Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PROSES INDUSTRI KIMIA

PENGOLAHAN LIMBAH PADA INDUSTRI KERTAS

Disusun Oleh :
1. Fatikhah Nur Hidayati P. S 17307141055
2. Muh. Asmiensyah 17307141055
3. Ainun Nisa Zella S 17307144019
4. Zhahdo Bintang R 17307144020
5. Agung Dewanto P 17307144023

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2019
BAB 1

PENDAHULUAN

Indonesia berpotensi untuk menjadi tiga besar dalam industri pulp dan kertas di dunia.
Saat ini Indonesia menempati peringkat 11 dunia untuk industri kertas dan peringkat sembilan
dunia untuk industri pulp, antara lain karena produksi pulp dan kertas di Tanah Air
diuntungkan oleh berbagai kondisi alam dan geografis di khatulistiwa..

Indonesia yang berada di garis khatulistiwa yang rata-rata memiliki pepohonan yang
tumbuh tiga kali lebih cepat dibandingkan di negara-negara yang berada di daerah dingin,
sehingga tersedia hutan yang luas sebagai sumber bahan baku, selain itu Indonesia juga berada
di tengah-tengah Asia yang sedang berkembang menjadi raksasa ekonomi baru yang menjadi
pasar terbesar pulp dan kertas dunia di masa depan.

Persaingan global dalam bisnis pulp dan kertas sangat keras dan persyaratan lingkungan
yang diterapkan juga semakin lama semakin ketat. Apalagi hemat energi dan ramah
lingkungan sekarang telah menjadi tuntutan bisnis karena negara-negara tujuan ekspor dan
para pembeli produk semakin menuntut adanya pulp dan kertas yang diproduksi dari sumber
yang legal, yang dilengkapi dengan sertifikasi resmi mengenai legalitasnya.

Tahun 2011 ekspor kertas dari Indonesia masih akan diwarnai dengan tuduhan dumping,
karena harga kertas Indonesia sangat kompetitif di beberapa negara tujuan ekspor. Setiap
tahun selalu ada negara tujuan ekspor kertas Indonesia yang melakukan tuduhan dumping.
Industri kertas dan pemerintah terus melakukan perlawanan antara lain melalui lembaga
internasional seperti WTO.

Perlawanan juga dilakukan langsung terhadap negara-negara penuduh, karena apabila


negara tujuan ekspor berhasil mengenakan Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) terhadap suatu
jenis kertas, dikhawatirkan tuduhan dumping akan berkembang kepada jenis-jenis kertas dan
komoditi ekspor Indonesia lainnya. Hal ini disampaikan oleh Ketua Presidium APKI
(Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia), Ir.H.M. Mansur .

Indonesia telah menjadi bulan-bulanan tuduhan dumping dari negara-negara tujuan


ekspor kertas. Meskipun sebagian besar tuduhan tersebut dapat dipatahkan, tetapi untuk
menghadapi tuduhan tersebut memakan tenaga, waktu dan biaya. Industri kertas Indonesia
juga sering harus menghadapi pengenaan Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) dan
Countervailing Duty (CVD), dimana negara-negara pesaing tidak mau mencabutnya, seperti
yang terjadi terhadap ekspor kertas tulis-cetak ke Korea Selatan dan kertas koran ke Malaysia.
Kedua negara tersebut tetap mengenakan BMAD meskipun sudah melewati batas waktu 5
tahun yang ditetapkan WTO.

APKI meminta dukungan Kementerian Perdagangan agar mencermati banyaknya


perjanjian perdagangan antara negara di dunia seperti PTA (Preferential Trade Agreement)
dan FTA (Free Trade Agreement), apakah berpotensi memberikan dampak negatif atau positif
terhadap neraca perdagangan Indonesia.
Misalnya PTA Pakistan-China, ternyata Pakistan memberikan penurunan bea-masuk
terhadap kertas dari China. Tetapi karena belum ada PTA Pakistan - Indonesia, kertas
Indonesia ke Pakistan tetap dikenakan bea-masuk normal. Nilai ekspor kertas Indonesia ke
Pakistan dalam beberapa tahun ini sekitar USD55 juta/tahun. Sementara itu dengan PTA
Pakistan-China, maka Pakistan mengenakan bea-masuk terhadap kertas packaging China
sebesar 17%, sedang untuk kertas packaging ex Indonesia dikenakan bea masuk normal
sebesar 40%. Dengan ditandatanganinya PTA Pakistan-China dapat diperkirakan pembeli
kertas Pakistan akan lebih memilih mengimpor kertas dari China, dibandingkan  dari
Indonesia. http://datacon.co.id/Pulp-2011Industri.html

Industri kertas merupakan kegiatan yang dapat menimbulkan dampak besar terhadap
kualitas sumber daya alam. Dalam proses produksinya air merupakan komponen yang
memegang peranan penting karena setiap tahapan serta proses dalam produksi kertas
menggunakan air[1]. Banyaknya jumlah air yang digunakan juga berdampak pada produksi
limbah cair yang dihasilkan. Limbah cair yang tidak terolah dapat menyebakan pencemaran
baik pada badan air maupun tanah sehingga diperlukan proses pengolahan pada limbah
tersebut. Pengolahan limbah cair dapat dilakukan secara fisik-kimia maupun secara biologis.
Secara fisik-kimia teknologi atau alternatif pengolahan yang digunakan diantaranya adalah
proses sedimentasi, koagulasi-flokulasi, oksidasi kimia dll[2]. Secara proses biologi adapun
alternatif yang dapat digunakan dapat berupa degradasi menggunakan bakteri dengan proses
aerob maupun anaerobik. Pemilihan unit pengolahan tersebut perlu menyesuaikan
karakteristik limbah yang dihasilkan.
[1] Welasih, T, Penururnan BOD dan COD Limbah Industri Kertas dengan Air Laut
Sebagai Koagulan. Jurnal rekayasa Perancangan vol 4 (2008).
[2] Pokhrel,D & Viraraghavan,T. Treatment of Pulp and Paper Mill Wastewater-A
Review. Sci.Tot.Env. Vol. 333 (2004) 37-58.
https://media.neliti.com/media/publications/213739-perancangan-instalasi-pengolahan-
air-lim.pdf

Seiring pertumbuhan penduduk, bertambah pula permintaan barang kebutuhan


sehari-hari manusia, termasuk kebutuhan akan kertas. Pendidikan merupakan salah satu sektor
yang turut meningkatkan kebutuhan akan kertas (Madigan et al., 2003 dalam Anonim, 2015).
Industri kertas merupakan salah satu jenis industri terbesar di dunia dengan menghasilkan 178
juta ton pulp, 278 juta ton kertas dan karton, serta menghabiskan 670 juta ton kayu.
Pertumbuhannya dalam dekade berikutnya diperkirakan antara 2% hingga 3.5% per tahun,
sehingga membutuhkan kenaikan kayu log yang dihasilkan dari lahan hutan seluas 1 sampai 2
juta hektar setiap tahun (Yuniarti, 2008).
Di Indonesia industri kertas memberikan kontribusi yang sangat besar dalam ekspor
non migas (Isyuniarto, dkk., 2007). Industri kertas menghasilkan beberapa jenis limbah padat
antara lain sludge, biosludge, dan pith. Di antara limbah padat tersebut, sludge merupakan
limbah dengan volume terbesar. Semakin meningkatnya kebutuhan kertas, semakin tinggi
pula limbah sludge yang dihasilkan. Karakteristik sludge industri kertas antara lain lembek,
strukturnya lunak seperti bubur, berwarna abu-abu keruh atau kehitaman, dan berbau tidak
sedap (Sibagariang, 2011).
Sludge merupakan limbah industri pulp dan kertas yang dihasilkan dalam kuantitas
yang besar setiap harinya. Sebagian besar sludge ditumpuk oleh perusahan, sehingga
menghasilkan masalah finansial, lingkungan dan kesehatan manusia (Sibagariang, 2011).
Limbah padat biosludge industri pulp dan kertas mempunyai karakteristik yang tergantung
dari bahan baku, sumber proses dan produk yang dihasilkan dari sumber tersebut. Umumnya
sumber limbah padat yang dihasilkan dari industri pulp atau kertas berasal dari rejectproses
penyediaan stok, unit pemulihan serat dan hasil akhir instalasi pengolahan limbah cair
berupa sludge  yang keluar dari belt press. Komponen dari limbah padat terdiri dari serat
pendek, serta bahan pengisi, plastik, logam,wax dan pengotor lainnya (Sibagariang, 2011).
Kebutuhan akan kertas yang tinggi membuat industri pulp dan kertas di Indonesia
semakin berkembang. Akan tetapi layaknya dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan,
dampak positif dari perkembangan industri juga diikuti oleh dampak negatif terhadap
lingkungan dan kesehatan manusia akibat dihasilkannya limbah. Limbah merupakan hasil
samping dari proses produksi yang tidak dapat digunakan dalam bentuk padat, cair, gas, debu,
getaran dan kerusakan lain yang dapat menimbulkan pencemaran jika tidak dikelola dengan
baik (Madigan et al., 2003 dalam Anonim, 2015).
BAB II

PEMBAHASAN

A. Bahan Baku Industri Kertas


Menurut Rini (2002), kayu sebagai bahan baku dalam industri kertas mengandung
beberapa komponen antara lain :
1. Selulosa
Selulosa merupakan komponen yang paling dikehendaki dalam pembuatan kertas
karena bersifat panjang dan kuat. Menurut Stanley (2001) dalam kayu
mengandung sekitar 50 % komponen selulosa.
2. Hemiselulosa
Hemiselulosa lebih mudah larut dalam air dan biasanya dihilangkan dalam proses
pulping.
3. Lignin
Lignin berfungsi merekatkan serat – serat selulosa sehingga menjadi kaku. Pada
proses pulping secara kimia dan proses pemutihan akan menghilangkan
komponen lignin tanpa mengurangi serat selulosa. Menurut Stanley (2001)
komponen lignin dalam kayu adalah sekitar 30 %.
4. Bahan ekstraktif
Komponen ini meliputi hormon tumbuhan, resin, asam lemak dan unsur lain.
Komponen ini sangat beracun bagi kehidupan perairan dan mencapai jumlah
toksik akut dalam limbah industri kertas. Menurut Stanley (2001), jumlah
komponen hemiselulosa dan hidrokarbon dalam kayu adalah sekitar 20 %.
B. Proses Pembuatan Pulp
1. Chip Screening
Penyiapan bahan baku serpih meliputi proses pengulitan (debarking), pembentukan
serpih kayu (chipping), dan pengayakan serpih kayu (screening) dengan ukuran 3 – 5
cm yang disebut sebagai bahan baku serpih. Pada proses pengayakan ini dihasilkan
pula kayu serpih dengan ukuran lebih kecil dari 3 cm atau disebut pin chip.
Sebelumnya pin chip tersebut digunakan sebagai bahan bakar pada power boiler,
namun saat ini telah dimanfaatkan sebagai bahan baku pulp sehingga pemanfaatan ini
merupakan salah satu faktor penurunan rasio penggunaan kayu terhadap produksi
pulp. Proses produksi pulp menggunakan bahan baku utama berupa kayu jenis akasia
dan mix hard wood (MHW). Penggunaan kayu jenis MHW banyak menghasilkan
getah dan kulit kayu yang dapat dijadikan bahan bakar, sedangkan penggunaan kayu
akasia tidak menghasilkan limbah padat tersebut yang dapat dijadikan bahan bakar,
sehingga ada konversi bahan bakar dari getah dan kulit kayu menjadi bahan bakar
gas, cangkang sawit dan batubara.
Chips screening merupakan proses mengklasifikasikan serpih (chips) berdasarkan
perbedaan ukuran dari chips dengan cara menyaring serpih tersebut. Adapun tujuan
dari proses Chips Screening adalah untuk mendapatkan kualitas serpih yang
diperlukan untuk proses pemasakan agar dispersi penyerapan bahan kimia pada kayu
dapat terjadi secara merata dengan memisahkan serpihan serpih yang berukuran
accept dengan serpih yang berukuran oversized dan undersized.
2. Cooking
Digester merupakan bejana yang digunakan untuk tempat berlangsungnya proses
pemasakan serpih menjadi pulp. Adapun tujuan pemasakan adalah untuk melarutkan
lignin sebanyak mungkin sehingga selulosa dan lignin terpisah, dengan menggunakan
bahan kimia yang disebut lindi putih ( White liquor ). Senyawa kimia aktif yang
terkandung dalam lindi putih adalah NaOH dan Na2S. Serpih yang sudah dimasak
berubah menjadi bubur pulp yang masih berwarna coklat, sedangkan cairan pemasak
berubah menjadi hitam yang disebut black liquor.
3. Washing dan Screening
Pencucian ( washing ) dan penyaringan ( screening ) sangat penting dalam operasi
pembuatan pulp secara sulfat, yang tujuannya adalah agar pulp yang dihasilkan bebas
dari kotoran baik berupa emulsi ( black liquor ) maupun berdasarkan beda ukuran
( berat, dimensi ).
4. Delignifikasi oksigen
Merupakan kelanjutan dari proses pemasakan yang tujuannya menurunkan
kandungan lignin pada pulp sebelum dilakukan proses pemutihan. Dengan
penggunaan proses ini dapat mengurangi pemakaian bahan kimia pada proses
pemutihan dan mengurangi dampak lingkungan dari proses pemutihan karena
penggunaan bahan kimia yang berkurang. Bahan kimia yang digunakan pada proses
ini adalah gas oksigen dan white liquor. Caustic ditambahkan untuk memperoleh
suasana basa karena delignifikasi oksigen akan sempurna pada suasana basa yaitu
pada pH ±10,8–11,5, selain pH, konsistensi suspensi pulp memegang peranan sangat
penting. Hal ini diperlukan karena oksigen yang berbentuk gas maka pulp harus
diaduk sedemikian rupa agar diperoleh luas permukaan kontak padatan dengan gas
sebesar mungkin.
5. Proses Bleaching
Pulp sulfat sebelum proses pemutihan berwarna cokelat karena adanya senyawa
lignin dan turunannya dalam pulp tersebut. Tujuan dari proses pemutihan ini adalah
untuk mendapatkan derajat putih pada pulp, dengan cara menghilangkan lignin yang
tersisa setelah proses pemasakan dan O2 delignification.
6. Pulp Machine
Produk akhir bubur kertas ini selanjutnya siap untuk diproses pada mesin bubur kertas
untuk menghasilkan lembaran bubur kertas berukuran 84 cm x 80 cm x 2 mm dengan
kandungan air tidak lebih dari 10% dan brightness tidak boleh lebih kecil 89%. Untuk
mendapat kandungan air yang diharapkan tersebut digunakan unit pengering drier.
C. Karakteristik limbah pabrik kertas
Warnanya yang kehitaman atau abu-abu keruh, bau yang khas, kandungan padatan
terlarut dan padatan tersuspensi yang tinggi, COD yang tinggi dan tahan terhadap
oksidasi biologis

D. Limbah Industri Kertas


Pada proses pembuatan kertas terdapat zat yang berpotensi mencemari lingkungan.
Menurut Rini (2002), limbah proses pembuatan kertas yang berpotensi mencemari
lingkungan tersebut dibagi menjadi 4 kelompok yaitu :
1. Limbah cair, yang terdiri dari :
· Padatan tersuspensi yang mengandung partikel kayu, serat dan pigmen
· Senyawa organik koloid terlarut seperti hemiselulosa, gula, alkohol, lignin,
terpenting, zat pengurai serat, perekat pati dan zat sintetis yang menghasilkan BOD
(Biological Oxygen Demand) tinggi,
· Limbah cair berwarna pekat yang berasal dari lignin dan pewarna kertas,
· Bahan anorganik seperti NaOH, Na2SO4 dan klorin,
· Limbah panas
· Mikroba seperti golongan bakteri koliform.
2. Partikulat yang terdiri dari :
· Abu dari pembakaran kayu bakar dan sumber energi lain
· Partikulat zat kimia terutama yang mengandung natrium dan kalsium.
3. Gas yang terdiri dari :
· Gas sulfur yang berbau busuk seperti merkaptan dan H2S yang dilepaskan dari
berbagai tahap dalam proses kraft pulping dan proses pemulihan bahan kimia
· Oksida sulfur dari pembakaran bahan bakar fosil, kraft recovery furnace dan lime
kiln (tanur kapur)
· Uap yang mengganggu jarak pandangan
4. Limbah padat yang terdiri dari :
· Sludge dari pengolahan limbah primer dan sekunder
· Limbah dari potongan kayu
.
E. Pengolahan Limbah Industri Kertas
Limbah industri terdiri dari limbah gas, cair dan padat. Menurut Sunu (2001), berbagai
cara untuk mencegah pencemaran antara lain :
1. Pencemar berbentuk gas
a. Adsorbsi
Adsorbsi merupakan proses melekatnya molekul polutan atau ion pada permukaan
zat padat, yaitu adsorben, seperti karbon aktif dan silikat.
b. Absorbsi
Absorbsi merupakan proses penyerapan yang memerlukan solven yang baik untuk
memisahkan polutan gas dengan konsentrasinya.
c. Kondensasi
Kondensasi merupakan proses perubahan uap air atau benda gas menjadi cair pada
suhu udara di bawah titik embun.
d. Pembakaran
Pembakaran merupakan proses untuk menghancurkan gas hidrokarbon yang
terdapat di dalam polutan dengan menggunakan proses oksidasi panas yang
disebut incineration menghasilkan gas karbon dioksida (CO2) dan air.
2. Pencemaran berbentuk partikel
a. Filter
Filter udara bertujuan menangkap debu atau partikel yang ikut keluar cerobong
atau stack pada permukaan filter agar tidak ikut terlepas ke lingkungan.
b. Filter basah
Cara kerja filter basah atau scrubbers/ wet collectors adalah membersihkan udara
kotor dengan menyemprotkan air dari bagian atas alat sedangkan udara yang kotor
dari bagian bawah alat.
c. Elektrostatik
Alat pengendap elektrostatik menggunakan arus searah (DC) yang mempunyai
tegangan 25 – 100 KV sehingga terjadi pemberian muatan pada polutan dan
akhirnya mengendap.
d. Kolektor mekanis
Kolektor mekanis merupakan proses pengendapan polutan partikel berukuran
besar secara gravitasi. Contohnya adalah cyclone separators (pengendap siklon)
dengan memanfaatkan gaya sentrifugal.
3. Program penghijauan
Program penghijauan bertujuan untuk menyerap hasil pencemaran udara berupa gas
karbon dioksida (CO2) dan melepas oksigen sehingga mengurangi jumlah polutan
di udara.
4. Pembersih udara secara elektronik
Pembersih udara secara elektronik (electronic air cleaner) dapat berfungsi
mengurangi polutan udara dalam ruangan.
5. Ventilasi udara dan exhaust fan
Ventilasi udara dan exhaust fan bertujuan agar kebutuhan oksigen ruangan
tercukupi dan polutan segera keluar dari ruangan sehingga ruangan bebes polutan.
6. Pengolahan limbah cair
Pada dasarnya dikelompokkan menjadi 3 tahap yaitu :
a. Pengolahan primer
Pengolahan primer bertujuan membuang bahan – bahan padatan yang mengendap
atau mengapung. Pada dasarnya pengolahan primer terdiri dari tahap – tahap untuk
memisahkan air dari limbah padatan dengan membiarkan padatan tersebut
mengendap atau memisahkan bagian – bagian padatan yang mengapung.
Pengolahan primer ini dapat menghilangkan sebagian BOD dan padatan tersuspensi
serta sebagian komponen organik. Proses pengolahan primer limbah cair ini
biasanya belum memadai dan masih diperlukan proses pengolahan selanjutnya.
b. Pengolahan sekunder
Pengolahan sekunder limbah cair merupakan proses dekomposisi bahan – bahan
padatan secara biologis. Penerapan yang efektif akan dapat menghilangkan
sebagian besar padatan tersuspensi dan BOD. Ada 2 proses pada pengolahan
sekunder yaitu :
1) Penyaring trikle
Penyaring trikle menggunakan lapisan batu dan kerikil dimana limbah cair
dialirkan melalui lapisan ini secara lambat. Dengan bantuan bakteri yang
berkembang pada batu dan kerikil akan mengkonsumsi sebagian besar bahan –
bahan organik.
2) Lumpur aktif
Kecepatan aktivitas bakteri dapat ditingkatkan dengan cara memasukkan udara
dan lumpur yang mengandung bakteri ke dalam tangki sehingga lebih banyak
mengalami kontak dengan limbah cair yang telah diolah pada proses pengolahan
primer. Selama proses ini limbah organik dipecah menjadi senyawa – senyawa
yang lebih sederhana oleh bakteri yang terdapat di dalam lumpur aktif.

c. Pengolahan tersier
Proses pengolahan primer dan sekunder limbah cair dapat menurunkan BOD air
dan meghilangkan bakteri yang berbahaya. Akan tetapi proses tersebut tidak dapat
menghilangkan komponen organik dan anorganik terlarut. Oleh karena itu perlu
dilengkapi dengan pengolahan tersier.
Pengolahan limbah cair pada industri pulp dan kertas terdiri atas tahap netralisasi,
pengolahan primer, pengolahan sekunder dan tahap pengembangan. Sebelum
masuk ke tempat pengendapan primer, air limbah masuk dalam tempat
penampungan dan netralisasi. Pada tahap ini digunakan saringan untuk
menghilangkan benda – benda besar yang masuk ke air limbah.
Pengendapan primer biasanya bekerja atas dasar gaya berat. Oleh karenanya
memerlukan waktu tinggal sampai 24 jam. Untuk meningkatkan proses
pengendapan dapat digunakan bahan flokulasi dan koagulasi di samping
mengurangi bahan yang membutuhkan oksigen. Pengolahan secara biologis dapat
mengurangi kadar racun dan meningkatkan kualitas air buangan (bau, warna, dan
potensi yang mengganggu badan air). Apabila terdapat lahan yang memadai dapat
digunakan laguna fakultatif dan laguna aerasi. Laguna aerasi akan mengurangi 80
% BOD dengan waktu tinggal 10 hari.
Apabila tidak terdapat lahan yang memadai maka proses lumpur aktif, parit
oksidasi dan trickling filter dapat digunakan dengan hasil kualitas yang sama tetapi
membutuhkan biaya operasional yang tinggi.
Tahap pengembangan dilakukan dengan kapasitas yang lebih besar, melalui
pengolahan fisik dan kimia untuk melindungi badan air penerima (Devi, 2004).
Sedangkan endapan (sludge) yang biasanya diperoleh dari proses filter press dari
IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah), menurut Sunu (2001) dapat dikategorikan
sebagai limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) atau tidak. Pembuangan lumpur
organik, termasuk pada industri pulp dan kertas, dapat dibedakan menjadi :
1) Metode pembakaran
Metode pembakaran ini merupakan salah satu cara untuk mencegah dampak
lingkungan yang lebih luas sebelum dilakukan pembuangan akhir. Beberapa
metode yang dapat dilakukan antara lain adalah metode incinerator basah yang
mengoksidasi lumpur organik pada suhu dan tekanan tinggi.
2) Metode fermentasi metan dan metode pembusukan
Metode fermentasi metan dilakukan menggunakan tangki fermentasi sehingga
dihasilkan gas metan, sedangkan metode pembusukan akan diperoleh hasil akhir
berupa kompos. Lumpur yang dihasilkan dari pengolahan buangan pada masa lalu
biasanya ditimbun. Akan tetapi sistem ini menimbulkan bau karena pembusukan
dan menyebabkan pencemaran air tanah dan air permukaan. Sekarang lumpur
dihilangkan airnya dan dibakar atau digunakan sebagai bahan bakar (Rini, 2002).

F. Usaha Penanggulangan Masyarakat terhadap Limbah Industri Kertas


Masyarakat juga turut andil dalam pengelolaan limbah pabrik kertas. Limbah
pabrik kertas dapat didaur ulang menjadi karton yang memiliki nilai jual tinggi. Karton
hasil pengolahan limbah pabrik kertas ini disebut dengan kertas gembos. Proses
pembuatannya relative sederhana. Sludge dan kertas pemulung diproses menjadi bubur
kertas. Kemudian dicetak menjadi lembaran dengan ukuran 66 x 78 cm. Setelah itu,
dijemur di bawah terik matahari selama empat jam. Kemudian dihaluskan dengan rol
kalender. Kemudian di pak dengan berat 25 kg. Hal ini tentu saja terasa lebih bernilai
ekonomis serta dapat mengurangi dampak terhadap lingkungan.

Upaya Minimasi Limbah Padat Industri Pulp dan Kertas


Menurut Wagiyanto (2009), program minimisasi limbah yang efektif akan mengurangi
biaya produksi dan beban pelaksanaan peraturan pengelolaan limbah berbahaya sehingga
akan meningkatkan efisiensi, kualitas produk dan hubungan yang baik dengan
masyarakat. Teknik minimasi limbah yang dapat membantu mengurangi jumlah limbah
yang dihasilkan, meliputi:
1. Perencanaan produksi dan tahapannya
2. Penyesuaian peralatan/proses atau modifikasi
3. Penggantian (substitusi) bahan baku
4. Pemisahan (segregasi) limbah
5. Daur ulang bahan
6. Pelatihan dan pengawasan para pekerja operator.

Berbagai cara dilakukan untuk mencapai minimisasi limbah, yang mencakup tiga bagian
utama yaitu:
a) Pengurangan dari sumbernya, mencakup pemeliharan dan perawatan yang baik (good
house keeping) dengan menerapkan kebiasaan baru dalam pengoperasian dan
pemeliharan alat industri antara lain dengan mencegah terjadinya ceceran dan tumpahan
bahan. Perubahan dalam proses produksi juga dapat dilakukan yang mencakup perubahan
input bahan, pengawasan proses yang lebih ketat, modifikasi peralatan dan perubahan
teknologi. Pemeliharaan peralatan dan lingkungan industri, pemilihan peralatan yang
sesuai dengan proses produksi kertas yang diinginkan dan pengoperasian peralatan
dengan benar juga ikut mengurangi limbah dari sumbernya.
b) Daur ulang, dengan melakukan recovery bahan dan energi bekas pakai untuk
digunakan kembali dalam proses berikutnya. Menurut Rahmani (2016), masyarakat juga
turut andil dalam pengelolaan limbah industri pulp dan kertas. Limbah industri pulp dan
kertas dapat didaur ulang menjadi karton yang memiliki nilai jual tinggi. Karton hasil
pengolahan limbah ini disebut dengan kertas gembos. Proses pembuatannya relatif
sederhana. Sludge dan kertas pemulung diproses menjadi bubur kertas. Kemudian dicetak
menjadi lembaran dengan ukuran 66 x 78 cm. Setelah itu, dijemur di bawah terik
matahari selama empat jam. Setelah itu, dihaluskan dengan rol kalender, dan di pak
dengan berat 25 kg. Hal ini tentu saja terasa lebih bernilai ekonomis serta dapat
mengurangi dampak terhadap lingkungan dan kesehatan manusia.
c) Modifikasi produk, untuk meningkatkan usia produk (tahan lama), untuk
mempermudah daur ulang dan minimisasi dampak lingkungan dan kesehatan manusia
dari pembuangan produk tersebut.

Menurut Rahmani (2016), pengembangan teknologi pulping pada saat ini bertujuan untuk
menghasilkan pulp dengan bilangan kappa rendah, sehingga dalam proses pemutihan
pulp lebih aman terhadap pencemaran lingkungan. Di antara inovasi teknologi dalam
proses pulping tersebut, ada dua jenis teknologi yang bisa dikatakan bersifat revolusif dan
sangat aman terhadap lingkungan serta kemungkinan besar bisa memberikan harapan
untuk diterapkan dalam skala pabrik di masa depan. Kedua jenis teknologi pulping
tersebut adalah proses bio-pulping dan proses organosolv.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2015. Bioremediasi Limbah Cair Industri Kertas menggunakan Imobilisasi


Enzim Kasar dan Sel Bakteri dengan Kalsium Alginat. Electronic Theses and
Dissertations (ETD) Gadjah Mada University. [Diakses di http://etd.repository.ugm.ac.id,
tanggal 13 Mei 2016].

Efendi, Muchammad. 2015. Dampak Negatif akibat dari Limbah Pabrik Kertas. Makalah
Jurusan Teknik Pertambangan, Sekolah Tinggi Teknologi Nasional (STTNAS),
Yogyakarta. [Diakses di http:// http://www.academia.edu, tanggal 13 Mei 2016].

Faisal, Muhammad. 2013. Industri Kertas. [Diakses di http://faisalichal.blogspot.co.id,


tanggal 13 Mei 2016].

Hastutik, dkk. 2004. Pengaruh Limbah Padat Kertas terhadap Hasil Tanaman Bawang
Merah. Jurnal PKMI: Hal. 1-8. [Diakses di http://directory.umm.ac.id, tanggal 13 Mei
2016].

Isyuniarto, dkk. 2007. Degradasi Limbah Cair Industri Kertas menggunakan Oksidan
Ozon dan Kapur. Prosiding PPI - PDIPTN 2007. ISSN 0216-3128: Hal. 55-60. [Diakses
di http://digilib.batan.go.id, tanggal 13 Mei 2016].

Palar, Heryando. 2008. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Cetakan ke empat.
Jakarta: Rineka Cipta.

Prastyo, dkk. 2012. Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) Padat. [Diakses di
http://situsresmierzadiego.blogspot.co.id, tanggal 13 Mei 2016].

Rahmani, Siti Astari. 2016. Proses Pengolahan Pulp dan Kertas. [Diakses di http://
http://www.academia.edu, tanggal 13 Mei 2016].

Sibagariang, YM. 2011. Sludge. [Diakses di http://repository.usu.ac.id, tanggal 13 Mei


2016].

Wagiyanto, Didik. 2009. Minimasi Limbah dalam Industri Pulp and Paper. [Diakses di
http://d12x.blog.uns.ac.id, tanggal 13 Mei 2016].

Yuniarti, Ade. 2008. Identifikasi Bahaya-bahaya Zat Kimia pada Industri Pulp/Kertas.
[Diakses di http://www.blogster.com, tanggal 13 Mei 2016].
BAB III
PENUTUP

Kebutuhan akan kertas yang tinggi membuat industri pulp dan kertas di Indonesia
semakin berkembang. Akan tetapi layaknya dua sisi mata uang yang tidak dapat
dipisahkan, dampak positif dari perkembangan industri juga diikuti oleh dampak negatif
terhadap lingkungan dan kesehatan manusia akibat dihasilkannya limbah. Oleh karena itu
kita sudah selayaknya berpartisipasi dalam pengelolaan limbah kertas agar dapat
meminimalisir dampak buruknya terhadap lingkungan.
1. Kesimpulan
Dari studi pustaka yang telah dilakukan, pengolahan limbah di pabrik kertas
dilakukan dengan cara :
2. Saran
Semoga dengan makalah ini dapat menambah wawasan,hehehe
Perlunya meningkatkan kesadaran untuk mengolah limbah kertas dan lebih bijak
dalam menggunakan kertas
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai