Disusun Oleh :
1. Fatikhah Nur Hidayati P. S 17307141055
2. Muh. Asmiensyah 17307141055
3. Ainun Nisa Zella S 17307144019
4. Zhahdo Bintang R 17307144020
5. Agung Dewanto P 17307144023
2019
BAB 1
PENDAHULUAN
Indonesia berpotensi untuk menjadi tiga besar dalam industri pulp dan kertas di dunia.
Saat ini Indonesia menempati peringkat 11 dunia untuk industri kertas dan peringkat sembilan
dunia untuk industri pulp, antara lain karena produksi pulp dan kertas di Tanah Air
diuntungkan oleh berbagai kondisi alam dan geografis di khatulistiwa..
Indonesia yang berada di garis khatulistiwa yang rata-rata memiliki pepohonan yang
tumbuh tiga kali lebih cepat dibandingkan di negara-negara yang berada di daerah dingin,
sehingga tersedia hutan yang luas sebagai sumber bahan baku, selain itu Indonesia juga berada
di tengah-tengah Asia yang sedang berkembang menjadi raksasa ekonomi baru yang menjadi
pasar terbesar pulp dan kertas dunia di masa depan.
Persaingan global dalam bisnis pulp dan kertas sangat keras dan persyaratan lingkungan
yang diterapkan juga semakin lama semakin ketat. Apalagi hemat energi dan ramah
lingkungan sekarang telah menjadi tuntutan bisnis karena negara-negara tujuan ekspor dan
para pembeli produk semakin menuntut adanya pulp dan kertas yang diproduksi dari sumber
yang legal, yang dilengkapi dengan sertifikasi resmi mengenai legalitasnya.
Tahun 2011 ekspor kertas dari Indonesia masih akan diwarnai dengan tuduhan dumping,
karena harga kertas Indonesia sangat kompetitif di beberapa negara tujuan ekspor. Setiap
tahun selalu ada negara tujuan ekspor kertas Indonesia yang melakukan tuduhan dumping.
Industri kertas dan pemerintah terus melakukan perlawanan antara lain melalui lembaga
internasional seperti WTO.
Industri kertas merupakan kegiatan yang dapat menimbulkan dampak besar terhadap
kualitas sumber daya alam. Dalam proses produksinya air merupakan komponen yang
memegang peranan penting karena setiap tahapan serta proses dalam produksi kertas
menggunakan air[1]. Banyaknya jumlah air yang digunakan juga berdampak pada produksi
limbah cair yang dihasilkan. Limbah cair yang tidak terolah dapat menyebakan pencemaran
baik pada badan air maupun tanah sehingga diperlukan proses pengolahan pada limbah
tersebut. Pengolahan limbah cair dapat dilakukan secara fisik-kimia maupun secara biologis.
Secara fisik-kimia teknologi atau alternatif pengolahan yang digunakan diantaranya adalah
proses sedimentasi, koagulasi-flokulasi, oksidasi kimia dll[2]. Secara proses biologi adapun
alternatif yang dapat digunakan dapat berupa degradasi menggunakan bakteri dengan proses
aerob maupun anaerobik. Pemilihan unit pengolahan tersebut perlu menyesuaikan
karakteristik limbah yang dihasilkan.
[1] Welasih, T, Penururnan BOD dan COD Limbah Industri Kertas dengan Air Laut
Sebagai Koagulan. Jurnal rekayasa Perancangan vol 4 (2008).
[2] Pokhrel,D & Viraraghavan,T. Treatment of Pulp and Paper Mill Wastewater-A
Review. Sci.Tot.Env. Vol. 333 (2004) 37-58.
https://media.neliti.com/media/publications/213739-perancangan-instalasi-pengolahan-
air-lim.pdf
PEMBAHASAN
c. Pengolahan tersier
Proses pengolahan primer dan sekunder limbah cair dapat menurunkan BOD air
dan meghilangkan bakteri yang berbahaya. Akan tetapi proses tersebut tidak dapat
menghilangkan komponen organik dan anorganik terlarut. Oleh karena itu perlu
dilengkapi dengan pengolahan tersier.
Pengolahan limbah cair pada industri pulp dan kertas terdiri atas tahap netralisasi,
pengolahan primer, pengolahan sekunder dan tahap pengembangan. Sebelum
masuk ke tempat pengendapan primer, air limbah masuk dalam tempat
penampungan dan netralisasi. Pada tahap ini digunakan saringan untuk
menghilangkan benda – benda besar yang masuk ke air limbah.
Pengendapan primer biasanya bekerja atas dasar gaya berat. Oleh karenanya
memerlukan waktu tinggal sampai 24 jam. Untuk meningkatkan proses
pengendapan dapat digunakan bahan flokulasi dan koagulasi di samping
mengurangi bahan yang membutuhkan oksigen. Pengolahan secara biologis dapat
mengurangi kadar racun dan meningkatkan kualitas air buangan (bau, warna, dan
potensi yang mengganggu badan air). Apabila terdapat lahan yang memadai dapat
digunakan laguna fakultatif dan laguna aerasi. Laguna aerasi akan mengurangi 80
% BOD dengan waktu tinggal 10 hari.
Apabila tidak terdapat lahan yang memadai maka proses lumpur aktif, parit
oksidasi dan trickling filter dapat digunakan dengan hasil kualitas yang sama tetapi
membutuhkan biaya operasional yang tinggi.
Tahap pengembangan dilakukan dengan kapasitas yang lebih besar, melalui
pengolahan fisik dan kimia untuk melindungi badan air penerima (Devi, 2004).
Sedangkan endapan (sludge) yang biasanya diperoleh dari proses filter press dari
IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah), menurut Sunu (2001) dapat dikategorikan
sebagai limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) atau tidak. Pembuangan lumpur
organik, termasuk pada industri pulp dan kertas, dapat dibedakan menjadi :
1) Metode pembakaran
Metode pembakaran ini merupakan salah satu cara untuk mencegah dampak
lingkungan yang lebih luas sebelum dilakukan pembuangan akhir. Beberapa
metode yang dapat dilakukan antara lain adalah metode incinerator basah yang
mengoksidasi lumpur organik pada suhu dan tekanan tinggi.
2) Metode fermentasi metan dan metode pembusukan
Metode fermentasi metan dilakukan menggunakan tangki fermentasi sehingga
dihasilkan gas metan, sedangkan metode pembusukan akan diperoleh hasil akhir
berupa kompos. Lumpur yang dihasilkan dari pengolahan buangan pada masa lalu
biasanya ditimbun. Akan tetapi sistem ini menimbulkan bau karena pembusukan
dan menyebabkan pencemaran air tanah dan air permukaan. Sekarang lumpur
dihilangkan airnya dan dibakar atau digunakan sebagai bahan bakar (Rini, 2002).
Berbagai cara dilakukan untuk mencapai minimisasi limbah, yang mencakup tiga bagian
utama yaitu:
a) Pengurangan dari sumbernya, mencakup pemeliharan dan perawatan yang baik (good
house keeping) dengan menerapkan kebiasaan baru dalam pengoperasian dan
pemeliharan alat industri antara lain dengan mencegah terjadinya ceceran dan tumpahan
bahan. Perubahan dalam proses produksi juga dapat dilakukan yang mencakup perubahan
input bahan, pengawasan proses yang lebih ketat, modifikasi peralatan dan perubahan
teknologi. Pemeliharaan peralatan dan lingkungan industri, pemilihan peralatan yang
sesuai dengan proses produksi kertas yang diinginkan dan pengoperasian peralatan
dengan benar juga ikut mengurangi limbah dari sumbernya.
b) Daur ulang, dengan melakukan recovery bahan dan energi bekas pakai untuk
digunakan kembali dalam proses berikutnya. Menurut Rahmani (2016), masyarakat juga
turut andil dalam pengelolaan limbah industri pulp dan kertas. Limbah industri pulp dan
kertas dapat didaur ulang menjadi karton yang memiliki nilai jual tinggi. Karton hasil
pengolahan limbah ini disebut dengan kertas gembos. Proses pembuatannya relatif
sederhana. Sludge dan kertas pemulung diproses menjadi bubur kertas. Kemudian dicetak
menjadi lembaran dengan ukuran 66 x 78 cm. Setelah itu, dijemur di bawah terik
matahari selama empat jam. Setelah itu, dihaluskan dengan rol kalender, dan di pak
dengan berat 25 kg. Hal ini tentu saja terasa lebih bernilai ekonomis serta dapat
mengurangi dampak terhadap lingkungan dan kesehatan manusia.
c) Modifikasi produk, untuk meningkatkan usia produk (tahan lama), untuk
mempermudah daur ulang dan minimisasi dampak lingkungan dan kesehatan manusia
dari pembuangan produk tersebut.
Menurut Rahmani (2016), pengembangan teknologi pulping pada saat ini bertujuan untuk
menghasilkan pulp dengan bilangan kappa rendah, sehingga dalam proses pemutihan
pulp lebih aman terhadap pencemaran lingkungan. Di antara inovasi teknologi dalam
proses pulping tersebut, ada dua jenis teknologi yang bisa dikatakan bersifat revolusif dan
sangat aman terhadap lingkungan serta kemungkinan besar bisa memberikan harapan
untuk diterapkan dalam skala pabrik di masa depan. Kedua jenis teknologi pulping
tersebut adalah proses bio-pulping dan proses organosolv.
DAFTAR PUSTAKA
Efendi, Muchammad. 2015. Dampak Negatif akibat dari Limbah Pabrik Kertas. Makalah
Jurusan Teknik Pertambangan, Sekolah Tinggi Teknologi Nasional (STTNAS),
Yogyakarta. [Diakses di http:// http://www.academia.edu, tanggal 13 Mei 2016].
Hastutik, dkk. 2004. Pengaruh Limbah Padat Kertas terhadap Hasil Tanaman Bawang
Merah. Jurnal PKMI: Hal. 1-8. [Diakses di http://directory.umm.ac.id, tanggal 13 Mei
2016].
Isyuniarto, dkk. 2007. Degradasi Limbah Cair Industri Kertas menggunakan Oksidan
Ozon dan Kapur. Prosiding PPI - PDIPTN 2007. ISSN 0216-3128: Hal. 55-60. [Diakses
di http://digilib.batan.go.id, tanggal 13 Mei 2016].
Palar, Heryando. 2008. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Cetakan ke empat.
Jakarta: Rineka Cipta.
Prastyo, dkk. 2012. Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) Padat. [Diakses di
http://situsresmierzadiego.blogspot.co.id, tanggal 13 Mei 2016].
Rahmani, Siti Astari. 2016. Proses Pengolahan Pulp dan Kertas. [Diakses di http://
http://www.academia.edu, tanggal 13 Mei 2016].
Wagiyanto, Didik. 2009. Minimasi Limbah dalam Industri Pulp and Paper. [Diakses di
http://d12x.blog.uns.ac.id, tanggal 13 Mei 2016].
Yuniarti, Ade. 2008. Identifikasi Bahaya-bahaya Zat Kimia pada Industri Pulp/Kertas.
[Diakses di http://www.blogster.com, tanggal 13 Mei 2016].
BAB III
PENUTUP
Kebutuhan akan kertas yang tinggi membuat industri pulp dan kertas di Indonesia
semakin berkembang. Akan tetapi layaknya dua sisi mata uang yang tidak dapat
dipisahkan, dampak positif dari perkembangan industri juga diikuti oleh dampak negatif
terhadap lingkungan dan kesehatan manusia akibat dihasilkannya limbah. Oleh karena itu
kita sudah selayaknya berpartisipasi dalam pengelolaan limbah kertas agar dapat
meminimalisir dampak buruknya terhadap lingkungan.
1. Kesimpulan
Dari studi pustaka yang telah dilakukan, pengolahan limbah di pabrik kertas
dilakukan dengan cara :
2. Saran
Semoga dengan makalah ini dapat menambah wawasan,hehehe
Perlunya meningkatkan kesadaran untuk mengolah limbah kertas dan lebih bijak
dalam menggunakan kertas
DAFTAR PUSTAKA