Anda di halaman 1dari 76

Laporan Kerja Praktek di PT.

ADIPRIMA SURAPRINTA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Kerja praktek merupakan salah satu tugas wajib pada tahap sarjana bagi
seluruh Mahasiswa Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan
Perencanaan UPN Veteran Jawa Timur.
Dengan dilaksanakannya kerja praktek ini, diharapkan mahasiswa dapat
menambah ilmu pengetahuan dan pemahaman maupun informasi yang selama
ini belum pernah diperoleh dibangku kuliah, serta diharapkan dapat menimba
pengalaman secara langsung dari tenaga ahli dibidang pengolahan limbah yang
ada di PT Adiprima Suraprinta, yaitu suatu perusahaan yang memproduksi
kertas koran dan merupakan salah satu dari group Jawa Pos. Kerja praktek ini
dilaksanakan selama 1 bulan dan dimulai pada tanggal 01 Agutus 2016 sampai
dengan 31 Agustus 2016.
Lebih jauh lagi dengan adanya kegiatan kerja praktek ini, diharapkan
setelah selesai kuliah nanti, kami dapat bekerja sesuai dengan bidang ilmu yang
kami ambil dan tidak mengalami masalah yang berarti. Serta dalam kesempatan
ini pula, mahasiswa dituntut dapat mempersiapkan diri untuk mengabdikan diri
di masyarakat.

1.2

Maksud dan Tujuan


Maksud

dari

pelaksanaan

kerja

praktek

ini

adalah

untuk

mengimplementasikan ilmu pengetahuan dan teknologi yang diperoleh dari


perkuliahan, sehingga dapat mengetahui sejauh mana korelasi antara teori dan
praktek di lapangan. Adapun tujuan dari kerja praktek ini adalah:
1.

Mengetahui secara jelas permasalahan di lapangan.

2.

Melakukan studi perbandingan antara teori yang diperoleh dalam


perkuliahan dengan aplikasi di lapangan.

3.

Untuk mengetahui dan mempelajari tentang pengolahan limbah di PT


Adiprima Suraprinta.

4.

Memenuhi persyaratan kurikuler Program Studi Teknik Lingkungan.

Laporan Kerja Praktek di PT. ADIPRIMA SURAPRINTA

5.

Dunia usaha mampu mewujudkan keperdulian dan partisipasinya dalam


ikut memberikan kontribusi pada sistem pendidikan nasional.

6.

Menumbuhkan dan menciptakan pola berpikir konstruktif yang


berwawasan bagi mahasiswa dan dunia kerja.

1.3

Manfaat Kerja Praktek


1.

Untuk memperoleh pemahaman serta peningkatan wawasan yang


berkenaan dengan kegiatan di perusahaan, terutama yang berkaitan
dengan pengolahan limbahnya.

2.

Memberikan informasi kepada pihak pabrik tentang kemampuan


pengolahan limbah yang ada

1.4

Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari pelaksanaan kerja praktek ini meliputi:
1. Proses produksi di PT. ADIPRIMA SURAPRINTA yang terdiri dari :

Bahan baku,

Stock preparation (SP),

Paper Machine (PM),

2. Proses pengolahan air bersih yang dilaksanakan di WT-1 dan WT-2


3. Proses pengolahan Limbah yang di laksanakan di WWT-1 dan WWT-2

Laporan Kerja Praktek di PT. ADIPRIMA SURAPRINTA

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengetahuan Industri Kertas di Dunia
Produksi pulp Dunia pada tahun 2010 masih didominasi oleh Amerika utara
dan Eropa sedangkan produksi kertas didominasi oleh negara Asia dan Eropa,
terlihat pada tabel 1.1.
Tabel 1.1. Produksi Pulp dan Kertas Dunia Tahun 2010
Uraian

Produksi Dunia
Amerika Utara
Eropa
Asia
Amerika Latin
Oceania
Afrika
Timur Tengah
Sumber : RISI, 2011

Pulp
Juta Ton

(%)

Kertas
Juta Ton

(%)

185.6
67.8
46.8
44.5
21.1
2.9
2.1
0.4

100,00
36.5
25.2
24.0
11.3
1.5
1.1
0.5

393.9
88.6
109.6
164.4
20.3
4.3
2.8
3.9

100,00
22.5
27.8
41.7
5.2
1.1
0.7
1.0

Industri pulp dan kertas Indonesia masing-masing menempati posisi


9 dunia (Buletin APKI, Oktober 2011). Melihat perkembangan industri pulp
dan kertas Indonesia yang begitu pesat dan mendunia, tidak mengherankan
kalau industri ini menjadi sasaran kampanye hitam internasional (black
campaign) untuk menghambat perkembangan industri pulp dan kertas
Indonesia. Utamanya kampanye hitam ini dikaitkan dengan isu lingkungan
hidup. Untuk mengimbangi kampanye hitam ini industri pulp dan kertas
Indonesia dalam melaksanakan kegiatannya, perlu mempertimbangkan (i)
menjaga kelestarian Sumber Daya Alam (SDA) dan Lingkungan Hidup
(LH) serta menjaga kemampuan SDA dalam mendukung pembangunan
berkelanjutan; (ii) mengendalikan tingkat pencemaran dan perusakan
lingkungan hidup; (iii) tidak melakukan illegal logging; (iv) dapat

Laporan Kerja Praktek di PT. ADIPRIMA SURAPRINTA

menurunkan emisi karbon; dan (v) mempersiapkan industrinya dalam


menghadapi dampak perubahan iklim.
Kelompok industri hulu kertas adalah industri pulp, yang terdiri dari
virgin pulp dan pulp dari kertas daur ulang (recovered paper). Virgin pulp secara
garis besar ada dua macam yaitu pulp serat pendek (Leaf Bleached Kraft Pulp) dan
pulp serat panjang (Needle Bleached Kraft Pulp). Untuk industri pulp di Indonesia,
sebagian besar menggunakan bahan baku kayu yang berasal dari Hutan Tanaman
Industri (HTI). Akan tetapi, seiring dengan makin terbatasnya pasokan kayu, dan
makin tingginya kesadaran dunia terhadap masalah lingkungan, maka pada dekade
terakhir berkembang pesat penggunaan kertas daur ulang sebagai bahan baku
industri kertas. Disamping itu, pemakaian kertas daur ulang sebagai bahan baku
industri juga dipicu oleh harganya yang relatif murah serta adanya dukungan
teknologi yang dapat dipakai untuk membuat kertas dengan kualitas yang baik.
Kebutuhan kertas daur ulang untuk industri kertas nasional pada saat ini sekitar 6.5
juta ton per tahun, sekitar 4.2 juta ton (65%) dipasok dari pengumpulan kertas
bekas lokal, sisanya sekitar 2.4 juta ton (35%) masih diimpor (sumber: roadmap
industri pulp dan
kertas kementerian perindustrian, 2011)

Pada Gambar 1.1, untuk kurun 2006 2010 terlihat adanya peningkatan.
produksi pulp dan kertas dan peningkatan konsumsi kertas. Ini bisa
digunakan sebagai data penyeimbang kampanye hitam, bahwa pertumbuhan
industri kertas Indonesia, tidak serta merta membabat habis hutan, tetapi juga
memanfaatkan kertas bekas sebagai bahan baku. Sumber : Direktori APKI, 2011
Gambar 1.1. Produksi-Konsumsi Pulp, Kertas, dan Kertas Bekas

Laporan Kerja Praktek di PT. ADIPRIMA SURAPRINTA

(Sumber : RISI, 2011)


Gambar 1.2. Distribusi Produksi Kertas dan Karton Dunia

Penggunaan bahan baku kertas bekas untuk pembuatan kertas akan semakin
meningkat seiring dengan tekanan internasional di bidang lingkungan hidup.
Pengembangan bahan baku kayu akan dilakukan oleh Negara-negara yang masih
memiliki potensi hutan yang cukup besar, seperti : Indonesia dan Negara-negara di
Amerika Latin, dengan sistem HTI dan penerapan SFM (Sustainable Forest
Management). Dalam rangka memastikan penggunaan bahan baku industri
kehutanan yang legal, Kementerian Kehutanan telah menerbitkan Peraturan Menteri
Kehutanan No. 38 tahun 2009 tentang Standar dan Pedoman Penilaian Kinerja
Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan Verifikasi Legalitas Kayu pada Pemegang
Izin atau pada Hutan Hak.
2.2.

Limbah
Limbah merupakan suatu barang (benda) sisa/buangan dari sebuah
kegiatan produksi yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak
dikehendaki lingkungannya, karena tidak bermanfaat/bernilai ekonomi lagi.
Limbah Industri bersumber dari kegiatan industri baik karena proses secara
langsung maupun tidak langsung. Limbah yang bersumber langsung dari
kegiatan yaitu limbah yang terproduksi bersamaan dengan proses produksi
sedang berlangsung dimana produk dan limbah hadir pada saat yang sama

Laporan Kerja Praktek di PT. ADIPRIMA SURAPRINTA

sedangkan limbah tidak langsung terproduksi sebelum proses maupun sesudah


proses (Ginting, 2007).
Limbah membutuhkan penanganan bila mengandung senyawa pencemar
yang berakibat menciptakan kerusakan lingkungan atau potensial menciptakan
pencemaran. Dalam setiap proses produksi suatu industri akan menghasilkan
beberapa jenis limbah, dimana satu sama lain jenis dan karakteristik limbah dari
masing masing industri berbeda satu sama lain. Hal ini sangat tergantung pada
input, proses serta output yang dihasilkan dalam suatu industri (Nurika dkk,
2006). Limbah yang terbuang apabila mempunyai jumlah beban relatif sedikit
dibanding dengan lingkungan tempat dibuangnya, limbah tersebut belum
membahayakan lingkungan. Apabila beban limbah (debit dan konsentrasi)
berada diatas nilai ambang batas (NAB) yang diperbolehkan, maka akan
mempunyai dampak yang merugikan dan membahayakan lingkungan sekitarnya
termasuk manusia. Dampak lingkungan yang timbul tergantung dari sifat dan
jumlah limbah, serta daya dukung atau kepekaan lingkungan yang menerimanya.

Laporan Kerja Praktek di PT. ADIPRIMA SURAPRINTA

2.3.

Air Limbah
Menurut SK Gubernur Jawa Timur No. 72 tahun 2013 yang tertera pada
bab 1 ketentuan umum - pasal 1, pengertian air limbah adalah sisa dari suatu
usaha dan atau kegiatan yang berwujud cair yang di buang ke lingkungan yang
dapat menurunkan kualitas lingkungan.
Menurut Bishop (2000), limbah cair merupakan material sisa dari suatu
proses produksi yang mengandung bahan-bahan organik maupun anorganik
yang mempunyai karekteristik tertentu. Limbah cair industri berbeda satu sama
lain dari segi komponen penyusun, konsentrasi, dan jumlah dari industri ke
industri dan dari fasilitas ke fasilitas dalam industri.
Limbah cair atau air limbah adalah air yang tidak terpakai lagi, yang
merupakan hasil dari berbagai kegiatan manusia sehari-hari. Dengan semakin
bertambah dan meningkatnya jumlah penduduk dengan segala kegiatanya, maka
jumlah air limbah juga mengalami peningkatan. Pada umumnya limbah cair
dibuang ke dalam tanah, sungai, danau dan laut. Jika jumlah air limbah yang
dibuang melebihi kemampuan alam untuk menerima atau menampungnya, maka
akan terjadi kerusakan lingkungan (Siregar, 2005).
Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat
tertentu tidak dikehendaki lingkungannya karena tidak mempunyai nilai
ekonomi. Limbah yang mengandung bahan polutan yang memiliki sifat racun
dan berbahaya dikenal dengan limbah B3, yang dinyatakan sebagai bahan yang
dalam jumlah relatif sedikit tetapi berpotensi untuk merusak lingkungan hidup
dan sumberdaya (Ginting, 2007).
Limbah cair bersumber dari pabrik yang biasanya banyak menggunakan
air dalam sistem prosesnya. Di samping itu ada pula bahan baku mengandung air
sehingga dalam proses pengolahannya air harus dibuang. Air terikut dalam
proses pengolahan kemudian dibuang misalnya ketika dipergunakan untuk
pencuci suatu bahan sebelum diproses lanjut. Air ditambah bahan kimia tertentu
kemudian diproses dan setelah itu dibuang. Semua jenis perlakuan ini
mengakibatkan buangan air (Dedistyawan, 2012).
Limbah cair (wastewater) adalah buangan dalam bentuk cair berasal dari
aktivitas masyarakat/rumah dan juga dari proses produksi industri. Pengolahan

Laporan Kerja Praktek di PT. ADIPRIMA SURAPRINTA

limbah adalah proses untuk mengubah karakteristik dan komposisi limbah untuk
menghilangkan atau mengurangi sifat bahaya atau sifat racun yang dimilikinya
(Nurul Hidayat, 2013).
Air limbah rumah tangga mengandung :
1.
2.
3.

Buangan tubuh manusia (human body waste)


Buangan dapur
dan kamar mandi (sullage)

Air limbah yang masih baru ini mengandung padatan yang sangat halus dalam
suspense koloidal, polutan atau juga butiran kasar. Untuk komposisi air limbah
jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Gambar 2.1. Komposisi Air Limbah (Nurul Hidayat. 2013)


2.3

Sumber Air Limbah


Batasan mengenai air limbah yang banyak dikemukakan, pada umumnya
meliputi komposisi dan sumber dari mana air limbah itu berasal. Metcalf &
Eddy, mengemukakan batasan air limbah sebagai berikut air limbah adalah
kombinasi dari cairan dan sampah sampah cair yang berasal dari pemukiman,
perdagangan, dan industri bersama sama dengan air tanah, air permukaan, dan
air hujan yang mungkin ada. Sedangkan menurut Ehler dan Steel air limbah
adalah cairan yang dibawa oleh saluran air limbah.
Dari kedua batasan tersebut dapat diambil sebuah kesimpulan mengenai
batasan air limbah yaitu cairan air limbah berasal dari rumah tangga (termasuk
tinja), industri maupun tempat tempat umum lainnya, dan biasanya

Laporan Kerja Praktek di PT. ADIPRIMA SURAPRINTA

mengandung zat zat yang berbahaya terhadap kehidupan manusia serta


kelestarian lingkungan hidup.
2.3.1 Air Limbah Domestik
Limbah organik adalah limbah yang dapat diuraikan secara sempurna
oleh proses biologi baik aerob atau anaerob. Limbah organik mudah membusuk,
seperti sisa makanan, sayuran, daun-daunan kering, potongan-potongan kayu,
dan sebagainya. Limbah organik terdiri atas bahan-bahan yang besifat organik
seperti dari kegiatan rumah tangga maupun kegiatan industri.
Limbah ini juga bisa dengan mudah diuraikan melalui proses yang alami.
Limbah ini mempunyai sifat kimia yang stabil sehingga zat tersebut akan
mengendap kedalam tanah, dasar sungai, danau, serta laut dan selanjutnya akan
mempengaruhi organisme yang hidup didalamnya.
Limbah organik dapat mengalami pelapukan (dekomposisi) dan terurai
menjadi bahan yang lebih kecil dan tidak berbau (sering disebut dengan
kompos). Kompos merupakan

hasil pelapukan bahan-bahan

organik

seperti

daun-daunan,jerami, alang-alang, sampah, rumput, dan bahan lain yang sejenis


yang proses pelapukannya dipercepat oleh bantuan manusia.
Limbah organik dibagi menjadi dua, yaitu :

Limbah organik basah


Limbah ini memiliki kandungan air yang cukuu tinggi.
Contohnya: Kulit buah dan sisa sayuran.

Limbah organik kering


Limbah ini memiliki kandungan air yang relative sedikit.
Contohnya: kayu, ranting pohon, dedaunan kering, dan lain-lain.

Laporan Kerja Praktek di PT. ADIPRIMA SURAPRINTA

2.3.2

Air Limbah Non Domestik


Air limbah non domestik mencakup beberapa air limbah dari tempat
tempat berikut :
a. Daerah industri
Kualitas dan kuantitas air limbah non domestik, khususnya pada
indsutri bervariasi tergantung dari :
-

Besar kecilnya industri, termasuk tipe industri sendiri


Pengawasan pada proses produksi di industri
Tingkat daur ulang air limbah
Metode pengolahan air limbah yang digunakan
Untuk industri, sebenarnya sulit menetukan prosedur untuk

meramalkan kapasitas air limbah yang akan dibuang. Karena jika proses
produksi berubah, maka kapasitas air limbah yang dibuang berubah juga.
Perencanaan perluasan pasti akan menambah air limbah yang akan dibuang.
Karena itu, bila fasilitas pengolahan air limbah dibangun secara terpusat,
perlu mempertimbangkan proyeksi kapasitas air limbah di masa yang akan
datang.
b. Daerah perdagangan
Sumber dari daerah perdagangan meliputi lapangan terbang, hotel, gedung,
perusahaan, kantor, rumah makan, masjid, pasar, rumah sewaan dan lain
lain.
c. Daerah kelembagaan ( institusi )
Sumber dari daerah kelembagaan meliputi rumah sakit, rumah tahanan,
sekolah, asrama dan lain lain ( Pandebesie, 2002 ).
2.4

Klasifikasi Limbah Industri


Jumlah aliran air limbah yang berasal dari industri sangat bervariasi
tergantung dari jenis dan besar kecilnya industri, pengawasan pada proses
industri, derajat penggunaan air, derajat pengolahan air limbah yang ada. Puncak
tertinggi aliran selalu tidak akan terlampaui jika menggunakan tangki penahan
dan bak pengaman. Untuk memperkirakan jumlah air limbah yang dihasilkan

10

Laporan Kerja Praktek di PT. ADIPRIMA SURAPRINTA

oleh industri yang tidak menggunakan proses basah diperkirakan sekitar 50


m3/ha/hari. Sebagai patokan dapat dipergunakan pertimbangan 85-95 % dari
jumlah air yang dipergunakan adalah berupa air limbah apabila industri tersebut
tidak menggunakan kembali air limbah. Apabila industri tersebut memanfaatkan
kembali air limbahnya, maka jumlahnya akan lebih kecil lagi (Sugiharto, 1987).
Berdasarkan nilai ekonominya limbah dibedakan menjadi limbah yang
mempunyai nilai ekonomis dan limbah yang tidak memiliki nilai ekonomis.
Limbah yang memiliki nilai ekonomis yaitu limbah dimana dengan melalui
suatu proses lanjut akan memberikan suatu nilai tambah. Limbah non ekonomis
adalah suatu limbah yang walaupun telah dilakukan proses lanjut dengan cara
apapun tidak akan memberikan nilai tambah kecuali sekedar untuk
mempermudah sistem pembuangan. Limbah jenis ini sering menimbulkan
masalah pencemaran dan kerusakan lingkungan (Kristanto, 2002)

2.5

Karakteristik Air Limbah


Menurut Siregar (2005), karakteristik limbah cair bisa dilihat dari sifat
racunnya atau sifat-sifat yang dimiliki. Seperti sifat fisika, kimia dan biologis
dengan melihat parameter yang diukur :
a. Berdasar sifat racunnya (sangat beracun, moderat, kurang beracun dan
tidak beracun).
b. Berdasar sifat yang dimiliki dengan melihat parameter yang diukur yaitu :
1. Fisika (padatan total, kekeruhan, daya hantar listrik (DHL), bau,
suhu,warna.
2. Kimia (organik, anorganik dan gas).
3. Biologis dengan melihat golongan mikroorganisme yang terdapat
dalam limbah cair tersebut maupun organisme pathogen yang ada.
Karakteristik air limbah sangat penting untuk diketahui guna menentukan
cara pengolahan yang tepat. Karakteristik air limbah terdiri dari karaktreristik
fisik, kimia dan biologi ( Metcalf & Eddy, 2003).

11

Laporan Kerja Praktek di PT. ADIPRIMA SURAPRINTA

Berikut ini akan dijelaskan beberapa macam karakteristik air limbah,


menurut Metcalf & Eddy yaitu:
2.5.1. Karakteristik Fisik
a. Warna
Air limbah yang segar umumnya berwarna abu abu dan sebagai akibat
dari penguraian senyawa senyawa organik oleh bakteri, maka warna air limbah
menjadi hitam. Hal ini menunjukkan bahwa air limbah berada dalam keadaan
septik.
Warna air limbah menunjukkan kekuatannya.Air limbah yang masih baru
berwarna abu abu sedang limbah yang sudah basi atau busuk berwarna gelap.
Dalam hal ini warna sering digunakan oleh arang awam untuk menilai keadaan
air limbah, namun warna tidak menunjukkan secara tegas bahaya yang
dikandungnya.
b. Bau
Bau disebabkan oleh udara yang dihasilkan pada proses dekomposisi
materi atau penambahan substansi pada limbah. Sifat bau limbah disebabkan
karena zat-zat organik yang telah terurai dalam limbah dan megeluarkan gas-gas
seperti sulfide atau amoniak yang menimbulkan penciuman tidak enak. Hal ini
disebabkan adanya pencampuran dari nitrogen, sulfur dan fosfor yang berasal
dari pembusukan protein yang dikandung limbah. Namun bau yang paling
menyengat adalah berasal dari hidrogen sulfida. Bau dapat menunjukkan
konsentrasi yang sangat kecil dari suatu zat tertentu terkandung dalam air
limbah. Pengendalian bau sangat penting karena terkait dengan masalah estetika.
c. Temperatur
Pada umumnya temperatur air limbah lebih tinggi daripada temperatur air
minum. Hal ini disebabkan oleh adanya penambahan air yang lebih panas dari
pemakaian rumah tangga atau aktivitas aktivitas pabrik. Temperatur air limbah
memberi pengaruh pada kehidupan dalam air, kelarutan gas, aktivitas bakteri
serta reaksi reaksi kimia dan kecepatan reaksi.
d. Total Padatan

12

Laporan Kerja Praktek di PT. ADIPRIMA SURAPRINTA

Total padatan adalah zat zat yang tertinggal sebagai residu penguapan
pada temperature 103 oC 105 oC. Zat zat yang hilang pada tekanan uap
tersebut tidak dapat didefiniskan sebagai total padatan.
2.5.2. Karakteristik Kimia
a. Senyawa organik
Kira kira 75 % suspended solid dan 40 % filterable solid dalam air
limbah merupakan senyawa senyawa organik. Senyawa organik tersebut
berasal dari kombinasi karbon, hidrogen dan oksigen serta nitrogen dalam
berbagai senyawa.
Senyawa organik yang terdapat dalam air limbah antara lain :
b.

Protein
Karbohidrat
Lemak dan minyak
Senyawa anorganik

= 40 60 %
= 25 50 %
= 10 %

Konsentrasi senyawa organik dalam aliran air akan meningkat karena


formasi geologis sebelum dan selama aliran, maupun

karena penambahan

limbah baru ke dalam aliran tersebut. Konsentrasi unsur organik juga akan
bertambah dengan proses penguapan alami pada permukaan air dan akan
meninggalkan unsur anorganik dalam air. Adapun komponen komponen
limbah anorganik yang terpenting antara lain Alkalinitas, Khlorida, Nitrogen,
Fosfat dan Sulfat.
c. Gas gas
Gas gas yang terdapat dalam air limbah yang belum diolah antara lain
N2, O2, CO2, H2S, NH3 dan CH4. Dan ketiga gas yang disebut pertama, terdapat
dalam air limbah sebagai akibat adanya kontak langsung air limbah dengan
udara. Sedangkan ketiga gas yang terakhir berasal dari dekomposisi zat zat
organik oleh bakteri dalam air limbah.
\
2.5.3. Karektistik Biologis

13

Laporan Kerja Praktek di PT. ADIPRIMA SURAPRINTA

Kelompok mikroorganisme terpenting dalam air limbah ada tiga macam


kelompok, yaitu kelompok protista, kelompok tumbuh tumbuhan dan
kelompok hewan.Kelompok protista terdiri dari protozoa, sedangkan kelompok
tumbuh tumbuhan meliputi paku pakuan dan lumut. Bakteri berperan dalam
air limbah, terutama pada proses biologis, misalnya trickling filter. Sedangkan
protozoa dalam air limbah berfungsi untuk mengontrol semua bakteri sehingga
terjadi kesetimbangan.
Alga sebagai penghasil oksigen pada proses fotosintesis juga dapat
mengurangi nitrogen yang terdapat dalam air. Namun

alga juga dapat

menimbulkan gangguan pada permukaan air karena alga dapat timbul dengan
cepat dan menutupi permukaan air pada kondisi yang menguntungkan ( sampai
kedalaman alga secara cepat ), sehingga menyebabkan sinar matahari tidak
mampu menembus permukaan air.
2.6

Parameter Kualitas Air Limbah


Dalam penanganan air limbah ada beberapa paremeter untuk mengukur
apakah suatu limbah sudah layak dibuang ke lingkungan. Parameter yang sering
digunakan dalam penanganan air limbah adalah BOD, COD, pH dan total
padatan.

2.6.1. BOD ( Biochemical Oxygen Demand )

BOD (Biological Oxygent Demand) merupakan suatu analisa empiris


yang mencoba mendekatkan secara global proses mikrobiologis yang benarbenar terjadi dalam air. Pemeriksaan BOD diperlukan untuk menentukan beban
pencemaran akibat air buangan dan untuk mendesain sistem pengolahan secara
biologis (Rachmawati dan Azizah, 2002).
Kebutuhan oksigen biokimiawi adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan
untuk mengoksidasi bahan buangan dengan bakteri. Jadi, BOD merupakan
ukuran konsentrasi bahan organik dalam bahan buangan yang dapat
dibiodegradasikan bakteri secara aerobik. BOD biasanya dinyatakan dalam
ketentuan BOD520, yaitu sebagai oksigen yang dipakai dalam oksidasi bahan
buangan / organik selama 5 hari pada temperatur 20 oC. Hal ini dikarenakan

14

Laporan Kerja Praktek di PT. ADIPRIMA SURAPRINTA

BOD 5 hari lebih muda diukur dan suhu 20 oC merupakan tipikal temperatur air
pada musim panas (summer), sehingga mendekati optimum untuk bakteri di
lingkungan air (Metcalf & Eddy, 2004).
2.6.2. COD ( Chemical Oxygen Demand )

COD (Chemical Oxygen Demand) atau kebutuhan oksigen kimiawi


adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan mikroorganisme untuk menguraikan
bahan organik secara kimiawi dan dinyatakan dalam mg/l (Metcalf & Eddy,
2004).
COD merupakan jumlah oksigen yang diperlukan untuk oksidasi material
organik dengan MnO4- dan Cr2O72- dalam larutan asam. Proses ini mengoksidasi
hampir semua (95 %) zat organik menjadi karbon dioksida dan air COD adalah
banyaknya oksigen yang diperlukan untuk mengoksidasi senyawa organik secara
kimiawi. Hasil analisis COD menunjukkan kandungan senyawa organik yang
terdapat dalam limbah. Analisis COD dapat dilakukan dengan metode dikromat
(Driyanti, 2007).
2.6.3. pH
Konsentrasi ion hidrogen adalah ukuran kualitas dari air maupun dari air
limbah. Adapun kadar yang baik adalah kadar dimana masih memungkinkan
kehidupan biologis di dalam air berjalan dengan baik. Air limbah dengan
konsentrasi air limbah yang tidak netral akan menyulitkan proses biologis,
sehingga menggangu proses penjernihannya. pH yang baik bagi air minum dan
air limbah adalah netral (7). Semakin kecil nilai pH, maka akan menyebabkan
air tersebut berupa asam (Sugiharto).
2.6.4. Total Padatan
Total padatan ada berbagai macam antara lain padatan terendap, padatan
tersuspensi dan padatan terlarut. Padatan terendap adalah padatan dalam limbah
cair yang mengendap pada dasar dalam waktu 1 jam.Padatan ini biasanya diukur
pada kerucut imhoff berskala dan dilaporkan sebagai ml padatan terendap per
liter. Padatan terendap meruapakan indikator jumlah padatan limbah yang akan

15

Laporan Kerja Praktek di PT. ADIPRIMA SURAPRINTA

mengendap pada alat penjernih dan kolam pengendapan ( Metcalf & Eddy,
2003).
Padatan tersuspensi dapat dikatakan sebagai residu yang tidak dapat
disaring. Pengukurannya ditetapkan dengan menyaring sejumlah volume air
limbah melalui filter membran dalam cawan gouch. Berat kering dari jumlah
padatan tersuspensi diperoleh setelah satu jam pada suhu 103 oC. Padatan
terlarut merupakan residu yang dapat disaring.Pengukurannya dapat ditentukan
dengan berat contoh yang telah disaring dan diuapkan atau sebagai perbedaan
antara berat residu setelah diuapkan dan berat jumlah padatan tersuspensi.
2.7

Macam-Macam Pengolahan Air Limbah


Berikut ini akan dijelaskan beberapa macam pengolahan air limbah, yaitu:

2.7.1

Pengolahan Limbah Cair Secara Fisika


Operasi ini digunakan untuk mengolah limbah cair yang membawa
perubahan meskipun penerapannya dalam cara fisika telah diketahui dalam unit
operasinya, karena mereka telah menemukan keasliannya dalam observasi dari
ilmu fisika. Metoda pengolahan yang mereka gunakan pertama kali yaitu bentuk
unit operasi fisika dengan basis dari aliran dalam proses unit operasi pada
umumnya, yang digunakan dalam pengolahan limbah cair adalah :
a.

Screening
Screening

merupakan

suatu

proses

pemisahan

padatan

untuk

mendapatkan hasil uniform dari pada asalnya dengan ukuran tertentu.


b.

Mixing
Mixing atau Pencampuran adalah suatu unit operasi yang penting di

beberapa tahap pengolahan limbah cair dimana limbah cair dicampur dijadikan
satu.
c.

Flotasi
Flotasi atau pengapungan merupak suatu proses pemisahan padatan

berukuran kecil yang mengapung diatas permukaan air. Merupakan kebalikan


dari proses sedimentasi.

16

Laporan Kerja Praktek di PT. ADIPRIMA SURAPRINTA

d.

Sedimentasi
Sedimentasi atau pengendapan merupakan suatu proses pemisahan

padatan berukuran kecil yang mudah mengendap dalam waktu relatif pendek.
Padatan akan mengendap karena berat jenis padatan tersebut lebih besar
dibandingkan berat jenis air.
e.

Filtrasi
Filtasi adalah pemisahan suatu komponen antara zat padat dan zat cair

dengan mempergunakan suatu alat yang disebut filter. Filter yaitu suatu bahan
yang berpori untuk menahan zat padat.
2.7.2

Pengolahan Limbah Cair secara Kimia


Bahan kimia yang digunakan dalam pengolahan limbah cair melibatkan
bahan kimia yang diikuti dengan langkah fisika, padatan terlarut, endapan
dipisahkan melalui proses sedimentasi. Dalam beberapa kasus perubahan yang
terjadi sangat sedikit dan penghilangan ini sangat efektif dalam mempercepat
konsistensi yang sangat besar dari koagulan itu sendiri. Hasil lain dari
penambahan kimia ini bermanfaat di dalam melarutkan unsur unsur yang ada
dalam limbah cair.
Penambahan bahan kimia digunakan untuk meningkatkan derajat padatan
yang tersuspensi dan penghilangan BOD yang dapat dilakukan dengan cara :
1. Merubah konsentrasi air limbah.
2. Melakukan langkah langkah pengolahan.
3. Menggunakan bantuan proses sedimentasi.

2.7.3

Pengolahan Limbah Cair secara Biologi


Kebanyakan proses biologi digunakan untuk pengolahan air limbah.
Empat kelompok utama yaitu : proses aerob, proses anoxic, proses anaerob,
perpaduan dari aerob / anoxic atau proses anaerob.
Masing masing proses selanjutnya terbagi lagi, tergantung pada
pengolahan apa yang terbaik dalam sistem pengendapan, dalam sistem
pengumpulan atau perpaduan dari semuanya. Aplikasi mendasar dari proses
proses diatas adalah untuk:

17

Laporan Kerja Praktek di PT. ADIPRIMA SURAPRINTA

- Untuk mengembalikan karbonasi bahan organik dalam air limbah, biasanya


diukur seperti BOD atau COD.
- Nitrifikasi.
- Denitrifikasi.
- Stabilisasi.
Secara umum proses-proses tersebut dijelaskan seperti dibawah ini:
1) Proses Aerob
Proses pengolahan secara biologi yang terjadi membutuhkan oksigen.
Dimana bakteri dapat hidup jika terdapat oksigen.
2) Proses Anaerob
Proses pengolahan secara biologi yang terjadi tidak membutuhkan oksigen.
Dimana bakteri hanya dapat bertahan hidup jika tidak terdapat oksigen.
3) Pengembalian Carbonaceous BOD
Merupakan konversi dari biologi dari Carbonaceous bahan organik dalam
limbah cair untuk sel dan macam macam produk gas yang keluar dalam
konversi, bahwa asumsi persen nitrogen dalam komponen adalah kebalikan
dari ammonia.
4) Proses Anoxic Denitrifikasi
Suatu proses dimana nitrogen nitrat yang dikonversikan secara biologi
menjadi gas nitrogen dalam udara bebas, proses ini juga dikenal sebagai
denitrifikasi aerob.
5) Nitrifikasi
Proses biologi dalam 2 tingkat dengan menggunakan ammonia sebagai
perubah pertama dari nitrite menjadi nitrate.
6) Denitrifikasi
Proses biologi yang merubah nitrate menjadi nitrogen dan beberapa gas
dalam hasil akhirnya.

18

Laporan Kerja Praktek di PT. ADIPRIMA SURAPRINTA

Beberapa mikroorganisme yang penting dalam pengolahan air limbah


secara biologi adalah sebagai berikut :
a.

Bakteri
Contohnya : paramecium sp dan euglena

b.
2.8

Alga ganggang hijau biru ( cyanophyta )

Bangunan Pengolahan Air Limbah


Berikut ini akan dijelaskan beberapa bangunan pengolahan air limbah, yaitu:

2.8.1

Pengolahan Primer ( Primary Treatment )


Tahap pertama dari pengolahan air limbah biasanya berupa penghilangan
benda benda terapung kasar dan partikel partikel mineral yang berat (pasir
dan kerikil). Hal ini dilakukan untuk melindungi peralatan yang dipakai pada
tahap pengolahan berikutnya dari kerusakan.
Pengolahan pendahuluan terdiri atas penyaring kasar ( screening) dan
penghilangan butiran kasar (grit removal dalam grit chamber). Alternatif yang
umum digunakan untuk proses penyaringan adalah pemarutan (communitor).
Pada bangunan bangunan kecil, terutama kolam stabilisasi air limbah
yang mengolah debit < 1000 m3/hari, sering kali tidak menggunakan pengolahan
pendahuluan, atau paling hanya berupa penyaringan kasar.
Selain pengolahan screening atau grit chamber, pengolahan pendahuluan
untuk limbah domestik

juga terbagi atas pengolahan sedimentasi (untuk

meremoval suspended solid) dan flotasi (untuk removal lemak, minyak dan
sebagainya) ( Metcalf & Eddy, 2003 ).
1) Penyaringan ( Screening )

Penyaringan merupakan unit operasi pertama dalam pengolahan air


limbah. Fungsi penyaringan ini adalah untuk menghilangkan zat padat yang
kasar. Pada umumnya proses tersebut dengan jalan melewati air limbah
melalui para-para atau saringan kasar untuk menghilangkan benda-benda
yang besar. ( Metcalf & Eddy, 2003 ).

19

Laporan Kerja Praktek di PT. ADIPRIMA SURAPRINTA

Adapun jenis jenis dari penyaring, secara garis besar dibagi menjadi
dua tipe. Hal ini didasarkan pada perbedaan ukuran bukaannya atau jarak
antara bar, yaitu :
a. Saringan kasar ( coarse screen )
Digunakan untuk menyaring benda padat dan kasar yang dapat merusak
peralatan Instalasi Pengolahan Air Limbah ( IPAL ) seperti pompa, pipa dan
sebagainya karena adanya penyumbatan pada peralatan tersebut. Biasanya
saringan kasar ini digunakan dalam unit pengolahan pertama. Tipenya secara
umum adalah bar rack (bar screen ), coarse wire dan communitor. Baik
secara manual maupun mekanik.
b. Saringan halus ( fine screen )
Bukaanya berkisar antara 2,3 6 mm, bahkan untuk instalasi tertentu bisa
lebih kecil dari 2,3 mm, tergantung dari padatan yang ada dalam air limbah.
Biasanya digunakan untuk pengolahan primer ataupun pra pengolahan.
2) Grit Chamber
Penghilangan bahan bahan kasar dapat dilakukan dengan bangunan
grit chamber atau pemisah solid sentrifugal. Grit chamber dirancang untuk
meremoval pasir, kerikil dan bahan bahan kasar lainnya yang mempunyai
berat gravitasi relatif tinggi, sehingga partikel partikel tersebut dapat
mengendap dengan sendirinya. ( Metcalf & Eddy, 2003 ).
Grit Chamber dalam pengolahan air limbah diletakkan setelah bar
screen dan sebelum bak pengendap pertama. Dimana fungsi dari bak
pengendap pertama adalah menghilangkan bahan bahan organik. Adanya
screen di depan grit chamber akan membuat proses dan perawatan grit
chamber semakin mudah.
Menurut Metcalf & Eddy, grit chamber adalah unit bangunan untuk
menghilangkan grit. Penghilangan ini bertujuan :
a. Melindungi atau mencegah terjadinya kerusakan pada peralatan mekanik dan
pompa akibat pemakaian yang tidak perlu dan abrasi yang terjadi pada
peralatan mekanik tersebut.

20

Laporan Kerja Praktek di PT. ADIPRIMA SURAPRINTA

b. Mencegah terjadinya penyumbatan pada pipa akibat adanya endapan kasar di


dalam saluran.
c. Mencegah timbulnya efek penyemenan ( endapan ) di dasar sludge digester
dan tangki pengendapan pertama.
d. Menurunkan akumulasi material inert, seperti pasir, batu, kerikil, terak
( ampas biji ), keramik atau plastik di dalam kolam aerasi atau sludge
digester yang akan mengurangi volum yang dapat digunakan.
3) Sumur Pengumpul dan Pompa
Penggunaan sumur pengumpul pada primary treatment ditujukan
untuk:
a) Menampung air limbah dari saluran pembawa atau sewer yang
kedalamannya di bawah permukaan instalasi pengolahan sebelum air di
pompa ke atas.
b) Menstabilkan variasi debit dan konsentrasi air limbah yang akan masuk ke
bangunan pengolahan air limbah ( unit instalasi induk air limbah), sehingga
tidak terjadi shock loading saat pengolahan agar kinerja instalasi dapat
c)

mencapai nilai optimum.


Menghilangkan kinerja saat keadaan down stream ( aliran air limbah kecil ).
Air limbah yang dikumpulkan dalam sumur pengumpul dipompa menuju
bangunan pengolah air limbah selanjutnya.
Waktu tinggal air limbah di dalam sumur pengumpul tidak boleh terlalu

lama ( 10 menit) sehingga air tidak menjadi septic yang dapat mengakibatkan
bau yang tidak sedap karena terjadi proses anaerobik. Jadi, prinsip yang
digunakan adalah menghitung dimensi sumur pengumpul berdasarkan waktu
detensi maksimal ( 10 menit) bagi air limbah (Metcalf & Eddy, 1991 ).
4) Bak Pengendap 1 ( Primary Sedimentation )
Prinsip dasar bak pengendap I adalah memisahkan padatan tersuspensi
dan terlarut di dalam air limbah dengan menggunakan sistem gravitasi. Di dalam
bak ini terjadi reduksi SS sebesar 50 70 % dan direduksi BOD sebesar 25 40
% (Metcalf & Eddy, 2003). Efisiensi removal dari partikel yang memiliki

21

Laporan Kerja Praktek di PT. ADIPRIMA SURAPRINTA

ukuran, bentuk, densitas dan specific gravity yang sama tidak tergantung pada
kedalaman bak, melainkan pada luas permukaan bak dan waktu detensi.
Berdasarkan karakteristik aliran dan fungsinya di dalam bak pengendap
I, maka terdapat empat zona, yaitu :
- Zona inlet, yaitu untuk memperluas aliran transisi dari influent ke aliran stady
uniform di zona pengendapan agar proses pengendapan di zona pengendapan
tidak terganggu.
- Zona pengendapan, yaitu untuk mengendapkan partikel diskrit yang ada di
dalam air limbah.
- Zona lumpur, yaitu untuk menampung partikel partikel solid yang berhasil
di endapkan.
- Zona outlet, yaitu untuk memperluas aliran transisi dari zona pengendapan ke
effluent.
Menurut Metcalf & Eddy ( 2003), dalam proses pengendapan, kecepatan
penggerusan perlu diperhatikan supaya partikel yang telah terendapkan tidak
tergerus dari dasar bak sehingga kecepatan horizontal partikel harus lebih kecil
daripada kecepatan penggerusan (kecepatan partikel yang telah terendapkan
untuk dapat bergerak menuju ke atas akibat adanya aliran yang turbulen).
2.8.2

Pengolahan Sekunder ( Secondary Treatment )


Hampir semua junis limbah cair dapat diolah secara biologi bila
dilakukan melalui analisis dan kontrol lingkungan yang benar. Proses
pengolahan biologi merupakan proses pengolahan air limbah dengan
memanfaatkan aktivitas pertumbuhan mikroorganisme yang berkontak dengan
air limbah, sehingga mikroorganisme tersebut dapat menggunakan bakteri
organik pencemar yang ada sebagai bahan makanan dalam kondisi lingkungan
tertentu dan mendegradasi atau menstabilisasinya menjadi bentuk yang lebih
sederhana (Metcalf & Eddy, 2004).

1) Pengolahan Biologis

22

Laporan Kerja Praktek di PT. ADIPRIMA SURAPRINTA

Secara umum, proses dalam pengolahan biologis dapat dibagi menjadi :


a. Suspended growth atau pertumbuhan tersuspensi, mikroorganisme berada
dalam keadaan tersuspensi di air limbah seperti pada reaktor lumpur aktif atau
kolam oksidasi.
b. Attached growth atau pertumbuhan terlekat, mikroorganisme tumbuh terlekat
pada media pendukung yang berada di dalam air limbah. Media pendukung
ini dapat berupa media pendukung yang bergerak (rotating biological
contactor, fluidized bed, rotortogue), diam (trickling filter, baffled reactor),
terendam (fluidized bed) maupun tidak terendam (trickling filter).
c. Kombinasi dari suspended dan attached growth. Secara keseluruhan, tujuan
pengolahan limbah secara biologis pada limbah domestik maupun industri
ialah (1) Mengubah (mengoksidasi) unsur terlarut dan partikel biodegradable
ke dalam bentuk akhir yang cocok (2) Menangkap dan menggabungkan
padatan tersuspensi dan padatan koloid yang sulit diendapkan pada lapisan
biofilm (3)Mengubah atau menghilngkan nutrien, seperti nitrogen dan fosfor
(4). Pada beberapa kasus, menghilangkan unsur dan senyawa trace organik
spesifik (Metcalf & Eddy,2004).
Beberapa proses pengolahan biologis diantaranya :
- Activated Sludge Process ( ASP )
Pengolahan lumpur aktif adalah sistem pengolahan dengan menggunakan
bakteri aerobik yang dibiakkan dalam tangki aerasi yang bertujuan untuk
menurunkan organik karbon atau organik nitrogen. Dalam hal menurunkan
organik, bakteri yang berperan adalah heterotrophic. Sumber energi berasal dari
oksidasi senyawa organik dan sumber karbon adalah organik karbon. BOD dan
COD dipakai sebagai ukuran atau satuan yang menyatakan konsentrasi organik
karbon, dan selanjutnya disebut sebagai substrat.
- Aerobic Aerated Lagoons
Aerated lagoon merupakan pengembangan dari aerobik ponds yaitu
dengan memasang surface aerator untuk mengatasi bau dan beban organik yang
tinggi. Proses pada aerated lagoon pada prinsipnya sama dengan extended
aeration pada proses lumpur aktif, perbedaannya terletak pada kedalaman air
yang dangkal dan oksigen diperoleh dari surface atau diffused aerator. Di dalam

23

Laporan Kerja Praktek di PT. ADIPRIMA SURAPRINTA

aerated lagoon semua zat padat dipertahankan dalam keadaan tersuspensi. Pada
sistem ini tanpa dilakukan resirkulasi dan biasanya diikuti dengan kolam
pengendapan yang besar. Pengurangan BOD5 mencapai > 50 % dengan waktu
retensi yang cukup panjang 2 6 hari.Kemampuan atau derajat untuk nitrifikasi
tergantung pada desain dan operasi. Biasanya dengan temperatur air limbah yang
tinggi namun loadingnya rendah, derajat nitrifikasinya besar ( Metcalf &
Eddy,2003).
- Trickling Filter
Merupakan proses attached growth, dimana berlangsung secara
aerobik. trikling filter adalah suatu reaktor di mana terdapat media batu atau
plastik sebagai media bagi mikroorganisme membentuk suatu lapisan biofilm.
Dalam reaktor ini air limbah dialirkan secara kontinyu melalui lapisan biofilm
yang terbentuk pada media. Kedalaman media batu antara 0.9 2.5 m (3-8 ft)
dan yang biasa digunakan rata rata pada kedalaman 1.8 m (6 ft). Bed media
batu ini biasanya berbentuk sirkulair, dan air limbah dialirkan dari atas bed
dengan menggunakan rotary distributor. Beberapa bangunan trickling filter yang
konvensional yang menggunakan batu sebagai medianya kini beralih
menggunakan plastik agar dapat menambah kapasitas pengolahannya. Sehingga
pada saat ini hampir semua bangunan trickling filter menggunakan plastik.
Lapisan yang terbentuk pada media batu atau plastik di dalam trickling
filter terdiri dari mikroorganisme untuk menguraikan bahan bahan substan
yang akan diremoval dari air limbah. Proses biologis yang terjadi di trickling
filter ini adalah proses aerobik dan adanya bakteri fakultatif, jamur, algae dan
protozoa. Binatang yang lebih besar seperti larva serangga juga ada. Bakteri
fakultatif adalah bakteri yang pertama tama mengikat bahan bahan organik
yang ada dalam air limbah. Juga bersamaan dengan bakteri aerobik dan
anaerobik ( Metcalf & Eddy,2003).
- Rotating Biological Contactor ( RBC )

Rotating Biological Contactor (RBC) terdiri dari suatu seri disc


(piringan) berbentuk lingkaran yang terbuat dari bahan polysterene atau
polyvinyle chloride. Piringan tersebut disusun vertikal dengan menghubungkan
satu sama lain dengan satu sumbu. Dengan cara ini disc dapat berputar. Sebagian

24

Laporan Kerja Praktek di PT. ADIPRIMA SURAPRINTA

40% disc tersebut tercelup dalam air limbah yang diolah. Biofilm akan tumbuh
dan menempel pada permukaan disc dalam bentuk lendir. Pada saat berputar
bagian disc yang tercelup air akan mengadsorp/menguraikan zat organik yang
terlarut dalam air. Pada saat kontak dengan udara biomassa akan mengadsorp
oksigen, sehingga akan tercapai kondisi aerobik. Berputarnya piringan juga
merupakan mekanisme untuk mempertahankan biomassa dalam keadaan
tersuspensi. Biomassa yang berlebih akan terbawa keluar dan diendapkan pada
bak sedimentasi II ( Metcalf & Eddy, 2003 ).
- Oxydation Ditch ( OD )
Saluran oxidation ditch adalah modifikasi dari activated sludge
konvensional. Oxydation ditch adalah sejenis parit yang digunakan untuk aerasi
jangka panjang. Oxydation ditch terdiri dari suatu saluran yang berbentuk
lingkaran atau lonjong yang dilengkapi dengan suatu rotor yang biasanya berupa
baling baling untuk mengaduk aliran limbah sehingga oksigen dapat terlarut
dalam air limbah. Rotor ini dipasang melintang pada bak atau saluran aerasi.
Untuk debit yang besar lebih ekonomis bila menggunakan mammoth rotor.
Dalam pengolahan air limbah secara umum, OD dapat meremoval :

BOD dengan removal ratio sebesar 85 90 %


SS dengan removal ratio sebesar 80 90 % atau lebih
Nitrogen dengan removal ratio sebesar 70 %
Sludge generated (lumpur yang dihasilkan) sekitar 75 % dari BOD atau SS
yang teremoval. Lumpur yang dihasilkan ini adalah lumpur yang langsung

masuk ke pengolahan lumpur (Qasim, 1985).


- Aerobic Filter
Proses attached growth anaerobic, dimana air limbah kontak dengan
media filter yang ditumbuhi bakteri anaerobik dan bakteri ini tertahan dalam
filter. Karena bakteri tertahan dalam filter dan tidak ada pencucian media, maka
mean cell residence

(umur lumpur) bisa lama, kira kira 100 hari. Biasanya

pengolahan ini digunakan untuk low strength waste dan terjadi penghilangan
bahan organik carbonaceous.
- Anaerobic Ponds
Untuk pengolahan dengan high strength organik dan konsentrasi tinggi
dari padatan dalam air limbah.Untuk menjaga kondisi anaerobik, maka

25

Laporan Kerja Praktek di PT. ADIPRIMA SURAPRINTA

tergantung pada kedalaman dari kolam dan peletakan pipa inlet dan outlet.
Kedalaman biasanya 6,1 m.
- Stabilization Ponds
Merupakan kolam dangkal yang luas, dikelilingi oleh tanggul dan
mengolah air limbah sesuai dengan proses alami secara keseluruhan yang
melibatkan ganggang dan bakteri. Tingkat oksidasinya cukup rendah, karena itu
diperlukan waktu retensi hidrolik yang cukup panjang 30 50 hari.
Ada 3 tipe pokok kolam stabilisasi :
1. Kolam fakultatif
2. Kolam pematangan ( Maturation Ponds )
3. Kolam pra pengolahan aerobik
2.8.3 Bak Pengendap II ( Secondary Clarifier )
Unit sedimentasi kedua merupakan suatu unit dalam proses pengolahan
air limbah untuk mengendapkan flok-flok yang terbentuk akibat penguraian
bahan-bahan organik (koloidal dan terlarut) oleh mikroorganisme pada
pengolahan biologis. Perencanaan unit sedimentasi kedua hampir sama dengan
unit sedimentasi pertama hanya pembebanan unit tergantung dari jenis
pengolahan biologis yang digunakan (Metcalf & Eddy, 2003). Langkah ini
merupakan langkah terakhir untuk mengahsilkan effluent yang stabil dengan
konsentrasi BOD yang rendah dan suspended solid yang rendah. Prinsip operasi
yang berlangsung di dalam secondary clarifier ini adalah pemisahan dari
suspensi ke dalam fase fase padat (sludge) dan cair dari komponen
komponennya. Operasi ini dipakai dimana cairan yang mengandung padat
ditempatkan dalam suatu bak tenang dengan desain tertentu yang telah
disesuaikan dengan surface loading (beban permukaan) dan solid loading,
kecepatan aliran serta penempatan pelimpahnya (weir), sehingga akan terjadi
prinsip pengendapan secara gravitasi.

26

Laporan Kerja Praktek di PT. ADIPRIMA SURAPRINTA

2.8.4 Pengolahan Lumpur


Tujuan dari pengolah lumpur ini adalah untuk mengurangi kadar air dan
kandungan dari lumpur. Adapun proses pengolahan lumpur dapat dilihat pada
gambar berikut ini :

Raw

Final

Sludge

disposal

Concentrati

Stabilization

onn

Conditioni

Dewateri

ng

Gambar 2.2. Proses Pengolahan Lumpur

Heat
Dryingda
n

Dengan :
- Concentration : Pengumpulan dari lumpur
- Stabilization :Untuk mencegah timbulnya bau, membunuh mikroorganisme
patogen
- Conditioning: Memperbaiki kondisi effluent dengan penambahan bahan
kimia seperti kapur, soda lime dan lain lain
- Dewatering : Menghilangkan air dari lumpur, dapat dilakukan dengan 2 cara,
yaitu :
Cara manual: Drying bed dan drying lagoon
Cara mekanis: Centrifuge, vacuum filter dan filter press.
Heat drying & Combustion: Pembakaran dan pemanasan lumpur sebelum
dibuang
Secara garis besar, unit pengolahan lumpur terdiri atas :
a. Sludge Thickener
Berfungsi untuk mengurangi kadar air dalam air sebelum dimasukkan ke
dalam sludge digester, sehingga menambah kandungan padatan dalam lumpur.

27

Laporan Kerja Praktek di PT. ADIPRIMA SURAPRINTA

Proses ini kemudian biasanya dilanjutkan ke sludge digester.


b. Sludge Digester
Pengolahan ini memiliki 2 tipe, yaitu :
1. Anaerobik digester
2. aerobic digester
c. Sludge Drying Bed
Sludge drying bed merupakan suatu bak untuk mengeringkan lumpur
hasil pengolahan sebelumnya. Baik ini biasanya berbentuk persegi panjang yang
terdiri dari lapisan pasir dan kerikil, serta pipa drain untuk mengalirkan air dari
lumpur yang dikeringkan.Waktu pengeringan tergantung dari cuaca, terutama
sinar matahari.
2.8.5

Pengolahan limbah pada PT. Adiprima suraprinta


Kertas daur ulang (Waste paper) tidak masuk dalam klasifikasi Hazardous waste

menurut Basel Convention dapat dilihat pada tabel 4.2 dan menurut PP 18 tahun 1999
serta di dalam European Waste Catalogue and Hazardous Waste List, kertas daur ulang
tidak tercantum dalam daftar limbah B3.
Sistem klasifikasi kertas daur ulang di PT. ADIPRIMA SURAPRINTA
dikelompokkan (grading) menjadi tiga kelompok besar yang terdiri dari Ordinary
grades, Medium grades dan High grades. Setiap kelompok besar dibagi lagi menjadi
beberapa subkelompok yang terdiri dari ONP (Old Newspaper), OMP (Old Magazine
Paper), OCC (Old Corrugated Container), SWL (Sorted White Ledger), Mixed Paper,
SOP (Sorted Office Paper).

1. Kriteria keberterimaan kertas daur ulang ditentukan oleh parameter prohibitive

material (bahan tak berguna bukan kertas) dan outthrows (bahan tak berguna
berupa kertas), dengan besaran untuk prohibitive material maksimal 2% dari
berat kering udara (air dry) dan maksimal 5% dari berat kering udara untuk
outthrows.

28

Laporan Kerja Praktek di PT. ADIPRIMA SURAPRINTA

Grade
Ordinary

Medium

High

Sub. Grade
OCC
ONP
OMP
SWL
Mixed Paper
SOP
OCC
ONP
OMP
SWL
Mixed Paper
SOP
OCC
ONP
OMP
SWL
SOP

Prohibitive
Material (%)
1
2
1
1
2
1
1
1
1
0,5
1
1
0
1
1
0
0

Outthrows (%)
5
4
3
2
5
5
2
3
2
1
3
3
2
2
1
0,5
1

2. Kadar air kertas daur ulang maksimal 12%.

3. Kertas

daur ulang sebagai bahan baku industri kertas di Indonesia

diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok besar yaitu Ordinary grades, Medium


grades dan High grades. Kriteria keberterimaan kertas daur ulang ditentukan
oleh parameter prohibitive material (bahan tak berguna bukan kertas) dan
outthrows (bahan tak berguna berupa kertas), dengan besaran untuk prohibitive
material antara 0 - 2% dari berat kering udara (air dry) dan antara 0,5 - 5%
dari berat kering udara untuk outthrows. Kertas daur ulang (Waste paper) tidak
masuk dalam klasifikasi Hazardous waste menurut Basel Convention, PP 18
tahun 1999 dan European Waste Catalogue and Hazardous Waste list.

29

Laporan Kerja Praktek di PT. ADIPRIMA SURAPRINTA

BAB III
DESKRIPSI PERUSAHAAN
3.1

Sejarah Berdirinya Perusahaan


PT Adiprima Suraprinta merupakan perusahaan dari Jawa Pos Group dan
salah satu perusahaan terbesar di Jawa Timur yang bergerak dalam industri
kertas. Perusahaan ini didirikan pada tanggal 11 November 1994 yang di muat
dalam akta No. 40 oleh Nansijani Sohandjaja., SH salah satu notaris di
Surabaya. Akta tersebut telah mendapatkan persetujuan dari Menteri Kehakiman
Republik Indonesia dengan No. 0218311.HT.01.01.94 pada tanggal 14
Desember 1994 serta di umumkan pada Lembaran Berita Negara No. 87 tanggal
13 Oktober 1995.
Perusahaan ini didirikan dengan adanya pertimbangan bahwa peluang
pasar kertas koran di masa mendatang yang masih terbuka terutama pada pasar
ASEAN. Hal tersebut dikarenakan oleh kebutuhan kertas koran dari Jawa Pos
Group yang cukup besar sekitar 70% dari total produksi yang direncanakan dan
diperkirakan akan semakin meningkat di masa mendatang.
PT Adiprima Suraprinta yang juga merupakan salah satu perusahaan di
bawah naungan Jawa Pos Group memiliki 95% saham yang ada yaitu sebesar
57.000.000. sedangkan 5% dari saham tersebut yaitu sebesar 3.000.000 di miliki
oleh Bapak Dahlan Iskan selaku Komisaris Utama. Jumlah nominal saham yang
dimiliki PT Jawa Post adalah Rp 57.000.000.000 (lima puluh tujuh miliar
rupiah) sedangkan jumlah nominal saham yang di miliki oleh Bapak Dahlan
Iskan adalah 3.000.000.000 (tiga miliar rupiah). Susunan pemegang saham
adalah sebagai berikut:
Komisaris Utama

: Dahlan Iskan

Komisaris

: Nany Widjaja

Direktur Utama

: Misbahul Huda

Direktur

: Ratna Dewi Wonoatmojo

30

Laporan Kerja Praktek di PT. ADIPRIMA SURAPRINTA

PT Adiprima Suraprinta terletak di Desa Sumengko Kecamatan


Wringinanom Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Lokasi pabriknya sangat strategis
karena terletak di tepi sungai Kali Surabaya sehingga kebutuhan air untuk
proses produksi bisa terpenuhi dengan baik. Apalagi lokasi perusahaan ini
berjarak sekitar 33 Km dari pelabuhan tanjung perak Surabaya. Kemudahan
lainnya adalah dapat dijangkau berbagi sarana transportasi sehingga biaya
angkut bahan baku dan barang jadi terhitung murah baik kepada Jawa Pos
Group maupun kepada konsumen lainnya. Luas tanah yang digunakan awal
pembangunan kurang lebih seluas 10,3 Ha. Untuk bangunan seluas 8 Ha dan
sisanya digunakan untuk sarana jalan, taman , pagar keliling dan fasilitas
lainnya. Dan saat ini luas area sudah sekitar 20 ha, dengan terpasang 3 (tiga )
unit mesin produksi kertas.
Sesuai dengan anggaran dasar perusahaan, ruang lingkup kegiatan yang
ada di PT Adiprima Suraprinta meliputi usaha dibidang industri baik berat
maupun ringan terutama industri kertas dan memasarkan serta menjual hasil
produksinya kepasaran luar negeri.
PT Adiprima Suraprinta memperoleh surat ijin sebagai berikut:
1.

Izin Usaha Perdagangan dari Departemen Perdagangan Republik Indonesia


kantor wilayah Jawa Timur dengan SIUP : 191/13-1/PB/III/1995, tanggal 24
Maret 1995,

2. Izin Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dari Menteri Negara


Penggerak Dana Investasi/Ketua Badan Penanaman Modal dengan Surat
Persetujuan No. 20/I/PMDN/1995, pada tanggal 12 Januari 1995,
3. Surat Izin Lokasi dari Badan Pertanahan Nasional dengan Surat No.
350.963-I-PMDN-1995 tertanggal 23 Juni 1995,
4. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) No. 01.682.508.5-612.000.
3.2

Struktur Organisasi Perusahaan


Dalam setiap perusahaan yang ada di Indonesia tentunya mempunyai
struktur organisasi, begitu pula dengan PT Adiprima Suraprinta. Struktur
organisasi PT Adiprima Suraprinta (pada halaman selanjutnya).

31

Laporan Kerja Praktek di PT. ADIPRIMA SURAPRINTA

Deskripsi tugas dari struktur organisasi pada PT Adiprima Suraprinta


adalah sebagai berikut:
1. Direktur Utama

Menentukan kebijaksanaan yang harus di tempuh oleh perusahaan,

Menetapkan rencana kerja perusahaan beserta pedoman pelaksanaannya,

Menjaga dan membina koordinasi yang baik terhadap semua bagian yang
ada dalam perusahaan,

Memberikan pertanggungjawaban kepada komisaris atas tugas yang


dilaksanakan.

2. Direktur Keuangan

Mengawasi dan melakukan penerimaan uang pengeluaran uang


berhubungan dengan perusahaan,

Berwenang membuat keputusan yang

menyangkut administrasi dan

keuangan perusahaan,

Membuat laporan keuangan.

3. Direktur Produksi

Menjalankan semua rencana yang telah ditetapkan,

Berwenang membuat keputusan atau kebijakan,

Bertanggung jawab atas semua yang berhubungan dengan kegiatan


produksi.

4. Plant Manager

Membantu direktur utama dalam merencanakan dan melaksanakan


tujuan operasional perusahaan,

Menjaga dan membina koordinasi yang baik terhadap semua bagian yang
ada dalam perusahaan,

Bertanggung jawab kepada Direktur Utama dalam pelaksanaan


operasional perusahaan.

5. Kabag Personalia (Human Resource Departement)

Menyusun program kerja bagian umum dan personalia dalam periode


tertentu serta melakukan evaluasi terhadap realisasinya,

32

Laporan Kerja Praktek di PT. ADIPRIMA SURAPRINTA

Merencanakan dan mengkoordinasi penyusunan jadwal kebutuhan


karyawan, baik jangka pendek maupun jangka panjang,

Melaksanakan rekruitmen sesuai dengan kebutuhan masing-masing


bagian,

Merencanakan, melaksanakan dan mengawasi sistem penilaian prestasi


kerja karyawan, mutasi dan penempatan karyawan, promosi serta sistem
karier,

Menyusun dan mengusulkan kenaikan gaji karyawan minimal setahun


sekali berdasarkan hasil evaluasi masing-masing kepala bagian,

Merencanakan kebutuhan pelatihan untuk membina karyawan sesuai


dengan tugas dan bidangnya meliputi standar-standar pelatihan didalam
maupun diluar perusahaan.

6. Kabag Umum

Mengkoordinir administrasi perusahaan secara keseluruhan,

Membantu memimpin dalam mengadakan surat menyurat,

Menyelenggarakan

lalulintas

keuangan

seperti

penerimaan

dan

pengeluaran uang,

Bertanggungjawab atas segala kebijaksanaan yang menyangkut masalah


umum kepala plant manager,

7. Kabag Pemasaran

Mengurus segala sesuatu yang berhubungan dengan penjualan produk


keluar maupun dalam group, dalam dan luar negeri,

Mengatur pendistribusian barang jadi kepada anggota Jawa Pos Group,

Bertanggung jawab langsung kepada Plant Manager.

8. Kabag Paper Machine (PM)

Mengurus mesin-mesin yang digunakan untuk menguraikan kertas di roll


dan dijadikan kertas bagus, lalu dipotong sesuai dengan ukuran dan
kemudian siap untuk di pasarkan,

Bertanggung jawab langsung kepada Plant Manager,

33

Laporan Kerja Praktek di PT. ADIPRIMA SURAPRINTA

9. Kabag Stock Preparation (SP)

Mengatur

mesin-mesin

pengatur

kertas

yang

digunakan

untuk

mencampur semua bahan baku (kertas lama) dengan bahan-bahan kimia,

Bertanggung jawab langsung kepada Plant Manager,

10. Kabag Laboratorium

Mengatur dan menggunakan bahan-bahan kimia baik untuk proses


produksi maupun untuk proses penyaringan limbah,

Bertanggung jawab langsung kepada Plant Manager,

11. Kabag Waste Water Treatment (WWT) Dan Water treatment (WT)

Mengatur pengolahan air limbah sebelum di alirkan ke sungai agar tidak


mencemari lingkungan,

Bertanggung jawab langsung kepada Plant Manager.

12. Kabag purchasing

Mengurus semua yang berhubungan dengan pembelian barang baik dari


dalam maupun dari luar negeri,

Bertanggung jawab langsung kepada Plant Manager.

13. Kabag Listrik

Mengatur penggunaan listrik dalam perusahaan agar dapat digunakan


seeffektif dan seeffisien mungkin,

Bertanggung jawab langsung kepada Plant Manager.

14. Kabag Teknik

Mengatur, mengurus dan merawat mesin serta memperbaiki yang rusak,

Bertanggung jawab langsung kepada Plant Manager.

15. Kabag Inport

Mengurus segala sesuatu yang berhubungan dengan pengimportan


bahan-bahan produksi dari luar negeri,

Bertanggung jawab atas barang tersebut,

Bertanggung jawab kepada Plant Manager.

34

Laporan Kerja Praktek di PT. ADIPRIMA SURAPRINTA

16. Kabag eksport

Mengurus segala sesuatu yang berhubungan dengan pengeksportan hasil


produksi ke luar negeri,

3.3

Bertanggung jawab langsung kepada Plant Manager.

Proses Produksi
3.3.1

Bahan Baku
Untuk proses produksi kertas koran, PT Adiprima

Suraprinta

menggunakan bahan baku dari kertas-kertas bekas yang terdiri dari ONP
(Old New Paper) dan SWL (Sorted White Ledger). ONP (Old new Paper)
adalah bahan baku yang berasal dari koran bekas sedangkan SWL (Sorted
White Ledger) adalah jenis bahan baku yang berasal dari kertas bekas yang
warnanya putih seperti HVS dll. Selain bahan baku, dalam produksi kertas
koran PT Adiprima Suraprinta juga menggunakan bahan pembantu seperti
H2O2 (Hidrogen peroxida), Sodium Silicate, Caustic Soda, Deinking Agent,
Chelating Agent dan bahan kimia lainnya.
Bahan baku ONP dan SWL tersebut berasal dari dalam negeri dan luar
negeri. Akan tetapi bahan baku tersebut sebagian besar dipasok dari luar
negeri karena ketersediaan bahan baku lokal (Dalam Negeri) tidak mampu
mencukupi permintaan PT Adiprima Suraprinta.
Didalam pengadaan bahan baku maupun bahan pembantu, PT Adiprima
Suraprinta menjalin kerja sama dengan pemasok dari dalam negeri dan luar
negeri. Hal tersebut dikarenakan kontinuitas pasokan bahan-bahan tidak
mengalami hambatan sehingga proses produksi tidak terganggu.
3.3.2

Tahapan-tahapan Proses Produksi


1.

Stock Preparation
Pada tahapan Stock Preparation yang pertama dilakukan adalah dari

gudang bahan baku dimasukkan Hidropulper melalui Conveyor. Agar


mempermudah penghancuran ditambahkan bahan kimia Water Glass, Soda,
Hidrogen Peroxida dan Deinking Agent. Kemudian di teruskan ke Epurek untuk

35

Laporan Kerja Praktek di PT. ADIPRIMA SURAPRINTA

memisahkan kotoran kasar seperti plastik dll. Untuk kertas yang tidak mudah
dihancurkan, ditampung pada Dump Chest yang berfungsi sebagai tempat
menampung proses kimia dan deinking/repulping. Kemudian dilanjutkan pada
proses selanjutnya yaitu:

Pemisahan kotoran berat seperti kaca, pasir dan staples.


Proses ini dilakukan melalui alat yang bernama HDC (High Density
Cleaner).

Proses screening dengan pembuangan kotoran dibagian Waste Water


Treatment (WWT).

Pemisahan tinta dan fiber melalui flotator


Pemisahan kotoran density rendah seperti pasir halus. Pemisahan ini
menggunakan alat yang bernama LDC.

Pengentalan bubur di Drumthickner atau Discthickner.

Agar mendapatkan serat yang bagus, seragam dan putih proses


pengentalan dan proses defibering dilakukan melalui Inter Mediate
Chest.

Penampungan pada Mixing Tank/Mixing Chest agar lebih homogen


ditanbahkan bahan kimia yaitu Methil Violet agar mendapatkan
brightness / derajat kecerahan yang stabil dan baik.

Proses selanjutnya ditampung pada Machine Chest untuk persiapan


proses berikutnya yaitu ke paper machine untuk dijadikan lembaran
kertas.

2.

Paper Machine
Pada bagian paper machine terjadi proses screening / penyaringan

buburan sehingga buburan yang bagus langsung masuk ke Head Box. Buburan
yang masuk ke Head Box akan diratakan oleh mesin Head Box. Setelah
diratakan, buburan tersebut masuk kedalam Weir Part dengan tujuan buburan
tersebut dijadikan berupa lembaran dengan cara air yang ada pada buburan
diambil dengan cara vakum sekaligus terjadi pembentukan formasi atau
pembentukan anyaman kertas. Proses selanjutnya yaitu pengepresan dan
pemadatan melalui press part serta pengeringan dengan Dryer. Kemudian

36

Laporan Kerja Praktek di PT. ADIPRIMA SURAPRINTA

dilanjutkan dengan proses penghalusan dan penggulungan kertas melalui


Calender yang terjadi di Pope Reel. Lalu proses terakhir yang ada adalah
pemotongan kertas sesuai dengan permintaan pelanggan yang dilakukan dengan
alat yang disebut Rewinder.kemudian kertas-kertas yang sudah dipotong tersebut
dibungkus dengan kertas kraft dan dikirim ke gudang bahan jadi.
PT Adiprima Suraprinta mempunyai 2 Unit Paper Machine yang masingmasing mempunyai kapasitas produksi perhari per harinya sebagai berikut:

PM1 : Rata-rata produksi per hari untuk PM1 adalah kurang lebih sebesar 150
Ton/hari,

PM2 : Rata-rata produksi per hari untuk PM2 adalah kurang lebih sebesar 200
Ton/hari.
Sehingga total produksi kertas koran PT Adiprima Suraprinta perharinya
kurang lebih sebesar 350 ton/hari.

3.4

Limbah Hasil Produksi


Setiap proses produksi tentunya mempunyai dampak berupa limbah baik
berupa gas, cair maupun padat yang dapat merusak lingkungan disekitarnya.
Oleh karena itu limbah yang dihasilkan dari proses produksi perlu diolah lebih
lanjut sebelum di buang ke sungai atau lingkungan sekitar. Limbah hasil
produksi di PT Adiprima Suraprinta berupa limbah cair dan limbah padat.

3.4.1

Sumber Air Limbah dan Proses Pengumpulan


Air limbah yang akan diolah di Waste Water Treatment (WWT) berasal
dari proses produksi baik pada tahap Stock Preparation (SP) maupun pada tahap
Paper Machine (PM). Sumber air limbah dari proses produksi mempunyai peran
yang sangat besar dalam membentuk karakteristik air limbah karena kualitas dan
kuantitasnya.
Unit-unit produksi yang menghasilkan limbah adalah:
3.4.2 Pada tahap Stock Preparation
3.4.2.1 Over flow tank vibrating screen,
3.4.2.2 Epurex,
3.4.2.3 Over flow dari foaming tank,

37

Laporan Kerja Praktek di PT. ADIPRIMA SURAPRINTA

3.4.2.4 Over flow bak penampung slurry,


3.4.2.5 Air pendingin pompa dan bocoran-bocoran pompa,
3.4.2.6 Reject HDC,
3.4.2.7 Over flow clarified tank dan collection water tank.
3.4.3 Pada tahap Paper Machine
3.4.3.1 Reject vertikal screen dan pack palper,
3.4.3.2 Bocoran pompa,
3.4.3.3 Over flow white water,
3.4.3.4 Colling water.
Sistem pengumpulan air limbah adalah :
1. Air bekas shower wire dan press felt, vacum dan drainage dialirkan
silo pit, jika terjadi over flow pada tahap silo pit, air menuju ke white
water 3.
2. Air dari vakum press FU masuk ke bak WW1, WW2 dan WW3
kemudian dialirkan ke collection tank lalu diolah di DAF.
3. Semua unit yang menghasilkan air buangan dari tahap stock
preparation dikumpulkan dalam collection tank.
4. Air buangan dalam collection tank ini kemudian dialirkan menuju
DAF sebelum ke WWT. Dalam DAF ini terjadi pemisahan flok-flok
yang berupa buburan-buburan kertas. Flok-flok ini kemudian
dikembalikan ke intermediate chest 1, kemudian airnya digunakan
kembali untuk pulper dan over flownya menuju ke WWT.
5. Air buangan dari screen dan reject lain dikumpulkan dalam selokan
kemudian air-air buangan tersebut masuk dalam WWT melalui
incline screen. Hal ini dimaksudkan agar fiber-fiber yang halus dapat
dipisahkan

dan

dimanfaatkan

sehingga

mengurangi

beban

pengolahan dalam pengolahan limbah.

38

Laporan Kerja Praktek di PT. ADIPRIMA SURAPRINTA

3.4.2

Pengolahan Limbah
Pengolahan limbah di PT. Adiprima Suraprinta meliputi : pengolahan
limbah cair dan pengolahan limbah padat
A. Pengolahan Limbah Cair
Pengolahan limbah cair di PT. Adiprima Suraprinta dinamakan dengan
Waste Water Treatment Plant (WWTP). PT. Adiprima Suraprinta memiliki dua
unit Waste Water Treatment Plant (WWTP) yang terdiri dari WWTP 1 dan
WWTP 2.
Didalam unit pengolahan WWTP pertama ditampung di WWTP 1,
setelah terjadinya poses di WWTP 1, berkelanjutan akhirnya limbah di tampung
di WWTP 2 jadi tidak ada perbedaan secara spesifik limbah didalam unit WWTP
1 dan WWTP 2 pada unit pengolah limbah di PT. ADIPRIMA SURAPRINTA.
A.1

Unit Pengolahan Limbah cair

1. Unit Pengolahan Limbah cair WWT-1


Unit pengolahan limbah WWT-1 meliputi:

Screening
Bangunan ini berfungsi menyaring padatan-padatan yang
berukuran besar seperti kaca, plastik, kawat, kertas, botol dan lain-lain
yang terbawa dalam saluran inlet sehingga tidak merusak pompa yang
terdapat dalam WWC/Influent Tank. Screen yang di gunakan adalah
screen dengan pembersih manual berupa besi dengan diameter 10 mm,
panjang 1 m dan lebar bukaan 10 mm.

39

Laporan Kerja Praktek di PT. ADIPRIMA SURAPRINTA

WWC/Influent Tank
Bak ini berfungsi untuk :
-

Menampung / mengumpulkan air limbah yang berasal dari saluran


Inlet,

Menjaga fluktuasi debit,

Menghomogenkan air limbah.

Balance Tank / Primary Clarifier


Bak ini berfungsi untuk :
-

Menampung air limbah dari WWC/Influent Tank dengan kapasitas


penampungan 1008 m3 dan waktu tinggalnya selama 5 jam.

Meredam fluktuasi aliran yang masuk ke instalasi sekaligus sebagai


sedimentasi,

Mengontrol pH dengan cara penambahan Asama atau Basa.


Cooling Tower
Cooling Tower merupakan bangunan yang berfungsi untuk
menurunkan temperatur air yang di harapkan dapat diturunkan sampai
dibawah 34 0C.

Activated Tank
Activated Tank merupakan bak aerasi dimana air limbah
diuraikan secara aerobik oleh mikroorganisme. Terdapat dua buah
activated tank yang masing-masing bak memiliki kapasitas 2447 m3,
dimensi 24m x 24 m x 5,47 m dan Top Water Level 4,3 m. Aerator
yang digunakan pada bak activated sludge memiliki power 75 kw dan
dapat mentrasfer oksigen sebesar 155 kg/hari. Disini aerator yang
digunakan menggunakan sistem diffuser tube.

Secondary Clarifier
Bak ini berfungsi untuk mengendapkan lumpur sehingga banyak
menghasilkan air yang jernih. Secondary clarifier berjumlah 2 (dua)
unit dengan bentuk lingkaran yang kapasitas tiap baknya 450 m 3,

40

Laporan Kerja Praktek di PT. ADIPRIMA SURAPRINTA

berdiameter 15 m dan Top Water Level 2.5 m. Bak ini dilengkapi


dengan scrapper yang berfungsi untuk menyapu endapan yang
terbentuk di dasar bangunan dalam zona pengendapan. Outlet
menggunakan Weir dengan system pelimpahan yang dipasang
disekeliling bangunan secondary clarifier yang menuju effluent holding
tank. Air limbah yang masuk ke bak ini mempunyai waktu tinggal
selama 4 jam.

Effluent Holding Tank


Bak ini berfungsi menampung air hasil dari secondary clarifier
sebelum dialirkan ke bak kontrol dan sebagian lagi digunakan kembali
seperti penggunaan untuk belt press, shower, taman dan kolam
indikator.

Bak Kontrol
Bak ini berfungsi untuk mengontrol kadar pencemar air limbah
yang sudah mengalami proses pengolahan di WWT 1 sebelum dibuang
ke sungai. Apabilah air limbah tersebut sudah memenuhi standar baku
mutu air limbah maka air tersebut dialirkan ke effluent pit dan
kemudian siap untuk di buang ke sungai.

2. Unit Pengolahan Limbah cair WWT-2


Unit pengolahan air limbah WWT-2 meliputi:

Influent Box
Influent box berfungsi untuk menampung air limbah yang telah
disaring di bar screen.

Rotary Screen
Bangunan ini berfungsi untuk menyaring padatan-padatan halus
yang masih lolos dari Bar Screen. Screen yang digunakan adalah
screen dengan pembersihan secara mekanik.

Influent Tank
Bak ini berfusi untuk :

41

Laporan Kerja Praktek di PT. ADIPRIMA SURAPRINTA

Menampung / mengumpulkan air limbah yang berasal dari inlet yang


sudah melalui proses penyaringan, sludge collection dan CSAS Tank,

Menjaga fluktuasi debit,

Menghomogenkan air limbah.


Bak ini memiliki kapasitas 689 m3 dengan dimensi bak 48,5 m x

9 m x 2,1 m dan Top Water Levelnya 1,6 m.

Koagulan-Flokulan Tank
Bak koagulan-flokulan berfungsi untuk menampung air limbah
yang berasal dari influent tank dan filtrat tank. Selain itu juga, bak
koagulan-flokulan berfungsi untuk proses pembentukan flok-flok agar
dapat diendapkan dengan mudah. Dalam proses koagulan-flokulan
tidak ada penambahan bahan kimia.
Kapasitas bak Koagulasi adalah sebesar 166 m3 dengan dimensi 9
m x 9m x 2,55 m dan Top Water Level 2,05 m. sedangkan bak flokulasi
memiliki kapasitas 40 m3 dengan dimensi bak adalah 9 m x 2,4 m x
2,55 m dan Top Water Levelnya 1,85 m.

Primary Clarifier
Bak ini berfungsi untuk menampung air limbah dari bak
koagulan-flokulan, meredam fluktuasi aliran yang masuk ke instalasi
sekaligus sebagai proses pengendapan. Bak ini juga dilengkapi dengan
scrapper yang berfungsi untuk menyapu endapan yang terbentuk di
dasar bangunan dalam zona pengendapan. Outlet menggunakan Weir
dengan system pelimpahan yang dipasang disekeliling bangunan
primary clarifier yang menuju Balance tank.
Primary clarifier mimiliki kapasitas penampungan sebesar 6500
m3, dimensi bak 35 m x 8,18 m x 7,655 m, Top Water Level 7,655 dan
mempunyai waktu tinggal selama 9,9 hari.

Balance Tank

42

Laporan Kerja Praktek di PT. ADIPRIMA SURAPRINTA

Balance tank merupakan bak yang berfungsi untuk menampung


air dari primary clarifier sekaligus mendistrusikannya ke CSAS dan
Aktifated sludge agar pembagiannya merata.
Bak ini memiliki kapasitas penampungan 2380 m3 dengan
dimensi bak 34 m x 20 m x 4 m, Top Water Level 3,5 m dan waktu
tinggalnya selama 3,6 jam.

Cooling Tower
Cooling tower merupakan bangunan yang berfungsi untuk
menurunkan temperatur air limbah dari balance tank sebelum masuk ke
bak CSAS. Air limbah dari balance tank sebelum masuk ke cooling
tower memiliki temperatur 37 0C, setelah masuk ke cooling tower
temperaturnya dapat diturunkan sampai 33 0C. Setelah temperaturnya
sudah mencapai 33 0C kemudian air limbah tersebut di alirkan ke
CSAS.

CSAS Tank
CSAS tank merupakan bak aerasi dimana air limbah diuraikan
secara aerobik oleh mikroorganisme. Ada 3 buah bak CSAS yang
masing bak memiliki kapasitas penampungan 5458 m3 dengan dimensi
bak 105 m x 11.3 m x 5,1 m, dan top water level 4,6 m.
Pada proses aerasi ini, alat yang digunakan untuk menginjeksikan
udara kedalam air adalah menggunakan Blower. Pada masing-masing
bak CSAS terdapat 6 unit blower dengan power blower per unit
sebesar 75 kw. sedangkan kapasitas transfer udara masing-masing
blower yaitu 3300 Nm3/jam.

Effluent Tank
Air hasil pengolahan dari CSAS akan di tampung di bak ini
sebelum di alirkan ke effluent chanel dan sebagian lainnya digunakan
untuk belt press, shower, taman dan kolam indikator.

Effluent Chanel

43

Laporan Kerja Praktek di PT. ADIPRIMA SURAPRINTA

Bangunan ini berfungsi untuk mengalirkan air dari effluent tank


yang selanjutnya akan di alirkan ke effluent pit dan kemudian dari
effluent pit langsung di buang ke sungai.

A.2

Proses Pengolahan Limbah Cair


Proses pengolahan limbah cair di PT. ADIPRIMA suraprinta
meliputi :
1. Proses pengolahan limbah cair di WWT-1
Proses pengolahan limbah cair di WWT-1 adalah sebagai berikut :

Air limbah dari tahapstock preparation (SP-1) dan tahap paper machine
(PM-1) secara gravitasi masuk ke Waste Water Collection/Influent tank
setelah melalui screening yang berfungsi untuk menyaring kotorankotoran kasar seperti plastik, kayu, mika, dan lain-lain. Pada bangunan
ini dilakukan penambahan H2SO4 untuk menetralkan pH.

Air dari Influent Tank dipompa ke balance tank.

Pada Balance Tank yang sudah dimodifikasi menjadi primary clarifier,


dimana air limbah akan mengalami proses pengendapan. Sludge hasil
pengendapan tersebut di pompa menuju sludge collection tank.
Kemudian air limbah yang berada pada balance tank dialirkan ke
cooling tower

Dalam bangunan cooling tower air limbah didinginkan hingga


mencapai suhu 33 0C. proses pendingan didalam cooling tower ini
dengan cara air limbah di alirkan dari atas bangunan yang menyerupai
tangga sehingga air mengalir dari anak teratas sampai pada anak tangga
terbawah. Setelah itu air dialirkan menuju bak activated sludge,

44

Laporan Kerja Praktek di PT. ADIPRIMA SURAPRINTA

Pada bak activated air limbah diinjeksikan dengan phosphoric acid,


urea dan antifoam sebagai nutrien bagi mikroorganisme agar
keseimbangan mikroorganisme dapat terjaga. Bangunan ini dilengkapi
dengan surface aerator untuk menaikkan nilai DO dan membantu
mengontakkan mikroorganisme dengan zat-zat organic agar dapat
diuraikan dengan baik.

Kemudian air limbah dialirkan lagi menuju secondary clarifier. Pada


secondary clarifier, air limbah akan mengalami proses pengendapan.
Bak ini juga dilengkapi dengan scrapper untuk membersihkan endapan
yang terbentuk di dasar bak dan membersihkan busa yang timbul
dipermukaan bak. Busa tersebut lalu dibuang ke scump sedangkan
endapannya dikembalikan lagi ke bak activated sludge. Apabila
endapan yang ada pada dasar secondary clarifier telah melebihi
kapasitas maka sebagian akan dipompa ke bak sludge collection.
Kemudian filtratnya dialirkan ke effluent holding tank.

Pada effluent holding tank, air limbah akan ditambahkan defoaming


agent. Setelah itu air limbah dapat digunakan kembali seperti
penggunaan untuk taman, shower, kolam indicator dan belt press. Dan
sebagian lainnya dapat di buang ke badan air penerima (sungai).

2. Proses Pengolahan Limbah Cair di WWT-2


Proses pengolahan limbah cair di WWT-2 adalah sebagai berikut:

Air limbah dari tahap stock preparation (SP-1 dan SP-2) dan tahap
paper machine (PM-1 dan PM-2) di alirkan secara gravitasi masuk ke
influent box setelah melalui proses penyaringan untuk menghilangkan
kotoran-kotoran kasar seperti plastik, kayu, mika dan lain-lain.

Air limbah di influent box akan di pompa ke rotary screen untuk proses
penyaringan selanjutnya.

Air limbah yang telah masuk ke rotary screen akan disaring lagi untuk
memisahkan kotoran-kotoran yang lebih halus yang masih lolos dari
bar screen. Setelah itu, air limbah yang telah di saring di rotary screen
di alirkan secara gravitasi menuju influent tank.

45

Laporan Kerja Praktek di PT. ADIPRIMA SURAPRINTA

Air limbah dari rotary screen masuk ke Infuent Tank diinjeksikan


dengan Antifoam. Air limbah yang berada di influent tank selain
berasal dari rotary screen, juga berasal dari FOAM SP-1, FOAM SP-2
dan sludge holding tank yang kemudian di pompa menuju bak
koagulan-flokulan.

Di bak koagulan-flokulan, akan terjadi proses koagulasi-flokasi. Akan


tetapi pada proses koagulasi-flokulasi tidak ada penambahan bahanbahan kimia. Setelah terjadi proses koagulasi-flokulasi di bak
koagulan-flokulan, air limbah kemudian di alirkan lagi ke balance tank.

Pada balance tank, terdapat beberapa blower yang di pasang di dasar


bak. Hal ini bertujuan untuk menjaga air limbah yang ada dalam
balance tank tidak bisa mengendap. Air limbah kemudian dialirkan ke
cooling tower yang berada di WWT-1 dan WWT-2 secara merata.

Pada bangunan cooling tower, air limbah akan mengalami proses


pendinginan. Proses yang terjadi dalam bangunan ini ialah air limbah
dialirkan dari atas bangunan yang berupa anak tangga, sehingga air
akan mengalir dari anak tangga teratas sampai pada anak tangga yang
terakhir. proses yang terjadi dalam bangunan ini mampu menurunkan
temperature air limbah sampi dangan 33 0C. Setelah itu air limbah akan
di proses kembali di bak CSAS.

Air limbah yang masuk ke bak CSAS diinjeksikan dengan urea dan
phosphoric acid sebagai nutrient bagi mikroorganisme. Inlet bak CSAS
bersifat kontinyu. Pada bak ini terjadi proses aerasi dimana air limbah
dikontakkan dengan udara menggunakan blower. Proses aerasi
berlangsung selama 4 jam. Sedangkan waktu settling selama 1 jam dan
pembuangan berlangsung selama 1 jam. Apabila sludge yang berada
didalam bak CSAS sudah melebihi kapasitas, maka sebagian dari
sludge tersebut akan dikembalikan lagi ke influent tank.Sedangkan air
limbah hasil settling akan di buang (dialirkan) ke bak effluent.

Pada bak effluent, sebagian air limbah akan digunakan kembali. Seperti
penggunaan untuk shower, taman, kolam indikator dan belt press.

46

Laporan Kerja Praktek di PT. ADIPRIMA SURAPRINTA

Sebagian lainnya dialirkan ke effluent chanel, kemudian dialirkan lagi


ke effluent pit, setelah itu dibuang ke badan air (sungai).

B. Pengolahan Limbah Padat


Pengolahan limbah padat di PT. ADIPRIMA SURAPRINTA meliputi :
pengolahan limbah padat B3 dan limbah padat non B3.
B.1

Unit Pengolahan Limbah Padat

1. Unit Pengolahan Limbah Padat B3


Unit pengolahan limbah padat B3 meliputi:

Sludge Feeding Tank


Sludge feeding tank merupakan tangki yang berfungsi untuk
penampung lumpur dari sludge holding tank dan primary clarifier
(WWT-2).

Belt Press
Alat ini berfungsi untuk memisahkan cairan dari padatan hingga
kadar air di buburan tinggal 65-75 % dengan konsentrasi 2-3 % sludge
kering. Namun sebelum buburan masuk ke belt press, buburan tersebut
diinjeksikan dengan polymer.

Conveyor
Conveyor merupakan alat yang berfungsi untuk mengangkut
buburan hasil pengepresan di Belt Press ke Screw Press.

47

Laporan Kerja Praktek di PT. ADIPRIMA SURAPRINTA

Screw Press
Alat ini pada dasarnya sama fungsinya dengan Belt Press. Akan
tetapi kekuatan pengepresannya lebih besar dari Belt Press. Alat ini
mampu memisahkan kadar air di buburan hingga tinggal 45 %.

Sludge Bund
Bagunan ini adalah tempat penampungan sementara sludge yang
sudah mengalami proses pengurangan kadar air di screw press.

2. Unit Pengolahan Limbah Padat Non B3


Pada prinsipnya, unit pengolahan limbah padat non B3 sama dengan unit
pengolahan pada limbah B3. Hanya saja yang membedakan antara unit
pengolahan limbah padat B3 dan non B3 adalah jenis buburannya. Jenis
buburan yang di olah pada unit pengolahan limbah padat non B3 adalah
jenis buburan yang tidak mengandung limbah B3 sedangkan jenis buburan
yang yang di olah pada unit pengolahan limbah padat B3 adalah buburan
yang mengandung limbah B3.
B.2

Proses Pengolahan Limbah Padat B3 dan Non B3


Proses pengolahan Limbah padat B3 dan Non B3 PT. Adiprima
Suraprinta adalah sebagai berikut:
1. Lumpur dari sludge holding tank dan primary clarifier dipompa
menuju ke sludge feeding tank
2. Dari sludge feeding tank, lumpur akan di pompa menuju belt press.
Sebelum masuk ke belt press, lumpur tersebut diinjeksikan dengan
polymer. Dosis polymer yang diinjeksikan berkisar antara 30 70 ppm
(tergantung kepekatan konsistensi sludge transfer). Alat ini akan

48

Laporan Kerja Praktek di PT. ADIPRIMA SURAPRINTA

memisahkan kadar air di buburan tinggal 60-70 % dengan konsistensi


2-3 % sludge kering.
Prinsip kerja alat ini adalah sebagai berikut :
Sludge masuk ke tanki dewatering untuk dikurangi kadar airnya. Tanki
dewatering berupa screen yang dapat berputar sehingga sludge yang
kadar airnya telah berkurang akan tetap berada dalam screen. Sludge di
press diantara dua buah wire sehingga air yang terkandung dalam
sludge akan jatuh kebawah. Air hasil penyaringan akan masuk ke filtrat
tank
Ketegangan dan posisi wire perlu dijaga dalam kondisi stabil agar
pengepresan berjalan optimal. Jika wire terlalu tegang, wire akan
mudah robek dan apabila wire terlalu kendor, maka kekuatan press
weir berkurang dan posisi wire akan bergeser. Untuk menjaga
ketegangan dan posisi wire tetap stabil, digunakan air kompresor
dengan tekanan udara sebesar 1,5 bar. Semua filtrat hasil pemisahan
tersebut dialirkan ke filtrat tank kemudian dipompa kembali menuju ke
bak koagulan-flokulan di WWT-2. Sedangkan sludge hasil dari belt
press di angkut menggunakan conveyor menuju screw press.
3. Dalam screw press sludge yang sudah dikurangi kadar airnya akan
kembali di kurangi kadar airnya di screw press. Screwpress diperlukan
untuk mengurangi kadar air dari sebelum 60 % akan dikurangi hingga
menjadi 45 %. Setelah itu, sludge akan di angkut kembali oleh
conveyor menuju ke sludge bund B3 dan non B3. Selanjutnya sludge
tersebut akan di manfaatkan oleh pihak ke-3 dalam hal ini adalah PT.
SEMEN GRESIK untuk dijadikan bahan dasar semen.
3.4.3

Standar Unit Pengolahan Air Limbah


A. Standar Unit Pengolahan Air Limbah di WWT-1
Pada instalasi pengolahan air limbah di WWT-1 berlaku standar:
1. Untuk Inlet Balance Tank
-

Kapasitas bak 1008 m3,

Ukuran 24 m x 12 m x 4 m,

49

Laporan Kerja Praktek di PT. ADIPRIMA SURAPRINTA

Waktu tinggal 5 jam,

TSS Inlet Balance Tank <5000 mg/l,

pH 6,0 9,0

Temperatur <45 0C.

2. Untuk inlet activated tank / after cooling tower


-

pH 6,0 8,5

SS <750 mg/l,

COD <1500 mg/l,

Tempratur <37 0C

COD Load <4320 kg.

3. Activated sludge
Dari 2 buah bak activated sludge yang terdapat pada WWT-1
memiliki standar pengolahan yang sama.
-

pH 6,0 8,5

MLSS 2000 7000 mg/l

Food/Mikroorganime 0,05 0,4 kg/kg.d

SV30<950 ml/l

SVI30<400 ml/gr

DO >O,5 mg/l

4. Secondary clarifier tank


Terdapat 2 buah bak secondary clarifier, akan tetapi keduanya
memiliki standar yang sama. Standar didalam secondary clarifier
adalah sebagai berikut:
-

pH 6,0 8,5

TSS <80 mg/l

Turbidity <80 NTU

COD <160 mg/l

COD Removal >80 %

5. Effluent Holding Tank


-

pH 6,0 8,5

turbidity <80 NTU

50

Laporan Kerja Praktek di PT. ADIPRIMA SURAPRINTA

TSS <80 mg/l

COD <160 mg/l

COD Removal >80 %

B. Standar Unit Pengolahan Air Limbah di WWT-2


Pada instalasi pengolahan air limbah di WWT-2 memiliki
standar sebagai berikut:
1. Inlet primary clarifier
-

pH 6,0 9,0

Temperatur <45 oC

TSS <15000 mg/l

2. Outlet primary clarifier/after cooling tower


-

pH 6,0 8,5

Temperatur <37 0C

SS<750 mg/l

COD <1500 mg/l

COD Load <11800 kg/day

3. CSAS Tank
Bak ini berjumlah 3 buah namun standar pengolahan dari ke-3
bak ini sama. Berikut ini adalah standar pengolahan pada CSAS
Tank :
-

Debit inlet <600 m3/hari

51

Laporan Kerja Praktek di PT. ADIPRIMA SURAPRINTA

pH 6,0 9,0

Temperatur <35 0C

MLSS 2000 7000 mg/l

Food/Mikroorganisme 0,05 0,4 kg/kg.d

SV30 200 500 ml/l

SVI30<300 ml/gr

DO >0.5 mg/l

4. Effluent Tank
-

pH 6,0 8,5

TSS <80 mg/l

Turbidity <80 NTU

COD <160 mg/l

COD Removal >80 %

Temperatur <35 0C
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.
Dari pelaksanaan kerja praktek di PT. ADIPRIMA SURAPRINTA
diperoleh data data berupa analisa Laboratorium WWT dan pengamatan
lapangan, diperoleh data sebagai berikut :
Table IV.1 Karakteristik limbah sebelum mengalami pengolahan
Hasil Uji Laboratorim
No
Parameter

Satuan

Kadar

Baku mutu

52

Laporan Kerja Praktek di PT. ADIPRIMA SURAPRINTA

BOD

mg/l

587,4

70

COD

mg/l

1353,2

150

TSS

13

70

pb

mg/l

<LD

0,1

Suhu

29

Ph

7,50

6-9

Berdasarkan analisa hasil buangan limbah cair industri kertas di PT.


Adiprima Suraprinta pada inlet (sebelum masuk ke unit pengolahan awal)
terhadap parameter air limbah seperti BOD dan COD masih berada pada kondisi
diatas baku mutu terkecuali pb dan TSS yang berada di bawah standar baku
mutu, sedangkan pH berada pada ring standar baku mutu yang telah ditetapkan
melalui SK Gubernur No. 136 Tahun 1994. Karena COD dan BOD masih berada
diatas standar baku mutu maka air limbah tersebut tidak bisa langsung dibuang
kebadan air (sungai) melainkan diperlukan pengolahan terlebih dahulu untuk
menurunkan kadar air limbah tersebut sesuai dengan nilai standar baku mutu
yang telah dipersyaratkan.
Adapun setelah melakukan proses pengolahan, maka karakteristik limbah
cair ada pada Tabel IV.1 tersebut mengalami penurunan sebagai berikut :

Table IV.2 Karakteristik limbah setelah mengalami pengolahan


Hasil Uji Laboratorium
No Parameter
1
BOD

Satuan
mg/l

Kadar
12,93

Baku Mutu
70

COD

mg/l

30,578

150

TSS

mg/l

70

pb

mg/l

<LD

0,1

suhu

29

pH

7,50

69

53

Laporan Kerja Praktek di PT. ADIPRIMA SURAPRINTA

Berdasarkan

hasil

pengolahan

limbah

cair

yang

telah

diuji

dilaboratorium seperti yang tertera pada Tabel IV.2 diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa hasil pengolahan tersebut telah memenuhi nilai standar baku
mutu sesuai dengan SK Gub. No. 136 Tahun 1994. Dari hasil analisa tersebut
maka limbah cair tersebut dapat langsung di buang ke badan air (sungai).
4.1

Pembahasan
Dari hasil pengolahan limbah cair, maka kita dapat melihat kemampuan
pengolahan atau unjuk kerja dari pengolahan limbah di PT. Adiprima Suraprinta
mengenai limbah cair.

54

Laporan Kerja Praktek di PT. ADIPRIMA SURAPRINTA

Kemampuan pengolahan tersebut dapat dilihat dari hasil persentasenya


seperti pada tabel IV.3 dibawah ini.
Tabel IV .3 Persentase Hasil Sebelum dan Sesudah Pengolahan
No

Parameter

Satuan

Kadar
Sebelum

%
Sesudah

BOD

mg/l

587,4

12,93

Penurunan
97,80

COD

mg/l

1353,2

30,578

97,74

TSS

mg/l

13

92,31

pb

mg/l

<LD

<LD

Suhu

29

29

0,00

pH

7,50

7,50

0,00

Dari tabel IV.3 dapat dilihat bahwa pengolahan limbah cair yang dimiliki
oleh PT. Adiprima Suraprinta mempunyai kadar penurunan tertinggi terdapat
pada parameter BOD yaitu 97,80 % sedangkan penurunan terendah terdapat
pada suhu dan pH yaitu 0,00 %.

BAB V
TUGAS KHUSUS

55

Laporan Kerja Praktek di PT. ADIPRIMA SURAPRINTA

5.I

Sistem Manajemen K3 di PT. ADIPRIMA SURAPRINTA

KEBIJAKAN K3
PT ADIPRIMA SURAPRINTA
Manajemen dan segenap karyawan PT Adiprima Suraprinta berkomitmen
untuk menyediakan dan menjaga lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi
karyawan kami, pelanggan dan masyarakat sekitar dengan cara :

Menerapkan dan memelihara Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan


Kerja (SMK3) di perusahaan kami.

Melaksanakan

program-program

pelatihan

dan

pembelajaran

untuk

meningkatkan kesadaran akan K3, rasa tanggung jawab serta keterampilan yang
menunjang terciptanya perlindungan K3 yang optimal.

Mengikuti standar-standar K3 sesuai dengan ketentuan perundang-undangan


yang berlaku.

Melakukan tindakan perbaikan yang berkesinambungan dalam pengelolaan


Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja (SMK3) di perusahaan
kami.
Untuk memastikan kebijakan K3 ini dapat dipahami dan diketahui oleh
semua karyawan maka kami akan melibatkan seluruh karyawan dalam setiap
level untuk ikut serta berinisiatif dalam mengoptimalkan perlindungan K3 bagi
karyawan kami, pelanggan serta warga masyarakat sekitar serta melakukan
peninjauan ulang atas kebijakan K3 ini secara berkala.
Gresik, 14 Juni 2008
PT ADIPRIMA SURAPRINTA

MISBAHUL HUDA
DIREKTUR UTAMA
5.2 Organisasi SMK 3 ADIPRIMA SURAPRINTA

56

Laporan Kerja Praktek di PT. ADIPRIMA SURAPRINTA

57

Laporan Kerja Praktek di PT. ADIPRIMA SURAPRINTA

58

Laporan Kerja Praktek di PT. ADIPRIMA SURAPRINTA

5.3 SOP (Standard Operating Procedurs)


a. Pengertian SOP
Standar

Operasional

untuk melaksanakantugas

Prosedur

pekerjaan

adalah

sesuai

pedoman

dengan

fungsi

atau
dan

acuan
alat

penilaian kinerja instasi pemerintah berdasarkan indikator indikator teknis,


administrasif dan prosedural sesuai dengan tatakerja, prosedur kerja dan sistem
kerja pada unit kerja yang bersangkutan.
b. Tujuan dan Manfaat SOP

Memudahkan proses pemberian tugas serta tanggung jawab kepada

pegawai yang menjalankannya.


Memudahkan proses pemahaman (penguasaan tugas) staff secara

sistematis dan general.


Menghindari error dalam proses kerja
Mempermudah dan mengetahui terjadinya kegagalan, inefisiensi proses
dalam prosedur kerja, serta kemungkinan-kemungkinan terjadinya

penyalahgunaan kewenangan oleh pegawai yang menjalankan.


Memudahkan dalam hal monitoring dan menjalankan fungsi kontroldari

setiap proses kerja


Menghemat waktu dalam program training, karena dalam SOP tersusun
secara sistematis.

59

Laporan Kerja Praktek di PT. ADIPRIMA SURAPRINTA

Gambar 5.2 Standart Pemakaian


Forklif

60

Laporan Kerja Praktek di PT. ADIPRIMA SURAPRINTA

Gambar 5.1 Skenario Gempa


Bumi

5.4 APD (Alat Pelindung Diri)a. Pengertian APD


Alat Pelindung Diri (APD) ialah kelengkapan wajib yang digunakan
saat

bekerja

sesuai

dengan bahaya dan resiko kerja

untuk

menjaga keselamatan tenaga kerja itu sendiri maupun orang lain di tempat kerja.
a. Tujuan Penggunaan APD
Melindungi kulit dan selaput lendir petugas dan resiko pajanan darah,
semua jenis cairan tubuh, sekret ekskreta, kulit yang tidak utuh dan selaput
lendir psien atau lainnya.
b. Macam-macam alat APD
- Safety shoes. Seperti sepatu biasa, tapi dari bahan kulit dilapisi metal
dengan sol dari karet tebal dan kuat. Berfungsi untuk mencegah kecelakaan fatal
yang menimpa kaki karena tertimpa benda tajam atau berat, benda panas, cairan
kimia, dsb.

Gambar 5.3 Safety


Shoes

- Helmet.

Berfungsi sebagai pelindung kepala dari benda yang bisa

mengenai kepala secara langsung.

61

Laporan Kerja Praktek di PT. ADIPRIMA SURAPRINTA

Gambar 5.4

Masker. Berfungsi sebagai penyaring udara yang dihirup saat bekerja di tempat dengan
Helmet

kualitas udara buruk (misal berdebu, beracun, dsb).

Gambar 5.5 Masker

- Sarung tangan. Berfungsi sebagai alat pelindung tangan pada saat bekerja di tempat
atau situasi yang dapat mengakibatkan cedera tangan. Bahan dan bentuk sarung tangan
di sesuaikan dengan fungsi masing-masing pekerjaan.

Gambar 5.6 Sarung Tangan

- Alat pelindung pendengaran.


Berfungsi sebagai pelindung telinga pada saat bekerja di tempat yang
bising

62

Laporan Kerja Praktek di PT. ADIPRIMA SURAPRINTA

Gambar 5.7 Alat Pelindung


Pendengaran

- Jas hujan.
Berfungsi melindungi dari percikan air saat bekerja (misal bekerja pada
waktu hujan atau sedang mencuci alat).
Semua jenis APD harus digunakan sebagaimana mestinya, gunakan pedoman yang
benar-benar sesuai dengan standar keselamatan kerja (K3L : Kesehatan, Keselamatan
Kerja dan Lingkungan)

Gambar 5.8 Jas Hujan

5.5 Himbauan yang ada di ADIPRIMA SURAPRINTA


a. 5R merupakan budaya tentang bagaimana seseorang memperlakukan tempat
kerjanya secara benar. Bila tempat kerja tertata rapi, bersih, dan tertib, maka
kemudahan bekerja perorangan dapat diciptakan, dan dengan demikian 4
bidang sasaran pokok industri, yaitu efisiensi, produktivitas, kualitas, dan
keselamatan kerja dapat lebih mudah dicapai.
RINGKAS
Prinsip RINGKAS adalah memisahkan segala sesuatu yang diperlukan
dan menyingkirkan yang tidak diperlukan dari tempat kerja. Mengetahui benda
mana yang tidak digunakan, mana yang akan disimpan, serta bagaimana cara

63

Laporan Kerja Praktek di PT. ADIPRIMA SURAPRINTA

menyimpan supaya dapat mudah diakses terbukti sangat berguna bagi sebuah
perusahaan.
Langkah melakukan RINGKAS :
1. Cek-barang yang berada di area masing-masing.
2. Tetapkan kategori barang-barang yang digunakan dan yang tidak digunakan.
3. Beri label warna merah untuk barang yang tidak digunakan
4. Siapkan tempat untuk menyimpan / membuang /memusnahkan barang-barang
yang tidak digunakan.
5. Pindahkan barangbarang yang berlabel merah ke tempat yang telah ditentukan.
RAPI
Prinsip RAPI adalah menyimpan barang sesuai dengan tempatnya.
Kerapian adalah hal mengenai sebagaimana cepat kita meletakkan barang dan
mendapatkannya kembali pada saat diperlukan dengan mudah. Perusahaan tidak
boleh asal-asalan dalam memutuskan dimana benda-benda harus diletakkan
untuk mempercepat waktu untuk memperoleh barang tersebut.
Langkah melakukan RAPI :
1. Rancang metode penempatan barang yang diperlukan, sehingga mudah
didapatkan saat dibutuhkan
2. Tempatkan barang-barang yang diperlukan ke tempat yang telah dirancang dan
disediakan
3. Beri label / identifikasi untuk mempermudah penggunaan maupun
pengembalian ke tempat semula.
RESIK
Prinsip

RESIK

adalah

membersihkan

tempat/lingkungan

kerja,

mesin/peralatan dan barang-barang agar tidak terdapat debu dan kotoran.


Kebersihan harus dilaksanakan dan dibiasakan oleh setiap orang dari CEO
hingga pada tingkat office boy.
Langkah melakukan RESIK :
1. Penyediaan sarana kebersihan,
2. Pembersihan tempat kerja,

64

Laporan Kerja Praktek di PT. ADIPRIMA SURAPRINTA

3. Peremajaan tempat kerja, dan


4. Pelestarian RESIK.

RAWAT
Prinsip RAWAT adalah mempertahankan hasil yang telash dicapai pada
3R sebelumnya dengan membakukannya (standardisasi).
Langkah melakukan RAWAT :
1. Tetapkan standar kebersihan, penempatan, penataan
2. Komunikasikan ke setiap karyawan yang sedang bekerja di tempat kerja
RAJIN
Prinsip RAJIN adalah terciptanya kebiasaan pribadi karyawan untuk
menjaga dan meningkatkan apa yang sudah dicapai. RAJIN di tempat kerja
berarti pengembangan kebiasaan positif di tempat kerja. Apa yang sduah baik
harus selalu dalam keadaan prima setiap saat. Prinsip RAJIN di tempat kerja
adalah LAKUKAN APA YANG HARUS DILAKUKAN DAN JANGAN
MELAKUKAN APA YANG TIDAK BOLEH DILAKUKAN
Langkah melakukan RAJIN :
1. Target bersama,
2. Teladan atasan
3. Hubungan/komunikasi di lingkungan kerja
4. Kesempatan belajar

Gambar 5.9 5R
65

Laporan Kerja Praktek di PT. ADIPRIMA SURAPRINTA

a.

Arti dari lambang di bawah ini adalah dilarang mengeluh tentang pekerjaan
atau kewajiban yang sudah menjadi tanggung jawab di setiap harinya.
Lambang di bawah ini memberikan motivasi atau semangat agar karyawan
tidak selalu mengeluh.

Gambar 5.10 Dilarang Sambat

b.

Arti dari lambang dibawah ini adalag dilarang merokok di tempat-tempat


tertentu. Fungsi dari lambang ini adalah sebagai tanda peringantan awal,
sebagai upaya preventif, dan penyadaran. Biasanya dipasang di Pom Bensin,
Bandara, Rumah Sakit, dan Pabrik.

Gambar 5.11 Dilarang


Merokok

c.

Bahan kimia memiliki titik nyala rendah dan mudah menyala/terbakar dengan
api bunsen, permukaan metal panas atau loncatan bunga api. Contoh bahan
dengan sifat tersebut misalnya minyak terpentin, dietil eter (C2H5OC2H5),
karbon disulfide (CS2), asetilena (C2H2).

66

Laporan Kerja Praktek di PT. ADIPRIMA SURAPRINTA

d.

Gambar
5.12CORROSIVE
Mudah
Bahan dan formulasi dengan
notasi
adalah merusak jaringan

hidup. Jika suatu bahanTerbakar


merusak kesehatan dan kulit hewan uji atau sifat ini
dapat diprediksi karena karakteristik kimia bahan uji, seperti asam (pH <2)
dan basa (pH>11,5), ditandai sebagai bahan korosif. Contoh bahan dengan
sifat tersebut misalnya asam mineral seperti HCl dan H2SO4maupun basa
seperti larutan NaOH (>2%).

Gambar 5.13

e.

Korosif

Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya TOXIC dapat
menyebabkan kerusakan kesehatan akut atau kronis dan bahkan kematian
pada konsentrasi sangat rendah jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, melalui
mulut (ingestion),atau kontak dengan kulit. Bahan karsinogenik dapat
menyebabkan kanker atau meningkatkan timbulnya kanker jika masuk ke
tubuh melalui inhalasi, melalui mulut dan kontak dengan kulit.Contoh bahan
dengan sifat tersebut misalnya solven-solven seperti metanol (toksik) dan
benzene (toksik, karsinogenik). karbon tetraklorida (CCl4), Hidrogen sulfida
(H2S), Benzena (C6H6).

Gambar 5.14
Beracun

67

Laporan Kerja Praktek di PT. ADIPRIMA SURAPRINTA

f.

Ledakan akan dipicu oleh suatu reaksi keras dari bahan. Energi tinggi
dilepaskan dengan propagasi gelombang udara yang bergerak sangat cepat.
Resiko ledakan dapat ditentukan dengan metode yang diberikan dalam Law
for Explosive Substances. Asam nitrat dapat menimbulkan ledakan jika
bereaksi dengan beberapa solven seperti aseton, dietil eter, etanol, dll. Contoh
yang lain KClO3, NH4NO3.

Gambar 5.15
Bertekanan Tinggi

68

Laporan Kerja Praktek di PT. ADIPRIMA SURAPRINTA

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1

Kesimpulan
Dari hasil pengamatan pada unit pengolahan limbah cair di PT.
ADIPRIMA SURAPRINTA dapat disimpulkan bahwa :
1. Unit pengolahan Waste Water Treatment (WWT) yang dimiliki oleh PT.
ADIPRIMA SURAPRINTA ada 2 (dua) yaitu WWT-1 dan WWT-2,
2. Sistem pengolahan limbah cair di PT. ADIPRIMA SURAPRINTA tergolong
lengkap, karena meliputi pengolahan Fisik, Kimia dan Biologi,
3. Dari kemampuan kerja atau unjuk kerja di PT. ADIPRIMA SURAPRINTA
cukup baik, karena mampu mendegradasi kadar limbah cair tersebut dibawah
standar baku mutu.
4. Hasil effluent yang dibuang ke sungai masih di bawah standar baku mutu
yang
5. telah ditentukan yaitu :
-

BOD = 12,93 mg/l

(Baku mutu = 150 mg/l)

COD = 30,578 mg/l

(Baku mutu = 150 mg/l)

TSS = 1 mg/l

(Baku mutu = 70 mg/l)

pb = <LD

(Baku mutu = 0,1 mg/l)

Suhu = 29 0C

(Baku mutu = 37 0C)

pH = 7,50

(Baku mutu = 6 9)

6. Untuk pengolahan limbah B3 di PT. Adiprima suraprinta limbah B3 sendiri


yang di hasilkan paling banyak yaitu oli dari penggunaan alat berat dan
limbahnya sudah memenuhi standart untuk penataan pengumpulan dan
pengolahan yang diserahkan kepada pihak ke 3.

69

Laporan Kerja Praktek di PT. ADIPRIMA SURAPRINTA

7. Untuk pelaksanaan K3 di PT. Adiprima suraprinta para karyawan yang


berkerja di lokasi produksi dan lokasi limbah serta di warehouse sudah
menerapkan penggunaan APD sesuai dengan ketentuan yang sudah
disosialisasikan di dadalam perusahaan.
8. Untuk melaksanakan program 5R didalam lingkungan kantor, warehouse dan
lingkungan produksi serta penanganan limbah sudah dalam penataan yang
rapi sesuai standart SOP yang diterapkan oleh divisi HSE di dalam PT.
Adiprima Suraprinta.
9. Kegiatan CSR yang pernah ditunjukkan PT. Adiprima Suraprinta ialah
penanganan dan pemberian dana pada pengidap penyakit katarak di
Indonesia dengan menggandeng mitra oleh perusahaan lainnya.
10. Lumpur yang dihasilkan oleh unit pengolahan limbah di PT. adiprima
suraprinta ditampung dan dan diolah sampai menjadi serbuk pasir yang tidak
mencemari lingkungan.

6.2

Saran

70

Laporan Kerja Praktek di PT. ADIPRIMA SURAPRINTA

1. Perlu dipertahankan nilai effluent limbah cair yang sudah baik dari unit
pengolahan limbah cair baik pengolahan di WWT-1 maupun di WWT-2,
2. Nilai COD perlu di perhatikan karena proses kimia biologis kurang
konsisten sehingga menyebabkan kadar COD naik turun (fluktuatif),
3. Suhu inlet activated tank dan outlet primery clarifier agar selalu berada di
bawah 37 0C.
4. Agar Proses pengeringan dan penghancuran lumpur menjadi pasir sebaiknya
untuk unit penampung pasir setelah dewetering agar diperbesar karena
mengingat sistem produksi yang berkelanjutan selama 24 jam sehingga
terproduksi setara terus menerus, mengakibatkan hasil dewetering yang
menumpuk.

71

Laporan Kerja Praktek di PT. ADIPRIMA SURAPRINTA

DAFTAR PUSTAKA

Adiprima Suraprinta PT. Departemen Litbang Biro SDM Pengolahan Limbah


Cair Industri Kertas, Gresik.

Adiprima suraprinta PT, Departemen Litbang Biro SDM Proses limbah cair
industry pulp dan kertas, Gresik.

Meatcalf, Eddy, 1981, Wastewater Wengeneering treatment disposal reuse,


Tata Mcgraw hill, new Delhi.

SK Gub. Tahun 2003. No. 72 Baku mutu limbah cair bagi industry atau
kegiatan usaha lainnya di Jawa Timur, Surabaya, Jawa Timur.

72

Laporan Kerja Praktek di PT. ADIPRIMA SURAPRINTA

LAMPIRAN A
GAMBAR
A.1.

Rotary Drum Screen

A.2.

Difusser Aeration

73

Laporan Kerja Praktek di PT. ADIPRIMA SURAPRINTA

A.3.

Alat Aerasi : Pipa Manfold, Lateral dan Orifice

A.4.

Secondary Clarifier WWT 1

74

Laporan Kerja Praktek di PT. ADIPRIMA SURAPRINTA

A.5.

Surface Aerator WWT 1

A.6.

Secondary Clarifier WWT 2

75

Laporan Kerja Praktek di PT. ADIPRIMA SURAPRINTA

A.7.

Outlet IPAL

76

Anda mungkin juga menyukai