BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Konsep Teoritis/Empirik yang Relevan dengan Objek Kerja Praktek
II.1.1 Definisi Kertas
Kertas didefinisikan sebagai suatu bahan tipis yang terbuat dari serat-serat nabati
pendek yang diendapkan dan dikeringkan, biasanya ditambahkan bahan pewarna dan
bahan-bahan tambahan lainnya .
Kertas juga didefinisikan sebagai lembaran relatif tipis yang terdiri dari serat yang
terletak pada bagian datar dari lembaran secara merata.
Menurut Pansin dan Zeeuw (1970), sifat-sifat yang dimiliki kertas antara lain
Gramature, ketebalan atau Thickness, kehalusan (Smothness),Porositas (Poros), Kelunakan
(Softness), Ketahanan Tarik (Strenght Index), Ketahanan Retak, Ketahanan Robek (Tearing
Resistance), Ketahanan Lipat (Folding Endurance) dan kekakuan (Stiff).
Kertas dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu sebagai berikut :
1) Kertas Cetak
Kertas ini termasuk kedalam kertas budaya yang digunakan untuk keperluan
percetakan. Kertas cetak meliputi HVO, kertas koran, mandate, kertas stensil,
doorslag, kertas bibble, kertas litho dan lain-lain.
2) Kertas Cetak Salut
Merupakan kertas yang disalut satu muka atau keduanya.Kertas ini digunakan
untuk cetak mutu tinggi dengan corak multi warna. Contoh kertasnya adalah
Kertas Glossy, Kertas inkjet, Coated Paper, Art Paper, Ordinary Coated Paper
dan lain-lain.
3) Kertas Tulis
Kertas jenis ini dikenal dengan kertas HVS yang dipergunakan untuk keperluan
tulis-menulis baik dengan pensil, pena tinta maupun mesin ketik.
4) Kertas Tissue
Jenis kertas ini terbagi kedalam dua jenis yaitu tissue industri dan kertas tissue
kesehatan. Tissue industri digunakan untuk pembungkus atau keperluan
pengemasan, misalnya Kraft Tissue untuk barang-barang berharga, untuk
makanan dan rokok. Tissue kesehatan adalah jenis tissue yang banyak
digunakan sebagai alat pembersih, yaitu Facial Tissue, Toilet Tissue, Towel dan
Napkin.
5) Kertas Industri
Kertas umumnya dipakai sebagai kemasan, meliputi kertas bungkus, kertas kraft
(untuk kantong), Corrugated Medium (untuk karton gelombang) dan karton .
1. Bahan Pembuatan Kertas
Bahan-bahan yang digunakan pada pembuatan kertas terdiri dari bahan baku utama
dan bahan pembantu.
1) Bahan Baku Utama
Bahan baku utama untuk pembuatan kertas adalah Pulp. Pulp adalah suatu bahan
hasil (produk) pengerjaan secara mekanis atau kimia yang dilakukan terhadap bahan baku
yang mengandung selulose. Bahan baku utama dibedakan menjadi dua golongan yaitu
bahan baku kayu dan bahan baku bukan kayu.
1. Golongan Kayu
Kayu sangat baik dipakai sebagai bahan dasar pembuatan kertas. Hal ini
dikarenakan seratnya lebih panjang dari pada rumput-rumputan. Pada umumnya industri
kertas mengandung pulp kayu (wood pulp) sebagai campuran untuk memperkuat
kertas.Jenis kayu yang dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan kertas adalah :
1) Kayu Keras ( Hard Wood )
Program Studi Teknik Lingkungan Jurusan Sipil
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
E : Ekstraksi Alkali, untuk melarutkan hasil degradasi lignin yang terbentuk pada
tahap sebelumnya dengan larutan NaOH
D : Klorin Dioksida, mereaksikan
3)
4)
5)
6)
senyawa belerang. Dari bagian pemasakan dan pencucian air limbah ini sangat
menganggu kehidupan akuatik karena banyaknya buangan natrium yang
dikeluarkan, di samping itu bila menggunakan bahan baku bagasse banyak
mengandung bagian-bagian yang halus yaitu pith.
Pencucian dan Penyaringan
Air limbah dari bagian pencucian merupakan sisa larutan pemasak bekas yang
masih tertinggal dalam pulp. Proses pencucian bertujuan untuk memisahkan
larutan pemasak bekas (lindi hitam) yang masih tertinggal di dalam pulp.
Pabrik yang menggunakan sistem pencucian secara terbuka, sisa lindi hitamnya
dibuang bersama-sama dengan buangan air dari bagian penyaringan. Lindi hitam
tersebut berwarna coklat tua dan mengandung hemiselulosa, asam saccharin,
hasil-hasil degradasi lignin dan sejumlah senyawa racun yang dapat mencemari
lingkungan.
Penyaringan bertujuan untuk memisahkan kotoran-kotoran padat yang berukuran
besar dan kecil. Air limbah dari bagian penyaringan umumnya mengandung
partikel-partikel kulit kayu atau serpih kayu yang tidak mengalami delignifikasi
dalam pemasakan. Limbah ini dibuang bersama-sama buangan dari pencucian.
Penyaringan serat konvensional (sistem terbuka) akan menghasilkan air limbah
dengan volume yang relatif besar. Air limbah ini mengandung sisa-sisa bahan
kimia serat dan reject. Lain halnya dengan penyaringan yang menggunakan
sistem tertutup dimana decker difungsikan sebagai pencuci dan penyaring.
Pemutihan
Limbah cair dari bagian pemutihan mengandung zat pemutih seperti klor,
klordioksida, hipoklorit, peroksida atau hidrosulfit yang umumnya merupakan
oksidator. Selain itu beban pencemaran dalam air limbah juga dapat disebabkan
oleh adanya serat, BOD, warna, senyawa-senyawa lignin, asam resin dan derivatderivatnya dengan chlor.
Pada proses pemutihan dengan oksigen, jumlah air limbah dan beban
pencemarannya dapat dikurangi karena bahan kimia yang ditambahkan pada
proses ini dapat diambil kembali dengan sistem recovery. Beban chlorine dalam
chlorinasi dan beban, alkali dalam tahap ekstraksi akan mempengaruhi beban
pencemaran.
Umumnya, air limbah dari bagian pemutihan adalah bahan-bahan organik terlarut.
Jumlah dan komposisinya tergantung pada tipe pulp yang diputihkan dan kondisi
pemutihan. Beban polutan air limbah pemutihan berupa BOD berkisar 14-15
kg/ton pulp dan COD sekitar 60-80 kg/ton pulp.
Bagian Pengambilan Kembali Bahan Kimia
Pabrik yang mendayagunakan kembali bahan kimia dalam lindi hitam akan
mengeluarkan kondensat dari evaporator dan digester. Kondensat tersebut
mengandung zat teruapkan yang kemudian mengembun bersama air. Kondensat
ini tercemar oleh senyawa-senyawa belerang yang sangat tajam baunya. Selain
itu juga mengandung metanol, keton, phenol, yang mengkonsumsi oksigen.
Jumlah BOD dalam kedua kondensat tersebut 11-12 kg/ton pulp. Jumlah BOD
dari evaporator sebanyak 30-50 % berasal dari kondensat kondensor.
Pencemaran air dari unit penguapan lindi hitam berasal dari kondensat
evaporator yang terkontaminasi dengan lindi hitam.Pencemaran air lainnya
berasal dari pembuangan air limbah pencucian evaporator atau karena
pembersihan evaporator secara mekanis.Pembuangan kondensat banyak
mengandung bahan yang mengkonsumsi oksigen. Hal ini tergantung dari bahan
baku untuk pulping.
Proses Pembuatan Kertas
10
A
A+ B
x 100
dimana :
A = jumlah mikroorganisme tak berklorofil
B = jumlah mikroorganisme berklorofil
Untuk nilai indeks pencemaran biologis antara 0-8 menyatakan nilai air limbah
belum tercemar, untuk 9-20 menyatakan tercemar ringan, sedangkan bila nilainya
antara 21-60 menyatakan bahwa air tersebut mulai tercemar dan nilai antara 61100 menyatakan nilai untuk menimbulkan air tercemar berat.
II.4 Pengolahan Air Limbah Industri Pulp dan Kertas
Pengolahan air limbah bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi zat-zat
pencemar organik maupun anorganik baik yang tersuspensi, koloid, dan terlarut, yang
terkandung dalam air limbah sebelum dibuang ke badan air penerima. Pengolahan air limbah
dapat dilakukan secara fisika, kimia, biologi. Lumpur yang dihasilkan dari proses pengolahan
air limbah perlu ditangani lebih lanjut.
Metode pengolahan yang umum dilakukan terhadap air limbah industri pulp dan
kertas dapat dibagi dalam beberapa tahap sesuai dengan kualitas hasil yang diinginkan.
Tahap-tahap pengolahan tersebut umumnya terbagi atas pengolahan pendahuluan,
pengolahan primer yang meliputi perlakuan fisika dan kimia, dan pengolahan sekunder yang
merupakan perlakuan biologi. Tingkat pengolahan air limbah dilakukan dengan
mempertimbangkan kegunaan badan air penerima dan baku mutu air limbah yang telah
ditentukan.
1. Pengolahan Pendahuluan (Pre Treatment)
Pengolahan pendahuluan pada dasarnya bertujuan untuk memisahkan zat padat
kasar,baik yang berat maupun yang ringan yang terbawa oleh air limbah.Hal ini perlu
dilakukan untuk menghindari timbulnya gangguan dan masalah pada tahap-tahap
pengolahan berikutnya.
1) Penyaringan (screening)
Program Studi Teknik Lingkungan Jurusan Sipil
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
11
H2 S
sehingga perlu
diambil penanganan yang teliti. Masalah lain yang timbul adalah terbentuknya
buih. Hal ini terjadipula pada waktu mencampur air limbah asam dengan air
limbah basa, sehingga perlu alat khusus untuk menangani buih ini.
4) Ekualisasi
Proses ekualisasi bertujuan untuk meratakan kondisi aliran air limbah yang masuk
ke sistem. Dari debit aliran dan beban pencemar yang bervariasi menjadi aliran
air limbah dengan debit konstan dan dengan beban yang mendekati konstan.
Fasilitas equalizer sangat diperlukan sekali dalam perencanaan instalasi
pengolahan air limbah terutama bagi pabrik yang pengeluaran limbahnya
berfluktuasi cukup tinggi.
Pada prinsipnya keuntungan penggunaan equalizer adalah :
1. Meningkatkan kemampuan pengolahan kimia, sebab pengaturan dan kontrol
dosis pemakaian bahan kimia akan lebih baik.
2. Meningkatkan pengolahan biologis, sebab beban yang bervariasi dapat
dikurangi.
3. Kualitas air terolah maupun lumpur yang dihasilkan dari pengolahan akan
meningkat lebih baik, sebab beban padatan mendekati konstan.
2. Pengolahan Fisika
Program Studi Teknik Lingkungan Jurusan Sipil
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
12
13
14
15
BAB III
METODE PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK
III.1 Lokasi dan Waktu Kerja Praktek
Kerja praktek berlokasi di PT. Kertas Leces (Persero) yang beralamat di Jl. Raya
Leces, Desa Sumberkedawung, Kecamatan Leces, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur
yang dilaksanakan pada tanggal 01 Juli 31 Agustus 2013.
III.2 Deskripsi Metode Pelaksanaan Kerja Praktek
Metode yang digunakan dalam pelaksanaan Kerja Praktek adalah observasi
lapangan oleh mahasiswa Kerja Praktek dengan bimbingan langsung oleh pembimbing dari
PT. Kertas Leces (Persero) serta bimbingan dosen dari Program Studi Teknik Lingkungan,
Jurusan Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin.
Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Observasi langsung
Melakukan observasi langsung terhadap proses produksi pulp dan kertas pada PT.
Kertas Leces (Persero) dan pada proses pengolahan limbah cair hasil produksinya..
Selain itu juga dilakukan pengamatan pada unit Effluent Treatment Plant, dimana
seluruh limbah hasil produksi PT. Kertas Leces (Persero) diolah. Observasi ini dimulai dari
bak penampungan awal yang merupakan bak tempat berkumpulnya seluruh limbah cair hasil
produksi hingga ke saluran buangan akhir yang menuju ke badan air dan ke pipa irigasi
sawah.
2. Komunikasi langsung dengan pembimbing lapangan dan staff PT. Kertas Leces (Persero)
Melakukan wawancara kepada pembimbing dan staff PT. Kertas Leces (Persero)
dalam rangka pengumpulan data. Wawancara dilakukan untuk mendapatkan data proses
produksi dan proses pengolahan limbah cair yang berasal dari unit-unit penghasil limbah
cair.
3. Studi literatur
Membaca dan mempelajari referensi bukubuku literatur yang berkaitan dengan PT.
Kertas Leces (Persero) dan proses pengolahan limbahnya.
4. Analisis Data
Datadata yang telah diperoleh dibandingkan dengan baku mutu limbah yang
digunakan. Dalam hal ini, PT. Kertas Leces (Persero) menggunakan Surat Keputusan
Gubernur Jawa Timur No. 45 Tahun 2002 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Industri atau
Kegiatan Usaha Lainnya di Jawa Timur (terlampir).
III.3 Persentasi dan Pelaporan Akhir Kerja Praktek
Hasil dan data yang diperoleh akan disajikan dalam bentuk laporan tertulis yang
disusun secara sistematis dan teratur sesuai dengan acuan/kode etik tulisan ilmiah. Kegiatan
penyusunan laporan dan seminar laporan selanjutnya akan dipresentasikan di lingkup
akademik Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin,
Makassar sebagai langkah akhir dalam pelaksanaan Kerja Praktek.
16
BAB IV
GAMBARAN PT. KERTAS LECES (PERSERO)
IV.1 Deskripsi Umum dan Organisasi PT. Kertas Leces (Persero)
IV.1.1 Sejarah
Pabrik Kertas Leces didirikan oleh Pemerintah Nederland Oost Indie (NOI) pada
tahun 1939. Pabrik ini dibangun oleh Ir. Tromp dan mulai beroperasi secara resmi pada
tanggal 22 Februari 1940 dengan Kepala Pabrik Van Der Lee serta merupakan cabang dari
Papier Fabriek Padalarang (Pabrik Kertas Padalarang) dibawah naungan dan pengelolaan
NV Papier Fabriek Nijmegen Nederland. Kapasitas produksi saat itu adalah 10 ton/hari.
Pada tahun 1958 dengan adanya Undang-Undang Nasionalisasi No. 86 tahun 1957
dan PP No. 23 tahun 1958, Pemerintah mengambil alih Pabrik Kertas Leces. Pada tahun
1961, berdasarkan Undang-Undang No. 19 tahun 1960 dan PP No. 137 tahun 1961,
manajemen Pabrik Kertas Leces ditangani oleh Board of Management Padalarang-Leces.
Sejak tahun 1961 Pabrik Kertas Leces berubah nama menjadi Perusahaan Negara Leces
dibawah Badan Pemimpin Umum Industri Kimia. Pada bulan November 1983, dengan Akte
Notaris No. 24 nama perusahaan diubah menjadi PT. Kertas Leces (Persero).
IV.1.2 Perkembangan Tahap Pembangunan
1. Pembangunan Tahap I
Pada tahun 1964 dengan bantuan kredit Von Merkats, dimulai suatu studi untuk
membangun pabrik baru dengan sifat terpadu dan disetujui lokasinya adalah Leces,
mengingat Leces memiliki potensi bahan baku dan sumber air yang melimpah.
Pembangunan tahap pertama ini meliputi :
1) Modernisasi pabrik kertas yang lama (Unit 1) untuk meningkatkan kualitas serta
kapasitas produksi pabrik tersebut.
2) Membangun pabrik pulp dan kertas terpadu (Unit 2) dengan kapasitas pabrik pulp
15 ton bone dry bleached straw pulp per hari dan kapasitas pabrik kertas 60
ton/hari.
Pembangunan tahap pertama ini dimulai pada tanggal 19 Agustus 1968 dengan
kontraktor utama suatu Consortium yang terdiri dari Escher Wyss GmbH, Krauss Mafei AG
dan Siemens-Schuckertwerke AG dimana Escher Wyss GmbH ditunjuk sebagai kontraktor
utama. Kapasitas pabrik kertas dan pulp terpadu ini adalah 15 ton pulp jerami dan 60 ton
kertas/hari. Pada bulan April 1970 dilakukan operasi komersial dan pada akhir tahun 1971,
kapasitas desain tercapai. Optimasi tahap I dilakukan pada tahun 1975, dengan adanya
peningkatan kapasitas produksi dari 9.000 ton/tahun menjadi 15.000 ton/tahun. Peningkatan
sedikit demi sedikit dari kapasitas produksi dicapai dengan menggunakan investasi kecil
sekitar 2-3 % dari netto penjualan/tahun.
2. Pembangunan Tahap II
Studi untuk pembangunan tahap kedua dimulai tanggal 20 Mei 1970. Pembangunan
tahap kedua ini dimulai pada 25 Februari 1976. Pembangunan ini meliputi empat program,
yaitu :
1) Penambahan serta modifikasi mesin-mesin di Mesin Kertas I dan Mesin Kertas II
sehingga mencapai produksi 80 ton kertas per hari (HVS dan HVO) dengan
gramatur 60 gsm.
2) Penambahan beberapa mesin penyempurnaan (Finishing Plant).
Program Studi Teknik Lingkungan Jurusan Sipil
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
17
Cl2 .
18
19
20
21
Kompleks Pabrik PT. Kertas Leces (Persero) terdiri atas beberapa unit mesin
terpadu yaitu :
1. Paper Machine (Mesin Kertas) dan Finishing Unit sebanyak 5 unit
2. Pabrik Pulp (Pulp Plant) sebanyak 2 unit
3. Boiler Batu Bara sebanyak 1 unit
4. Chemical Recovery Plant (CRP) sebanyak 1 unit
5. Penyediaan air sebanyak 1 unit
6. Pengolahan Limbah (Effluent Treatment Plant) sebanyak 1 unit
Selain itu PT. Kertas Leces (Persero) juga mempunyai beberapa sarana
penunjang seperti gudang, bengkel, laboratorium penelitian dan pengembangan
serta pendidikan dan latihan.
2) Kompleks Perkantoran
Kompleks perkantoran terbagi menjadi dua lokasi, yaitu kompleks di dalam dan di
luar pabrik. Perkantoran yang berada di dalam kompleks pabrik terdiri dari kantor
Divisi SDM, Divisi Akuntansi dan Keuangan, Divisi SPI (Satuan Pengawas Intern),
Divisi Litbang dan Dal.Kual/Ling, serta Kantor Operasional. Sedangkan kantor
yang berada di luar kompleks pabrik diantaranya Kantor Direksi, Divisi
Pemasaran, Divisi Logistik, Divisi Sekretaris Perusahaan.
3) Kompleks Perumahan
Perumahan PT. Kertas Leces (Persero) terletak di sebelah selatan, utara dan
barat pabrik, di sebelah utara untuk tamu dan sebagian karyawan, sebelah
selatan untuk karyawan tetap dan sebelah barat merupakan perumahan direksi.
Selain itu juga tersedia sarana ibadah berupa masjid yang bernama Ar Rahmah
dan sarana pendidikan dari tingkat Taman Kanak-Kanak sampai Akademi
Manajemen dan Ilmu Komputer (AMIK) yang bernama Taruna Dra. Zulaeha
(TDZ).
1. Lokasi Pabrik
Program Studi Teknik Lingkungan Jurusan Sipil
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
22
23
24
25
26
27
28
29
30
/ jam ).
3) Kondisi lingkungan hijau dalam daerah tangkapan air dan kondisi daerah
tangkapan air yang baik.
4. Kualitas Air Bawah Tanah (ABT)
Sebagai tolak ukur kualitas lingkungan sumber daya air bawah tanah, meliputi :
1) Kualitas dan kuantitas air di sumber air
Kondisi lingkungan daerah tangkapan air serta kondisi fisik saluran
IV.7 Sumber-Sumber Pencemar yang Dihasilkan
a. Limbah Padat
Adapun limbah padat yang dihasilkan oleh operasional pabrik sebagai berikut :
1) Dari unit pengolahan limbah cair berupa lumpur serat yang disebut sludge.
Sludge yang dihasilkan sebagian dipergunakan kembali sebagai bahan baku
pembuatan Medium Liner dan sebagian lagi diminta oleh masyarakat untuk
pembuatan karton dan Hardboard.
2) Dari Unit Depithing, limbah padat yang dihasilkan berasal dari proses pemisahan
bagasse dengan serat yang dilakukan secara mekanis. Limbah yang dihasilkan
berupa pith. Pith atau gabus dari proses ini sebagian besar diminta masyarakat
untuk dicampur pada pembuatan bata merah serta bahan bakar.
3) Dari Pulp Plant dan Stock Preparation mesin kertas pada unit Screening yang
disebut reject. Limbah padat ini dimanfaatkan untuk second pulp dan sebagai
bahan baku kertas pembungkus dan manila.
b. Limbah Cair
Limbah cair yang diolah oleh Effluent Treatment Plant (ETP) berasal dari aktivitas
proses produksi yang menghasilkan limbah cair, antara lain :
1) Pulp Plant yaitu dalam proses pelarutan pemasak dengan pulp, proses screening
dan proses bleaching
2) Paper Machine yaitu air yang berasal dari Wire Part (dinamakan White Water)
3) Deinking Plant (pelumatan kertas bekas) yaitu dalam proses penyaringan dan
proses penghilangan tinta
4) Depithing Plant yaitu air sisa pencucian bagasse
5) Tumpahan bahan kimia dan bahan penolong serta pelumas bekas.
c. Limbah Gas
Untuk pengolahan limbah gas dilakukan di masingmasing plant. Hal ini dilakukan
karena pencemaran yang dihasilkan dalam intensitas yang rendah yaitu masih sesuai
dengan standar berdasarkan Surat Keputusan Gubernur No. 188/504/SK/104 tahun 1996
tentang Baku Mutu Udara Ambien dan Emisi Sumber Tak Bergerak.
1) Udara Emisi
Sumber emisi dari proses produksi bersumber pada stack (cerobong) kegiatan :
1. Proses pengadaan steam pada Unit Utilitas (Power Boiler) yang berasal dari
bahan bakar yang membawa parameter polutan utama NO2 dan SO2.
2. Proses bleaching dari Pulp Plant yaitu pada cerobong CI Washer yang membawa
parameter polutan utama berupa chlorine (Cl2).
Pengelolaan kualitas emisi (gas buang) dilakukan melalui pendekatan teknologi, yaitu :
1. Pada cerobong Boiler Batu Bara yang membawa polutan debu tertinggi dibanding
cerobong lainnya dipasang separator gas buang tipe ESP (Electrostatic
Precipitator) yang berupa dua lempengan logam yang bermuatan positif dan
Program Studi Teknik Lingkungan Jurusan Sipil
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
31
32
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
V.1 Deskripsi Kondisi PT. Kertas Leces (Persero) dan Permasalahannya
Pengolahan limbah di PT. Kertas Leces (Persero) mengalami perkembangan sesuai
dengan perkembangan pabrik, yaitu :
1. Tahun 1940-1974, air limbah langsung dibuang di sungai.
2. Tahun 1974-1984, air limbah ditampung terlebih dahulu pada bakbak pengendapan
kemudian dibuang di sungai.
3. Tahun 1984-1986, mulai meningkat dengan dibangunnya Mechanical Screening dengan
Hydrasieve, juga didirikan Chemical Recovery Plant untuk air buangan dari proses pulp.
4. Tahun 1986, lebih meningkat lagi dengan adanya pengolahan air limbah secara
biological pada Effluent Treatment Plant (ETP).
Pengolahan air limbah bertujuan untuk menghilangkan zat-zat pencemar organik,
baik yang tersuspensi, koloid maupun yang terlarut, sebelum dibuang ke badan air. Limbah
cair yang dihasilkan pabrik berasal dari aktivitas produksi antara lain :
1. Pulp Plant yaitu dalam proses pelarutan pemasak dengan pulp dan proses
bleaching (pemutihan)
2. Paper Machine
3. Deinking Plant (pelumatan kertas bekas)
4. Depithing Plant
5. Tumpahan bahan kimia dan bahan penolong serta pelumas bekas.
Pengelolaan kualitas limbah cair merupakan prioritas utama melalui pendekatan
teknologi untuk meminimalisasi limbah, meliputi :
1. Reduce untuk menghindari limbah dengan cara merubah proses, seperti mengganti unit
Pulp I, Pulp II dan Pulp IV yang menggunakan bahan baku baggase diganti dengan
bahan baku kertas bekas, mengganti bahan pemucat gas Cl2 yang kurang ramah
lingkungan secara bertahap diganti dengan H2O2.
2. Reuse atau memanfaatkan limbah sludge untuk dipakai bahan pembuatan kertas
medium liner di PM 1 ( 6 ton BD/hr).
3. Recycle atau memanfaatkan kembali seperti recycle air pendingin (cooling water).
Basin
Condenser
ID. Fan
33
4. Recovery, mengambil kembali bahan kimia black liquor pada unit CRP untuk digunakan
kembali sebagai larutan pemasak (cooking liquor).
Pulp 3 Black liquor
Evaporator
RB
Uap
Turbin
Kapur CaO
Cooking liquor
Green Liquor
5. Mengoperasikan Instalasi Pengolahan Limbah Cair (IPAL) dengan hasil olahan dijaga
agar selalu memenuhi ketentuan peraturan yang berlaku.
6.
V.2 Pemuktakhiran Data dan Proses Pengolahan Limbah
Pengolahan air limbah di Effluent treatment plant terdiri atas 3 tahap pengolahan,
yaitu :
1. Pre-Treatment
Pengolahan pendahuluan (Pre-Treatment) pada dasarnya bertujuan untuk
memisahkan zat padat kasar, baik yang berat maupun ringan yang terbawa oleh air limbah.
Hal ini perlu dilakukan untuk menghindari timbulnya gangguan dan masalah pada tahaptahap berikutnya .
Pada tahap Pre-Treatment ini, pengolahan air limbah melalui tahapan proses berikut :
1) Screening
Pada proses screening, digunakan dua buah Bar Screen. Bar Screen pertama memiliki jarak
antar bar sebesar 5 cm sedangkan Bar Screen yang kedua memiliki jarak antar bar sebesar
2 cm. Screening ini berfungsi untuk menyaring kotoran-kotoran kasar berdasarkan
ukurannya.
2) Mixing
Tujuan dari proses mixing adalah untuk mencampur semua air limbah yang masuk di
Effluent Treatment Plant agar pH-nya menjadi netral. Sistem ini memanfaatkan sistem
turbulensi sehingga air limbah yang pH-nya lebih tinggi dapat bercampur dengan air limbah
yang pH-nya rendah sehingga pH air limbah tersebut mendekati netral. Karena tingginya pH
air limbah maka mixing ini dilengkapi dengan Foam Breaker yang berfungsi untuk memecah
busa. Hal ini perlu dilakukan untuk memudahkan masuknya oksigen yang diperlukan oleh
mikroorganisme sebagai pengurai limbah. Waktu total retensi air limbah di bak mixing adalah
23,2 detik.
3) Grit Removal
Setelah melewati tahap mixing, air limbah diteruskan ke Grit Removal yang berfungsi
untuk memisahkan partikel-partikel kasar yang berat jenisnya lebih besar dari berat jenis air
(seperti pasir) sehingga dapat menurunkan tingkat abrasivitas air limbah. Unit ini terdiri dari
dua unit tangki yang masing-masing berkapasitas 118 m 3 dengan waktu tinggal sekitar 20
detik dan bekerja secara paralel. Unit ini juga dilengkapi dengan Air Blower dan Compressor
sehingga pasir dapat dipisahkan dengan mudah.
4) Bak Ekualisasi
Tahap ini bertujuan untuk menyamaratakan aliran dan beban yang masuk kedalam
Inlet. Hal ini diperlukan karena terjadi fluktuasi beban dari setiap sumber pencemar sehingga
dibutuhkan pengadukan yang memanfaatkan turbulensi. Kapasitas bak ekualisasi ini adalah
3.000 m3.
5) Repartition
Program Studi Teknik Lingkungan Jurusan Sipil
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
34
35
36
Nilai pH
outlet
baku mutu
baku mutu
2
0
Berdasarkan grafik di atas dapat diketahui bahwa nilai pH pada outlet tidak melebihi
baku mutu yang telah ditetapkan. Walaupun demikian, sebaiknya tetap dilakukan
pengawasan agar kualitas air limbah selalu dalam kondisi yang aman.
outlet
baku mutu
40
20
0
Berdasarkan grafik dapat diketahui bahwa nilai TSS pada outlet tidak melebihi baku
mutu yang diperbolehkan.
3) Parameter Biologycal Oxygen Demand (BOD)
Program Studi Teknik Lingkungan Jurusan Sipil
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
37
baku mutu
outlet
40
20
0
Berdasarkan grafik di atas dapat diketahui bahwa nilai BOD pada outlet tidak
melebihi baku mutu yang diperbolehkan. Nilai BOD yang diuji adalah
BOD dihitung berdasarkan selisih konsentrasi oksigen terlarut 0 (nol) hari dan 5 (lima) hari.
200
outlet
150
baku mutu
100
50
0
Berdasarkan grafik di atas dapat diketahui bahwa nilai COD pada outlet masih di
bawah baku mutu yang telah ditetapkan.
2. Pengujian Bulan Juni 2013
Tabel 4. Hasil Pengujian Nilai pH, TSS, BOD dan COD Bulan Juni 2013
Program Studi Teknik Lingkungan Jurusan Sipil
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
38
Sampel
inlet
outlet
inlet
outlet
inlet
outlet
inlet
outlet
inlet
outlet
pH
7,73
7,58
7,86
7,58
8,48
7,64
8,18
7,76
7,71
7,94
inlet
8,08
outlet
inlet
outlet
inlet
outlet
inlet
outlet
7,63
9,28
7,28
7,44
7,45
7,63
7,64
Parameter Uji
TSS
BOD
60
60
20
22
88
82
50
48
338
324
24
24
54
58
18
20
96
92
20
16
109
1042
2
22
22
174
148
46
40
1104 1140
68
72
112
108
86
80
-
COD
296
240
256
216
208
136
158,4
120
392
72
280
20
280
240
184
48
110,4
48
400
72
342,72
0,051
179,52
376
157,92
392
384
282,08
488,48
171,36
376
150,4
280
288
68,8
316,48
Parameter Uji
pH
TSS
BOD
COD
inlet
7,64
254
258
860
447,2
27 Juni 2013
outlet
7,73
82
82
227,04
110,08
688
inlet
6560
1800
1840
0
28 Juni 2013
outlet
720
680
720
680
Sumber : Effluent Treatment Plant (Data Bulan Juni 2013)
Berdasarkan tabel diatas dapat dibuat grafik perbandingan hasil uji berbagai
parameter tersebut terhadap baku mutu. Baku mutu yang digunakan adah Surat Keputusan
Gubernur Jawa Timur No. 45 Tahun 2002 tentang Baku mutu Limbah Cair Bagi Industri atau
Kegiatan Usaha Lainnya di Jawa Timur (terlampir).
1) Parameter pH
Tanggal
Sampel
39
Nilai pH
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
Outlet
Baku Mutu
Baku Mutu
Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui bahwa pada tanggal 13 -27 Juni 2013, nilai
pH pada outlet tidak melebihi baku mutu yang telah ditetapkan.
40
Outlet
Baku Mutu
300
200
100
0
Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui bahwa pada tanggal 28 Juni 2013 nilai TSS
pada outlet melebihi nilai baku mutu yang diperbolehkan. Pada tanggal tersebut nilai TSS
pada outlet yaitu : 700. Hal ini kemungkinan dikarenakan adanya kesalahan pada pengujian
TSS.
3) Parameter COD (Chemical Oxygen Demand)
900
800
700
600
500
400
300
200
100
0
Outlet
Baku Mutu
41
42
150
Nilai TSS (mg/l)
Outlet
100
50
0
Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui bahwa pada tanggal 8-11 Juli 2013, nilai
TSS pada outlet melebihi nilai baku mutu yang diperbolehkan. Pada tanggal tersebut nilai
TSS pada outlet yaitu : 231, 236, 142 dan 141. Hal ini terjadi kemungkinan dikarenakan
tingginya beban limbah yang masuk ke Effluent Treatment Plant oleh karena akibat belum
normalnya pabrik beroperasi.
2) Parameter Chemical Oxygen Demand (COD)
150
Baku Mutu
Outlet
100
50
0
43
m3 / jam.
2. Adapun pencemar yang dihasilkan oleh PT. Kertas Leces (Persero) adalah :
1) Limbah Padat, terdiri dari :
1. Dari unit pengolahan limbah cair berupa lumpur serat yang disebut sludge.
2. Dari Unit Depithing, limbah padat yang dihasilkan berasal dari proses pemisahan
bagasse dengan serat yang dilakukan secara mekanis yang disebut pith.
3. Dari Pulp Plant dan Stock Preparation mesin kertas pada unit screening yang
disebut reject.
2) Limbah Cair, yang berasal dari :
1. Pulp Plant yaitu dalam proses screening, cleaning dan dengan pulp dan proses
bleaching (pemutihan)
2. Paper Machine
3. Deinking Plant (pelumatan kertas bekas)
4. Depithing Plant
5. Tumpahan bahan kimia dan bahan penolong serta pelumas bekas.
3) Limbah Gas
Sumber emisi dari proses produksi bersumber pada stack (cerobong) kegiatan :
1. Proses pengadaan steam pada Unit Utilitas (Power Boiler) yang berasal dari
bahan bakar yang membawa parameter polutan utama NO2 dan SO2.
2. Proses bleaching dari Pulp Plant yaitu pada cerobong CI washer yang membawa
parameter polutan utama berupa chlorine (Cl2).
Sedangkan sumber dampak pada kualitas udara ambien berasal dari emisi kegiatan
proses produksi di PT. Kertas Leces (Persero), khususnya dari cerobong Power
Boiler. Selain dari cerobong, kualitas udara ambien juga dipengaruhi oleh aktivitas
transportasi di jalan raya maupun aktivitas transportasi dalam areal pabrik
(khususnya aktivitas forklift, wheel loader atau alat berat).
3. Jenis produk yang dihasilkan oleh PT. Kertas Leces (Persero) adalah sebagai berikut :
1) Kertas Tulis Cetak
2) Kertas Industri
3) Kertas Tissue
4) Special Paper
4. Pengolahan air limbah di Effluent treatment plant terdiri atas 3 tahap pengolahan, yaitu :
1) Pre-Treatment :
Program Studi Teknik Lingkungan Jurusan Sipil
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
44
45