotating Biological Contactor ( RBC )
24
40% disc tersebut tercelup dalam air limbah yang diolah. Biofilm akan tumbuh
dan menempel pada permukaan disc dalam bentuk lendir. Pada saat berputar
bagian disc yang tercelup air akan mengadsorp/menguraikan zat organik yang
terlarut dalam air. Pada saat kontak dengan udara biomassa akan mengadsorp
oksigen, sehingga akan tercapai kondisi aerobik. Berputarnya piringan juga
merupakan mekanisme untuk mempertahankan biomassa dalam keadaan
tersuspensi. Biomassa yang berlebih akan terbawa keluar dan diendapkan pada
bak sedimentasi II ( Metcalf & Eddy, 2003 ).
- Oxydation Ditch ( OD )
Saluran oxidation ditch adalah modifikasi dari activated sludge
konvensional. Oxydation ditch adalah sejenis parit yang digunakan untuk aerasi
jangka panjang. Oxydation ditch terdiri dari suatu saluran yang berbentuk
lingkaran atau lonjong yang dilengkapi dengan suatu rotor yang biasanya berupa
baling baling untuk mengaduk aliran limbah sehingga oksigen dapat terlarut
dalam air limbah. Rotor ini dipasang melintang pada bak atau saluran aerasi.
Untuk debit yang besar lebih ekonomis bila menggunakan mammoth rotor.
Dalam pengolahan air limbah secara umum, OD dapat meremoval :
pengolahan ini digunakan untuk low strength waste dan terjadi penghilangan
bahan organik carbonaceous.
- Anaerobic Ponds
Untuk pengolahan dengan high strength organik dan konsentrasi tinggi
dari padatan dalam air limbah.Untuk menjaga kondisi anaerobik, maka
25
tergantung pada kedalaman dari kolam dan peletakan pipa inlet dan outlet.
Kedalaman biasanya 6,1 m.
- Stabilization Ponds
Merupakan kolam dangkal yang luas, dikelilingi oleh tanggul dan
mengolah air limbah sesuai dengan proses alami secara keseluruhan yang
melibatkan ganggang dan bakteri. Tingkat oksidasinya cukup rendah, karena itu
diperlukan waktu retensi hidrolik yang cukup panjang 30 50 hari.
Ada 3 tipe pokok kolam stabilisasi :
1. Kolam fakultatif
2. Kolam pematangan ( Maturation Ponds )
3. Kolam pra pengolahan aerobik
2.8.3 Bak Pengendap II ( Secondary Clarifier )
Unit sedimentasi kedua merupakan suatu unit dalam proses pengolahan
air limbah untuk mengendapkan flok-flok yang terbentuk akibat penguraian
bahan-bahan organik (koloidal dan terlarut) oleh mikroorganisme pada
pengolahan biologis. Perencanaan unit sedimentasi kedua hampir sama dengan
unit sedimentasi pertama hanya pembebanan unit tergantung dari jenis
pengolahan biologis yang digunakan (Metcalf & Eddy, 2003). Langkah ini
merupakan langkah terakhir untuk mengahsilkan effluent yang stabil dengan
konsentrasi BOD yang rendah dan suspended solid yang rendah. Prinsip operasi
yang berlangsung di dalam secondary clarifier ini adalah pemisahan dari
suspensi ke dalam fase fase padat (sludge) dan cair dari komponen
komponennya. Operasi ini dipakai dimana cairan yang mengandung padat
ditempatkan dalam suatu bak tenang dengan desain tertentu yang telah
disesuaikan dengan surface loading (beban permukaan) dan solid loading,
kecepatan aliran serta penempatan pelimpahnya (weir), sehingga akan terjadi
prinsip pengendapan secara gravitasi.
26
Raw
Final
Sludge
disposal
Concentrati
Stabilization
onn
Conditioni
Dewateri
ng
Heat
Dryingda
n
Dengan :
- Concentration : Pengumpulan dari lumpur
- Stabilization :Untuk mencegah timbulnya bau, membunuh mikroorganisme
patogen
- Conditioning: Memperbaiki kondisi effluent dengan penambahan bahan
kimia seperti kapur, soda lime dan lain lain
- Dewatering : Menghilangkan air dari lumpur, dapat dilakukan dengan 2 cara,
yaitu :
Cara manual: Drying bed dan drying lagoon
Cara mekanis: Centrifuge, vacuum filter dan filter press.
Heat drying & Combustion: Pembakaran dan pemanasan lumpur sebelum
dibuang
Secara garis besar, unit pengolahan lumpur terdiri atas :
a. Sludge Thickener
Berfungsi untuk mengurangi kadar air dalam air sebelum dimasukkan ke
dalam sludge digester, sehingga menambah kandungan padatan dalam lumpur.
27
menurut Basel Convention dapat dilihat pada tabel 4.2 dan menurut PP 18 tahun 1999
serta di dalam European Waste Catalogue and Hazardous Waste List, kertas daur ulang
tidak tercantum dalam daftar limbah B3.
Sistem klasifikasi kertas daur ulang di PT. ADIPRIMA SURAPRINTA
dikelompokkan (grading) menjadi tiga kelompok besar yang terdiri dari Ordinary
grades, Medium grades dan High grades. Setiap kelompok besar dibagi lagi menjadi
beberapa subkelompok yang terdiri dari ONP (Old Newspaper), OMP (Old Magazine
Paper), OCC (Old Corrugated Container), SWL (Sorted White Ledger), Mixed Paper,
SOP (Sorted Office Paper).
material (bahan tak berguna bukan kertas) dan outthrows (bahan tak berguna
berupa kertas), dengan besaran untuk prohibitive material maksimal 2% dari
berat kering udara (air dry) dan maksimal 5% dari berat kering udara untuk
outthrows.
28
Grade
Ordinary
Medium
High
Sub. Grade
OCC
ONP
OMP
SWL
Mixed Paper
SOP
OCC
ONP
OMP
SWL
Mixed Paper
SOP
OCC
ONP
OMP
SWL
SOP
Prohibitive
Material (%)
1
2
1
1
2
1
1
1
1
0,5
1
1
0
1
1
0
0
Outthrows (%)
5
4
3
2
5
5
2
3
2
1
3
3
2
2
1
0,5
1
3. Kertas
29
BAB III
DESKRIPSI PERUSAHAAN
3.1
: Dahlan Iskan
Komisaris
: Nany Widjaja
Direktur Utama
: Misbahul Huda
Direktur
30
31
Menjaga dan membina koordinasi yang baik terhadap semua bagian yang
ada dalam perusahaan,
2. Direktur Keuangan
keuangan perusahaan,
3. Direktur Produksi
4. Plant Manager
Menjaga dan membina koordinasi yang baik terhadap semua bagian yang
ada dalam perusahaan,
32
6. Kabag Umum
Menyelenggarakan
lalulintas
keuangan
seperti
penerimaan
dan
pengeluaran uang,
7. Kabag Pemasaran
33
Mengatur
mesin-mesin
pengatur
kertas
yang
digunakan
untuk
11. Kabag Waste Water Treatment (WWT) Dan Water treatment (WT)
34
3.3
Proses Produksi
3.3.1
Bahan Baku
Untuk proses produksi kertas koran, PT Adiprima
Suraprinta
menggunakan bahan baku dari kertas-kertas bekas yang terdiri dari ONP
(Old New Paper) dan SWL (Sorted White Ledger). ONP (Old new Paper)
adalah bahan baku yang berasal dari koran bekas sedangkan SWL (Sorted
White Ledger) adalah jenis bahan baku yang berasal dari kertas bekas yang
warnanya putih seperti HVS dll. Selain bahan baku, dalam produksi kertas
koran PT Adiprima Suraprinta juga menggunakan bahan pembantu seperti
H2O2 (Hidrogen peroxida), Sodium Silicate, Caustic Soda, Deinking Agent,
Chelating Agent dan bahan kimia lainnya.
Bahan baku ONP dan SWL tersebut berasal dari dalam negeri dan luar
negeri. Akan tetapi bahan baku tersebut sebagian besar dipasok dari luar
negeri karena ketersediaan bahan baku lokal (Dalam Negeri) tidak mampu
mencukupi permintaan PT Adiprima Suraprinta.
Didalam pengadaan bahan baku maupun bahan pembantu, PT Adiprima
Suraprinta menjalin kerja sama dengan pemasok dari dalam negeri dan luar
negeri. Hal tersebut dikarenakan kontinuitas pasokan bahan-bahan tidak
mengalami hambatan sehingga proses produksi tidak terganggu.
3.3.2
Stock Preparation
Pada tahapan Stock Preparation yang pertama dilakukan adalah dari
35
memisahkan kotoran kasar seperti plastik dll. Untuk kertas yang tidak mudah
dihancurkan, ditampung pada Dump Chest yang berfungsi sebagai tempat
menampung proses kimia dan deinking/repulping. Kemudian dilanjutkan pada
proses selanjutnya yaitu:
2.
Paper Machine
Pada bagian paper machine terjadi proses screening / penyaringan
buburan sehingga buburan yang bagus langsung masuk ke Head Box. Buburan
yang masuk ke Head Box akan diratakan oleh mesin Head Box. Setelah
diratakan, buburan tersebut masuk kedalam Weir Part dengan tujuan buburan
tersebut dijadikan berupa lembaran dengan cara air yang ada pada buburan
diambil dengan cara vakum sekaligus terjadi pembentukan formasi atau
pembentukan anyaman kertas. Proses selanjutnya yaitu pengepresan dan
pemadatan melalui press part serta pengeringan dengan Dryer. Kemudian
36
PM1 : Rata-rata produksi per hari untuk PM1 adalah kurang lebih sebesar 150
Ton/hari,
PM2 : Rata-rata produksi per hari untuk PM2 adalah kurang lebih sebesar 200
Ton/hari.
Sehingga total produksi kertas koran PT Adiprima Suraprinta perharinya
kurang lebih sebesar 350 ton/hari.
3.4
3.4.1
37
dan
dimanfaatkan
sehingga
mengurangi
beban
38
3.4.2
Pengolahan Limbah
Pengolahan limbah di PT. Adiprima Suraprinta meliputi : pengolahan
limbah cair dan pengolahan limbah padat
A. Pengolahan Limbah Cair
Pengolahan limbah cair di PT. Adiprima Suraprinta dinamakan dengan
Waste Water Treatment Plant (WWTP). PT. Adiprima Suraprinta memiliki dua
unit Waste Water Treatment Plant (WWTP) yang terdiri dari WWTP 1 dan
WWTP 2.
Didalam unit pengolahan WWTP pertama ditampung di WWTP 1,
setelah terjadinya poses di WWTP 1, berkelanjutan akhirnya limbah di tampung
di WWTP 2 jadi tidak ada perbedaan secara spesifik limbah didalam unit WWTP
1 dan WWTP 2 pada unit pengolah limbah di PT. ADIPRIMA SURAPRINTA.
A.1
Screening
Bangunan ini berfungsi menyaring padatan-padatan yang
berukuran besar seperti kaca, plastik, kawat, kertas, botol dan lain-lain
yang terbawa dalam saluran inlet sehingga tidak merusak pompa yang
terdapat dalam WWC/Influent Tank. Screen yang di gunakan adalah
screen dengan pembersih manual berupa besi dengan diameter 10 mm,
panjang 1 m dan lebar bukaan 10 mm.
39
WWC/Influent Tank
Bak ini berfungsi untuk :
-
Activated Tank
Activated Tank merupakan bak aerasi dimana air limbah
diuraikan secara aerobik oleh mikroorganisme. Terdapat dua buah
activated tank yang masing-masing bak memiliki kapasitas 2447 m3,
dimensi 24m x 24 m x 5,47 m dan Top Water Level 4,3 m. Aerator
yang digunakan pada bak activated sludge memiliki power 75 kw dan
dapat mentrasfer oksigen sebesar 155 kg/hari. Disini aerator yang
digunakan menggunakan sistem diffuser tube.
Secondary Clarifier
Bak ini berfungsi untuk mengendapkan lumpur sehingga banyak
menghasilkan air yang jernih. Secondary clarifier berjumlah 2 (dua)
unit dengan bentuk lingkaran yang kapasitas tiap baknya 450 m 3,
40
Bak Kontrol
Bak ini berfungsi untuk mengontrol kadar pencemar air limbah
yang sudah mengalami proses pengolahan di WWT 1 sebelum dibuang
ke sungai. Apabilah air limbah tersebut sudah memenuhi standar baku
mutu air limbah maka air tersebut dialirkan ke effluent pit dan
kemudian siap untuk di buang ke sungai.
Influent Box
Influent box berfungsi untuk menampung air limbah yang telah
disaring di bar screen.
Rotary Screen
Bangunan ini berfungsi untuk menyaring padatan-padatan halus
yang masih lolos dari Bar Screen. Screen yang digunakan adalah
screen dengan pembersihan secara mekanik.
Influent Tank
Bak ini berfusi untuk :
41
Koagulan-Flokulan Tank
Bak koagulan-flokulan berfungsi untuk menampung air limbah
yang berasal dari influent tank dan filtrat tank. Selain itu juga, bak
koagulan-flokulan berfungsi untuk proses pembentukan flok-flok agar
dapat diendapkan dengan mudah. Dalam proses koagulan-flokulan
tidak ada penambahan bahan kimia.
Kapasitas bak Koagulasi adalah sebesar 166 m3 dengan dimensi 9
m x 9m x 2,55 m dan Top Water Level 2,05 m. sedangkan bak flokulasi
memiliki kapasitas 40 m3 dengan dimensi bak adalah 9 m x 2,4 m x
2,55 m dan Top Water Levelnya 1,85 m.
Primary Clarifier
Bak ini berfungsi untuk menampung air limbah dari bak
koagulan-flokulan, meredam fluktuasi aliran yang masuk ke instalasi
sekaligus sebagai proses pengendapan. Bak ini juga dilengkapi dengan
scrapper yang berfungsi untuk menyapu endapan yang terbentuk di
dasar bangunan dalam zona pengendapan. Outlet menggunakan Weir
dengan system pelimpahan yang dipasang disekeliling bangunan
primary clarifier yang menuju Balance tank.
Primary clarifier mimiliki kapasitas penampungan sebesar 6500
m3, dimensi bak 35 m x 8,18 m x 7,655 m, Top Water Level 7,655 dan
mempunyai waktu tinggal selama 9,9 hari.
Balance Tank
42
Cooling Tower
Cooling tower merupakan bangunan yang berfungsi untuk
menurunkan temperatur air limbah dari balance tank sebelum masuk ke
bak CSAS. Air limbah dari balance tank sebelum masuk ke cooling
tower memiliki temperatur 37 0C, setelah masuk ke cooling tower
temperaturnya dapat diturunkan sampai 33 0C. Setelah temperaturnya
sudah mencapai 33 0C kemudian air limbah tersebut di alirkan ke
CSAS.
CSAS Tank
CSAS tank merupakan bak aerasi dimana air limbah diuraikan
secara aerobik oleh mikroorganisme. Ada 3 buah bak CSAS yang
masing bak memiliki kapasitas penampungan 5458 m3 dengan dimensi
bak 105 m x 11.3 m x 5,1 m, dan top water level 4,6 m.
Pada proses aerasi ini, alat yang digunakan untuk menginjeksikan
udara kedalam air adalah menggunakan Blower. Pada masing-masing
bak CSAS terdapat 6 unit blower dengan power blower per unit
sebesar 75 kw. sedangkan kapasitas transfer udara masing-masing
blower yaitu 3300 Nm3/jam.
Effluent Tank
Air hasil pengolahan dari CSAS akan di tampung di bak ini
sebelum di alirkan ke effluent chanel dan sebagian lainnya digunakan
untuk belt press, shower, taman dan kolam indikator.
Effluent Chanel
43
A.2
Air limbah dari tahapstock preparation (SP-1) dan tahap paper machine
(PM-1) secara gravitasi masuk ke Waste Water Collection/Influent tank
setelah melalui screening yang berfungsi untuk menyaring kotorankotoran kasar seperti plastik, kayu, mika, dan lain-lain. Pada bangunan
ini dilakukan penambahan H2SO4 untuk menetralkan pH.
44
Air limbah dari tahap stock preparation (SP-1 dan SP-2) dan tahap
paper machine (PM-1 dan PM-2) di alirkan secara gravitasi masuk ke
influent box setelah melalui proses penyaringan untuk menghilangkan
kotoran-kotoran kasar seperti plastik, kayu, mika dan lain-lain.
Air limbah di influent box akan di pompa ke rotary screen untuk proses
penyaringan selanjutnya.
Air limbah yang telah masuk ke rotary screen akan disaring lagi untuk
memisahkan kotoran-kotoran yang lebih halus yang masih lolos dari
bar screen. Setelah itu, air limbah yang telah di saring di rotary screen
di alirkan secara gravitasi menuju influent tank.
45
Air limbah yang masuk ke bak CSAS diinjeksikan dengan urea dan
phosphoric acid sebagai nutrient bagi mikroorganisme. Inlet bak CSAS
bersifat kontinyu. Pada bak ini terjadi proses aerasi dimana air limbah
dikontakkan dengan udara menggunakan blower. Proses aerasi
berlangsung selama 4 jam. Sedangkan waktu settling selama 1 jam dan
pembuangan berlangsung selama 1 jam. Apabila sludge yang berada
didalam bak CSAS sudah melebihi kapasitas, maka sebagian dari
sludge tersebut akan dikembalikan lagi ke influent tank.Sedangkan air
limbah hasil settling akan di buang (dialirkan) ke bak effluent.
Pada bak effluent, sebagian air limbah akan digunakan kembali. Seperti
penggunaan untuk shower, taman, kolam indikator dan belt press.
46
Belt Press
Alat ini berfungsi untuk memisahkan cairan dari padatan hingga
kadar air di buburan tinggal 65-75 % dengan konsentrasi 2-3 % sludge
kering. Namun sebelum buburan masuk ke belt press, buburan tersebut
diinjeksikan dengan polymer.
Conveyor
Conveyor merupakan alat yang berfungsi untuk mengangkut
buburan hasil pengepresan di Belt Press ke Screw Press.
47
Screw Press
Alat ini pada dasarnya sama fungsinya dengan Belt Press. Akan
tetapi kekuatan pengepresannya lebih besar dari Belt Press. Alat ini
mampu memisahkan kadar air di buburan hingga tinggal 45 %.
Sludge Bund
Bagunan ini adalah tempat penampungan sementara sludge yang
sudah mengalami proses pengurangan kadar air di screw press.
48
Ukuran 24 m x 12 m x 4 m,
49
pH 6,0 9,0
pH 6,0 8,5
SS <750 mg/l,
Tempratur <37 0C
3. Activated sludge
Dari 2 buah bak activated sludge yang terdapat pada WWT-1
memiliki standar pengolahan yang sama.
-
pH 6,0 8,5
SV30<950 ml/l
SVI30<400 ml/gr
DO >O,5 mg/l
pH 6,0 8,5
pH 6,0 8,5
50
pH 6,0 9,0
Temperatur <45 oC
pH 6,0 8,5
Temperatur <37 0C
SS<750 mg/l
3. CSAS Tank
Bak ini berjumlah 3 buah namun standar pengolahan dari ke-3
bak ini sama. Berikut ini adalah standar pengolahan pada CSAS
Tank :
-
51
pH 6,0 9,0
Temperatur <35 0C
SVI30<300 ml/gr
DO >0.5 mg/l
4. Effluent Tank
-
pH 6,0 8,5
Temperatur <35 0C
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Dari pelaksanaan kerja praktek di PT. ADIPRIMA SURAPRINTA
diperoleh data data berupa analisa Laboratorium WWT dan pengamatan
lapangan, diperoleh data sebagai berikut :
Table IV.1 Karakteristik limbah sebelum mengalami pengolahan
Hasil Uji Laboratorim
No
Parameter
Satuan
Kadar
Baku mutu
52
BOD
mg/l
587,4
70
COD
mg/l
1353,2
150
TSS
13
70
pb
mg/l
<LD
0,1
Suhu
29
Ph
7,50
6-9
Satuan
mg/l
Kadar
12,93
Baku Mutu
70
COD
mg/l
30,578
150
TSS
mg/l
70
pb
mg/l
<LD
0,1
suhu
29
pH
7,50
69
53
Berdasarkan
hasil
pengolahan
limbah
cair
yang
telah
diuji
dilaboratorium seperti yang tertera pada Tabel IV.2 diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa hasil pengolahan tersebut telah memenuhi nilai standar baku
mutu sesuai dengan SK Gub. No. 136 Tahun 1994. Dari hasil analisa tersebut
maka limbah cair tersebut dapat langsung di buang ke badan air (sungai).
4.1
Pembahasan
Dari hasil pengolahan limbah cair, maka kita dapat melihat kemampuan
pengolahan atau unjuk kerja dari pengolahan limbah di PT. Adiprima Suraprinta
mengenai limbah cair.
54
Parameter
Satuan
Kadar
Sebelum
%
Sesudah
BOD
mg/l
587,4
12,93
Penurunan
97,80
COD
mg/l
1353,2
30,578
97,74
TSS
mg/l
13
92,31
pb
mg/l
<LD
<LD
Suhu
29
29
0,00
pH
7,50
7,50
0,00
Dari tabel IV.3 dapat dilihat bahwa pengolahan limbah cair yang dimiliki
oleh PT. Adiprima Suraprinta mempunyai kadar penurunan tertinggi terdapat
pada parameter BOD yaitu 97,80 % sedangkan penurunan terendah terdapat
pada suhu dan pH yaitu 0,00 %.
BAB V
TUGAS KHUSUS
55
5.I
KEBIJAKAN K3
PT ADIPRIMA SURAPRINTA
Manajemen dan segenap karyawan PT Adiprima Suraprinta berkomitmen
untuk menyediakan dan menjaga lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi
karyawan kami, pelanggan dan masyarakat sekitar dengan cara :
Melaksanakan
program-program
pelatihan
dan
pembelajaran
untuk
meningkatkan kesadaran akan K3, rasa tanggung jawab serta keterampilan yang
menunjang terciptanya perlindungan K3 yang optimal.
MISBAHUL HUDA
DIREKTUR UTAMA
5.2 Organisasi SMK 3 ADIPRIMA SURAPRINTA
56
57
58
Operasional
untuk melaksanakantugas
Prosedur
pekerjaan
adalah
sesuai
pedoman
dengan
fungsi
atau
dan
acuan
alat
59
60
bekerja
sesuai
untuk
menjaga keselamatan tenaga kerja itu sendiri maupun orang lain di tempat kerja.
a. Tujuan Penggunaan APD
Melindungi kulit dan selaput lendir petugas dan resiko pajanan darah,
semua jenis cairan tubuh, sekret ekskreta, kulit yang tidak utuh dan selaput
lendir psien atau lainnya.
b. Macam-macam alat APD
- Safety shoes. Seperti sepatu biasa, tapi dari bahan kulit dilapisi metal
dengan sol dari karet tebal dan kuat. Berfungsi untuk mencegah kecelakaan fatal
yang menimpa kaki karena tertimpa benda tajam atau berat, benda panas, cairan
kimia, dsb.
- Helmet.
61
Gambar 5.4
Masker. Berfungsi sebagai penyaring udara yang dihirup saat bekerja di tempat dengan
Helmet
- Sarung tangan. Berfungsi sebagai alat pelindung tangan pada saat bekerja di tempat
atau situasi yang dapat mengakibatkan cedera tangan. Bahan dan bentuk sarung tangan
di sesuaikan dengan fungsi masing-masing pekerjaan.
62
- Jas hujan.
Berfungsi melindungi dari percikan air saat bekerja (misal bekerja pada
waktu hujan atau sedang mencuci alat).
Semua jenis APD harus digunakan sebagaimana mestinya, gunakan pedoman yang
benar-benar sesuai dengan standar keselamatan kerja (K3L : Kesehatan, Keselamatan
Kerja dan Lingkungan)
63
menyimpan supaya dapat mudah diakses terbukti sangat berguna bagi sebuah
perusahaan.
Langkah melakukan RINGKAS :
1. Cek-barang yang berada di area masing-masing.
2. Tetapkan kategori barang-barang yang digunakan dan yang tidak digunakan.
3. Beri label warna merah untuk barang yang tidak digunakan
4. Siapkan tempat untuk menyimpan / membuang /memusnahkan barang-barang
yang tidak digunakan.
5. Pindahkan barangbarang yang berlabel merah ke tempat yang telah ditentukan.
RAPI
Prinsip RAPI adalah menyimpan barang sesuai dengan tempatnya.
Kerapian adalah hal mengenai sebagaimana cepat kita meletakkan barang dan
mendapatkannya kembali pada saat diperlukan dengan mudah. Perusahaan tidak
boleh asal-asalan dalam memutuskan dimana benda-benda harus diletakkan
untuk mempercepat waktu untuk memperoleh barang tersebut.
Langkah melakukan RAPI :
1. Rancang metode penempatan barang yang diperlukan, sehingga mudah
didapatkan saat dibutuhkan
2. Tempatkan barang-barang yang diperlukan ke tempat yang telah dirancang dan
disediakan
3. Beri label / identifikasi untuk mempermudah penggunaan maupun
pengembalian ke tempat semula.
RESIK
Prinsip
RESIK
adalah
membersihkan
tempat/lingkungan
kerja,
64
RAWAT
Prinsip RAWAT adalah mempertahankan hasil yang telash dicapai pada
3R sebelumnya dengan membakukannya (standardisasi).
Langkah melakukan RAWAT :
1. Tetapkan standar kebersihan, penempatan, penataan
2. Komunikasikan ke setiap karyawan yang sedang bekerja di tempat kerja
RAJIN
Prinsip RAJIN adalah terciptanya kebiasaan pribadi karyawan untuk
menjaga dan meningkatkan apa yang sudah dicapai. RAJIN di tempat kerja
berarti pengembangan kebiasaan positif di tempat kerja. Apa yang sduah baik
harus selalu dalam keadaan prima setiap saat. Prinsip RAJIN di tempat kerja
adalah LAKUKAN APA YANG HARUS DILAKUKAN DAN JANGAN
MELAKUKAN APA YANG TIDAK BOLEH DILAKUKAN
Langkah melakukan RAJIN :
1. Target bersama,
2. Teladan atasan
3. Hubungan/komunikasi di lingkungan kerja
4. Kesempatan belajar
Gambar 5.9 5R
65
a.
Arti dari lambang di bawah ini adalah dilarang mengeluh tentang pekerjaan
atau kewajiban yang sudah menjadi tanggung jawab di setiap harinya.
Lambang di bawah ini memberikan motivasi atau semangat agar karyawan
tidak selalu mengeluh.
b.
c.
Bahan kimia memiliki titik nyala rendah dan mudah menyala/terbakar dengan
api bunsen, permukaan metal panas atau loncatan bunga api. Contoh bahan
dengan sifat tersebut misalnya minyak terpentin, dietil eter (C2H5OC2H5),
karbon disulfide (CS2), asetilena (C2H2).
66
d.
Gambar
5.12CORROSIVE
Mudah
Bahan dan formulasi dengan
notasi
adalah merusak jaringan
Gambar 5.13
e.
Korosif
Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya TOXIC dapat
menyebabkan kerusakan kesehatan akut atau kronis dan bahkan kematian
pada konsentrasi sangat rendah jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, melalui
mulut (ingestion),atau kontak dengan kulit. Bahan karsinogenik dapat
menyebabkan kanker atau meningkatkan timbulnya kanker jika masuk ke
tubuh melalui inhalasi, melalui mulut dan kontak dengan kulit.Contoh bahan
dengan sifat tersebut misalnya solven-solven seperti metanol (toksik) dan
benzene (toksik, karsinogenik). karbon tetraklorida (CCl4), Hidrogen sulfida
(H2S), Benzena (C6H6).
Gambar 5.14
Beracun
67
f.
Ledakan akan dipicu oleh suatu reaksi keras dari bahan. Energi tinggi
dilepaskan dengan propagasi gelombang udara yang bergerak sangat cepat.
Resiko ledakan dapat ditentukan dengan metode yang diberikan dalam Law
for Explosive Substances. Asam nitrat dapat menimbulkan ledakan jika
bereaksi dengan beberapa solven seperti aseton, dietil eter, etanol, dll. Contoh
yang lain KClO3, NH4NO3.
Gambar 5.15
Bertekanan Tinggi
68
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
Kesimpulan
Dari hasil pengamatan pada unit pengolahan limbah cair di PT.
ADIPRIMA SURAPRINTA dapat disimpulkan bahwa :
1. Unit pengolahan Waste Water Treatment (WWT) yang dimiliki oleh PT.
ADIPRIMA SURAPRINTA ada 2 (dua) yaitu WWT-1 dan WWT-2,
2. Sistem pengolahan limbah cair di PT. ADIPRIMA SURAPRINTA tergolong
lengkap, karena meliputi pengolahan Fisik, Kimia dan Biologi,
3. Dari kemampuan kerja atau unjuk kerja di PT. ADIPRIMA SURAPRINTA
cukup baik, karena mampu mendegradasi kadar limbah cair tersebut dibawah
standar baku mutu.
4. Hasil effluent yang dibuang ke sungai masih di bawah standar baku mutu
yang
5. telah ditentukan yaitu :
-
TSS = 1 mg/l
pb = <LD
Suhu = 29 0C
pH = 7,50
(Baku mutu = 6 9)
69
6.2
Saran
70
1. Perlu dipertahankan nilai effluent limbah cair yang sudah baik dari unit
pengolahan limbah cair baik pengolahan di WWT-1 maupun di WWT-2,
2. Nilai COD perlu di perhatikan karena proses kimia biologis kurang
konsisten sehingga menyebabkan kadar COD naik turun (fluktuatif),
3. Suhu inlet activated tank dan outlet primery clarifier agar selalu berada di
bawah 37 0C.
4. Agar Proses pengeringan dan penghancuran lumpur menjadi pasir sebaiknya
untuk unit penampung pasir setelah dewetering agar diperbesar karena
mengingat sistem produksi yang berkelanjutan selama 24 jam sehingga
terproduksi setara terus menerus, mengakibatkan hasil dewetering yang
menumpuk.
71
DAFTAR PUSTAKA
Adiprima suraprinta PT, Departemen Litbang Biro SDM Proses limbah cair
industry pulp dan kertas, Gresik.
SK Gub. Tahun 2003. No. 72 Baku mutu limbah cair bagi industry atau
kegiatan usaha lainnya di Jawa Timur, Surabaya, Jawa Timur.
72
LAMPIRAN A
GAMBAR
A.1.
A.2.
Difusser Aeration
73
A.3.
A.4.
74
A.5.
A.6.
75
A.7.
Outlet IPAL
76